A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa jenis reaksi radiasi, yaitu reaksi elektromagnetik dan
reaksi partikel. Reaksi kimia yang disebabkan oleh dua jenis radiasi disebut
reaksi radiasi kimia atau reaksi fotokimia. Reaksi yang paling sering
menyebabkan ionisasi, dan jika ini terjadi, reaksi yang mungkin terjadi
diklasifikasikan sebagai reaksi radiasi kimia. Sebaliknya, jika radiasi
menyebabkan ionisasi, maka reaksi yang terjadi diklasifikasikan sebagai
reaksi fotokimia (Mulyani, 2005: 163).
Penyerapan cahaya dapat memicu banyak reaksi, yang terpenting
adalah proses fotokimia menangkap energi radiasi matahari. Karena
penyerapan daerah ultra merah dan ungu, beberapa reaksi ini dapat
menyebabkan atmosfer menjadi hangat di siang hari. Klorofil dan
penggunaan energinya selanjutnya untuk menghasilkan karbohidrat dari
karbon dioksida ringan dan air (Atkins, 1993: 372).
Reaksi antara foton dan reaktan merupakan reaksi satu-ke-satu, yang
berarti sebuah partikel bereaksi dengan foton. Hal ini didasarkan pada logika
bahwa materi yang diaktivasi elektron sangat pendek sehingga partikel yang
tereksitasi dianggap tidak akan mungkin menyerap kembali foton. Pandangan
tersebut dapat ditunjukkan oleh contoh berikut:
CH3COOH + hv → CH3COCH3- → CO + 2CH3
Bisa dilihat bahwa satu partikel CH3COCH3 berinteraksi dengan satu foton.
Prinsip tersebut adalah sebuah pemikiran Johannes Stark dan dikenal sebagai
hukum ekuivalensi fotokimia (Mulyani, 2005: 163).
Hukum Stark-Einstein menyatakan bahwa satu foton diserap oleh
setiap molekul yang berperan dalam fotokimia. Tetapi hukum ini tidak
berlaku untuk semua situasi, karena intensitas laser sangat kuat sehingga
satu molekul dapat menyerap banyak foton. Dalam kondisi normal, hukum
Stark-Einstein berlaku, tetapi hukum ini membuka kemungkinan bahwa
bahkan jika molekul reaktan menyerap, tidak ada produk yang dapat
dihasilkan. (Atkins, 1993: 373).
Besi murni adalah logam putih-perak yang keras dan liat. Besi
meleleh pada suhu 1535°C. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat
dapat melarutkan besi, membentuk garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
Garam-garam besi (II) (fero) berasal dari besi (II) oksida, FeO. Larutan
garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna agak hijau. Ion besi
(II) mudah teroksidasi menjadi besi (III), sehingga merupakan reduktor yang
kuat. Semakin sedikit larutan asam dalam larutan tersebut, semakin jelas
efeknya. Dalam suasana netral atau basa, oksigen dari atmosfer pun akan
mengoksidasi ion besi (II) (Svehla, 1985: 257).
Reaksi ion besi (III) yang cukup unik yaitu dengan larutan ion
tiosulfat dalam keadaan dingin es, menghasilkan warna violet gelap ion
bis(tiosulfato)ferrat (III).
[Fe(H2O)63+ + 2[S2O3]2- → [Fe(S2O3)2]- + 6H2O
Jika larutan dihangatkan hingga temperatur kamar terjadi reaksi redoks :
Fe3+ + [Fe(S2O3)2]- → 2Fe2+ + [S2O6]2-
Ion heksasianoferrat (III) berwarna agak kemerahan dan dapat dipreparasi dan
oksidasi heksasianoferrat(II) misalnya dengan Cl2 (Sugiyarto, 2003: 243).
Fotoaktivitas sistem III (-oksalat) dipengaruhi oleh keseimbangan
kimia dan sifat-sifat adsorpsi cahaya dari kompleks Fe-oksalat. Dengan
pemikiran ini, konsentrasi Fe (III) bervariasi pada konsentrasi oksalat konstan
dan H2O2. Konsentrasi oksalat digunakan dalam kelebihan karena atom Fe
(III) tunggal dapat kompleks sejumlah substrat oksalat (Zhao, 2014: 147-
148).
2. Tinjauan Hasil
Percobaan fotokimia reduksi ion besi (III) menjadi besi (II) dapat
dimanfaatkan untuk proses cetak biru. Warna biru yang dihasilkan merupakan
snyawa kompleks Fe4[Fe(CN)6]3 dari hasil reaksi ion Fe3+ dengan ion
[Fe(CN)63- yang terjadi dengan bantuan cahaya matahari sebagai katalis.
