Anda di halaman 1dari 19

PERSYARATAN DAN STANDAR

LABORATORIUM

Laboratorium harus dilengkapi dengan fasilitas untuk kegiatan administrasi,


pengujian, dengan keamanan yang maksimal. Pemenuhan standard
dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan keselamatan, pekerja
laboratorium yang bekerja di dalam laboratorium terutama yang bekerja
dengan mikroorganisme atau bahan kimia berbahaya dan keamanan
masyarakat pada umumnya. 

******

KONDISI LINGKUNGAN LABORATORIUM


I. PENDAHULUAN

Laboratorium merupakan tempat atau ruangan dimana para ilmuwan


bekerja dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu
bahan atau benda.  Sedangkan menurut ISO/IEC Guide 2 1986,
laboratorium adalah instansi /lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan
atau pengujian.

Dalam rangka menjalankan operasional kegiatannya, laboratorium


dilengkapi dengan fasilitas (prasarana, sarana) baik untuk kegiatan
administrasi, pengujian, keamanan yang diupayakan maksimal sesuai
dengan standard.  Pemenuhan standard dimaksudkan untuk menjaga
keamanan dan keselamatan, yang utamanya adalah pekerja laboratorium
yang bekerja di dalam laboratorium terutama yang bekerja dengan
mikroorganisme atau agen patologik atau bahan kimia berbahaya. 
Laboratorium juga harus menjaga keamanan dan keselamatan objek yang
ditangani terutama mikroorganisme atau agen patologik atau bahan kimia
berbahaya itu sendiri agar tidak mencemari atau mengkontaminasi
lingkungan, lingkungan internal maupun eksternal.  Hal ini berarti
laboratorium harus memberikan lingkungan kerja yang aman, menjamin
keselamatan dan memberikan fasilitas yang nyaman bagi personel bekerja
di dalamnya baik yang menangani administrasi, teknis administrasi
maupun teknis pengujian/penelitian.

Untuk itu perlu ada standardisasi sarana/prasarana atau fasilitas yang


harus dipenuhi laboratorium agar dapat dilakukan evaluasi kesesuaiannya.

Dengan semakin aktifnya laboratorium karantina dimana hasil diagnose


atau hasil pemeriksaan laboratoriumnya menjadi peneguh atas keputusan
dalam pelaksanaan tindakan karantina, dan semakin sadarnya institusi
karantina akan pentingnya status akreditasi laboratorium sebagai jaminan
atas validitas dari hasil pengujian yang dilakukan maka penting untuk
memperhatikan kesesuaian pemenuhan sarana/prasarana atau fasilitas
laboratorium atas standardnya.  

II. PENGERTIAN KONDISI LINGKUNGAN LABORATORIUM

Laboratorium yang mengikuti sistim manajemen mutu antara lain SNI ISO
IEC 17025:2008, SNI ISO 9001:2015, CWA 15793:2008 pasti harus
memenuhi persyaratan baik persyaratan manajemen maupun persyaratan
teknis.  Persyaratan teknis terkait dengan bahasan ini diantaranya adalah
persyaratan terkait dengan fasilitas sarana/prasarana baik secara fisik,
proses dan jasa pendukung serta lingkungan kerja, dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1) Kondisi Akomodasi merupakan kondisi dari fasilitas yang bersifat fisik


yang ada dalam suatu organisasi yang diperlukan untuk berjalannya
proses yang merupakan tugas utama dari organisasi tersebut.
a. Fasilitas sarana /prasarana yang bersifat fisik yaitu gedung/bangunan,
ruang pengujian/ruang kerja dan sarana penting terkait lainnya (misalnya
furniture)

b. Fasilitas bersifat proses baik perangkat keras maupun perangkat lunak


yaitu peralatan pengujian atau peralatan produksi, bahan uji atau bahan
untuk proses produksi, sistim drainase, alur /mekanisme keluar masuk
pekerja, agen biologic dll.

c. Fasilitas jasa pendukung yaitu sarana angkutan, informasi, komunikasi

2) Kondisi Lingkungan merupakan suatu kondisi yang diperlukan dalam


pengujian atau proses produksi untuk mencapai suatu kesesuaian
hasil/tujuan produksi sesuai metode /mutu yang dipersyaratkan yang dapat
mempengaruhi hasil yang akan dicapai, misalnya debu, ventilasi,
kebisingan /tingkat bunyi dan getaran, daya elektromagnetik, radiasi,
kelembaban, daya listrik, suhu, pencahayaan atau cuaca dll.

III. PERSYARATAN STANDARD KONDISI AKOMODASI DAN KONDISI


LINGKUNGAN LABORATORIUM

Terkait dengan persyaratan standard sistim mutu laboratorium, beberapa


diantaranya saling terkait satu dengan yang lain (sesuai dengan kebutuhan
standard mutu yang akan diacu) yaitu

Tabel 1. Sistim Manajemen Mutu terkait Laboratorium.


ISO / IEC Persyaratan umum untuk kompetensi dari
17025 laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi
ISO 15189 Diperuntukkan bagi laboratorium medik –
persyaratan khusus untuk mutu dan
kompetensinya.
ISO/IEC Penilaian kesesuaian – persyaratan umum untuk
17043 penyelenggara uji profisiensi
ISO 13528 Metode statistik yang digunakan dalam
penyelenggaraan uji profisiensi dengan
memperbandingkan hasil uji profisiensi antar
laboratorium
OECD GLP Prinsip-prinsip OECD yang ada dalam
pelaksanaan pekerjaan di laboratorium yang
dilakukan dengan baik sesuai standard
ISO Guide Persyaratan umum untuk kompetensi dari
34 è sudah laboratorium yang menghasilkan bahan rujukan
direvisi (reference material)
menjadi ISO
34:2016
ISO 8402 Perbendaharaan kata – untuk Manajemen mutu
dan jaminan mutu
ISO 19011 Pedoman mengaudit sistim manajemen/
pengelolaan lingkungan dan/atau mutu
ISO 9001 Sistim manajemen mutu – persyaratan

(Diambil dari Laboratoriy Quality Standards and their Implementation –


WHO, 2011, hal. 3)

Dalam menerapkan sistim manajemen mutu banyak elemen yang


dilakukan atau disiapkan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam jenis
sistim manajemen mutu yang diacu, dalam tulisan ini hanya membahas
terkait dengan persyaratan kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan
menyangkut spesifikasi, metode dan prosedur yang relevan, yang dapat
mempengaruhi keabsahan dan mutu dari hasil uji laboratorium.

