MINGGU 3
BLOK 2.3
NPM : 119170032
KELAS :B
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2020
Protein sebagai komponen terpenting di dalam tubuh dan memiliki fungsi
yang signifikan, yaitu Hormonal, alat transpor (Albumin), menjaga dapar cairan
tubuh. Berdasarkan jenisnya Protein menjadi 2 bagian, yaitu Protein Struktural
(Kolagen seperti penyusun otot, Elastin pada struktur kulit, Keratin terdapat pada
kuku dan rambut, Actin dalam kontraktilitas otot) dan Protein Fungsional (Enzim,
Hormon) yang tentunya keduanya saling berkontribusi dalam peranan
Metabolisme di dalam tubuh, tanpa adanya Protein manusia tidak akan dapat
hidup karena berbagai proses di dalam tubuh akan terhambat. Metabolisme
Protein tergantung pada Enzim Proteolitik pada Lambung (Pepsinogen-Pepsin),
Pankreas (Tripsin, Kimotripsin, Elastase), dan Brush Border Cells (Dipeptidase,
Carboxypeptidase, Aminopeptidase). Protein yang didapat dari makanan akan
dipecah oleh Protease Pankreas membentuk Peptida, lalu akan masuk ke Villi
Usus dengan Enzim Brush Border dengan membentuk Asam Amino dan Peptida
yang lebih kecil, masuk ke dalam Sel Usus dengan Transport Aktif dan bantuan
dari Na+. AA dari Sel Usus masuk ke Kapiler dengan mekanisme Difusi
Terfasilitasi.
Gugus Amino dan Hidroksil menjadi penyusun utama AA. Dibagi menjadi
2 jenis, yaitu Asam Amino Esensial (Arginin, Histidin) dan Asam Amino Non
Esensial (Alanin, Asparagin). Metabolisme Asam Amino di dalam sel dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu Katabolisme (Pemecahan) seperti Katabolisme Nitrogen
untuk membentuk Urea, Katabolisme kerangka karbon Asam Amino senyawa
Amfibolik, Anabolisme (Pembentukan) 10 macam AA Esensial saja. Jika terjadi
kelebihan Asam Amino dalam tubuh, maka akan diubah menjadi senyawa
Amfibolik atau pun diubah menjadi lemak untuk kebutuhan kalori tubuh.
Katabolisme atau penguraian protein merupakan suatu proses yang terjadi secara
kontinue dalam semua bentuk kehidupan. Pada orang dewasa normalnya 1-2%
Protein tubuh diganti seriap hari. Protein diuraikan menjadi Asam Amino, 75-80%
untuk sintesis protein baru, 20-25% Amina membentuk Ureum, Gugus Karbon
jadi Karbohidrat (Glukogenik) dan Lemak (Ketogenik).
Pada keadaan Asam Amino berlebih, maka terjadi sintesis Protein, sintesis
produk khusus (Serotonin), dan sisa Katabolisme Nitrogen membentuk Urea,
Kerangka C berperan sebagai senyawa Amfibolik. Mengukur jumlah Nitrogen
yang masuk dan ke luar dapat diperkirakan kondisi metabolisme Protein tubuh (N
masuk tubuh lewat makanan maupun N keluar tubuh lewat urine, keringat, dan
feses). Keseimbangan Nitrogen (+) berarti N yang masuk tubuh > N keluar dari
tubuh, maka Anabolisme Protein > Katabolisme Asam Amino seperti pada masa
pertumbuhan, kehamilan, penyembuhan, Keseimbangan Nitrogen (-) memiliki
maksud Katabolisme AA > Anabolisme Protein seperti saat kelaparan, sakit, dan
Keseimbangan Nitrogen yang seimbang seperti pada orang dewasa normal dan
sehat. Asam Amino Non Esensial lain seperti Glutamat Prolin
Hidroksiprolin, Serin Glisin dan Sistein. Pada Asam Amino Esensial Metionin
dan Serin Sistein, Phenilalanin Tirosin, Lisin Hidroksilisin.
