Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN MODEL POE2WE DALAM PEMBELAJARAN

IPA UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL


BELAJAR

Galih Ramadhan1, Nana2


Pendidikan Fisika FKIP Universitas Siliwangi
Tasikmalaya Jawa Barat Indonesia 46115
E-Mail: galihrmd8@gmail.com

Abstract
This study aims to improve scientific attitudes and student learning outcomes using
the POE2WE Model. The research method used is the method of literacy (literature review).
That is, researchers take data through literature reading activities that are relevant to the
context needed. The POE2WE model (Prediction, Observation, Explanation, Elaboration,
Write, Evaluation) is the development of an educational model found by Dr. Nana, M.Pd. in
his dissertation while taking his doctorate at Sebelas Maret University. Education with this
model provides a stimulus for students to identify a problem by first estimating a given
problem. In the next stage students will conduct experiments or observations, explain the
results of observations, and connect theoretical concepts with daily life. After that, students
can write conclusions and evaluate themselves as the final stages of this learning model. The
results showed that the use of the POE2WE model can improve scientific attitudes and
student learning outcomes, because with this model students are able to provide stimulus to
students in identifying problems

Key Words : POE2WE Model, scientific attitude, student science learning achievement

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa
menggunakan Model POE2WE. Metode penelitian yang digunakan adalah metode literasi
(kajian pustaka). Artinya, peneliti mengambil data melalui kegiatan membaca literatur yang
relevan dengan konteks yang dibutuhkan. Model POE2WE (Prediction, Observation,
Explanation, Elaboration, Write, Evaluation) merupakan pengembangan model pendidikan
yang ditemukan oleh Dr. Nana, M.Pd. pada disertasinya saat menempuh kuliah S3 di
Universitas Sebelas Maret. Pendidikan dengan model ini memberikan stimulus kepada siswa
untuk mengidentifikasi suatu masalah dengan memperkirakan terlebih dahulu permasalahan
yang diberikan. Pada tahap selanjutnya siswa akan melakukan percobaan atau observasi,
menjelaskan hasil observasi, dan menghubungkan konsep teori dengan kehidupan sehari-hari.
Setelah itu, peserta didik dapat menuliskan simpulan dan mengevaluasi diri sebagai akhir
tahapan model pembelajaran ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model
POE2WE mampu meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar peserta didik, karena dengan
model ini peserta didik mampu memberikan stimulus kepada peserta didik dalam
mengidentifikasi masalah.
Kata kunci: Model POE2WE, Sikap Ilmiah, Hasil Belajar IPA
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No.
20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, dapat dipahami bahwa secara formal sistem pendidikan Indonesia diarahkan
pada tercapainya citacita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa
Indonesia yang bermartabat. Untuk tercapainya citacita pendidikan yang ideal, pemerintah
telah berupaya mengurangi adanya sekulerisme pendidikan (pendidikan yang lebih
mementingkan materialistis dengan mengabaikan agama dan kerohanian) yang ada
sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003 tentang SISDIKNAS pasal 4 ayat 1 yang
menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan
masyarakat dan tanah air”. Maka dari itu, pendidikan yang baik akan menjadi acuan tingkat
perkembangan suatu bangsa. Tingkat perkembangan suatu bangsa juga ditentukan oleh
unsur-unsur kemajuan dan perkembangan suatu pendidikan. Unsur-unsur itu berupa guru,
siswa, sarana dan prasarana pendidikan maupun kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah
dalam bidang pendidikan. Unsur pendidikan yang sangat berperan penting dalam proses
perkembangan pendidikan yaitu guru. Guru merupakan dasar penentu kualitas lulusan siswa
yang baik maupun buruk. Maka dari itu sangat diperlukan kualitas guru yang profesional
dalam proses perkembangan pendidikan. Guru dituntut tidak hanya pintar dalam penguasaan
materi pelajaran, tetapi juga diharapkan mampu mengelola kelas dengan baik supaya proses
pembelajaran berjalan dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Jauhar,
2011:149).
Maka dari itu hendaknya guru dalam proses pembelajaran tidak hanya bersifat
mentransfer ilmu saja, tetapi juga mampu membantu proses pemahaman materi pelajaran
melalui pemilihan model pembelajaran maupun penggunaan media pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEKS) saat ini (Poedjiadi, 2005).
Masalah-masalah harus memenuhi kriteria yaitu mampu menciptakan kreatif siswa,
dibuat untuk dipecahkan secara berkelompok, berkaitan dengan kekuatan diri sehingga siswa
tidak hanya mampu mencerna permasalahan tetapi cara bersosialisasi dengan terlibat dalam
diskusi (Valqui Vidal, 2010: 407-408). Masalah-masalah tersebut perlu diselesaikan dengan
pembelajaran yang inovatif yaitu melalui model POE2WE. Model pembelajaran POE2WE
dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek di dalam pembelajaran. peserta didik secara
aktif menemukan suatu konsep melalui pengamatan atau eksperimen secara langsung, bukan
dari menghafal buku materi maupun penjelasan dari guru (Nana dan Surahman, 2019;2020).

