Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 3

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD A’AN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 834870507

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4104/Perspektif Pendidikan SD

Kode/Nama UPBJJ : 18/Kota Palembang

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Komponen bahan ajar di sekolah Dasar
1) Tujuan

Kegiatan pembelajaran dapat menumbuhkan budi pekerti apabila tujuan pembelajaran tidak hanya
berorientasi pada pengetahuan dan keterampilan, namun juga aspek sikap. Oleh karena itu guru
perlu menambah orientasi indikatort pencapaian tujuan kegiatan belajar dengan pencapaian nilai
budi pekerti tertentu. Misalnya nilai kejujuran, rasa percaya diri, kerja keras, saling menghargai,
dan nilai lainnya.

2) Input

Input merupakan bahan atau rujukan yagn dijadikan pangkal tolak pelaksanaan aktivitas belajar
oleh peserta didik. Dalam hal ini, input dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram,
gambar, model, charta, benda sesungguhnya, video/film. Perlu disadari bahwa input yang dapat
memperkenalkan nilai-nilai tidak hanya menyajikan pengetahuan saja. Tetapi juga menguraikan
nilai-nilai budi pekerti yang terkait dengan pengetahuan tersebut.

3) Aktivitas

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik bersama dan/atau tanpa guru
dengan input belajar untuk mencapai tujuan belajar. Kegiatan belajar yang dapat membantu peserta
didik menumbuhkan budi pekerti adalah aktivitas yang mendorong terjadinya autonomous learning
dan bersifat learne-centered. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat tersebut
antara lain diskusi, eksperimen, observasi, debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.
4) Pengaturan (Setting) Pengaturan (setting) pembelajaran terkait dengan kapan dan di mana
kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau kelompok. Masing-
masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang mendidik. Setting waktu penyelesaian tugas
yang pendek akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai
waktu dengan baik.Sementara itu melalui kegiatan kerja kelompok dapat menjadikan siswa
memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan solidaritas lainnya.

5) Peran guru

Pada buku ajar biasanya peran guru tidak dinyatakan secara eksplisit dalam kegiatan pemblajaran.
Namun pernyataan eksplisit peran guru tercantum dalam buku petunjuk guru. Karena cenderung
dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran guru pada kebanyakan
kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan apabila buku petunjuk guru tidak dimiliki. Peran guru
yang memfasilitasi tumbuhnya budi pekerti antara lain guru sebagai fasilitator, motivator,
partisipan, dan pemberi umpan balik. Guru yang dengan efektif dan efisien menumbuhkan budi
pekerti adalah guru yang berpegang pada ajaran oleh Ki Hajar Dewantara. Yaitu mereka yang ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Artinya di depan guru
berperan sebagai teladan, di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan bekerja
sama dengan mereka. Sedangkan di belakang, guru memberi daya semangat dan dorongan kepadai
peserta didik.

6) Peran peserta didik

Sama halnya dengan peran guru pada buku ajar, peran siswa juga tidak dinyatakan secara eksplisit
dalam kegiatan pembelajaran. Peran siswa secara eksplisit ditulis pada buku petunjuk guru, maka
guru perlu melakukan inferensi terhadap peran siswa pada setiap pembelajaran. Oleh karena itu
agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter,
maka harus diberi diaktifkan dalam pembelajaran. Peran aktif tersebut dapat dikembangkan sebagai
partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana
proyek.
2. Seperti yang telah kita ketahui bersama, kendala proses belajar-mengajar yang selama ini ditemukan adalah
kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang yang ada. yang disampaikan merupakan kenyataan
yang setiap hari ditemukan bahwa fasilitas ruang kelas di SDN 1 Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten
Tasik Malaya mengalami kerusakan di bagian dinding, atap ruang kelas 4, 5 dan 6 yang berbahan bilik itu
nampak rusak dan bolong serta terlihat lapuk bekas genangan air hujan yang bertahan di atas atap saat turun
hujan

3. 1. Meminta siswa membangun pengetahuannya denganmemanipulasi benda konkret/ menemukan


permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membentuk kelompok dengan anggota heterogen
3. Berdiskusi dengan anggota kelompok
4. Meminta siswa menanyakan hal yang belum diketahui
5. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi
6. Setiap kelompok melakukan presentasi hasil diskusi kelompok
7. Guru memberiikan umpan balik dan evaluasi
8. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran
9. Penilaian

4.- Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3)
uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6)
menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus.
Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus setidaknya diperlukan pengetahuan (kognitif)
tentang bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara melukis garis-garis tegak lurus.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat
siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a)
laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan
sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan
- Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif
kemampuan yang diukur adalah:
Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,  kesadaran, kerelaan,
mengarahkan perhatian
Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon, merasa  puas  dalam
merespon, mematuhi peraturan
Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,
mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya
mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
- Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen,
(3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris,
diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan
terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif,
gerakan interprestatif.
5. Salah satu alat evaluasi yang digunakan dalam mengukur kompetensi guru di Indonesia adalah Uji
Kompetensi Guru (UKG). Tes ini menilai penguasaan kompetensi pedagogik, kemampuan guru
mengelola kelas dan menyiapkan strategi belajar untuk murid, dan kompetensi profesional, penguasaan
guru terhadap materi dan kemampuan mengevaluasi pembelajaran. Nilai rata-rata kompetensi guru dari
jenjang SD, SMP hingga SMA cukup mengkhawatirkan berdasarkan hasil uji kompetensi 2015. Secara
nasional nilai rata-rata guru tingkat SD adalah 40,14; SMP 44,16; dan SMA 45,38. Nilai ini di bawah
standar minimal yang ditetapkan 55. Tahun lalu standar minimalnya dinaikkan menjadi 75. Meskipun Uji
Kompetensi Guru tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya indikator kualitas guru, hasil UKG tetap
menunjukkan bahwa banyak guru di Indonesia belum punya minimum kompetensi yang dibutuhkan
untuk memfasilitasi pembelajaran yang berkualitas. Bahkan dengan penyelenggaraan pendidikan guru
yang sudah berlapis, yakni calon guru harus mengikuti program profesi guru selama setahun setelah
menyelesaikan pendidikan sarjana, kualitas guru belum baik. Dalam studi Research on Improving
Education Systems (RISE) di Indonesia pada 2018, saya dan kolega menemukan hanya 12,43% guru
sekolah dasar yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran literasi baca tulis dan 21,27% yang
menganggap dirinya menguasai materi pengajaran matematika. Studi ini mensurvei persepsi diri 360 guru
kelas sekolah dasar lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang mengikuti program Pendidikan
Profesi (PPG) selama setahun secara tatap muka di tujuh universitas penyelenggara pendidikan keguruan
di Pulau Jawa tahun lalu. Guru yang mengikuti survei memiliki pengalaman mengajar antara 6 bulan
hingga lima tahun. Mereka merupakan sampel dari 2.449 guru SD dari seluruh Indonesia yang ikut
program tersebut di 43 universitas.

Anda mungkin juga menyukai