Anda di halaman 1dari 22

PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN

“LKBB: KARTU PLASTIK”

Dosen Pengampu : Drs. Kastawan Mandala, M.M.

Kelompok 5 :

I Wayan Mahesa Putra 1907521143

Ni Putu Ayu Aryanda Wulandari 1907521151

Alwan Haidar 1907521153

I Gede Sandi Upadharma Putra 1907521166

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “LKBB : Kartu Plastik” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pasar dan Lembaga
Keuangan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada

1) Drs. Kastawan Mandala, M.M. selaku dosen mata kuliah Pasar dan Lembaga
Keuangan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun
makalah ini.

2) Teman-teman yang telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan


terkait penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat konstruktif. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 26 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
2.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kartu Plastik.......................................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Kartu Plastik ......................................................................................................... 3
2.3 Peran Bank Indonesia Dalam Regulasi Kartu Plastik ............................................................. 5
2.4 Konsep Kartu Kredit (Sejarah, Pihak Terkait, Manfaat Dan Mekanisme Kartu Kredit) ........ 6
2.5 Pelanggaran-Pelanggaran dan Kasus-Kasus Berbasis Kartu Plastik..................................... 16
BAB III ................................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Kartu plastik sebenarnya bukan merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan
dalam pengertian sebagai badan usaha. Perusahaan yang menerbitkan kartu plastik
inilah yang dimaksud sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank. Meskipun
perusahaan kartu plastik termasuk dalam lembaga kuangan bukan bank, penyelenggara
atau pemilik dari perusahaan kartu plastik ini bisa saja suatu lembaga keuangan berupa
bank. Pengertian kartu plastik sendiri masih sangat luas. Kartu plastik ini dapat berupa
kartu kredit, kartu debit, kartu penarikan uang tunai melalui anjungan tunai mandiri
(authomated teller machine-ATM), dan charge card. Perusahaan yang menerbitkan
berbagai bentuk kartu plastik ini dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk lembaga
keuangan bukan bank karena kartu plastic tersebut pada dasarnya dapat digunakan
sebagai alat untuk kegiatan penghimpunan dana dari dan kepada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu kartu plastik?

1.2.2 Apa saja jenis-jenis kartu plastik?

1.2.3 Bagaimana peran Bank Indonesia dalam regulasi kartu plastik?

1.2.4 Bagaimana konsep kartu kredit?

1.2.5 Apa saja pelanggaran-pelanggaran dan kasus kriminal berbasis kartu plastik?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kartu plastik.

1.3.2 Untuk mengetahui jenis – jenis kartu plastik.


1
1.3.3 Untuk mengetahui peran Bank Indonesia dalam regulasi kartu plastik.

1.3.4 Untuk mengetahui konsep kartu kredit.

1.3.5 Untuk mengetahui pelanggaran dan kasus kriminal berbasis kartu plastik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kartu Plastik

Dewasa ini untuk melakukan transaksi dapat digunakan berbagai sarana pembayaran,
mulai dari cara yang paling tradisional sampai dengan yang paling modern. Bentuk transaksi
yang paling tua adalah sistem barter (tukar menukar), karena model ini sangatlah simpel untuk
dilakukan. Kemudian ketika manusia mengenal alat bayar dalam bentuk uang, maka mulailah
berkembang transaksi jual beli. Akan tetapi, uang sebagai alat bayar tidak cukup aman bagi
pemegangnya. Dikarenakan tidak praktis dan sering terjadi perampokan atau kehilangan. Maka
kemudian berkembanglah bentuk-bentuk alat bayar lainnya dengan menggunakan cek. Karena
itu, kemudian berkembanglah alat bayar lain yang berbentuk kartu plastik, yang secara populer
disebut kartu kredit.

Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan berbentuk kartu yang berbahan dasar plastik dan dapat digunakan untuk berbagai
macam transaksi keuangan. Didalamnya dibubuhkan identitas dari pemegang dan penerbitnya,
yang memberikan hak terhadap siapa kartu kredit diisukan untuk menandatangani tanda
pelunasan pembayaran harga dari jasa atau barang yang dibeli ditempat-tempat tertentu

Penggunaan kartu kredit untuk transaksi keuangan mulai berkembang di Indonesia pada
tahun 1980-an. Sejalan dengan adanya perkembangan luar biasa dari dunia perbankan sebagai
akibat adanya deregulasi ekonomi dan perbankan mulai awal tahun 1980-an, kartu plastik
semakin luas digunakan sebagai alat untuk melakukan transaksi keuangan. Di samping itu,
kartu kredit juga dapat diuangkan diberbagai tempat seperti di ATM (Automated Teller
Machine).

2.2 Jenis-Jenis Kartu Plastik

Kartu plastik dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Lingkup
geografis penggunaan kartu terbagi menjadi dua, yaitu domestik dan internasional.
Penggunaan internasional memiliki arti bahwa penggunakaan kartu bisa dalam berbagai
negara. Atas dasar bentuk penggunaannya, jenis kartu terbagi menjadi beberapa jenis,
diantanya :

3
a) Kartu kredit (credit card)

Merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan
dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan jasa yang
pembayaran pelunasannya dapat dilakukan oleh pembeli secara sekaligus atau angsuran
pada jangka waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat pembayaran.
Pembayaran pembelian dilakukan dengan cara menggesekkan kartu kredit pada
perangkat yang sudah disiapkan oleh penjual barang dan jasa, sehingga transaksi
pembelian tersebut tercatat pada alat tersebut dan dapat dicetak. Pembayaran atau
angsuran oleh pemilik kartu diberikan secara langsung kepada perusahaan kartu kredit
atau melalui pihak lain yang ditunjuk.

b) Charge Card

Merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan
dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan jasa yang
pembayaran pelunasannya harus dilakukan oleh pembeli secara sekaligus pada jangka
waktu tertentu setelah kartu digunakan sebagai alat pembayaran. Pembayaran
dilakukan pada akhir bulan yang sama dengan tanggal transaksi atau pada bulan
berikutnya dengan disertai biaya tambahan. Penyelenggara kartu ada yang menetapkan
biaya tambahan dan ada juga yang tidak, sehingga pelunasan yang dibayarkan oleh
pemilik kartu ada yang terdiri dari pokok pinjaman beserta biaya tambahan dan ada
pula yang hanya pokok pinjaman.

c) Kartu debit (debit card)

Merupakan suatu alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan
(issuer) dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran transaksi pembelian barang dan
jasa dengan cara mendebit atau mengurangi saldo rekening simpanan pemilik kartu
(card holder) serta pada saat yang sama mengkredit saldo rekening (merchant) sebesar
nilai transaksi barang dan jasa. Sistem penggunaan kartu debit ada yang sudah online
dan belum. Sistem kartu on line berarti saat pemilik kartu menggunakan kartunya
untuk berbelanja maka transaksi pendebitan rekening simpanannya tidak secara
otomatis pada saat yang bersamaan.

d) Cash Card

4
Merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan dan
dapat digunakan sebagai alat penarikan uang tunai secara manual melalui teller bank
atau melalui ATM. Pihak bank pengelola kartu biasanya sudah menetapkan batas
jumlah penarikan maksimum perhari atau perminggu yang dapat dilakukan dengan
menggunakan cash card. Dengan adanya pembatasan jumlah penarikan, transaksi yang
dilakukan masing-masing kartu relatif lebih mudah dikendalikan. Batas jumlah
penarikan ini juga diterapkan untuk mengantisipasi keterbatasan penyediaan uang tunai
dalam ATM yang dapat dilakukan oleh pihak bank.

Berbagai jenis kartu plastik yang diatas berdasarkan fungsi atau kegunaan yang dapat
diberikan oleh sebuah kartu plastik. Pada kenyataannya, pihak pengelola atau penerbit kartu
biasanya cenderung memberikan lebih dari satu fungsi pada sebuah kartu yangditerbitkan.
Contohnya adalah kartu Dinners Club ada yang bisa berfungsi sebagai charge card, sekaligus
sebagai cash card. Kemudian Kartu-Plus dari BNI dapat digunakan sebagai cash card
sekaligus debit card.

2.3 Peran Bank Indonesia Dalam Regulasi Kartu Plastik

Bank Indonesia sebagai bank sentral memilki beberapa peran dalam memastikan kondisi
perekonomian dapat berjalan dengan baik. Salah satunya, pengatur dan penyelenggara sistem
pembayaran. Bank Indonesia mengatur mekanisme sistem pembayaran yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga keuangan lainnya. Ada beberapa prinsip yang digunakan oleh Bank
Indonesia dalam mengatur mekanisme pembayaran ini yaitu aman, efisien, kesamarataan akses
dan perlindungan konsumen.