Terkait dengan yang disebutkan dalam bagian 2 di atas, maka persyaratan


elemen kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan dapat dijabarkan
sebagai berikut:

3.1. Persyaratan Kondisi Akomodasi


Dalam memenuhi persyaratan kondisi akomodasi, perlu:
a. Menetapkan tujuan dari laboratorium yang akan dibangun atau
dikembangkan atau diperbaiki /disempurnakan. Tujuan laboratorium
tersebut dapat sebagai laboratorium diagnostik, pengujian, penelitian, atau
sebagai laboratorium pendidikan.
b. Menginventarisasi data lokasi, keadaan bangunan dan lingkungannya,
agen penyakit dan jenis sampel yang ditangani, jumlah dan kompetensi
dari manajemen dan staf (administrasi, teknis dan peneliti /pekerja di
laboratorium).

b.1. Data lokasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kontur tanah


(datar/landai, bertingkat /berbukit), kondisi struktur tanah, jenis tanah
(tanah merah, berpasir, padat berbatu, tanah berbatu dll). 

b.2. Untuk rencana pengembangan atau perbaikan/ penyesuaian


/penyempurnaan, data keadaan bangunan labratorium yang sudah ada
diperlukan untuk mengetahui beban bangunan yang akan diterima atas
perubahan laboratorium terkait dengan penambahan ruang lingkup
pengujian yang kemungkinan berarti penambahan beban atas
penambahan jumlah alat, orang; perubahan tipe laboratorium yang
mungkin juga berarti adanya perubahan besaran tekanan ruang dll.

b.3. Keadaan lingkungan menyangkut atas keadaan epidemiologi dari


lokasi laboratorium dengan memperhatikan data kelembaban udara,
drainage lokasi, jarak laboratorium dari jalan umum, keadaan lalu lintas alat
ternak, orang dan ternak/ hewan dll.

b.4. Jenis agen penyakit yang ditangani harus sejalan dengan tingkat
kontenmen laboratorium yang disiapkan. 

Mengacu pada pembagian kelompok mikroorganisme yang ada pada


Chapter 1.1.3. Biosafety and Biosecurity in the Veterinary Microbiology
Laboratory and Animal Facilities-OIE Terrestrial Manual 2012 dan
Laboratory Biosafety Manual, WHO 3rd ed, agen penyakit diklasifikasikan
menjadi empat kelompok risiko mikroorganisme yang ditangani juga dalam
empat tingkat kontenmen setara dengan risiko yang dapat ditimbulkan oleh
agen penyakit tersebut. Klasifikasi kelompok risiko mikroorganisme
berdasarkan atas faktor risiko mikroorganisme dengan memperhatikan
potensinya untuk dapat berubah infeksius pada bentuk aerosol, jumlah dan
konsentrasi dari mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, sifat stabil
mikroorganisme di kondisi lingkungan, jenis pengujian yang dilakukan
(misalnya in-vitro, in-vivo, uji tantang bentuk aerosol) dan organisme
rekombinan yang digunakan (Tabel 2. Kesetaraan Tingkat Kontenmen
dengan Kelompok Risiko Mikroorganisme Patogen)

 Tabel 2.  Kesetaraan Tingkat Kontenmen dengan Kelompok (Grup) Risiko


Mikroorganisme Patogen
Kelompok (Grup) Risiko Tingkat Kontenmen Laboratorium
Mikroorganisme
Grup Uraian Tingkat Persyaratan Fasilitas
1 ·   Risiko rendah  1 ·     Melakukan pengujian
·     Pintu sebagai
terhadap individu sesuai Good pemisah dari public
dan masyarakat Microbiological area dengan ukuran
·   Mikroorganisme Technique(GMT) yang dapat dilalui
yang non ·    Mempergunakan lab jas peralatan
infeksius (tidak ·     Dilengkapi sinks
menyebabkan untuk cuci tangan
penyakit pada ·     Screen pada
manusia atau jendela
hewan)  ·     Lantai anti slip
misal Lactobacillus ·     Pencahayaan
sp yang memadai
·     Ruang
penyimpanan luas
·     Permukaan yang
mudah dibersihkan
·     Meja kedap air
2      Risiko sedang 2 ·     Melakukan pengujian
·     Persyaratan yang
terhadap individu sesuai GMT ada di tingkat
dan  risiko rendah ·    Mempergunakan kontenmen
terhadap pakaian pelindunglaboratorium 1
masyarakat selama pengujian (APD:+
     Mikroorganisme masker, gloves, lab jas) ·     Permukaan kerja
patogen yang ·    Menempelkan tahan bahan kimia,
menyebabkan tandaBiohazard di depankelembaban dan
penyakit pada pintu laboratorium panas tergantung
manusia atau hewan fungsi lab
tetapi tidak ·     Alat pencuci mata
menyebabkan (eye wash)
bahaya yang serius ·     Emergency
pada pekerja shower
laboratorium, ·     Pintu yang
masyarakat, ternak langsung tertutup
atau terhadap ·     (Jika diperlukan)
lingkungan. BSC atau upayakan
     Sudah ada melakukan
perlakuan dan pengujian di dalam
pencegahan yang BSC
efektif, dan risiko ·     Tata alir udara
penyebaran
infeksinya terbatas.
     Biasanya
menular via
oral/fecal, darah. 
misal E.coli
3 ·    Risiko tinggi 3 ·     Persyaratan pada
·     Persyaratan yang
terhadap individu tingkat kontenmenada di tingkat
namun  risiko laboratorium 2 kontenmen
rendah terhadap + laboratorium 2
masyarakat di ·     Harus ada(dapat tidak
sekitar lab. pengendalian aksesdisediakan
·   Mikroorganisme masuk dan keluaremergency shower)
patogen yang laboratorium +
menyebabkan ·     Harus menerapkan
·     Pintu masuk
penyakit serius pada sistim tata alir udaraganda
manusia atau hewan langsung menggunakan ·     Tata alir udara
dan dapat system pengendalian
·     Adanya akses ke
menimbulkan risiko HIVAC (Heating, autoclave
jika menyebar di Ventilation and Air
·     BSC
masyarakat sekitar Conditioning)  ·     Pintu yang
lab menutup otomatis
·   Menyebar melalui ·     Hands-free sinks
aerosol, ·     Lab harus di beri
misal Bacillus sealed
anthracis, Brucella
spp.,
M. tuberculosis,
HIV, AI,
·   Biasanya sudah
ada perlakuan dan
pencegahan yang
efektif
4 ·   Risiko tinggi 4 ·     Persyaratan pada
·     Persyaratan yang
terhadap individu tingkat kontenmenada di BSL 3,
dan  masyarakat laboratorium 3 namun tidak perlu
·   Mikroorganisme + ada eye wash dan
patogen yang ·     Akses masukemergency shower
biasanya menggunakan tekanan+
menyebabkan udara yang terkunci,
·     Pintu Interlock
penyakit serius pada melakukanshoweringpad·     Double HEPA
manusia atau hewan a saat keluar kontenmen,(High Efficiency
dan dapat adanya pembuanganParticulate Air)
berpindah dari satu  limbah secara khusus exhaust
individu yang ·     HEPA supply
terinfeksi kepada ·     Double-door
individu lainnya autoclave
baik secara ·     Liquid treatment
langsung maupun ·     Lab is sealed
tidak langsung ·     Menggunakan
·   Tidak ada pakaian bertekanan
perlakuan dan positif yang
pencegahan yang dihubungkan
efektif, misal Ebola, dengan BSC tipe
Maburg A2