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode literasi (kajian pustaka) dengan cara mengkaji
berbagai literatur yang berkaitan dengan penerapan model POE2WE untuk menumbuhkan
sikap ilmiah peserta didik
3. HASIL DAN PEMABAHASAN
3.1 Model POE2WE Model pembelajaran Prediction, Observation, Explanation,
Elaboration, Write dan Evaluation (POE2WE) dikembangkan dari model pembelajaran
POEW dan model pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Konstruktivistik. Pengembangan
ini dilakukan untuk sebagai penyempurnaan kedua model sebelumnya. Model POE2WE
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk mengetahui pemahaman peserta
didik mengenai suatu konsep dengan pendekatan konstruktivistik. Model ini membangun
pengetahuan dengan urutan proses yaitu meramalkan atau memprediksi solusi dari
permasalahan, melakukan eksperimen untuk membuktikan prediksi, kemudian menjelaskan
hasil eksperimen yang diperoleh secara lisan maupun tertulis, membuat contoh penerapan
dalam kehidupan sehari-hari, menuliskan hasil diskusi dan memuat evaluasi tentang
pemahaman peserta didik baik secara lisan maupun tertulis (Nana et al., 2014; 2016).

Menurut Nana, dkk (2014) Model POE2WE memiliki enam langkah utama dalam
pembelajaran yaitu 1) Prediction (Prediksi) atau membuat dugaan, merupakan suatu proses
membuat dugaan terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru. Dalam membuat dugaan
siswa sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini
siswa diberi kebebasan seluas-luasnya menyusun dugaan dengan alasannya, sebaiknya guru
tidak membatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan konsep yang muncul dari
pikiran siswa. Pada proses prediksi ini guru juga dapat mengerti miskonsepsi yang banyak
terjadi pada siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa untuk membangun
konsep yang benar. 2) Observation (Observasi) yaitu melakukan penyelidikan, pengamatan
apa yang terjadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk menguji
kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa melakukan
penyelidikan/eksperimen, untuk menguji prediksi yang mereka ungkapkan. Siswa mengamati
apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah iniadalah konfirmasi atas prediksi mereka.
(3) Elaboration (elaborasi) yaitu mengaitkan materi yang dipelajari peserta siswa dengan
kehidupan seharihari, (4) Explanation (eksplanasi) yaitu pemberian penjelasan terutama
tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. Apabila hasil
prediksi tersebut sesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka memperoleh penjelasan
tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Akan tetapi jika
dugaan tidak tepat maka siswa dapat mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksinya.
Siswa akan mengalami perubahan konsep dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Disini
siswa dapat belajar dari kesalahan dan biasanya belajar dari kesalahan tidak akan mudah di
lupakan. (5) Write (menulis), pada tahap ini siswa menulis kesimpulan dengan bahasanya
sendiri, (6) Evaluation (Evaluasi), pada tahap ini siswa diuji dengan berbagai pertanyaan
mengenai materi yang telah dibahas dan telah dipelajari. Dari penelitian ini, maka diharapkan
akan meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik dan lebih mempermudah pendidik dan
peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran selain dengan tatap muka (face to face).
Tabel 1. Sintaks Pengembangan model POE2WE

No. Sintaks POEW Sintaks Model Pembelajaran Model POE2WE


(Samosir, 2010) dengan Pendekatan (Nana et al., 2014)
Kontruktivistik (Duffy dan
Junassen, 1992)
1. (Prediction) (Engagement) pendahuluan (Prediction) Membuat
membuat prediksi, membuat pertanyaan menggali dugaan atau prediksi.
membuat dugaan. pengetahuan awal peserta didik.
Tahap Engagement
identik dengan Predict
pada POEW
2. (Observation) (Exploration) menguji (Observation)
Melakukan prediksi ,melakukan dan mencatat Melakukan
penelitian, hasil pengamatan observasi/pengamatan
pengamatan Tahap Exploration
identik dengan tahap
observation pada
POEW.
3. (Explanation) Yaitu (Explation) menjelaskan konsep (Explanation)
memberi penjelasan dengan kalimat mereka sendiri Menjelaskan Pada
tahap explanation
identik dengan
explation pada
pendekatan
konstruktivistik
4. (Write) Membuat (Elaboration) Aplikasi konsep (Elaboration) Aplikasi
kesimpulan dalam kehidupan sehari-hari. konsep dalam
kehidupan sehari-hari
merupakan
pengembangan dari
pendekatan
Konstruktivistik
5. (Evaluation) Evaluasi terhadap (Write) Menuliskan
pengetahuan, keterampilan dan hasil diskusi sebagai
perubahan proses berfikir peserta kesimpulan. Merupakan
didik. pengembangan dari
model POEW
6. (Evaluation) Evaluasi
terhadap efektifitas
fase-fase sebelumnya.
Merupakan
pengembangan dari
pendekatan
Konstruktivistik
Sumber: Nana, Surahman E. 2019. Pengembangan Inovasi Pembelajaran Digital
Menggunakan Model Blended POE2WE di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding
SNFA (Seminar Nasional dan Aplikasinya), 82-90.
Tabel 2. Kegiatan Model Pembelajaran Model POE2WE