Dalam hal regulasi kartu plastik, Bank Indonesia secara berkala mengeluarkan ketetapan
Peraturan Bank Indonesia melalui SEBI APMK (Surat Edaran Bank Indonesia, tentang
penyelenggaraan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu). SEBI APMK tersebut akan
senantiasa diperbaharui dan akan ada perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia edisi
sebelumnya. Dalam SEBI APMK diatur beberapa aspek dan aturan terkait penggunaan kartu
plastik. Seperti misalnya, mengenai pembatasan kepemilkan dan limit kartu kredit yang
diberikan, tujuannya untuk menghindari dan mengurangi rasio kredit macet di Indonesia. Hal
lainnya juga diatur mengani hal-hal dan aturan aturan mengikat yang bersifat sangat teknis dan
detail.

5
2.4 Konsep Kartu Kredit (Sejarah, Pihak Terkait, Manfaat Dan Mekanisme Kartu
Kredit)

A. Sejarah Kartu Kredit

Ide penggunaan kartu kredit diawali pada 1950-an secara kebetulan. Peristiwanya
terjadi di Kota New York, Amereka Serikat pada sebuah restoran. Seorang pengusaha bernama
Frank McNamara mengadakan perjamuan makan bagi rekan usahanya di restoran tersebut.
Pada saat akan membayar, ia kebingungan dan malu karena ternyata lupa membawa uang tunai
sama sekali. Satu-satunya tindakan yang dapat dilakukannya hanyalah meninggalkan karu
identitas dengan maksud akan membayar kepada restoran tersebut setelah ia pulang untuk
mengambil uang tunai dalam jumlah yang cukup. Kartu identitas tersebut berlaku sebagai
semacam jaminan bahwa si pengusaha pasti akan melunasi kewajibannya. Kejadian yang
sangat berkesan bagi Frank McNamara tersebut mengilhaminya untuk terus memikirkan suatu
sistem pembayaran tanpa penggunaan uang tunai secara langsung. Sistem pembayaran yang
baru tersebut menggunakan kartu yang sekarang dikenal dengan Diners Club. Sistem baru ini
relatif lebih aman dan praktis. Penggunaan kartu sebagai alat pembayaran kemudian semakin
luas dan diikuti oleh penerbit kartu yang lain seperti Visa Card dan Master Card. Di Negara-
negara yang telah maju dan telah lama menggunakan kartu plastik dalam perekonomian,
kegiatan perusahaan kartu diatur secara khusus dalam undang-undang. Pada 1887 melalui buku
yang berjudul Looking Backward, Edward Bellamy sebenarnya telah meramalkan adanya
penggunaan kartu sebagai alat pembayaran. Bellamy meramalkan kartu akan menggantikan
penggunaan uang tunai sabagai alat pembayaran pada 2000.

Penggunaan kartu untuk transaksi keuangan mulai berkembang di Indonesia pada 1980-
an. Sejalan dengan adanya perkembangan luar biasa dari dunia perbankan sebagai akibat
adanya deregulasi ekonomi dan perbankan mulai awal 1980-an, kartu plastik semakin luas
digunakan sebagai alat untuk melakukan transaksi keuangan.

Perkenalan dan perkembangan kartu plastik di Indonesia tidak bisa lepas dari
perkembangan dunia perbankan karena penerbit dan terutama pengelola kartu plastik di
Indonesia adalah bank. Sebelumnya adanya iklim deregulasi dalam dunia perbankan, suasana
persaingan antar bank tidak muncul di Indonesia. Tingkat bunga sudah ditentukan oleh bank
sentral, bank-bank pemerintah memperoleh perlakuan khusus, pasar perbankan di monopoli
oleh bank-bank pemerintah, dan bank swasta tidak dirangsang untuk tumbuh sehingga tidak

6
ada suasana persaingan.

Keadaan ini tidak kondusif bagi inovasi dan pengenalan produk-produk baru yang
berkaitan dengan dunia perbankan, termasuk adanya kartu plastik. Ketika deregulasi mulai
diterapkan, bank-bank mulai bersaing menghimpun dana dan menyalurkan dana sehingga
mereka mualai memikirkan inovasi produk-produk baru di dunia perbankan.

Kartu plastik mulai diperkenalkan kepada masyarakat dan masyarakat sedikit demi sedikit
mulai terbiasa dengan penggunaan kartu kredit dan kartu ATM. Citibank dan Bank Duta adalah
bank-bank yang termasuk pelopor penggunaan kartu plastik di

Indonesia melalui kerja samanya dengan Visa Internasional dan Mastercard


International. Perkembangan kartu plastik semakin pesat dengan dibangunnya jaringan
perbankan di seluruh Indonesia, dan nama-nama kartu yang lain mulai diperkenalkan seperti
Amex Card, BCA Card, Astra Card, Procard, Exim Smart, dan lain-lain sesuai dengan fungsi
dan keunggulannya masing-masing.

B. Pihak Terkait

Pihak-pihak yang terkait dengan penggunaan kartu kredit meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Penerbit (issuer)

Issuer adalah pihak atau lembaga yang menerbitkan dan mengelola kartu kredit.
Lembaga penerbit ini dapat berupa lembaga keuangan bukan bank yang secara khusus
bergerak dalam bidang kartu kredit, lembaga keuangan bukan bank lain, bank, atau
perusahaan nonlembaga keuangan.

2) Pengelola (acquirer)

Acquirer adalah pihak yang melewati kepentingan penertbit kartu untuk menyalurkan
kartu kredit, melakukan penagihan pada pemilik kartu, melakukan pembayaran kepada
pihak merchant. Mengingat jangkauan dari penggunaan kartu kredit biasanya sangat luas
dan penerbit kartu kredit tidak mungkin untuk memiliki kantor cabang di semua tempat,
maka penerbit selalu memerlukan jasa acquirer dalam pengelolaan kartu kreditnya.
Penerbit ada yang secara khusus menerbitkan kartu saja, sedangkan kegiatan operasional,
penyaluran, penagih, dan pembayaran diserahkan sepenuhnya kepada acquirer. Penerbit

7
tertentu juga bertindak sebagai acquirer dari kartu kredit yang diterbitkan. Sebelum suatu
perusahaan atau bank bertindak sebagai acquirer atas suatu kartu kredit tertentu, terlebih
dahulu yang bersangkutan mengadakan perjanjian kerja sama dengan issuer.

3) Pemilik Kartu (card holder)

Pemilik kartu adalah pihak yang menggunakan kartu kredit untuk kegiatan
pembayarannya. Seseorang yang ingin mempunyai kartu kredit belum tentu selalu
disetujui apabila mengajukan permohonan kartu kredit kepada acquirer atau issuer. Untuk
meminimalkan risiko, issuer dan acquirer melakukan seleksi atau analisis terlebih dahulu
sebelum memutuskan seseorang layak memegang kartu kredit yang mereka terbitkan.
Persyaratan yang seharusnya dipenuhi pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan yang jumlahnya cukup dan disesuaikan dengan fasilitas kredit melalui
kartu kredit yang diberikan. Pemenuhan syarat ini biasanya dilihat melalui bukti
tertulis tentang gaji atau penghasilan calon pemilik kartu seperti slip gaji, laporan
keuangan usaha, mutasi rekeing simpanan pada bank dan lain- lain.

2. Kontinuitas penghasilan. Penghasilan seseorang yang tinggi belum tentu


menggambarkan kemampuannya untuk dapat selalu memenuhi kewajibannya kepada
perusahaan kartu kredit. Kontinuitas dari penghasilan yang cukup akan lebih dapat
memberikan keyakinan atas kemampuan calon pemilik kartu bagi issuer atau acquirer.

3. Niat baik atau kemauan dari calon pemilik kartu untuk selalu memenuhi
kewajibannya. Syarat ini paling sulit untuk diidentifikasikan. Salah satu cara melihat
niat baik dari calon pemilik kartu adalah melalui terdapat atau tidaknya nama calon
pemilik kartu pada daftar hitam (black list) milik bank, bank sentral, atau lembaga
lain. Seseorang yang namanya telah masuk dalam daftar hitam biasanya dianggap
kurang dapat dipercaya dalam memenuhi kewajiban keuangannya kepada issuer atau
acquirer.

Demi kepentingan pemasaran kartu, penerbit kartu kredit sering kali memberikan kartu
tambahan kepada pemilik kartu sehingga dikenal istilah kartu utama (basic card) dan
kartu tambahan (supplementary card). Kartu tambahan diharapkan digunakan oleh
saudara atau relasi dari pemegang kartu utama sehingga intensitas penggunaan kartu
lebih tinggi dan fasilitas kredit yang diberikan cenderung lebih maksimal dimanfaatkan

8
oleh pemilik kartu. Hal ini menguntungkan bagi issuer karena semakin sering fasilitas
kredit digunakan berarti harapan penghasilan melalui bunga juga semakin besar.
Pemegang kartu uatama bertanggung jawab atassemua pemenuhan kewajiban pemegang
kartu tambahan kepada issuer dan acquirer.

4) Penjual (merchant)

Merchant adalah pihak penjual barang dan jasa yang dibeli oleh pemilik kartu dengan
menggunakan kartu kreditnya. Sebelum merchant menerima pembayaran dengan kartu
kredit tertentu, merchant tersebut terlebih dahulu mengadakan perjanjian kerjasama
dengan issuer dan acquirer.

C. Manfaat

Secara umum, pengunaan kartu kredit sangat bermanfaat bagi peningkatan efisiensi dan
keamanan transkasi jual beli. Apabila ditinjau dari sisi pihak-pihak yang terkait dalam
penggunaan kartu kredit, maka manfaat dapat dikelompokan sebagai berikut:

1) Bagi Pemilik Kartu

a. Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah karena kalaupun kartu hilang,
pemilik kartu dapat segera menghubungi issuer atau acquirer untuk memblokir
kartu. Kartu yang telah diblokir tidak dapat digunakan lagi sebagai alat
pembayaran pada merchant.

b. Lebih praktis karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar.

c. Mengatasi kebutuhan dana mendesak dalam jangka waktu pendek tanpa harus
mengajukan permohonan kredit kepada bank atau lembaga keuangan lain.

d. Fasilitas lain yang ditawarkan oleh issuer pada kartu kredit yang diterbitkan
seperti asuransi, informasi dokter, kemudahan pembelian barang dan jasa pada
merchant tertentu, dan lain-lain.

2) Bagi Issuer

Manfaat yang dapat diterima oleh issuer adalah adanya penerimaan yang berasal dari:

a. Uang pangkal;

9
b. iuran tahunan;

c. diskon terhadap pembayaran kepada merchant; contoh: Merchant A melakukan


penagihan atas transaksi penjualan senilai Rp. 1.000.000 kepada issuer B. Apabila
diskon ditetapkan sebesar 3%, maka jumlah yang harus dibayarkan oleh issuer
adalah senilai Rp1.000.000 dikurangi 3% kali Rp1.000.000 atau sama dengan
Rp970.000. Sementara itu, jumlah yang dapat ditagih oleh issuer kepada pemilik
kartu adalah tetap sejumlah Rp1.000.000 sehingga selisihnya (Rp30.000 = 3%)
merupakan penerimaan bagi issuer.

d. bunga atas sisa tagihan yang belum dibayar;

e. bunga atas pelanggaran batas maksimum kredit;

f. denda atas keterlambatan pembayaran.

3) Bagi Merchant

a. Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah karena pembayaran oleh
pembeli tidak dengan uang tunai.

b. Lebih praktis karena tidak pelu menyimpan uang tunai di kasir dalam jumlah
besar.

c. Peningkatan penjualan karena pembeli dapat membeli secara kredit melalui


issuer.

4) Bagi Acquirer

a. Penerimaan berupa interchange fee. Contoh: Merchant A melakukan penagihan


atas transaksi penjualan senilai Rp1.000.000 kepada acquirer C. Apabila diskon
ditetapkan sebesar 3%, maka jumlah yang harus dibayarkan oleh acquirer kepada
merchant adalah senilai Rp1.000.000 dikrangi 3% kali Rp1.000.000 atau sama
dengan Rp970.000. Sementara itu, jumlah yang dapat ditagih oleh acquirer
kepada issuer adalah sejumlah Rp970.000 ditambah dengan interchange fee.
Apabila interchange fee sebelumnya telah ditetapkan sebesar 1% dari nilai
transaksi, maka pembayaran issuer kepada acquirer adalah senilai Rp970.000
ditambah Rp10.000 atau sama dengan Rp980.000. Uang sejumlah Rp10.000

10
tersebut adalah interchange fee atau penerimaan bagi acquirer. (selanjutnya,
issuer menagih pemilik kartu senilai Rp1.000.000 sehingga penerimaan bagi
issuer adalah senilai Rp1.000.000 dikurangi Rp980.000 atau senilai Rp20.000).

b. Pemilik kartu dapat disyaratkan untuk memiliki rekening simpanan pada acquirer
yang berupa bank. Acquirer yang berupa bank berkesempatan untuk menawarkan
produk-produknya yang lain pada pemilik kartu.

D) Mekanisme Kartu Kredit

Meskipun tidak ada perbedaan yang penting, mekanisme penggunaan kartu kredit dapat
dibedakan antara mekanisme yang melibatkan pihak acquirer dan mekanisme yang tanpa
acquirer. Kedua mekanisme penggunaan kartu kartu kredit tersebut akan diuraikan dalam
tahap-tahap sejak adanya perjanjian awal, kemudian adanya permohonan kartu kredit oleh
calon pemilik kartu sampai dengan pembayaran tagihan sebagai berikut:

Melibatkan Pihak Acquirer

1) Penerbitan kartu oleh issuer.

2) Perjanjian antara issuer dengan merchant

3) Perjanjian antara issuer dengan acquirer

4) Permohonan kartu kredit oleh calon pemilik kartu

5) Analisis oleh acquirer atau issuer mengenai kelayakan calon untuk menjadi pemilik
kartu. Limit kredit yang lebih tinggi biasanya disertai persyaratan yang lebih berat bagi
calon pemilik kartu.

6) Perjanjian antara issuer dengan pemilik kartu melalui atau tanpa bantuan acquirer.

7) Pemberian kartu kredit kepada pemilik kartu melalui atau tanpa bantuan acquirer.

8) Penggunaan kartu oleh pemilik kartu untuk pembelian pada merchant yang telah
ditunjuk dan mempunyai jalinan kerja sama dengan issuer. Merchant umumnya
memasang logo issuer untuk memudahkan pemilik kartu dalam menentukan jenis kartu
yang akan mereka gunakan. Merchant tertentu menetapkan biaya sekitar 2% dari nilai
transaksi yang menggunakan kartu kredit yang dibebankan bagi pemilik kartu. Tahap

11
ini meliputi:

• Pemilik kartu menyerahkan kartu dan menerima barang atau jasa yang dibeli;

• merchant memeriksa keabsahan kartu;

• merchant mencatat transaksi melalui alat khusus;

• mencetak transaksi pada slip khusus;

• pemilik kartu menandatangani slip;

• merchant memeriksa keabsahan tanda tangan;

• merchant memberikan salinan slip kepada pemilik kartu;

• kartu dikembalikan kepada pemilik kartu.

9) Merchant melakukan penagihan kepada acquirer dengan menggunakan slip penjualan.


Periode penagihan sudah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian antara merchant
dengan issuer.

10) Acquirer memeriksa keabsahan slip penjualan.

11) Acquirer membayar kepada merchant sebesar jumlah transaksi setelah dikurangi
diskon. Besarnya diskon telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian antara issuer
dengan merchant (kurang lebih sekitar 4% dari nilai transaksi).

12) Acquirer melakukan penagihan pada issuer (termasuk dengan interchange fee sekitar
2% dari nilai transaksi). Besarnya interchange fee sudah ditentukan pada perjanjian
semula antara acquirer dengan issuer.

13) Issuer membayar kepada acquirer (reimbursement ditambah interchange fee).

14) Issuer melakukan penagihan kepada pemilik kartu sesuai waktu yang telah
diperjanjikan semula, melalui atau tanpa acquirer. Pemilik kartu wajib membayar
sebesar pembayaran minimum yang semula telah diterapkan. Apabila pemilik kartu
langsung melunasi seluruh tagihan, maka tahapnya selesai sampai di sini, sedangkan
apabila pemilik kartu hanya membayar sebagian atau sampai sebatas besarnya

12
pembayaran minimum maka sisa pembayaran harus dilunasi pada jangka waktu tertentu
sejak penagih dengan ditambah dengan bunga. Laporan tagihan yang dikirim secara
periodik pada tanggal tertentu oleh issuer kepada pemilik kartu berisi antara lain:

• Nomor kartu;

• Tanggal tagihan dari laporan tagihan tersebut;

• Tanggal jatuh tempo pembayaran atas tagihan tersebut;

• Tanggal posting;

• Tanggal transaksi

• Jumlah tagihan;

• Besarnya pembayaran minimum (biasanya berkisar 20% dari jumlah tagihan);

• Batas maksimum kredit;

• Tunggakan.

15) Pemilik kartu melakukan pembayaran kepada issuer melalui atau tanpaacquirer
(pembayaran minimum, angsuran, bunga, dan biaya lainnya). Mekanisme yang
melibatkan pihak acquirer sebenarnya bisa sangat bervariasi yang bergantung pada
jenis tanggung jawab atau tugas yang dilimpahkan issuer kepada acquirer sesuai
perjanjian. Salah satu contoh mekanisme tersebut, seperti telah diuraikan di atas, akan
secara sederhana dijelaskan dengan gambar berikut:

Tidak Melibatkan Pihak Acquirer

13
1) Penerbitan kartu oleh issuer.

2) Perjanjian antara issuer dengan merchant.

3) Permohonan kartu kredit oleh calon pemilik kartu.

4) Analisis oleh issuer mengenai kelayakan calon untuk menjadi pemilik kartu. Limit
kredit yang lebih tinggi biasanya disertai persyaratan yang lebih berat bagi calon
pemilik kartu.

5) Perjanjian antara issuer dengan pemilik kartu.

6) Pemberian kartu kredit kepada pemilik kartu.

7) Penggunaan kartu oleh pemilik kartu untuk pembelian pada merchant yang telah
ditunjuk dan mempunyai jalinan kerja sama dengan issuer. Merchant umumnya
memasang logo issuer untuk memudahkan pemilik kartu dalam menentukan jenis kartu
yang akan mereka gunakan. Merchant tertentu juga menetapkan biaya sekitar 2% dari
nilai transaksi yang menggunakan kartu kredit yang dibebankan bagi pemilik kartu.
Tahap ini meliputi:

• Pemilik kartu menyerahkan kartu dan menerima barang atau jasa yang dibeli;

• Merchant memeriksa keabsahan kart;

• Merchant mencatat transaksi melalui alat khusus;

• Mencetak transaksi pada slip khusus;

• Pemilik kartu menandatangani slip;

• Merchant memeriksa keabsahan tanda tangan;

• Merchant memberikan salinan slip kepada pemilik kartu;

• Kartu dikembalikan kepada pemilik kartu.

8) Merchant melakukan penagihan kepada issuer dengan menggunakan slip penjualan.


Saat periodeatau jangka waktu penagihan sudah ditentukan sebelumnya
dalam perjanjian antara merchant dengan issuer.

14
9) Issuer memeriksa keabsahan slip penjualan.

10) Issuer membayar kepada merchant sebesar jumlah transaksi setelah dikurangi diskon.
Besarnya diskon telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian antara issuer dengan
merchant (kurang lebih sekitar 4% dari nilai transaksi).

11) Issuer melakukan penagihan kepada pemilik kartu sesuai waktu yang telah
diperjanjikan semula. Pemilik kartu wajib membayar sebesar pembayaran minimum
yang semula telah ditetapkan. Apabila pemilik kartu langsung melunasi seluruh tagihan
maka tahapannya selesai sampai disini, sedangkan apabila pemilik kartu hanya
membayar sebagian atau sampai sebatas besarnya pembayara minimum maka sisa
pembayaran harus dilunasi pada jangka waktu tertentu sejak penagihan ditambah
dengan bunga. Laporan tagihan yang dikirimkan secara periodik pada tanggal tertentu
oleh issuer kepada pemilik kartu berisi antara lain:

• Nomor kartu;

• Tanggal tagihan dari laporan tagihan tersebut;

• Tanggal jatuh tempo pembayaran atas tagih tersebut;

• Tanggal posting;

• Tanggal transaksi;

• Jumlah tagihan;

• Besarnya pembayaran minimum (biasanya berkisar 20% dari jumlah tagihan);

• Batas maksimum kredit;

• Tunggakan.

12) Pemilik kartu melakukan pembayaran kepada issuer melalui atau tanpa acquirer
(pembayaran minimum, angsuran, bunga, dan biaya lainnya).

Mekanisme tersebut akan secara sederhana dijelaskan dengan menggunakan gambar


berikut ini:

15
2.5 Pelanggaran-Pelanggaran dan Kasus-Kasus Berbasis Kartu Plastik

Kecanggihan teknologi di dunia perbankan tidak lepas dari pro dan kontra.Terutama di
bidang bisnis kartu kredit.Kecanggihan ini mengundang kejahatan yang dilakukan oleh orang-
orang tidak bertanggung jawab.Salah satunya yaitu pembobolan atau peretasan kartu
kredit.Pembobolan atau peretasan kartu kredit merupakan salah satu jenis kejahatan
cybercrime. Peretasan kartu kredit ini dikenal dengan namacarding atau credit cardfraud.
Carding merupakan salah satu bentuk pencurian (theft) dan kecurangan (fraud) di dunia
internet yang dilakukan oleh pelakunya dengan menggunakan kartu kredit curian atau kredit
palsu yang dibuat sendiri. Tujuannya yaitu untuk membeli barang secara tidak sah atau menarik
dana secara tidak sah dari suatu rekening bank milik orang lain. Carding adalah kombinasi dari
cybercrime dan kejahatan teknologi yang tinggi.The Netherlands Police Agencymengartikan
bahwa carding merupakan salah satu kejahatan internet atau sering disebut cybercrime, yang
dimana cybercrime merupakan kegiatan yang dapat dihukum dengan penggunaan proses dan
pemindahan data melewati komputer, telepon genggam, kartu kredit dan teknologi sejenisnya.
Para pelaku kejahatan kartu ATM maupun kartu kredit mempunyai mesin pembuat kartu.Mesin
encoding data pada magnetic stripe kartu sesuai dengan data yang terekam pada kartu asli.kartu
ini sering dipakai untuk membuat tanda pengenal ID card, kartu anggota, dan lain-lain.Bahan
bakunya bisa dibeli dari luar negeri maupun dari bank di dalam negeri yang kemudian dicetak
sesuai aslinya atau menyerupai aslinya. Ada beberapa cara kejahatan yang dilakukan oleh
pelaku carding sehingga dapat mencuri data korban, yaitu diantaranya:

1) Data dan nomor awalnya didapat dengan cara skimming artinya merekam secara
elektronik data pada magnetic stripe skimming ini biasanya di kerjakan dengan suatu
alat sebesar bungkus rokok dan tergantung ada berbagai model yang dijual di pasaran,
biasanya si pelaku kejahatan dalam mencuri data dan nomor dari kartu kredit asli akan
menitipkan skimming tersebut di restoran, hotel, toko, atau tempat-tempat pembayaran

16
dengan istilah gesek, yang artinya harus ada keterlibatan orang dalam dari tempat-
tempat tersebut, biasanya si kasir menyembunyikan skimmer di bawah meja dan
melakukan dua kali penggesekan tanpa sepengetahuan pemilik kartu.

2) Cara lain pencurian data pemilik kartu kredit asli adalah bisa dengan cara memasang
semacam CHIP pada terminal POS (Point of Sale) yaitu sebuah alat gesek kartu kredit
yang digunakan unbtuk pembayaran, pada restoran, toko, hotel, supermarket, dan si
pelaku kejahatan disini bisa petugas service terminal POS, karyawan pada terminal
POS, atau orang lain yang menitipkan. Intinya bahwa CHIP harus dipasang oleh
petugas yang menangani terminal POS, misalkan pada saat service.

3) Maka dengan cara skimming dan chip Information Card Verification Value (CVV)
yang mempunyai tiga digit angka yang berfungsi sebagai pengaman kartu kredit akan
ikut terekam.

4) Dalam tindak kejahatan kartu kredit umumnya terdapat beberapa modus antara lain:

a. Modus IDT (Identity Theft) yaitu pencurian identitas orang lain yang dipakai untuk
tujuan melakukan kejahatan penipuan dan pemalsuan.

b. Modus ATO (Account Take Over) yaitu pencurian data orang lain yang bertujuan
untuk mengendalikan rekening tanpa sepengetahuan pemilik rekening atau secara
tidak sah.

c. Modus MTO (Merchant Take Over) yaitu pencurian data pemilik merchant yang
bertujuan mengendalikan atau mengambil alih merchant-nya secara tidak sah.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kartu plastik merupakan alat berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga
keuangan berbentuk kartu yang berbahan dasar plastik dan dapat digunakan untuk berbagai
macam transaksi keuangan. Dengan adanya perkembangan luar biasa dari dunia perbankan
sebagai akibat adanya deregulasi ekonomi dan perbankan mulai awal tahun 1980-an, kartu
plastik semakin luas digunakan sebagai alat untuk melakukan transaksi keuangan. Adapun
jenis-jenis kartu plastik yaitu kartu kredit, charge card, kartu debit, dan cash card.

Bank Indonesia memiliki peranan penting dalam regulasi kartu plastik, BI


mengeluarkan ketetapan Peraturan Bank Indonesia melalui SEBI APMK. Penggunaan kartu
kredit diawali pada 1950-an terjadi di Kota New York, Amerika Serikat pada sebuah restoran.
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam kartu kredit yaitu: penerbit (issuer), pengelola
(acquirer), penjual (merchant), pemilik kartu (card holder). Di dalam mekanismenya,
mekanisme penggunaan kartu kredit dapat dibedakan antara mekanisme yang melibatkan pihak
acquirer dan mekanisme yang tanpa acquirer.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2017. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat

https://www.bi.go.id/id/peraturan/sistem-pembayaran/Pages/se_141712.aspx (diakses
pada 25 April 2021)

https://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peran-bi/peran/Contents/Default.aspx (diakses
pada 25 April 2021)

19

Anda mungkin juga menyukai