Untuk cetak berupa tulisan merupakan ion Fe3+ yang tidak mengalami reaksi
reduksi karena terhalang oleh objek hitam yang dapat menyerap cahaya.
Adapun reaksi pembentukan cetak biru adalah:
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
(Biru prusi)
Reaksi pembentukan cetak biru terjadi pada kertas peka dengan bantuan sinar
matahari. Adapun kertas yang baik digunakan untuk proses cetak biru adalah
kertas kalkir karena memiliki lembar yang tebal sedangkan kertas saring
memiliki pori-pori sehingga dapat menyerap larutan (Svehla, 1985: 262).
Reaksi ion logam dengan air menghasilkan beberapa macam produk.
Pada kondisi pH larutan 6 hingga 10, produk utama yang terbentuk berupa
logam hidroksida Fe(OH)3. Sedangkan pada pH rendah atau dibawah 6,
produk yang terbentuk berupa kompleks dengan air (Junisu, 2017 : 66).
Cara pembuatan biru prusia baru diumumkan oleh Diesbach. Biru
prusia yang dikemukakan oleh Diesbach rumusnya adalah KCNFe(CN)2,
Fe(CN)3, atau KFe[Fe(CN)6]. Senyawa lain seperti Fe4[Fe(CN)6]3 juga
dikenal dengan biru prusia. Dua senyawa tersebut memiliki persamaan yaitu
sama- sama mengandung ion kompleks heksasianoferrat(III), [Fe(CN)6] 4-,
dengan struktur oktahedral (Efendy, 2011: 6).
Hasil analisis kandungan fotokimia dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan kandungan total fenolik dalam ekstrak empelur batang sagu
baruk. Dari perlakuan lama perendaman hari ke-1, 2 dan 3, semua memiliki
kandugan total fenolik yang signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa
ekstrak empelur sagu baruk yang diuji kaya dalam fotokimia fenolik. Dari
data secara kuantitatif menunjukan bahwa kandungan total fenolik dengan
lama perendeman hari ke-1 memilki perbedaan hari ke-2 dan tetapi lama
perendeman hari dan hari-3 tidak dapat menujukkan suatu perbedaan
signifikan Semakin lama perendaman semakin menunjukkan penurunan
kandungan total fenolik. Hal ini mungkin disebabkan adanya reaksi
Semakin lama perendaman semakin menunjukkan penuruankan dungan total
fenolik (Momuat, 2016 : 24).
Uji terhadap adanya ion besi(III) dapat dilakukan dengan penambahan
larutan heksasianoferat (II), [Fe(CN)6]-4, terjadinya endapan biru prussian ion
besi (III) heksasianoferat (II), [Fe4(Fe(CN)6)3], dapat membuktikan adanya
ion besi (III):
4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6]4- Fe4[Fe(CN)6]3(s)
Warna biru pada senyawa ini sering dimanfaatkan untuk kepentingan
pembuatan tinta, cat, termasuk pigment cetak biru. Uji adanya ion besi(III)
yang paling sensitif adalah dengan penambahan larutan kalium tiosanat.
Warna ini, merah darah, sangat mudah dikenali, sehingga hadirnya sekelumit
pengatur ion besi(III) dapat terdeteksi (Sugiyarto, 2003: 243).
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari raksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dan
memplajari pemanfaatan cetak biru.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Beker gelas 500 mL (1 buah)
b. Penjepit (4 buah)
c. Pengaduk (1 buah)
d. Piring plastik (4 buah)
e. Lempeng kaca (4 buah)
f. Gelas ukur 10 mL dan (1 buah)
g. Gelas ukur 100 mL (1 buah)
h. Pipet tetes (1 buah)
i. Lap halus (1 buah)
j. Lap kasar (I buah)
k. Botol semprot (1 buah)
l. Lampu sorot (1 buah)
2. Bahan
a. Larutan asam oksalat 0,5 M (H2C2O4)
b. Larutan diamonium hidrofosfat 0,5 M ((NH4)2 HPO4)
c. Larutan besi (III) klorida 0,5 M (FeCl3)
d. Larutan kalium heksasiano ferrat (III) 0,1 M (K3Fe(CN)6)
e. Larutan asam klorida 0,1 M (HCl)
f. Larutan kalium dikromat encer 0,03 M (K2Cr2O7)
g. Air (H2O)
h. Kertas kalkir
i. Kertas saring
j. Tinta cina
k. Tissu
D. PROSEDUR KERJA
50 mL FeCl3 10 mL ((NH4)2HPO4)
dimasukkan ditambahkan
diletakkan diantara
2 kertas saring
2 helai kertas kalkir
dicelupkan dalam
larutan di lemari
IA IA IA
Buat objek dalam kertas
Kertas dicelupkan ke saring yang akan di
dalam larutan kalium cetak dengan tinta cina
heksasianoferrat(III)
IA IA IA
IA
Kertas dikeringkan
dan di amati
E. HASIL PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 50 mL FeCl3 + 10 mL (NH4)2HPO4 (dalam Larutan berwarna kuning.
ruang gelap).
2. Larutan berwarna kuning + 50 mL H2C2O4 Larutan berwarna kuning.
dan diaduk (dalam ruang gelap).
3. 2 buah kertas kalkir (putih) di celupkan ke Kertas kalkir berwarna
dalam larutan kuning. kuning.
4. Kertas kalkir dikeringkan menggunakan Kertas peka.
kertas saring (dalam ruang gelap).
5. Kertas kalkir baru ditulisi dengan tinta Kertas kalkir “IA”
cina. Kertas kalkir “S2”
6. Kertas kalkir dikeringkan. Tinta kering.
7. Kertas peka diletakkan di atas kertas kalkir Kertas peka tercetak objek
“IA” dan diapit dengan lempengan kaca. “IA”.
8. Kertas peka diletakkan di atas kertas kalkir Kertas peka tercetak objek
“S2” dan diapit dengan lempengan kaca. “S2”.
9. Kertas kalkir “IA” dikeringkan dengan Tinta kering.
cara disinari.
10. Kertas peka “IA” dan “S2” dicelupkan ke Kertas peka “IA” dan “S2”
dalam larutan ion heksasianoferrat(III) berwarna biru tua dan biru
kehijauan
11. Kertas peka “IA” dan “S2” dikeluarkan Kertas peka “IA” dan “S2”
dan dicelupkan kedalam larutan K2Cr2O4 bewarna biru kehijauan dan
biru tua
12. Kertas peka “IA” dan “S2” dikeluarkan Kertas peka “IA” dan “S2”
dan dicelupkan kedalam larutan HCl 0,1 M bewarna biru kehijauan dan
biru tua
13. Kertas peka “IA” dan “S2” dikeluarkan Kertas peka berwarna biru
dan dicelupkan kedalam air keran kehijauan
14. Kedua kertas peka dikeringkan Kertas peka “IA” dan “S2”
berwarna biru
F. PEMBAHASAN
Percobaan fotokimia reduksi besi (III) dengan tujuan mempelajari
reaksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dan mempelajari pemanfaatan
cetak biru. Fotokimia adalah ilmu yang mempelajari reaksi-reaksi kimia yang
di induksi oleh sinar secara langsung maupun tidak langsung. Reaksi termal
biasa yang berlangsung dalam gelap memperoleh energi pengaktifannya
melalui tumbukan antar molekul yang acak dan berurutan. (Alberty dan
Farringtons, 1984). Berdasarkan konsep oksidasi dan reduksi, perubahan besi
(III) menjadi besi (II) disebut sebagai reaksi reduksi karena pada proses ini
bilangan oksidasi dari besi mengalami penurunan yakni dari +3 menjadi +2.
Proses pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
mencampurkan larutan besi (III) klorida atau FeCl3 dengan larutan
diamonium hidrofosfat atau [(NH4)2HPO4].
50 mL FeCl3+ 10 mL [(NH4)2HPO4]
Besi (III) klorida atau FeCl3 berfungsi sebagai pengoksidasi dan juga sebagai
sampel yang menghasilkan ion Fe3+. Sementara itu diamonium hidrofosfat
atau [(NH4)2HPO4] berfungsi sebagai zat yang memperlambat terjadinya
reaksi reduksi pada besi. Reaksi yang terjadi pada proses pencampuran ini
adalah:
FeCl3 + (NH4)2HPO4 FePO4 + 2NH4Cl + HCl
Berdasarkan reaksi tersebut terlihat bahwa diamonium hidrofosfat dapat
memperlambat reaksi reduksi Fe3+ karena Fe3+ akan bereaksi dengan (PO4)3
membentuk FePO4 dengan ikatan yang stabil sehingga membutuhkan energi
yang besar untuk mereduksi Fe3+.
Setelah dilakukan proses pencampuran antara FeCl3 dan
[(NH4)2HPO4], maka selanjutnya campuran antara kedua larutan tersebut
ditambahkan dengan asam oksalat atau H2C2O4 yang berfungsi sebagai
reduktor yang akan mereduksi ion besi (III) menjadi besi (II) yang
meghasilkan kertas kalkir berwarna kuning.
50 mL H2C2O4
Reaksi yang menunjukkan bahwa terjadi proses reduksi besi (III) menjadi
besi (II) adalah sebagai berikut:
2FePO4 + 3H2C2O4 2FeC2O4 + 2H3PO4 + 2CO2
Reaksi ion yang terjadi adalah :
Reduksi : Fe3+ + e- Fe2+
Oksidasi : C2O42- 2CO2 + 2e-
2Fe3+ + 2e- 2Fe2+
C2O42- 2CO2 + 2e-
2Fe3+ + C2O42- 2Fe2+ + 2CO2
Proses pencampuran asam oksalat dilakukan di ruang gelap. Hal ini
dilakukan karena adanya sinar akan mempengaruhi proses reduksi besi (III)
menjadi besi (II). Dalam hal, ini energi yang berasal dari sinar matahari akan
menyebabkan tumbukan antar partikel dengan senyawa lebih cepat sehingga
reaksi yang terjadi akan berlangsung lebih cepat juga. Apabila reaksi reduksi
ini berlangsung dengan cepat, maka akan susah untuk mengamati proses
reduksi yang terjadi. Setelah larutan tercampur, langkah selanjutnya adalah
membuat kertas peka. Kertas peka dibuat dengan mencelupkan kertas kalkir
ke dalam larutan.
Kertas dikeringkan
Proses pengeringan dilakukan dengan menempatkan kertas peka tersebut
diantara kertas saring. Hal ini dilakukan karena kertas saring memiliki daya
serap yang kuat sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan
cepat. Lamanya pengeringan akan berpengaruh terhadap hasil cetak biru.
Semakim lama waktu pengeringan semakin bagus hasil yang didapatkan.
Sambil menunggu kertas peka kering, dilakukan pembuatan objek
pada kertas kalkir. Pada kertas kalkir dituliskan “IA” dan “S2. Objek yang
dituliskan inilah yang diharapkan nampak pada kertas peka sebagai hasil
cetakan.
Atkins, P.W. 1993. Kimia Fisika.(Edisi 4). Jakarta: Erlangga, pp: 372-373.
Efendy. 2011. Kimia Koordinasi (Edisi 2). Malang: Jurusan Kimia Universitas
Negeri Malang, p: 6.
Junisu, B. A., Handayani, E., Hidayati, A. D. S. N., Ismuyanto, B., & Himma, N.
F. (2017). Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Efektivitas Proses
Koagulasi Menggunakan Besi (III) Klorida Heksahidrat. Jurnal Rekayasa
Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan, 1(2), 63-69.
Momuat, Lidya Irma Dan Edi Suryanto. (2016). Pengaruh Lama Perendemen
Terhdap Aktivitas Anti oksidan Dari Empelur Sagu Baruk (Arenga
Microcharpha). Jurnal Chemistry Prog. 1(9), 24.
Mulyani, Sri dan Hendrawan. 2005. Kimia Fisika II. Malang: Universitas Negeri
Malang, p: 163.
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: JICA, p: 243.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka, p : 257,262.
Tim Dosen Anorganik. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar :
Universitas Negeri Makassar.
Zhao Cen , Luis E. Arroyo-Mora b, Anthony P. DeCaprio b, Virender K. Sharma
c, Dionysios D. Dionysiou d, Kevin E. O'Shea. (2014). Reductive and
oxidative degradation of iopamidol, iodinated X-ray contrast media, by
Fe(III)-oxalate under UV and visible light treatment. Journal Servier. 67.
144-153
PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Jika ada dua larutan masing-masing berisi ion besi(II) dan besi(III), perkirakan
larutan mana yang memiliki pH lebih rendah. Jelaskan!
2. Mengapa larutan diammonium hidrofosfat dapat menghambat reaksi redoks
antara ion besi(III) dengan asam oksalat?
Jawaban :
1. Dimisalkan ion besi membentuk ion kompleks dengan ligan yang sama
Fe3+ + 6CN- [Fe(CN)6]3-
Fe2+ + 6CN- [Fe(CN)6]4-
Jika ion kompleks tersebut membentuk asam,
3H+ + [Fe(CN)6]3- H3[Fe(CN)6] (1)
4H+ + [Fe(CN)6]4- H4 [Fe(CN)6] (2)
Dalam larutan, kompleks tersebut akan terurai, kompleks (2) menghasilkan
jumlah ion H+ lebih banyak dari kompleks (1), sehingga kompleks (2) lebih
asam dari kompleks (1). Kesimpulannya, pH larutan yang mengandung ion
besi(II) lebih rendah dari larutan yang mengandung ion besi(III)
2. Jika tidak ada larutan diammonium hidrofosfat, ion besi(III) akan langsung
tereduksi oleh oksalat. Keberadaan diammonium hidrofosfat akan menghambat
atau menginhibisi reaksi reduksi karena FeCl3 akan bereaksi dengan
diammonium hidrofosfat membentuk FePO4 kemudian baru tereduksi oleh
oksalat. Reaksi reduksi berlangsung dalam dua tahap, sehingga membutuhkan
waktu yang lama.
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab