Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Pustaka
Pemanfaatan proses fotokimia dapat dibagi menjadi dua kelompok
fundamental. Salah satunya terdiri proses alam yang terjadi tanpa campur
tangan manusia. Fotosintesis dan proses dalam lingkungan dapat
diperkenalkan sebagai contoh. Kelompok lain terdiri dari proses diatur
manusia, seperti konversi dari solar energI radiasi ke energi termal, listrik dan
kimia sintesis senyawa kimia (terutama mereka hampir tidak refersibel dari
reaktan keadaan dasar); fotoproses dari farmakologi, medis dan cosmetical
alam; fotodegradasi senyawa berbahaya di lingkungan (Sima, 2017:87).
Kation besi dalam larutan berbentuk Fe2+ dan Fe3+ terhidrat disamping
dalam bentuk senyawa. Oksidasi dari unsur menjadi besi (II) dan ion besi (II)
menjadi besi (III) lebih mudah untuk berlangsung dalam suasana basa
dibandingkan suasana asam. Dalam suasana asam unsur besi mudah
dioksidasi menjadi besi (II) tetapi untuk mengoksidasi besi (II) menjadi besi
(III) dibutuhkan oksidator kuat. Unsur besi (besi (III) dan besi (II)) dalam
larutan membentuk kesetimbangan heterogen.
Fe (s) + 2Fe3+ 3Fe3+ K = 7,3 x 1039
(Ibnu, 2004: 75).
Menurut (Svehla,1985:132) persamaan oksidasi-reduksi berimbang
haruslah dicari beberapa electron yang dilepaskan oleh zat pereduksi dan
diambil oleh zat pengoksida. Pada umumnya, memberimbangkan persamaan
oksidasi-reduksi di laksanakan dengan mengambil langkah sebagai berikut.
1. Pastikan produk-produk reaksi
2. Nyatakan persamaan reaksi setengah-sel dari tahap reduksi dan tahap
oksidasi yang dilibatkan.
3. Gandakan tiap persamaan setengah-sel dengan suatu factor, sehingga
kedua persamaan mengandung banyak electron yang sama.
4. Akhirnya, tambahkan persamaan-persamaan ini dan saling bedakan
zat-zat yang muncul pada ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan
yang diperoleh.
Sejumlah besar reaksi oksidasi dan reduksi akan dicantumkan diantara reaksi
yang digunakan.
2. Tinjauan Hasil
Ion besi (III) berukuran relatif kecil, kerapatan muatan 349 cmm -3 yang
cukup high-spin. Sehingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup.
Untuk menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Sebagai contoh besi (III)
klorida berwarna hitam-merah, berupa padatan kovalen dengan struktur
jaringan kovalen, pada pemanasan hingga fase gas terbentuk spesies dimecik
FeCl6. Besi (III) klorida dapat dibuat dari pemanasan langsung besi dengan
kloron menurut persamaan reaksi:
2 Fe(s) + 3 Cl(g) 3FeCl3(s)
Besi (III) bromida mirip dengan besi (III) klorida, tetapi besi (III) iodida
tidak dapat diisolasi sebab ion iodida mereduksi besi (III) menjadi besi (II):
2 Fe 3+(aq) + 2I-(aq) 2 Fe 2+ (aq) + I2(aq)
(Sugiyarto, 2003: 242).
Senyawa besi (II) dan besi (III) yang larut dalam air mencakup asetat,
bromida, nitrat dan perklorat. Senyawa besi (II) dan besi (III) yang sulit larut
meliputi hidroksida dan sulfida. Besi (III) karbonat tidak larut karena
terjadinya proses hidrolisis, dalam suasana asam reaksi dengan hidrogen
sulfida akan menyebabkan reduksi besi tetapi tidak mengendapkan sebagai
besi (II) sulfide, dalam suasana basa, reaksi dengan hidrogen sulfida
menghasilkan endapan dalam bentuk FeS. Reaksi penting untuk pemisahan
dan identifikasi dari ion Fe2+ dan Fe3+.
Pengendapan golongan
Fe2+ + 2OH-(berlebih) 2 Fe(OH)2(s)
Fe3+ + 3OH-(berlebih) 2 Fe(OH)3(s)
Fe(OH)2 + S2- FeS + 2OH-
Pelarutan kembali dalam asam
FeS + 2OH- Fe2+ H2S
Oksidasi besi (II) menjadi besi (III)
3Fe2+ +NO3- + 4H+ 3Fe2+ +NO(g)+ 2H2O
(Ibnu, 2004: 75-76).
Uji terhadap adanya ion besi (III) dapat dilakukan dengan penambahan
larutan ion heksasianoferat (II), [Fe(CN)]4+, terjadinya endapan biru prusian
besi (III) heksasianoferat (II) Fe[Fe(CN)6]3, membuktikan adanya ion besi
(III). Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk kepentingan
pembuatan tinta, cat, termasuk pigment cetak biru. Uji adanya ion besi (III)
yang paling sensitif adalah dengan penambahan larutan kalium
tiosianat (Sugiyarto, 2003: 243)
Endapan tak larut dalam asam encer, tetapi terurai dalam asam klorida
pekat. Reagensia yang sangat berlebihan melarutkan sebagian atau
seluruhnya, pasa masa diperoleh larutan yang berwarna biru tua. Natrium
hidroksida mengubah endapan menjadi merah, karena terbentuk besi (III)
oksida dan ion heksasianoferrat (II):
Fe[Fe(CN)6]3↓ + 12OH- → 4Fe(OH)3↓ + 3 [Fe(CN)6]4-
Asam oksalat juga melarutkan biru prusia, membentuk larutan biru
proses ini pernah dipakai untuk membuat tinta tulis berwarna biru. Jika besi
(III) klorida ditambahkan pada kalium heksasianoferrat (II) yang berlebihan,
terbentuk produk yang komposisi KFe [Fe(CN)]6. Zat ini cenderung
membentuk larutan koloid (biru prusia yang larut) dan tak dapat disaring
(Svehla,1985:262).
Menurut (Tan, 2018:7) Fotoreduksi besi Fe3+ → Fe2+ ditunjukkan oleh
ekstrak metanol: 40; 60; dan 80%. Konsentrasi Fe 2+ yang tertinggi
ditunjukkan oleh ekstrak metanol 60% dengan waktu penyinaran selama 2
jam yaitu sebanyak 63,833 mg/L, diikuti ekstrak metanol 80% sebanyak
44,833 mg/L dengan waktu penyinaran selama 5 jam, dan yang terendah pada
ekstrak metanol 40% yaitu 40,083 mg/L dengan waktu penyinaran selama 3
jam. Dalam hal ini tanpa cahaya (KTC) dan cahaya (KC) merupakan kontrol
karena konsentrasi yang diperoleh kecil, hal ini disebabkan tidak terdapat
ekstrak melainkan hanya larutan ammonium besi sulfat saja. Kontrol dengan
cahaya menunjukkan kenaikan absorbansi pada jam ke-3 dan ke-5 yang
mengindikasikan bahwa hanya dengan cahaya, besi Fe 3+ mampu direduksi
menjadi Fe2+.
Ion heksasianoferat (II) adalah ion kompleks, tidak memberi reaksi-
reaksi besi yang khas. Besi yang ada dalam larutan demikian, biasa di deteksi
dengan menggunakan ion kompleks itu dengan mendidihkan larutan dengan
asam sulfat pekat dalam kamar asam yang mempunyai ventilasi yang baik.
Larutan kalium heksasionoferat (II) : endapan biru tua, besi (III)
heksasionoferat (biru prusia):
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
No Aktivitas Hasil Pengamatan
1 50 mL FeCl3 + 10 mL (NH4)2HPO4 + Larutan berwarna kuning di
50 mL H2C2O4 + 2 kertas kalkir dalam ruang gelap
2 Kertas kalkir dikeringkan di antara Kertas kalkir berwarna kuning
kertas saring digunakan sebagai kertas peka
3 Kertas peka I dan kertas peka II Berwarna putih kekuningan
4 Membuat objek tulisan pada 2 kertas Kertas kalkir 1: “15”
kalkir yang lain Kertas kalkir 2: “15”
5 Masing–masing kertas objek Kertas kalkir 1:
diletakan di atas kertas peka yang Bagian depan objek “15”
telah kering dan dijepit di antara 2 Kertas kalkir 2:
keping kaca. Bagian depan objek “15”
6 Sinari objek 1 yang telah dijepit Kertas berwarna kuning
dengan lampu sorot dan objek 2 tanpa
disinari
7 Masing–masing kertas peka Kertas peka berwarna biru
dicelupkan dalam larutan kalium Kertas peka berwarna biru
heksasianoferrat (III) dan larutan (semakin luntur).
kalium dikromat encer
8 Cuci kertas masing–masing kertas Kertas peka berwarna
peka dengan HCl 0,1 M dan Aquades
9 Masing–masing kertas peka Kertas peka dikeringkan
dikeringkan
F. PEMBAHASAN
Fotokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari interaksi
antara atom, molekul kecil dan cahaya, Pemanfaatan proses fotokimia dapat
dibagi menjadi dua kelompok fundamental. Salah satunya terdiri proses alam
yang terjadi tanpa campur tangan manusia (Sima, 2017:87). Percobaan ini
bertujuan untuk mempelajari reaksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dan
mempelajari pemanfaatan cetak biru. Cetak biru adalah proses basa, dimana
gambar asli yang dibuat dengan pena dan tinta dikerjakan di atas kertas kalkir
yang tembus pandang. Kertas itu kemudian di tempelkan dengan kertas yang
dilapisi campuran ferro (besi) prusiat (garam). Lapisan ini membuat hasil
cetaknya berwarna biru (Feldman, 1990: 106-107). Prinsip dasar dari
percobaan ini yaitu konversi cahaya menjadi energi kimia. Prinsip kerja pada
percobaan ini yaitu pencampuran, pembuatan pola, pencelupan, dan
pengeringan.
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan besi (III) klorida yang
berfungsi sebagai pengoksidasi selain itu,
(Diukur 50 mL FeCl3) (Ditambahkan 10 mL (NH4)2HPO4)
larutan FeCl3 di sini berperan sebagai pendonor ion Fe 3+, dengan larutan
diamonium hidrofosfat ((NH4)2PO4) berfungsi sebagai zat yang memperlambat
terjadinya reaksi redoks pada besi. Hal ini dikarenakan reaksi redoks terjadi
sangat cepat dengan adanya pengaruh cahaya, maka untuk memperlambat
proses reaksi reduksi ditambahkan dengan larutan diamonium hidrofosfat
((NH4)2PO4). Hal ini disebabkan karena reaksi redoks yang terjadi sangat cepat
dirung terang karena adanya bantuan sinar matahari sehingga reaksinya tidak
dapat diamati. Diamonium hidrosfosfat dapat memperlambat reaksi reduksi
Fe3+ dikarenakan Fe3+ akan berekasi dengan PO3- membentuk FePO4 dengan
ikatan yang stabil yang membutuhkan energi yang besar untuk mereduksi Fe3+.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang teah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Reaksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dapat dilakukan dengan ion Fe 3+
direduksi menjadi ion Fe2+ dengan bantuan cahaya dan pada pembuatan cetak
biru reaksi antara ion besi (II) dengan ion heksasianoferrat (III) menghasilkan
warna biru dikarenakan pada saat pencelupan terbentuk senyawa besi (III)
heksasianoferrat sehingga memberi warna biru pada objek. Warna kertas kalkir
adalah biru tua/pekat dan warna tulisa (objek “15” ) adalah pudar karena
bagian yang tertutup objek besi(III) tidak tereduksi dikarenakan kurangnya
cahaya yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, Said, Endang Budiasih, Hayuni Retno Widarti, dan Munzil. 2004. Kimia
Analitik I. Malang: JICA.
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisi Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.
Tan Meizy Vaneza, Johnly A. Rorong, dan Meiske S. Sangi. 2018. Fotoreduksi
Besi Fe3+ Menggunakan Ekstrak Daun Kayu Manis (Cinnamomum
Burmanii). Jurnal Ilmiah Sains Vol. 18 No. 1