Regulasi distribusi Ion Kalium yang pertama Insulin, Insulin ini akan
merangsang ambilan Kalium ke dalam Sel, salah satu faktor terpenting yang dapat
meningkatkan ambilan Kalium ke dalam Sel sesudah makan adalah Insulin,
peningkatan konsentrasi Kalium Plasma sesudah makan lebih besar daripada
orang normal, Aldosterone akan meningkatkan ambilan Kalium ke dalam Sel,
peningkatan asupan Kalium juga akan merangsang Sekresi Aldosterone dan akan
meningkatkan aliran Kalium ke dalam Sel, Stimulasi β-adrenergic akan
meningkatkan penyerapan Kalium, peningkatan sekresi Katekolamin terutama
pergerakan Epinefrin Kalium dari Ekstrasel ke Intrasel terutama dengan aktivasi
Reseptor β-adrenergic, lalu ada Abnormalitas Asam-Basa dapat menyebabkan
perubahan distribusi Kalium, peningkatan konsentrasi Hydrogen akan mengurangi
aktivitas Pompa Na-K ATPase dan mengurangi penyerapan Seluler Kalium dan
meningkatkan konsentrasi Kalium di Ekstraseluler, Sel Lysis menyebabkan
peningkatan konsentrasi Kalium pada Ekstraseluler, saat sel dihancurkan sejumlah
besar Kalium yang terkandung dalam Sel dilepaskan ke Kompartemen
Ekstraseluler, olahraga berat dapat menyebabkan Hiperkalemia dengan
melepaskan Kalium dari Otot Tulang, selama latihan yang berkepanjangan,
kalium dilepaskan dari Otot Rangka ke ECF, dan yang terakhir peningkatan
Osmolaritas Cairan Ekstraseluler menyebabkan Redistribusi Kalium dari Sel ke
Cairan Ekstraseluler.
Kontrol Kalsium oleh Ginjal, pada Ekskresi Kalsium Ginjal ini, Kalsium
yang disaring dan Kalsium yang diserap kembali hanya sekitar 50% Kalsium
Plasma yang Terionisasi. Hanya (sekitar 40%) Protein Plasma atau kompleks
dalam bentuk Non-terionisasi dengan Anion seperti Fosfat dan Sitrat (sekitar
10%), dan hanya sekitar 50% Kalsium Plasma yang dapat disaring di Glomerulus.
Normalnya, hanya sekitar 99% kalsium yang disaring dan diserap kembali oleh
Tubulus, sekitar 65% diserap kembali dalam Tubulus Proksimal 25 -30% diserap
kembali dalam Loop Henle 4-9% diserap kembali di Tubulus Distal. Hanya
sekitar 1% dari Kalsium yang disaring dan diekskresikan. Salah satu pengendali
utama Reabsorpsi Kalsium Tubulus Ginjal adalah PTH. Peningkatan kadar PTH
ini akan meningkatkan Reabsorpsi Kalsium di loop Henle yang tebal dan Tubulus
Distal dan akan mengurangi Ekskresi Kalsium Urin. Dalam Tubulus Proksimal,
Reabsorpsi Kalsium biasanya paralel dengan Reabsorpsi Natrium. Kontrol
Ekskresi Magnesium Ginjal dan Konsentrasi Ion Magnesium Ekstraseluler, total
Konsentrasi Magnesium Plasma adalah 1,8 mEq / L > 1/2 terikat dengan Protein
Plasma. Konsentrasi Magnesium yang tidak terionisasi hanya sekitar 0,8 mEq / L.
Asupan Magnesium harian normalnya adalah 250-300 mg / hari. Hanya 1/2 dari
asupan ini yang akan diserap oleh Saluran Pencernaan.
Komposisi dari cairan tubuh di dominasi oleh air pelarut, substansi pelarut
contohnya seperti air, air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata rata
presentase air pada tubuh seorang laki laki dewasa adalah 60% sedangkan
komposisi air pada perempuan dewasa adalah 55% dari total berat badan nya.