b.5. Jenis sampel yang ditangani akan memerlukan sarana /prasarana,


fasilitas yang menunjang untuk memberikan keselamatan dan keamanan
terhadap sampel dalam hal ini agen patologiknya, pekerja laboratorium
serta lingkungan di sekeliling laboratorium.
Jenis sampel yang mungkin ditangani adalah sampel darah, serum, feses,
epithelium, sampel ocular, saluran reproduksi, nasal discharge, saliva,
cairan vesicular, susu, jaringan nekropsi, bahan-bahan dan sisa pakan dari
lingkungan hewan terinfeksi, madu.  Namun terkait sarana biosafety dan
biosekuriti jenis sampel yang dimaksud dibagi menjadi:
1) Sampel berbahaya /infeksius yaitu sampel yang mengandung
mikroorganisme pathogen (kelompok risiko mikroorganisme 2, 3, 4) atau
residu yang sangat berbahaya yang kemungkinan dapat mengkontaminasi
ke lingkungan apabila sampel tidak ditangani sesuai GLP (Good
Laboratory Practice).

2) Sampel non-infeksius/tidak berbahaya yaitu sampel yang mengandung


mikroorganisme namun tidak pathogen (kelompok risiko mikroorganisme 1,
2).

3.2. Persyaratan Kondisi Lingkungan


Terkait dengan kondisi lingkungan, laboratorium dapat dibagi menjadi dua
tipe yaitu laboratorium kering dan laboratorium basah. Laboratorium kering
merupakan ruang laboratorium tempat bekerja atau penyimpanan bahan,
barang atau peralatan elektronik dan atau peralatan besar yang hanya
memiliki sedikit pipa untuk melaksanakan pengujian.  Yang termasuk ke
dalam definisi ini adalah laboratorium analitik, dimana jenis laboratorium ini
memerlukan akurasi dalam kondisi suhu ruang, pengendalian kelembaban,
debu dan kebersihan ruang.  Sedangkan yang dimasukkan ke dalam
definisi laboratorium basah adalah laboratorium yang melakukan pengujian
serta analisa atas bahan kimiawi, obat-obatan atau bahan lain atau bahan
biologik.  Laboratorium basah membutuhkan air, ventilasi langsung dan
perlengkapan pipa yang khusus pada peralatan laboratorium yang
digunakan untuk pengujian.

Laboratorium harus diperlengkapi dengan alat pengendali iklim dan


ventilasi.  Suhu dan kelembaban dalam laboratorium harus tetap dijaga
sesuai dengan batas nilai yang diperlukan oleh setiap alat untuk
melakukan uji dan spesifikasi operasional alat yang disebutkan oleh
pabrikan.  Namun lingkungan pekerjaan yang nyaman umumnya ada pada
suhu 20-25 ºC dan kelembaban relative 35-50% (tergantung atas wilayah
geografisnya).  Secara umum, area tempat bekerja harus bebas dari suhu
ekstrim yang berbahaya terhadap kesehatan atau yang mempengaruhi
operasional yang aman.
Area tempat bekerja, area persediaan bahan dan area tempat berisitirahat
harus bebas dari bau-bauan yang berbahaya.  Harus ada prosedur untuk
pengendalian debu dan partikel asing lainnya.

Ventilasi exhaust dinyalakan selama 24 jam penuh terutama untuk ruang


yang dipergunakan untuk menguji bahan-bahan kimiawi atau ruang
persediaan bahan kimia.  Namun lubang pasokan udara untuk alir udara
tidak boleh lebih dari 50 feet per menit (FPM).  Dan tidak boleh ada daur
ulang udara di dalam laboratorium.

Laboratorium tetap menjaga pencahayaan yang cukup untuk melakukan


pekerjaan dalam laboratorium dan disarankan pencahayaan ada pada
tingkat 80-100 intensitas foot candle kecuali metode ujinya memang
memerlukan pencahayaan yang lebih dari itu. Atau apabila diperlukan
pencahayaan khusus di area tertentu berupa pencahayaan matahari
secara langsung perlu diperhatikan pengaruh cahaya matahari yang dapat
menyebabkan rusaknya sampel, reagen dan media atau dapat
mempengaruhi peralatan atau analisa.

