Anda di halaman 1dari 10

Kode MK : PDGK4201

Nama MK : Pembelajaran PKN di SD

Nama : Faridatun Hasanah


YULIANINGSIH

NIM : 858914778
858914785

UPBJJ UT JEMBER : Pokjar Lumajang

Tugas Tutorial

1. Apa yang anda ketahui tentang sekolah sebagai laboratorium demokrasi?


2. Apa yang anda ketahui tentang pengertian dari konsep, nilai, moral dan
norma. Jelaskan!
3. Jelaskan potensi dasar mental yang ada di setiap warga Negara menurut
Nursid Sumaatmadja!
4. Jelaskan 3 hal yang berkaitan dengan kegiatan penilaian!

JAWABAN :
1. Sekolah sebagai laboratorium demokrasi memiliki karakter dimana guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, menyampaikan
pendapat, memiliki perpektif berbeda dengan temannya atau pun dengan guru.
Demokrasi erat kaitannya dengan toleransi, saling menghargai, dan
menghormati keberagaman.

2. * Pengertian Konsep ialah istilah yang bisa digunakan untuk


menggambarkan secara abstrak dari suatu objek untuk tujuan
mengklasifikasikan ataupun mengkategorikan suatu kelompok dari suatu
benda serta gagasan ataupun peristiwa. Konsep juga dapat menyatukan
sejumlah benda seperti gagasan, peristiwa maupun fenomena menjadi satu
kesatuan. Sehingga dengan sebuah konsep bisa menyebutkan beberapa benda,
gagasan, serta peristiwa ataupun fenomena dengan lebih simpel.
Di dalam sebuah konsep memiliki beberapa ciri-ciri.
Apa saja ciri-ciri dari konsep mari sama-sama kita melanjutkan pembahasan
mengenai konsep.
a. Konsep itu mempunyai sifat abstrak dan merupakan gambaran mental
tentang benda, peristiwa ataupun kegiatan.
b. Konsep ialah kumpulan dari benda-benda yang mempunyai karakteristik
ataupun kualitas secara umum. Jadi yang ada di dalam konsep terdapat
beberapa hal yang bisa di satukan.
c. Konsep mempunyai sifat personal, pemahaman orang mengenai konsep
“kelompok” misalkan mungkin berbeda dengan pemahaman orang
lainnya.
d. Konsep dipelajari melalui sebuah pengalaman dengan belajar.
e. Konsep bukanlah persoalan arti dari sebuah kata seperti yang ada di dalam
kamus, di dalam kamus sendiri memiliki makna lain yang lebih luas.

Di dalam sebuah konsep terdapat fungsi di dalamnya, untuk mengetahui apa


saja fungsi dari konsep mari sama-sama kita melanjutkan pembahasan
mengenai konsep ini.

1. Fungsi Kognitif
2. Fungsi Evaluatif
3. Fungsi Operasional
4. Fungsi Komunikasi
* Pengertian Nilai yang dalam bahasa Inggris disebut “value”, menurut
Djahiri (1999), dapat diartikan sebagai harga, makna, isi dan pesan, semangat,
atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga
bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan
standar perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra (1989),
nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki
nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang berharga.
Nilai Pancasila yang digali dari bumi Indonesia sendiri merupakan pandangan
hidup/panutan hidup bangsa Indonesia. Kemudian, ditingkatkan kembali
menjadi Dasar Negara yang secara yuridis formal ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, yaitu sehari setelah Indonesia merdeka. Secara spesifik, nilai
Pancasila telah tercermin dalam norma seperti norma agama, kesusilaan,
kesopanan, kebiasaan, serta norma hukum.
Dengan demikian, nilai Pancasila secara individu hendaknya dimaknai
sebagai cermin perilaku hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap
dan dalam cara bertindak. Misalnya, nilai contoh gotong-royong. Jika
perbuatan gotong-royong dimaknai sebagai nilai, maka akan lebih bermakna
jika nilai gotong-royong tersebut telah menjadi pola pikir, pola sikap, dan pola
tindak seseorang secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu, nilai gotong-royong seperti yang dicontohkan tadi adalah perilaku
yang menunjukkan adanya rasa saling membantu sesama dalam melakukan
sesuatu yang bisa dikerjakan secara bersama-sama sebagai perwujudan dari
rasa solidaritas yang memiliki makna kebersamaan dalam kegiatan
bergotong-royong.
* Pengertian Moral menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik buruk
seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga
negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan
anak manusia bermoral baik dan manusiawi.
Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik
buruk yang ada dan melekat dalam diri individu atau seseorang. Walaupun
moral itu berada di dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem
yang berwujud aturan. Moral dan moralitas ada sedikit perbedaan, karena
moral adalah prinsip baik buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas
pertimbangan baik buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas
bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun
menjalankan aturan. Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran
nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakterstik anak.

* Pengertian Norma adalah tolak ukur/alat untuk mengukur benar


salahnya suatu sikap dan tindakan manusia. Norma juga bisa diartikan sebagai
aturan yang berisi rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang
di dalamnya terkandung nilai benar/salah (Margono, 2001:67). Dalam bahasa
Inggris, norma diartikan sebagai standart. Di samping itu, norma juga bisa
diartikan kaidah atau petunjuk hidup yang digunakan untuk mengatur perilaku
manusia dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Jika norma
dipahami sebagai standar (ukuran) perilaku manusia, yang dapat dijadikan
“alat” untuk menghakimi suatu perilaku manusia (benar atau salah), maka
dalam realitas kehidupan sehari-hari terdapat paling tidak 5 norma, yaitu:

(1) Norma Agama,

Norma agama adalah tolok ukur benar salah yang mendasarkan diri
pada ajaran-ajaran agama. Dalam agama-agama selalu ada perintah dan
larangan. Ada halal haram lengkap dengan sanksi-sanksi bagi pelanggar
ajaran-ajaran agama. Norma agama itu tentunya berlaku bagi pemeluknya
karena beragama itu dasarnya adalah keyakinan.

(2) Norma Hukum,

Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas oleh


masyarakat dan dianggap perlu demi kemaslahatan dan kesejahteraan umum
(norma hukum tidak dibiarkan untuk dilanggar dan tidak sama dengan norma
moral). Bisa saja terjadi, demi tuntutan suara hati sebagai manusia dan demi
kesadaran moral, seseorang harus melanggar hukum. Meskipun pada
akhirnya, pelanggar hukum itu dipenjara namun orang yang dihukum itu
belum tentu sebagai orang yang buruk/jahat. Para tahanan politik misalnya,
banyak di antara mereka yang berjuang melawan penguasa demi kepentingan
rakyat. Bisa saja mereka dijerat dengan hukum, dan dia dipenjarakan dan
dinyatakan bersalah secara hukum, namun demikian secara moral tahanan
politik tersebut bukanlah seorang penjahat. Dia tetap mendapat predikat
sebagai seorang yang bermoral.

(3) Norma Moral,

Norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk


mengukur kebaikan seseorang. Tolok ukur penilaiannya adalah ukuran baik
dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi atau yang dianggap
rendah masyarakat tempat manusia yang bersangkutan itu berada. Dengan
norma moral itu, seseorang benar-benar dinilai perilakunya.

(4) Norma Kebiasaan,

Norma kebiasaan adalah tolak ukur perilaku manusia yang berdasarkan


pada hal-hal yang telah berlangsung dalam masyarakat sebagai suatu adat
istiadat atau kebiasaan sehari-hari. Misalnya kebiasaan orang bertamu itu sore
hari, tidak pada siang hari. Itu berarti, apabila ada seseorang yang bertamu
pada siang hari itu dipandang tidak lazim dan apabila tida ada komitmen lebih
dahulu dengan pemilik rumah, maka bisa jadi menimbulkan masalah, karena
dipandang melanggar adat kebiasaan.

(5) Norma Kesopanan.

Norma kesopanan atau sopan santun menyangkut sikap lahiriah


manusia. Jika bertemu dengan orang yang lebih tua perlu menundukkan
kepala, tidak baik kentut dengan suara keras, tidak baik perempuan pergi
sendirian di malam hari, dan lainnya. Norma kesopanan secara lahiriah dapat
juga mengungkapkan suara hati sehingga mempunyai kualitas moral,
meskipun sikap lahiriah itu sendiri tidak bersifat moral. Orang yang
melanggar sopan santun karena tidak mengetahui adab bersopan santun di
daerah tertentu atau karena situasi, ia tidak dianggap melanggar norma moral.

Pelanggaran norma biasanya mendapatkan sanksi, tetapi tidak selalu


berupa hukuman di pengadilan atau penjara. Sanksi dari norma agama lebih
ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu, hukumannya berupa siksaan di
akhirat, atau di dunia atas kehendak Tuhan.

Sanksi pelanggaran/penyimpangan norma kesusilaan adalah moral


yang biasanya berupa gunjingan dari lingkungannya. Penyimpangan norma
kesopanan dan norma kebiasaan, seperti sopan santun dan etika yang berlaku
di lingkungannya, juga mendapat sanksi moral dari masyarakat, misalnya
berupa gunjingan atau cemoohan. Begitu pula norma hukum, biasanya berupa
aturan-aturan atau undang-undang yang berlaku di masyarakat dan disepakati
bersama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa norma adalah
petunjuk hidup bagi warga yang ada dalam masyarakat. Norma dalam
masyarakat hendaknya dipatuhi oleh anggota masyarakat, karena norma
tersebut mengandung sanksi. Siapa saja, baik individu maupun kelompok,
yang melanggar norma mendapat hukuman yang berwujud sanksi, seperti
sanksi agama dari Tuhan dan departemen agama, sanksi susila, kesopanan,
hukum, maupun kebiasaan yang diberikan oleh masyarakat berupa sanksi
moral.

3. Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup dan
tinggal di suatu wilayah hukum tertentu, warga negara harus tunduk dan taat
pada peraturan yang berlaku di negaranya dengan melaksanakan aturan
dengan baik dan bertanggung jawab. Warga negara berarti penduduk sipil,
penduduk sipil melaksanakan kegiatan demokrasi secara langsung dalam
suatu polisi atau negara kota (city state). Polisi adalah suatu organisasi yang
berperan dalam memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warga
negaranya.
Warga negara yang cerdas erat kaitannya dengan kompetensi warga negara,
sebab warga negara yang cerdas mesti memenuhi sejumlah kompetensi serta
mampu mengaplikasikannya dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Setiap warga negara memiliki potensi dasar mental yang dapat
dikembangkan, menurut Nursid Sumaatmadja (1998) meliputi :
•Minat (sense of interest)
•Dorongan ingin tahu (sense of curiosity)
•Dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality)
•Dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry)
•Dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery)
4. Penerapan kurikulum 2013 di satuan pendidikan sekolah dasar sudah berjalan
namun belum sepenuhnya memberikan hasil yang maksimal. Ada berbagai
kendala yang dihadapi guru dalam penerapan, salah satunya adalah
penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah bagaimana seorang guru mampu
menilai pencapaian kompetensi peserta didik dengan tepat terkhususnya
dalam penilaian pengetahuan. Oleh karena itu maka, tulisan ini sangat
membantu guna menjawab pertayaan bagaimana cara dan waktu yang tepat
untuk melakukan penilaian terhadap pencapaiaan kompetensi peserta didik.
Prinsip penilaian kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) karena kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 2006. Dalam kurikulum 2006 penilaian
dilakukan berdasarkan muatan pembelajaran dalam bentuk angka sedangkan
kurikulum 2013 penilaian mengacu pada muatan kompetensi dasar yang
disajikan dalam bentuk angka dan deskripsi. Di dalam kurikulum 2013 konsep
penilaian untuk memahami pembelajaran melalui kompetensi mengacu pada
3 (tiga) hal yaitu penilaian sebagai pembelajaran (asessment as learning),
penilaian untuk pembelajaran (asessment for learning) dan penilaian atas
pembelajaran (asessment of learning). Ketiga hal ini harus dilakukan oleh
guru dalam kegiatan penilaian. Sebelum kurikulum 2013 diterapkan, kita
(guru) lebih kenal dengan sebutan penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Penilaian formatif dikenal dengan penilaian proses sedangkan penilaian
sumatif dikenal dengan penilaian hasil. Kalau dalam kurikulum 2013
penilaian formatif dikenal dengan asessment as learning dan asessment for
learning. Sedangkan penilaian sumatif dikenal dengan asessment of learning.
Jadi pada prinsipnya tidak ada perbedaan yang terlalu mendalam pada
kegiaatan penilaian.
Prinsip penilaian pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1) Penilaian sebagai pembelajaran (asessment as learning) merupakan


