NIM : 858914778
858914785
Tugas Tutorial
JAWABAN :
1. Sekolah sebagai laboratorium demokrasi memiliki karakter dimana guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, menyampaikan
pendapat, memiliki perpektif berbeda dengan temannya atau pun dengan guru.
Demokrasi erat kaitannya dengan toleransi, saling menghargai, dan
menghormati keberagaman.
1. Fungsi Kognitif
2. Fungsi Evaluatif
3. Fungsi Operasional
4. Fungsi Komunikasi
* Pengertian Nilai yang dalam bahasa Inggris disebut “value”, menurut
Djahiri (1999), dapat diartikan sebagai harga, makna, isi dan pesan, semangat,
atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga
bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan
standar perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra (1989),
nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki
nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang berharga.
Nilai Pancasila yang digali dari bumi Indonesia sendiri merupakan pandangan
hidup/panutan hidup bangsa Indonesia. Kemudian, ditingkatkan kembali
menjadi Dasar Negara yang secara yuridis formal ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, yaitu sehari setelah Indonesia merdeka. Secara spesifik, nilai
Pancasila telah tercermin dalam norma seperti norma agama, kesusilaan,
kesopanan, kebiasaan, serta norma hukum.
Dengan demikian, nilai Pancasila secara individu hendaknya dimaknai
sebagai cermin perilaku hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap
dan dalam cara bertindak. Misalnya, nilai contoh gotong-royong. Jika
perbuatan gotong-royong dimaknai sebagai nilai, maka akan lebih bermakna
jika nilai gotong-royong tersebut telah menjadi pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak seseorang secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu, nilai gotong-royong seperti yang dicontohkan tadi adalah perilaku
yang menunjukkan adanya rasa saling membantu sesama dalam melakukan
sesuatu yang bisa dikerjakan secara bersama-sama sebagai perwujudan dari
rasa solidaritas yang memiliki makna kebersamaan dalam kegiatan
bergotong-royong.
* Pengertian Moral menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik buruk
seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga
negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan
anak manusia bermoral baik dan manusiawi.
Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik
buruk yang ada dan melekat dalam diri individu atau seseorang. Walaupun
moral itu berada di dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem
yang berwujud aturan. Moral dan moralitas ada sedikit perbedaan, karena
moral adalah prinsip baik buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas
pertimbangan baik buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas
bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun
menjalankan aturan. Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran
nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakterstik anak.
Norma agama adalah tolok ukur benar salah yang mendasarkan diri
pada ajaran-ajaran agama. Dalam agama-agama selalu ada perintah dan
larangan. Ada halal haram lengkap dengan sanksi-sanksi bagi pelanggar
ajaran-ajaran agama. Norma agama itu tentunya berlaku bagi pemeluknya
karena beragama itu dasarnya adalah keyakinan.
3. Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup dan
tinggal di suatu wilayah hukum tertentu, warga negara harus tunduk dan taat
pada peraturan yang berlaku di negaranya dengan melaksanakan aturan
dengan baik dan bertanggung jawab. Warga negara berarti penduduk sipil,
penduduk sipil melaksanakan kegiatan demokrasi secara langsung dalam
suatu polisi atau negara kota (city state). Polisi adalah suatu organisasi yang
berperan dalam memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warga
negaranya.
Warga negara yang cerdas erat kaitannya dengan kompetensi warga negara,
sebab warga negara yang cerdas mesti memenuhi sejumlah kompetensi serta
mampu mengaplikasikannya dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Setiap warga negara memiliki potensi dasar mental yang dapat
dikembangkan, menurut Nursid Sumaatmadja (1998) meliputi :
•Minat (sense of interest)
•Dorongan ingin tahu (sense of curiosity)
•Dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality)
•Dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry)
•Dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery)
4. Penerapan kurikulum 2013 di satuan pendidikan sekolah dasar sudah berjalan
namun belum sepenuhnya memberikan hasil yang maksimal. Ada berbagai
kendala yang dihadapi guru dalam penerapan, salah satunya adalah
penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah bagaimana seorang guru mampu
menilai pencapaian kompetensi peserta didik dengan tepat terkhususnya
dalam penilaian pengetahuan. Oleh karena itu maka, tulisan ini sangat
membantu guna menjawab pertayaan bagaimana cara dan waktu yang tepat
untuk melakukan penilaian terhadap pencapaiaan kompetensi peserta didik.
Prinsip penilaian kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) karena kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2006. Dalam kurikulum 2006 penilaian
dilakukan berdasarkan muatan pembelajaran dalam bentuk angka sedangkan
kurikulum 2013 penilaian mengacu pada muatan kompetensi dasar yang
disajikan dalam bentuk angka dan deskripsi. Di dalam kurikulum 2013 konsep
penilaian untuk memahami pembelajaran melalui kompetensi mengacu pada
3 (tiga) hal yaitu penilaian sebagai pembelajaran (asessment as learning),
penilaian untuk pembelajaran (asessment for learning) dan penilaian atas
pembelajaran (asessment of learning). Ketiga hal ini harus dilakukan oleh
guru dalam kegiatan penilaian. Sebelum kurikulum 2013 diterapkan, kita
(guru) lebih kenal dengan sebutan penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Penilaian formatif dikenal dengan penilaian proses sedangkan penilaian
sumatif dikenal dengan penilaian hasil. Kalau dalam kurikulum 2013
penilaian formatif dikenal dengan asessment as learning dan asessment for
learning. Sedangkan penilaian sumatif dikenal dengan asessment of learning.
Jadi pada prinsipnya tidak ada perbedaan yang terlalu mendalam pada
kegiaatan penilaian.
Prinsip penilaian pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: