Makalah Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan H 2
Makalah Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan H 2
Disusun oleh:
Adelia (191FK03103)
Dela Lorenza (191FK03110)
M. Javier Zada (191FK0109)
Nelis Siti Aisyah(191FK03108)
KELAS 1 C
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar ---------------------------------------------------------------------- i
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Body alligment yang buruk dapat mengurangi penampilan individu dan
mempengaruhi kesehatan yang dapat mengarah ke gangguan. Perawat merupakan
role model yang penting dalam mengerjakan kebiasaan yang sehat/baik.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik,
mengurangi jumlah energi yang digunakan, mengurangi kecelakaan, memperluas
ekspansi paru dan meningkatkan fungsi renal dan gastrointestinal.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui aktivita dan latihan
2. Untuk mengetahui kebutuhan mobilitas dan imobilitas
3. Untuk mengetahui jenis latihan dan aktivitas
4. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kebutuhan aktvitas dan latihan
5. Untuk mengetahui perubahan sistem tubuh akibat imobilitas
6. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
dan latihan
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan latihan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya.
Jenis imobilitas :
1) Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada
pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah
paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah
tekanan.
2) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak
akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan
diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika mengalami
kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.
4) Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan
dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan social.
6
2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik. Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a) Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis
karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
2. Jenis latihan:
1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot
dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan
daya tahan kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka
pendek.
7
mencegah penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskuler,
diabetes dan obesitas.
1. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak
dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
8
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh
menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan
pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa
melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal,
karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan
dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
5. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem
pernapasan. Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi
paru menurun, dan terjadinya lemah otot
6. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu
berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan
terjadinya pembentukan trombus.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
a) Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
b) Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi
dan osteoporosis.
9
8. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan
elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
9. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
10. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
2.6 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas dan latihan
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya
berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya
kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan
fungsi pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu
tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti
tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang
femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua
ujung. dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis.
Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan
lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa
dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan
insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon
10
yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan
agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang
dengan tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu
fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula
spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat).
Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki
fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf
pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat
mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan
pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan
sensorik pada daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.
Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan
gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang.
Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago
artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan
synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan
jenis sendi lain seperti sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
11
2.7 Asuhan keperawatan kebutuhan aktivitas dan latihan
A. PENGKAJIAN
1.Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
4.Kemampuan Mobilitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Tingkat 3
12
Memerlukan bantuan,
Tingkat 4 pengawasan orang lain, dan
peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
13
Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan /
hilang fungsi. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri / ansietas atau trauma lain).
d) Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang pada
imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf .Spasme /
kram otot (setelah imobilitasi).
e) Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan
warna.Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara
bertahap atau tiba-tiba).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
2. Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh
3. Sistem yang berperan aktivitas dan latihan meliputi: tulang, otot, tendon dan
ligamen serta syaraf
4. Beberapa teknik dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan seperti
Latihan ROM, pengaturan Posisi, Ambulasi Dini.
5. Proses keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan
terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implemetasi dan Evaluasi.
3.2 SARAN
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa keperawatan agar lebih
memahami konsep asuhan keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
serta dapat melakukan pengkajian, diagnosa, dan perencanaan yang benar
mengenai pemenuhan kebutuhan Aktivitas dan Latihan pasien sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatan dapat dengan tepat dilakukan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16