3.3. Persyaratan rancang bangun bangunan laboratorium yang memenuhi


persyaratan biosafety dan biosekuriti

Pihak yang terlibat


Rancang bangun bangunan laboratorium dibuat dengan melibatkan
berbagai pihak antara lain:
-Para peneliti/personel yang bekerja di laboratorium, yang akan
menjabarkan kebutuhan ruangan, peralatan setiap ruang, fungsi dari setiap
ruang, jenis sampel dan metode uji yang ditangani pada setiap ruang

-Arsitek dan perancang interior yang menterjemahkan kebutuhan para


peneliti/personel yang bekerja di laboratorium ke dalam suatu rancang
bangun dengan memperhatikan kaidah/prinsip laboratorium dan memenuhi
persyaratan laboratorium.  Termasuk di dalamnya jenis fasilitas (prasarana,
sarana) baik untuk bangunan maupun kebutuhan personel bekerja di
laboratorium.  Misalnya pembagian ruang, alur lalu lintas manusia, lalu
lintas sampel, bahan, reagen, konstruksi dan jenis bahan bangunan, jenis
meja kerja, jenis kursi dll.

-Insinyur mekanik dan listrik yang menterjemahkan tata alir udara dan
tekanan udara di setiap ruang sesuai dengan kebutuhan dari setiap ruang,
tata alir listrik setiap ruang, tata alir limbah rumah tangga dan limbah
laboratorium ke dalam suatu rancang tata alir listrik, mekanikal, plumbing.

-Para manajer yang ada dalam manajemen laboratorium yang bertugas


memfasilitasi operasional laboratorium, mengelola penyelenggaraan
laboratorium.para manajer inilah yang harus dapat memfasilitasi
terwujudnya laboratorium yang diperlukan oleh peneliti/pekerja
laboratorium sesuai dengan fungsi yang harus dilaksanakan.

-Kontraktor pelaksana pekerjaan sipil, arsitektur dan interior, mekanikal dan


elektrikal, kontraktor pengadaan furniture khusus laboratorium
Semua pihak harus bekerja bersama-sama sesuai dengan fungsinya
masing-masing sehingga tersedia laboratorium (baik secara fisik maupun
mekanisme/sistim) yang memenuhi:
-kebutuhan dan mengakomodasi kebutuhan dari sisi alur kerja, tekanan
dan aliran udara,
-kesesuaian dengan persyaratan/standard laboratorium, dan
-dana yang tersedia.

Prinsip standard rancang bangun


Secara prinsip rancang bangun laboratorium harus memenuhi prinsip-
prinsip sesuai dengan standard, yaitu:

1) Memenuhi prinsip tata letak ruang yang harus mengakomodasi


kebutuhan semua fungsi yang diperlukan, kebutuhan spesifik untuk hewan
laboratorium (jika ada pengujian terkait hewan coba), mengakomodasi
penempatan peralatan laboratorium, penempatan alat-alat keselamatan
dan dapat mengakomodasi kebutuhan peralatan ME (mechanical and
electronic).  Dalam tata letak ruang perlu diperhatikan kebutuhan peneliti
terkait dengan sisi alur kerja dan kelengkapan ruang, serta harus
memenuhi kaidah perancangan tekanan dan aliran udara. 

2) Memenuhi prinsip arah aliran udara dengan melakukan pengaturan


tekanan udara, dan memperhatikan juga prinsip pengelolaan limbah cair
dan padat.

3) Komponen mekanikal, elektrikal, plumbing, peralatan laboratorium serta


alur kerja yang mungkin akan mempengaruhi tata alir udara di dalam ruang
laboratorium.

4) Pemenuhan standar atas jenis bahan yang dipakai (lantai, dinding,


plafon, pintu, jendela, ducting, pemipaan dan lainnya)

Pembagian Fungsi Dasar


Berdasarkan atas prinsip bangunan standard yang harus dipenuhi, maka
sesuai dengan fungsi bagian dari bangunan, secara garis besar area
laboratorium terbagi menjadi dua yaitu area publik dan area kegiatan
laboratorium. 

Area publik di dalamnya meliputi ruangan kantor administrasi teknis antara


lain ruang rapat, ruang pekerja laboratorium baik manajer, penyelia
maupun analis, ruang penerimaan sampel, ruang ganti, toilet, pantry dan
ruang lain yang dapat diakses secara luas baik oleh manajer, staf, pekerja
laboratorium maupun pengunjung /tamu. 

Sedangkan area kegiatan laboratorium meliputi ruang pengujian (termasuk


di dalamnya ruang preparasi), ruang alat khusus (ruang yang berisi
peralatan besar untuk melakukan metode uji tertentu misalnya alat Gas
Chromatography, High Performance Liquid Chromatography, Atomic
Absorption Spectroscopy dll), ruang penyimpanan bahan (media, reagen,
buffer, bahan kimia dll yang diperuntukkan sebagai persediaan), ruang
penyimpanan alat termasuk di dalamnya ruang untuk sterilisasi alat. Untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang maka sebaiknya jenis uji berbeda
dipisahkan ruang pengujiannya, misalnya ruang pengujian kimiawi
dipisahkan dari ruang pengujian mikrobiologi.

Di luar dari bangunan laboratorium terhubung tempat pengolahan limbah


dimana sudah dilakukan identifikasi dan dipisahkan jenis limbah
laboratoriumnya yaitu:

1) limbah infeksius atau berbahaya adalah limbah laboratorium baik bentuk


cair maupun padat yang mengandung mikroorganisme atau bahan kimia
berbahaya sisa atau bekas dari hasil pengujian

2) limbah non-infeksius yaitu limbah laboratorium bentuk cair maupun


padat yang merupakan hasil buangan dari rumah tangga yang tidak
berhubungan atau terpapar dengan sampel atau pengujiannya misal
buangan toilet, kamar mandi,  kertas, plastic dll.

Limbah cair non infeksius dapat dibuang langsung ke dalam biotank yang
merupakan suatu tanki atau tabung yang ditanam di dalam tanah untuk
mengolah secara sederhana limbah cair non-infeksius.  Sedangkan limbah
padat non-infeksius dapat langsung dibuang ke tempat sampah atau
dibakar. 

Sedangkan untuk limbah laboratorium yang infeksius termasuk di


dalamnya benda tajam misalnya jarum suntik harus dilakukan perlakuan
dengan aman dan efektif sesuai dengan peraturan pengelolaan limbah. 
Perlakuan yang dilakukan antara lain menetralisirnya menjadi larutan
kimiawi yang netral ataupun di autoclave (disterilisasi dengan uap panas
bertekanan) terlebih dahulu sebelum diinsenerasi (dimusnahkan dengan
pemanasan) dengan incinerator. 

Selain itu, perlu tersedia pula bangunan penunjang tempat generator set,
penampungan air bersih atau water hydrant, pengawasan keamanan
laboratorium dari lingkungan sekitar.
Layout dan Kebutuhan ukuran ruang

Layout.  Layout ruang laboratorium mempertimbangkan berbagai hal


antara lain kebutuhan lorong antar ruang laboratorium, ruang antara,
luasan ruang kerja laboratorium, fasilitas dan peralatan laboratorium, tata
alir udara, tipe kontenmen dari ruang kerja laboratorium dll.
Ruang lorong. Ruang lorong untuk keluar masuknya orang harus aman
dan memastikan tidak menyulitkan bergerak baik pada waktu kondisi
normal maupun apabila terjadi keadaan darurat yaitu dengan tidak adanya
furniture atau barang lain yang menghambat di sepanjang lorong. Minimal
lebar jalan lorong 600 mm. Jika arah masuk atau arah keluar dibedakan
walau tidak dipisahkan dengan suatu pembatas yang permanen dan
apabila memungkinkan dapat dibuat garis pembatas yang berwarna putih
atau kuning selebar 50 mm.

Ruang Antara. Ruang yang terletak diantara bagian luar ruang


laboratorium dengan ruang kerja laboratorium. Ruang antara diperlukan
dan harus ada untuk laboratorium kontenmen tingkat 3 dan 4. Untuk
laboratorium kontenmen tingkat 3, pintu ruang antara berada diantara
ruang ganti bersih dan kotor dengan pintu yang interlock, memakai alarm
penanda atau dengan adanya protocol penggunaan.  Sedangkan untuk
laboratorium kontenmen tingkat 4, pintu ruang antara berada diantara
ruang ganti bersih dan kontor dan hanya bersifat interlock saja. Dimana
pintu interlock harus dapat dibuka secara manual dari dalam ke luar dan
hanya digunakan untuk keadaan darurat saja.

Ruang Kerja.  Penyiapan ukuran ruang kerja laboratorium tergantung pada


jumlah personel yang bekerja di dalamnya, volume pekerjaan yang
ditangani dalam keseharian, kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dalam
jangka pendek dan jangka panjang serta semua sumber daya yang dimiliki.

Layout ruang kerja dirancang untuk memberikan ruang yang cukup jelas
mana area furniture, tempat kerja sehingga personel dapat bergerak
leluasa tanpa terbentur furniture atau peralatan laboratorium apabila
personel bergerak dari posisi duduk ke posisi berdiri atau berjalan.

Ruang ganti.  Jika diperlukan adanya ruang ganti, dan personel laki-laki
dan perempuan melakukan penggantian baju pada waktu yang
bersamaan, maka perlu disediakan dua ruang ganti terpisah untuk laki-laki
dan untuk perempuan.  Ruang ganti ini diperlukan untuk mengganti baju
dari luar dengan baju pelindung diri atau lab jas seragam; dan untuk
menanggalkan baju kerja setelah pekerjaan di dalam laboratorium selesai
dan akan meninggalkan laboratorium tempat kerja.  Luasan ruang ganti
minimal 0,5 m2.

Di dalam ruang ganti, disediakan fasilitas locker sebagai tempat


penyimpanan baju, rak sepatu, cermin dll.

Toilet dan fasilitas pencuci tangan. Letak toilet dipertimbangkan dan


diperhitungkan agar tidak menyebabkan terjadinya kontaminasi silang.
Sedangkan jumlah yang tersedia harus diperhitungkan dengan jumlah
personel yang bekerja di laboratorium, jumlah personel laki-laki dan
perempuan, bahkan jika memungkinkan dengan memperhatikan personel
yang menyandang disabilitas. Rasio minimal ketersediaan toilet bagi
personel yang bekerja di laboratorium adalah sebagai berikut:
-untuk laki-laki: 1 kloset untuk setiap 20 personel dengan jumlah urinoir 1
bagi setiap 25 orang.
-Untuk perempuan: 1 kloset untuk setiap 15 personel
Toilet juga dilengkapi dengan fasilitas pencuci tangan dan khusus untuk
toilet perempuan dilengkapi dengan tempat pembuangan “pembalut”.

Bahan Struktur Bangunan dan Furniture


Bahan Struktur Bangunan. Struktur bangunan dan bahan dari bangunan
yang dibuat harus dipastikan tidak memberikan risiko terhadap kesehatan
dan keselamatan dari personel yang bekerja di laboratorium.  Permukaan
dinding, lantai dan langit-langit tahan terhadap cakaran, kelembaban,
bahan kimia atau tahan panas tergantung pada fungsi dari ruang kerja
laboratorium tersebut.  Namun perlu diupayakan sudut antara lantai
dengan dinding dan sudut antara dinding dengan langit-langit melengkung,
tidak bersudut tajam.

Dinding tahan air dengan sistim pelapis interior bagian dalam laboratorium
harus mudah dibersihkan, dapat dilapisi dengan cat epoxy.  Plafon
menggunakan bahan yang tahan air (water resistant dan water proof).
Pemilihan permukaan lantai atau lapisan yang menutupinya tergantung
pada jenis pekerjaan yang ditangani sebagaimana halnya dengan jenis
bahan atau sampel yang ditangani, kemungkinan tumpahan yang dapat
terpapar, kontaminan lainnya yang mungkin terpapar termasuk debu yang
akan timbul.  Yang jelas permukaan lantai jangan sampai licin sehingga
kemungkinan dapat terjadi slip, tanpa sambungan (nat), hospital plinth,
kedap air, tahan terhadap bahan kimia atau tidak ada kabel yang
berseliweran di lantai atau tempat kontak listrik yang kemungkinan dapat
menyebabkan tersandungnya kaki personel yang sedang bekerja di dalam
ruang kerja laboratorium, mudah dibersihkan dan didesinfeksi.

Bahan Struktur Furnitur.  Pintu, meja kerja, laci meja kerja, pegangan pintu
dll diupayakan berujung dan melengkung membulat (tidak tajam).

Gambar .  Ujung meja kerja, handle pintu dll yang membulat.


                                       

Bahan mebel tahan terhadap air, panas, bahan kimia (tanpa bahan dasar
organik). 
Kursi kerja memenuhi persyaratan ergonomic yang dapat disesuaikan
untuk mengakomodasi ukuran personel yang bekerja di laboratorium.
Sistim pintu interlock  dengan alarm yang akan berbunyi jika pintu terlalu
lama terbuka.

Gambar . Sistim pintu interlock

Pencahayaan. Tingkat pencahayaan yang harus tersedia tergantung pada


tingkat kesulitan pekerjaan yang ditangani, yang jelas personel bekerja
dengan tingkat pencahayaan yang cukup baik dari sumber yang alami
(yaitu sinar matahari) maupun sumber buatan (cahaya lampu).  Di dalam
laboratorium perlu tersedia pencahayaan untuk keadaan darurat yang akan
memandu personel keluar laboratorium pada saat terjadi kondisi darurat.

Kualitas Udara.  Ruang kerja laboratorium harus mendapat ventilasi udara


yang cukup.  Udara yang bersih dan segar yang diperoleh dari luar
laboratorium sebaiknya difilter terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi silang.  Ruang kerja
laboratorium selain memiliki ventilasi alami (berupa jendela dan pintu yang
dapat dibuka permanen) juga dapat mempergunakan ventilasi mekanik
(dari kipas angin, exhaust atau air conditioning).  Ventilasi alami ukurannya
paling tidak 5 persen dari luasan lantai dalam ruang, dapat terbuka ke luar
atau ke area dengan berpenutup. Sedangkan  ventilasi mekanik haruslah
tidak menyebabkan kelembaban di dalam ruang, menimbulkan bau, harus
dapat mengurangi tingkat kontaminan di dalam ruang.  Untuk ruang kerja
yang tertutup harus mendapat pasokan udara yang nyaman dengan
pergerakan udara biasanya antara 0,1 m dan 0,2 m per detik.

Suhu Panas dan Dingin.  Harus dapat dibedakan antara kondisi yang
mengancam kesehatan dan keselamatan serta kondisi ketidak nyamanan
yang dirasakan personel yang bekerja di laboratorium.  Personel yang
bekerja pada suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
menyebabkan ancaman terhadap kesehatan bahkan keselamatan
personel.  Kenyamanan suhu ruang dipengaruhi oleh banyak factor
termasuk di dalamnya suhu udara, pergerakan udara, suhu lantai,
kelembaban, pakaian yang dikenakan, suhu rata-rata di sekeliling dan
masuknya sinar matahari ke dalam ruang kerja, insulasi bangunan dll. 
Untuk meminimalisir kondisi lingkungan yang panas dapat dengan
meningkatkan pergerakan udara menggunakan fan atau menginstal AC
atau pendingin evaporasi ke suhu terendah, melakukan insulasi dengan
merambatkan tanaman, pipa dan dinding, mengurangi penetrasi sinar
matahari dengan memberikan kaca film pada kaca jendela dll.

Ruang makan dan /atau pantry.  Jika memungkinkan dalam area umum
tersedia ruang pantry dan /atau ruang makan bagi personel laboratorium.

Ruang tempat penyimpanan barang-barang pribadi.  Barang-barang


pribadi personel yang bekerja di laboratorium sebelum masuk ke dalam
laboratorium sebaiknya disimpan minimal di dalam locker.
Mekanikal dan Elektrikal (ME).  Dalam rancang bangun laboratorium,
masalah pokok yang tidak kalah pentingnya adalah ME yang mencakup
rancang alur listrik, tata alir udara berikut rancang penempatan pipa, tata
alir limbah berikut rancang penempatan pipa dll. 

Sebelum insinyur ME bekerja, arsitek sipil dan interior sudah harus


menyelesaikan gambar penempatan lay-out ruang, lay-out penempatan
peralatan laboratorium setiap ruang, lay-out tata alir suara, kebutuhan
udara dan tekanan udara setiap ruang, kebutuhan pencahayaan setiap
ruang, kebutuhan daya listrik setiap ruang termasuk di dalamnya
penempatan stop kontak dan vitting dll.  Setelah itu barulah dipetakan tata
alir listrik, tata alir pipa dsb.

IV. KONDISI AKOMODASI DAN KONDISI LINGKUNGAN


LABORATORIUM KARANTINA
Dengan semakin ke depannya alasan technical barrier dalam perdagangan
dunia, maka semua Negara dapat menerima atau menolak suatu
komoditas yang diperdagangkan ke dalam negaranya setelah ada
pembuktian dari hasil diagnose laboratorium yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.  Hasil pemeriksaan /pengujian
laboratorium akan diterima di berbagai Negara apabila laboratorium
penguji telah diakui kompetensinya melalui akreditasi oleh lembaga
akreditasi yang berwenang di negaranya dan termasuk ke dalam salah
satu anggota perjanjian pengakuan akreditasi dengan lembaga akreditasi
Negara lainnya (Mutual Recognition Agreement) misalnya MLA-ILAC (Multi
Lateral Agreement-International Laboratory Accreditation Cooperation),
MLA-APLAC (Multi Lateral Agreement-Asia Pacific Laboratory
Accreditation Cooperation).