penilaian yang dilakukan oleh guru sepanjang proses pembelajaran dengan
tujuan untuk memahamkan sebuah konsep. Hasil yang diharapkan dari
kegiatan ini untuk memberikan informasi kepada guru tentang kesiapan siswa
memahami konsep yang lebih dalam.

Sebagai contoh pada buku siswa tema 5 sub tema 1 pembelajaran 1.


Temanya adalan pahlawanku. Pada kegiatan pembelajaran disajikan beberapa
gambar di antaranya ada beberapa siswa yang menjenguk temannya yang
sedang sakit, ada seorang peserta didik yang membantu temannya merapikan
buku dan ada dua orang peserta didik yang melakukan observasi terhadap
tembuhan dan hewan.

Pertanyaan yang muncul adalah apa yang mereka lakukan, bagaimana


pendapatmu tentng hal itu, dan hal baik apa yang bisa kamu contoh. Gambar-
gambar dan pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan untuk memahamkan
konsep tentang sikap yang dimiliki oleh seorang pahlawan.

Jadi menjenguk teman yang sakit, menolong teman merapikan buku,


dan merawat tanaman atau hewan merupakan contoh sikap dari seorang
pahlawan.

Melihat contoh yang sederhana namun dibutuhkan sebuah penalaran


(berpikir kritis) dari peserta didik maka akan menghasilkan sebuah
pemahaman yang luas tentang pahlawan. Jadi pahlawan bukan saja dikenal
peserta didik karena pengorbananya mengusir penjajah dan merebut
kemerdekaan tetapi dari contoh tersebut menunjukan sikap dari
kepahlawanan. Hasil penilaian atau jawaban itu disimpan sebagai portofolio
peserta didik.

2) Penilaian untuk pembelajaran (asessment for learning) merupakan


penilaian yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendorong pencapaian
kompetensi guna memantapkan pemahaman peserta didik. Penilaian ini dapat
dilakukan kapan saja sesuai dengan situasi pembelajaran di kelas. Dari hasil
penilaian ini digunakan oleh guru untuk melakukan pengayan dan remidial.

Sebagai contoh peserta didik ditugaskan menemukan gagasan pokok


dan gagasan pendukung dalam sebuah paragraf untuk disajikan dalam
diagram. Dari hasil penilaan tersebut guru dapat melihat seberapa dalam
pemahaman peserta didik terhadap gagasan pokok dan pendukung tersebut.
Jika ada peserta didik yang belum memahami maka dilakukan pembelajaran
remidial. Penilaian ini bisa diakategorikan dalam penilaian harian dan
penilaian tengah semester.

3) Penilaian atas pembelajaran (asessment of learning) merupakan


kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik. Hasil dari kegiatan ini untuk memberikan informasi
tentang keberhasilan pembelajaran. Kegiatan penilaian atas pembelajaran
tidak harus terjadi setiap hari karena kegiatan ini dilakukan ketika peserta
didik sudah siap untuk diukur pemahamannya.

Anda mungkin juga menyukai