Fase-fase Kegiatan Guru Kegiatan Peserta


Prediction - Menyampaikan tujuan - Memperhatikan penjelasan
pembelajaran. dari guru.
- Mengajukan pertanyaan - Memprediksi jawaban
kepada siswa. pertanyaan dari guru.
- Menginventarisir prediksi - Mendiskusikan hasil
dan alasan yang di prediksinya.
kemukakan peserta didik
Observation - Mendorong peserta didik - Membentuk kelompok
untuk bekerja secara - Melakukan percobaan
kelompok - Mengumpulkan data hasil
- Membagikan LKS percobaan
- Mengawasi kegiatan - Melakukan diskusi
percobaan yang dilakukan kelompok
oleh peserta didik - Menyimpulkan hasil
percobaan
Explanation - Mendorong peserta didik - Mengemukakan
untuk menjelaskan hasil pendapatnya tentang hasil
percobaan. percobaan
- Meminta peserta didik - Mengemukakan
pempresentasikan hasil pendapatnya tentang
percobaannya gagasan baru berdasarkan
- Mengklarifikasikan hasil hasil percobaan.
percobaannya - Menanggapi presentasi
- Menjelaskan dari kelompok lain.
konsep/definisi baru - Konsep baru dari guru
dapat di terima.
Elaboration -Memberi permasalahan - Menerapkan konsep baru
berkaitan dengan dalam situasi baru atau
penerapan konsep. kehidupan sehari-hari.
- Mendorong peserta didik
untuk menerapkan konsep
baru dalam situasi baru
Write - Memberi kesempatan - Mencatat hasil penjelasan
kepada peserta didik untuk dan kesimpulan dari guru
mencatat hasil diskusi dan diskusi kelompok
serta kesimpulan.
Evaluation - Mengajukan pertanyaan - Menjawab pertanyaan
untuk penilaian proses - berdasarkan data
Menilai pengetahuan - Mendemonstrasikan
peserta didik - kemampuan dalam
Memberikan balikan penguasaan konsep
terhadap jawaban peserta
didik
Sumber: Nana, Surahman E. 2019. Pengembangan Inovasi Pembelajaran Digital
Menggunakan Model Blended POE2WE di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding
SNFA (Seminar Nasional dan Aplikasinya), 82-90
3.2 Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau
akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Menurut Harlen dalam Gunada, I.
W. (2010) indikator sikap ilmiah yang diteliti : rasa ingin tahu, respek terhadap fakta atau
bukti, kemauan untuk mengubah pandangan, dan berpikir kritis .

3.3 Hasil Belajar


Seperti yang diungkapkan Slameto (2003) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses belajar.
Perubahan itu meliputi tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Sedangkan, menyatakan bahwa hasil belajar adalah perwujudan kemampuan
akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut
domain kognitif, apektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif
yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Untuk itu hasil belajar harus
diidentifikasi bidang studi yang hendak diukur hasil belajarnya. Menurut Purwanto (2011),
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan kemampuan yang diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif yaitu perubahan kemampuan
intelektual yang diperoleh siswa setelah memperoleh perlakuan model Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa hasil belajar
tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan memerlukan usaha yang dalam hal ini adalah
perlakuan dalam kegiatan pembelajaran

4. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tersebut yaitu bahwa penggunaan
model POE2WE mampu meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar peserta didik, karena
dengan model ini peserta didik mampu memberikan stimulus kepada peserta didik dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada bapak Dr. Nana M.Pd. selaku dosen pengampu Fisika Sekolah 2
dan semuanya yang telah membantu demi kesempurnaan artikel ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Gunada, I. W. 2010. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan
Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA (Studi Eksperimen
dalam Pembelajaran Fisika di Kelas X SMA). Prosiding Seminar Nasional
Peningkatan Kualitas Pembelajaran MIPA Melalui Pelaksanaan Lesson Study,
Penelitian, dan Inovasi Pembelajaran. 3 Juli 2010, Mataram. Hal. 130 -138.
Nana, Sajidan, Akhyar, M., & Rochsantiningsih, D. (2014). The Development Of Predict,
Observe, Explain, Elaborate, Write, and Evaluate (Poe2we) Learning Model in
Physics Learning At Senior Secondary School. Journal of education and Practice. 5
(19):59
Nana, Surahman E. (2019). Pengembangan Inovasi Pembelajaran Digital Menggunakan
Model Blended POE2WE di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding SNFA (Seminar
Nasional dan Aplikasinya), 82-90.
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarat: Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2006. Jakarta: PT. Arnas Duta Jaya.

Anda mungkin juga menyukai