Lalu yang kedua ada juga cairan elektrolit dan cairan non elektrolit, untuk yang
elektrolit itu adalah substansi yang berdisosiasi di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik, contoh nya kation. Ion ion yang membentuk muatan
positif dalam larutan, kation ekstraseluler yang utama adalah natrium, dan
sedangkan untuk yang intraseluler nya kalium. Lalu ada juga anion, anion adalah
ion ion yang membentuk suatu muatan negative dalam larutan, untuk anion utama
di bagian ekstraseluler adalah klorida, sedangkan untuk bagian intraseluler nya
adalah ion fosfat. Yang kedua ada cairan non elektrolit, cairan non elektrolit
adalah substansi glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam sebuah larutan.
Larutan non elektrolit secara klinis sangat lah penting terutama mencakup keratin
dan bilirubin. Fungsi cairan tubuh, yang pertama ada sebagai sarana untuk
mengangkut zat zat makanan ke sel sel, yang kedua mengeluarkan buangan
buangan sel yang sudah tidak terpakai lagi di dalam tubuh, yang ketiga membantu
dalam metanolisme sel, yang ke empat sebagai pelarut untuk elektrolit maupun
non elektrolit, yang kelima membantu memelihara suhu tubuh atau bisa juga
sebagai homeostasis,yang ke enak untuk membantu system pencernaan, yang ke
tujuh mempermudah eliminasi, yang ke delapan untuk mengangkut zat zat seperti
enzim, hormone, sdp dan sdm.
Dilihat dari kekentalan laurtan ditentukan oleh jumlah zat yang terlarut
serta besarnya volume di dalam sel, terdapat Isosmotik (larutan dengan
Osmolaritas sama dengan sel, terlepas dari zat terlarut dapat menembus Membran
Sel) dan Hiper/Hiposmotik (larutan memiliki Osmolaritas yang tinggi atau rendah
dibandingkan dengan CES normal, tanpa memperhatikan zat terlarut dapat
menembus Membran Sel). Faktor yang mempengaruhi abnormalitas dari volume
dan Osmolaritas CIS dengan CES seperti Ingesti pada penderita Dehidrasi, Diare,
dan sebagainya. Prinsip dasar untuk menentukan total cairan CIS dan CES adalah
kecepatan air dalam difusi dan Permeabilitas Membran Sel yang umumnya akan
Impermeabel terhadap zat terlarut. Terdapat abnormalitas pada konsentrasi
Natrium, seperti Hiponatremia dimana kada Natrium < 142 mEq/L sedangkan
Hipernatremia berarti kadar Natrium > 142 mEq/L. Edema Intraseluler
disebabkan oleh 2 hal, yaitu depresis Sistem Metabolisme Jaringan dan sedikitnya
nutrisi di dalam sel.Pada Edema Ekstraseluler disebabkan oleh kebocoran plasma
ke dalam CIS dan kegagalan sistem limfatik dalam mengangkut CIS ke dalam
darah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Filtrasi Kapiler, ditentunkan
oleh Koefisien Filtrasi, Tekanan Hidrostatik Kapiler, dan Tekanan Osmotik
Koloid Plasma.
Colon Sigmoideum merupakan Organ yang memiliki panjang 10-15 inci, lanjutan
dari Colon Descendens, letaknya pada depan Apertura Pelvis Superior,
melanjutkan menjadi Rectum di depan Vertebra Sacralis ke 3. Dihubungkan
dengan dinding Posterior Pelvis oleh Mesocolon Sigmoideum. Pada bagian
Anterior laki-laki akan berhubungan dengan Vesica Urinaria sedangkan pada
perempuan Facies Posterior Uterus dan bagian atas Vagina. Pada bagian Posterior
akan berhubungan dengan Rectum, Os sacrum, dan lengkung Ileum.
Vascularisasi oleh Arteri Sigmoidea cabang dari Arteri Mesenterica Inferior,
cabang Vena Mesenterica Inferior ke Sistem Vena Porta. Aliran Limfe sepanjang
Arteri Sigmoidea dialirkan ke Nodi Mesenterici. Persarafannya oleh Saraf
Simpatis dan Parasimpatis (Plexus Hypogastricus Inferior).
Testis adalah sepasang Organ atau 2 buah Organ yang berbentuk lonjong
seperti kelereng dengan ukuran panjang lebih kurang 2 inchi (5 cm) dan sedikit
pipih ke sisi. Masing-masing Testis merupakan organ yang kuat yang mudah
bergerak, dan Testis terletak di dalam Scrotum. Testis bagian sebelah kiri
biasanya terletak lebih rendah lebih berat dan lebih besar dibandingkan Testis di
bagian sebelah kanan karena pada masa Embriologi nya penurunan Testis
berbeda. Masing-masing Testis dikelilingi oleh Capsula Fibrosa yang kuat, yaitu
Tunica Albuginea, Tunica Vaginalis Pars Parietalis, Tunica Vaginalis Pars
Visceralis, Tunica Vasculosa. Tubulus Seminiferus bermuara ke dalam suatu
jaringan yang dimana salurannya dinamakan Rete Testis. Di dalam setiap Lobulus
di antara Tubulus Seminiferus terdapat jaringan ikat yang lembut dan terdapat
kelompok Sel-Sel bulat Interstitial (Sel-Sel Leydig) yang menghasilkan Hormon
Seks laki-laki yaitu Testosteron. Rete Testis ini dihubungkan oleh Ductuli
Efferentes yang kecil ke ujung atas Epididymis. Fungsi Testis yaitu untuk fungsi
Eksokrin nya menghasilkan Spermatozoa oleh Tubulus Seminiferi Contorti. Dan
untuk Endokrin nya Sel-Sel Interstitial (Sel Leydig) berfungsi menghasilkan
Hormon Seks laki-laki yaitu Testosteron. Morfologi Testis, untuk Testis sendiri
itu memiliki beberapa bagian di antara nya adalah, Ekstremitas Superior yang
terletak di dekat Vas Defferent dan Ekstremitas Inferior yang letak nya berdekatan
dengan Cauda Epididymis. Untuk Margo nya di bagi menjadi 2 yaitu terdapat
Margo Anterior atau biasa di sebut Libera, dan Margo Posterior atau Mesorchium,
dimana untuk Margo bagian Posterior ini di tempati oleh Epididymis dan tertutup
oleh Funiculus Spermaticus.
Lapisan pembungkus Testis dari bagian luar kedalam nya adalah sebagai
berikut, yang pertama terdapat Scortum, pada Scrotum terdiri dari Integmentum
dan Tunica Dartos, yang kedua ada Lapisan Funiculus Spermaticus, di Lapisan ini
terdapat Facies Spermatica Externa, Fascia Cremasterica dan Otot nya dan juga
terdapat Fascia Spermatica Interna, untuk yang ketiga ada Tunica Vaginalis,
terdapat dua Lapisan yaitu Lapisan Parietal dan Lapisan Visceralis, yang ke empat
terdapat Tunica Albugenia, dimana Tunica Albugenia ini terdiri dari jaringan ikat
yang sangat padat, dan yang terakhir ada Lobulus Testis, untuk letaknya dia
terletak di Basis nya itu ke arah Perifer dan untuk letak Apexnya ke arah Rete
Testis. Untuk Vaskularisasinya dari Testis ini sendiri di cabangi dari beberapa
Arteri yang pertama ada Arteri Spermatica Interna, yang kedua ada Arteri
Spermatica Externa cabang dari Arteri Epigastrica yang bagian Inferior dan yang
terakhir ada Arteri Defferentialis. Untuk pembuluh Vena nya ada Plexus
Pampiniformis dimana aliran nya akan bermuara ke Vena Cava Inferior, dan
Plexus Pampimiformis bagian kiri yang muara nya juga sama ke Vena Cava
Inferior. Untuk Pembuluh Limfe nya muara nya mengikuti Arteri Spermatica
Interna, dan yang terakhir Inervasinya, Testis dipersarafi oleh Plexus Testicularis
yang berisi Parasimpatis dari Nervus Vagus yang fungsi nya menyebabkan
Kontraksi pada Otot Detrusor pada Vesika Urinaria, lalu ada Serabut Serabut
Simpatis dari Segmen Thorakal VII yang berfungsi sebagai Inhibisi yang
menyebabkan Relaksasi Otot Detrusor.
Urin disaring 125 mL/min dan diserap kembalik 124 mL/min. Kuantitas
akhir urin yang terbentuk rata-rata 1 mL/menitnya, urine disaring 180 L/hari dan
dieksresikan 1,5 L/hari. Refleks Miksi mulai muncul diakibatkan oleh reseptor
regang yang terletak pada Posterior Vesica Urinaria. Keinginan pertama untuk
berkemih timbul akibat volume Kandung Kemih sekitar 150 cc dan terisi penuh
saat 400 cc. Adrenergik dari Simpatis akan menginnervasi Kandung Kemih dan
Uretra. Reseptor Adrenergik di Kandung Kemih terdiri dari Reseptor Alfa dan
Beta. Kandung Kemih akan terisi secara progresif sampai ketegangan di
dindingnya naik di atas ambang batas. Nada normal Otot Detrussor di Dinding
Kandung Kemih menekan Ureter untuk mencegah aliran balik urine ketika
tekanan menumpuk di Kandung Kemih. Ketika Kandung Kemih terisi, kontraksi
menjadi lebih sering dan lebih kuat, akibat dari kontraksi ini refleks lain
menghambat Sphincter Eksternal. Jika refleks ini dapat mengalahkan
penyempitan oleh Sphincter Eksternal, maka refleks miksi akan terjadi.
Transportasi Sel Sperma, tugas utama dari Sel Sperma ini adalah
membuahi Oosit, Transport nya Sperma akan berpindah dari Tubulus Seminiferus
yang berada di Testis menuju Epididmis, Kemudian akan bermuara ke Ductus
Ejakulatorius dan keluar dari Uretra menuju Vagina. Peran dari Epididimis
anatara lain sebagai sebuah tempat untuk mematangkan Sperma yang baru
terbentuk, dibutuhkuhkan 1 sampai 12 hari Sperma ini untuk melewati
Epididimis, adanya pergerakan yang pasif karena kontraksi Otot Polos Tubulus
Seminiferus, Sel Sperma sudah mampu bergerak sendiri di Epididimis ini
sehingga Sel Sperma akan berjalan dengan sendiri nya menuju ekor Epididimis ini
untuk menunggu Ejakulasi terjadi. Selama proses Ejakulasi Sperma akan keluar
dari ekor Epididimis karena adanya kontraksi otot yang mendorong Sel Sperma
ini, dan kemudian Sel Sperma akan bergerak ke Duktus Deferens, di Duktus
Deferen ini Sel Sperma akan di bundel atau di ikat bersamaan dengan jaringan
ikat, pembuluh darah dan saraf di Skrotum struktur tersebut di namakan sebagai
Tali Spermatika.
Ereksi pada pria itu terjadi karena adanya lebih banyak daerah Arteri yang
mengalir ke Penis di bandingkan darah yang mengalir meninggalkan Penis itu
sendiri, Selain itu karena adanya Gairah Seksual yang menyebabkan Oksida Nitral
di lepaskan dari ujung saraf di dekat pembuluh darah corpora cavernosa dan
corpora spongiosum, Pelepasan NO ini mengaktifkan sinyal relaksasi otot halus
Arteri Penis, sehingga menyebabkan Vasodilatasi Arteri Penis yang meningkatkan
volume darah yang masuk ke penis dan juga menginduksi Sel-sel Endotel di
dinding Arteri Penis memproduksi NO.