Badan Karantina Pertanian, sebagai institusi yang menyaring komoditas


yang dilalulintaskan baik antar area terutama pemasukan dari luar negeri
dari kemungkinan masuknya hama penyakit hewan karantina (HPHK)
utamanya HPHK golongan I yaitu yang belum ada di Indonesia, lebih
meningkatkan operasional laboratorium karantinanya dengan mengajukan
akreditasi atas metode uji yang dilakukan di laboratorium karantina sesuai
dengan jenis komoditi yang ditangani.

4.1. Kondisi Sekarang


Sejak beberapa tahun terakhir ini, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan
Hayati Hewani melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi atas
kondisi laboratorium karantina hewan baik kompetensi personel, fasilitas
laboratorium dan kesesuaiannya dengan persyaratan standard yang tertera
pada Chapter 1.1.3. Biosafety and Biosecurity in the Veterinary
Microbiology Laboratory and Animal Facilities-OIE Terrestrial Manual 2012
dan Laboratory Biosafety Manual, WHO 3rd ed (2004), dan The Laboratory
Biosafety Guidelines 3rd ed (2004, Canada Ministry of Health). 
Pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap laboratorium karantina
hewan ini selain dilakukan oleh personel di Pusat Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani juga melalui bimbingan teknis langsung untuk
kompetensi pengujian oleh Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian
yang merupakan salah satu UPT lingkup Badan Karantina Pertanian yang
khusus menangani laboratorium karantina.

Namun dari hampir semua laboratorium karantina hewan yang pernah


ditinjau kondisi laboratoriumnya (baik yang sudah terakreditasi apalagi
yang belum terakreditasi) kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan yang
utamanya terkait dengan persyaratan standard biosafety dan biosekuriti
banyak sekali yang belum sesuai.  Karena memang kesesuaian
persyaratan untuk kareditasi laboratorium lebih menekankan kepada
kompetensi pengujian.  Kesesuaian atas kondisi akomodasi dan kondisi
lingkungan lebih melihat ketersediaannya dan tidak adanya tekanan
internal maupun eksternal atas ketersediaan ini kepada hasil pengujian
yang dilakukan oleh analis (personel yang bekerja di laboratorium).

Hasil monev laboratorium yang menyangkut kondisi akomodasi dan kondisi


lingkungan diantaranya:

1) Kondisi Akomodasi
-Masih perlu penyempurnaan struktur bangunan laboratorium, dimana
hampir semua bangunan laboratorium terbuat dari bahan dengan kekuatan
yang diperuntukkan sebagai bangunan kantor.  Hanya beberapa
laboratorium dengan struktur batas dinding dan lantai atau batas dinding
dan plafon /langit-langit melengkung.

-Jika memungkinkan dan jika diperlukan peralatan penunjang diadakan


sesuai dengan peruntukkannya (misalnya emergency shower
laboratorium).

-Untuk ruang kerja laboratorium Mikrobiologi perlu disediakan adanya


ruang antara untuk mengurangi kontaminasi silang.

-Permukaan meja kerja, dinding, langit-langit dan lantai terbuat dari bahan
bangunan biasa untuk perkantoran, yang tidak kedap air, kelembaban,
apalagi bahan kimia.  Lantai bernat, atau jikapun ada yang dilapisi cat
epoxy pengerjaannya tidak sesuai dengan persyaratan sehingga mudah
mengelupas

-Tepi meja kerja, handle pintu dll tidak membulat bahkan banyak bertepi
tajam sehingga dapat menyebabkan luka pada personel laboratorium yang
sedang bekerja jika tidak hati-hati.  Untuk memperluas space ruang kerja
ada yang menggunakan pintu geser namun handle pintu tidak sesuai
dengan peruntukkan ruang kerja laboratorium.

-Ruang gerak personel dalam ruang kerja laboratorium tidak


diperhitungkan, demikian juga ruang akses masuk /keluar tidak
memperhitungkan apabila aka nada peralatan baru yang masuk.

-Banyak laboratorium yang memerlukan penataan ulang ruang (lay-out)


laboratorium, dengan memperjelas pembagian fungsi area umum dan
fungsi area laboratorium.  Menetapkan pengujian yang akan dilakukan
untuk menetapkan ruang kerja laboratorium apa saja yang akan
disediakan, tipe laboratorium kontenmen berapa yang akan dibentuk,
luasan ruang kerja laboratorium yang akan dibuat, ruang/space tempat
preparasi sampel, ruang penerimaan sampel berikut fasilitasnya, ruang
penyimpanan persediaan alat/bahan, ruang sterilisasi alat.
-Prinsip pemisahan ruang bersih dan ruang kotor banyak tidak
diperhatikan, demikian juga dengan peralatan yang diperuntukkan kondisi
bersih bercampur dengan kondisi kotor.

-Banyak laboratorium tidak memperhatikan tata letak peralatan


laboratorium per ruang kerja sesuai dengan prinsip biosafety dan
biosecurity agar operasionalisasinya lebih efisien.

-Spesifikasi peralatan laboratorium yang dimiliki kurang memadai

-Pemeliharaan peralatan laboratorium dan kalibrasi peralatan laboratorium


kurang rutin dilaksanakan

-Banyak belum memperhatikan ketersediaan biotank sebagai tempat


penampungan limbah cair dari laboratorium dan pengolahan limbah
laboratorium secara sederhana, water toren (untuk menjamin ketersediaan
air), generator untuk back up listrik atau stabilizer pada setiap alat terutama
alat pengujian utama.

2) Kondisi Lingkungan
-Belum ada yang memperhatikan tata alir udara, tata alir pembuangan
limbah, tata alir listrik, sehingga ketersediaan daya listrik pada setiap ruang
kerja, keteraturan penataan kabel listrik, pipa pembuangan belum
terpenuhi.

-Hampir semua laboratorium menutupi jendelanya dengan krey atau


gordijn.  Sedangkan untuk mengurangi masuknya panas dari luar, maka
kaca jendela dapat ditutupi dengan kaca film atau sun blast.

-Perlu ada penataan penempatan peralatan laboratorium yang


operasionalnya dipengaruhi oleh exhause fan atau air conditioning.

4.2. Kondisi Ideal


Badan Karantina Pertanian sejak tahun 2009 sudah menyusun standard
laboratorium karantina hewan yang disesuaikan dengan kepentingan
tingkat kontenmen biosafety sebagaiman yang tertera pada Keputusan
Kepala Badan Karantina Pertanian No. 384a/kpts /PD.670.030 /L/10/2007
tentang Pedoman Penetapan dan  Pengelolaan Laboratorium Karantina
Hewan dan yang disempurnakan pada Keputusan Kepala Badan Karantina
Pertanian No. 3694a/Kpts /OT.160 /L.1/03/2014 tentang Pedoman
Pengembangan Sarana Prasarana Laboratorium Lingkup Badan Karantina
Pertanian. Dalam kedua keputusan tersebut baru menetapkan persyaratan
ruang kerja laboratorium berikut dengan fasilitas peralatan yang harus
dipenuhi dan ditetapkan sebagai standard yang harus diikuti oleh UPT
yang akan membangun atau merenovasi laboratoriumnya yang sudah ada,
namun belum menyentuh persyaratan standard dari kondisi akomodasi dan
kondisi lingkungan laboratorium yang terkait erat dengan tingkat
kontenmen laboratorium yang ditetapkan.

Kondisi ideal suatu laboratorium tentu saja harus sesuai dengan


persyaratan standard biosafety dan biosekuriti dan peruntukkan
sebagaimana yang tertera dalam Chapter 1.1.3. Biosafety and Biosecurity
in the Veterinary Microbiology Laboratory and Animal Facilities-OIE
Terrestrial Manual 2012 dan Laboratory Biosafety Manual, WHO 3rd ed
(2004), dan The Laboratory Biosafety Guidelines 3rd ed (2004, Canada
Ministry of Health).  Penetapan klasifikasi tingkat kontenmen laboratorium
yang terkait erat dengan risiko kelompok mikroorganisme yang ditangani
laboratorium disesuaikan dengan  pengelompokkan mikroorganisme yang
ada di Indonesia.  Namun rancang bangun, kondisi akomodasi dan kondisi
lingkungan yang harus dipenuhi persyaratan/standardnya tetap sesuai
dengan prinsip-prinsip yang harus dipenuhi.

4.3  Upaya Penyesuaian Dengan Standard


Dalam era biosekuriti dan biosafety yang harus dipenuhi semua
laboratorium terutama yang menangani mikrobiologi sebagaimana yang
ditangani oleh laboratorium karantina hewan, mengajukan akreditasi atas
kompetensi pengujian dari penyelenggaraan laboratorium bukan hanya
bersifat volunteer namun menjadi mandatory. Penentuan klasifikasi tingkat
kontenmen laboratorium dari masing-masing laboratorium karantina juga
menjadi kewajiban menyangkut jenis komoditas yang ditangani apakah
termasuk risiko tinggi, sedang ataukah rendah. Dimana tingkat kontenmen
laboratorium ini jelas berkaitan erat dengan fasilitas yang harus tersedia
baik prasarana, sarana dan peralatan laboratoriumnya.  Karena
laboratorium karantina menangani mikroorganisme kelompok risiko tinggi
yang diantaranya bersifat zoonosis dan sangat menular, dan termasuk
agen biologic pathogen yang dapat dijadikan sebagai agen bioterorisme,
maka biosekuriti laboratorium menjadi prinsip yang harus diterapkan oleh
laboratorium karantina hewan terutama yang menangani komoditas
importasi.

Tanggung jawab manajemen laboratorium selain mendapat pengakuan


akreditasi atas kompetensi penyelenggaraan laboratorium juga harus
sudah mulai memikirikan untuk melakukan sertifikasi bangunan
laboratorium dengan memperhatikan semua unsur yang terkait dengan
kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan laboratorium.

Untuk itu diperlukan personel manajerial yang memahami semua hal terkait
dengan kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan laboratorium yang akan
mempengaruhi penyelenggaraan laboratorium.  Personel manajerial ini
yang akan memberi masukan kebutuhan fungsi dan pekerjaan di
laboratorium kepada pihak arsitek sipil dan interior, insinyur ME, kontraktor
yang akan menterjemahkan ke dalam gambar dan pelaksanaan
pekerjaan.  Personel manajerial ini juga harus mampu menjadi pengawas
pekerjaan dan yang menentukan struktur serta bahan yang diperlukan
sesuai dengan prinsip persyaratan standard dan disesuaikan juga dengan
besaran anggaran yang dimiliki untuk membangun atau merenovasi suatu
laboratorium.

V.  PENUTUP

Ternyata elemen 5.3. kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan yang ada
dalam persyaratan SNI ISO/IEC 17025:2008 tidaklah sesederhana
sebagaimana yang tertulis, dimana laboratorium harus memenuhi
persyaratan kondisi akomodasi yang berupa pemisahan ruang sesuai
fungsi, akses masuk dan keluar, pengendalian penggunaan ruang dan
fasilitas ruangan, termasuk memantau kondisi lingkungan yang mungkin
dapat mempengaruhi hasil pengujian seperti pencahayaan, debu,
kelembaban ruangan, daya listrik, suhu dll.

Semua unsur yang terlibat di dalam kondisi akomodasi dan kondisi


lingkungan amat sangat mempengaruhi hasil pengujian disamping
penerapan SOP (Standar Operasional Prosedur), GLP (Good Laboratory
Practice) dan GMT (Good Microbiological Technique).  Semua unsur
kondisi akomodasi dan kondisi lingkungan laboratorium sudah harus mulai
benar-benar diperhatikan oleh manajerial laboratorium karantina hewan.

Anda mungkin juga menyukai