Anda di halaman 1dari 11

KESELAMATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


BEJANA TEKAN DAN PESAWAT UAP

Disusun Oleh :
1. Kartika Dwi Rohimawati 10011181520011
2. Tiara Juita 10011181520019
3. Maya Lisa Nurjannah 10011181520031
4. Nurhafni Hafidzah 10011181520033
5. Dimastri Indreswari 10011181520035
6. Fahruniza Meiga Mawarni 10011281520209
7. Mutia Sarah Fadillah 10011281520210
8. Halif Radanol Ilham 10011281520211
9. Nadila Dwi Yudha 10011281520215
10. Rengga Dwija Prasetya 10011381520123
11. Nada Herdanela 10011381520128
12. Rani Chairunnisa 10011381520136

Kelas : C

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) BEJANA TEKANAN
DAN PESAWAT UAP

Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa


semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut
ternyata tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak
negartif yaitu memberikan pengaruh dan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan para tenaga kerjanya (Silaban, 2009).
Pengawasan K3 pesawat
uap dan bejana tekan merupakan
serangkaian kegiatan
pengawasan dan semua tindakan
yang dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan atas
pemenuhan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan
terhadap obyek pengawasan K3
pesawat uap dan bejana tekan di
tempat kerja atau perusahaan
(Irawan,2012).

A. Pengertian Bejana Tekan dan Pesawat Uap

Kegiatan produksi barang dan jasa pada berbagai jenis usaha tidak terlepas
dari penggunaan mesin, peralatan, pesawat, instalasi, dan bahan baku (berbahaya).
Di samping itu, pada setiap proses produksi senantiasa terdapat kondisi dan
lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe conditions) dan tindakan (perbuatan)
yang tidak aman (unsafe acts) yang disebabkan disfungsi manajemen terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keadaan ini potensial penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, dan pencemaran
lingkungan kerja yang menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja, perusahaan, dan
masyarakat luas(Ridley,2008).
Bejana tekan adalah sesuatu untuk menampung fluida yang bertekanan
atau bejana selain pesawat uap yang di dalamnya terdapat tekanan yang melebihi
udara luar dan dipakai untuk menampun gas atau gas campuran termasuk udara
baik terkempa menjadi cair atau dalam keadaan larut atau beku (Ramli, 2010).
Pesawat uap adalah suatu ketel yang dibuat untuk mengubah air ada di
dalamnya menjadi sebagian uap dengan jalan pemanasan. Pemanasan dilakukan
dari proses pembakaran sehingga dalam sistem tenaga uap selalu terdapat tempat
pembakaran. Dengan semakin tingginya tekanan uap maka setiap ketel harus
mampu menahan tekanan uap ini. Dengan memanfaatkan tekanan uap ini maka
dapat digunakan untuk menggerakan mesin atau generator untuk menghasilkan
energi listrik(Hoten., 2015).
Pesawat uap dan bejana tekan merupakan sumber bahaya termasuk
operator pesawat uap yang mana potensi bahaya ditimbulkan akibat penggunaan
atau pengoperasian pesawat uap dan bejana tekan meliputi semburan api, air
panas, gas, fluida, uap panas, debu, panas/suhu tinggi, bahaya kejut listrik, dan
peningkatan tekanan atau peledakan. Agar kecelakaan tidak timbul dalam kerja
yang menggunakan pesawat uap maupun bejana tekan, maka pemahaman tentang
pesawat uap dan bejana tekan serta syarat-syarat K3 adalah sangat penting supaya
dapat melakukan pengawasan K3 pada pesawat uap dan bejana tekan. Hal ini juga
ditetapkan dalam UU No.1 Tahun 1970 pasal 3 “Pengawasan tidak hanya pada
produk namun diawali dari proses produksi atau pembuatan pesawat uap dan
bejana tekan yang banyak dilakukan proses pengelasan, pengujiaan produk hingga
penerbitan ijin pemakaian pesawat uap dan bejana tekan”(Generousdi, 2004).

B. Dasar Hukum K3 Pemakaian Bejana Tekan dan Pesawat Uap

Menurut Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia


(2008), ruang lingkup dalam K3 pemakaian bejana tekan dan pesawat uap
meliputi perencanaan, pembuatan, pemasangan/perakitan, modifikasi atau reparasi
dan pemeliharaan pesawat uap dan bejana tekan. Ada beberapa dasar hukum yang
dapat dijadikan acuan dalam pemakaian bejana tekan dan pesawat uap, antara
lain:
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Permen No.01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
3. Permen No.01/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
4. Permen No.01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap

C. Contoh K3 Pemakaian Bejana Tekan dan Pesawat Uap

Contoh dalam pemakaian bejana tekanan dan pesawat uap dapat dengan
mudak kita jumpai di setiap industri suatu perusaahan. Bajana tekanan dan
pesawat uap yang biasanya dijumpai pada industri perusahaan adalah : bejana
penampung (storage tank), bejana pengangkut, botol baja atau tabung gas,
instalasi pendingin, instalasi pipa gas atau udara, reactor atau suatu tempat
berlangsungnya reaksi kimia dengan jalan pencampuran, pemanasan dan
pendinginan pada berbagai bahan-bahan yang diperlukan. (Putri,2012)

D. Contoh Kasus

Contoh kasus yang kami bahas adalah “ KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3) MEKANIK PADA STASIUN BOILER PT X”
Pada PT. X memiliki tiga (3) buah boiler yang merupakan jantung
produksi yang sangat vital untuk menghasilkan daya bagi seluruh alat pabrik, dan
juga untuk proses mempercepat produksi kelapa sawit menjadi CPO (crude palm
oil). Maka dalam pengoperasian boiler di butuhkan operator dan tenaga kerja,
mereka semua harus tahu bagaimana mengopersikan boiler dan standar
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pengoperasian boiler. Hal ini sangat
penting menyangkut pabrik kelapa sawit PT X prosesnya sangat bergantung pada
boiler serta mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi pada boiler.
kecelakaan yang terjadi karena kesalahan manusia (human error) maupun
kecelakaan yang terjadi karena tidak diduga seperti meledaknya boiler, hal ini
tentu saja dapat merugikan perusahaan jika itu semua terjadi. Maka pada
penelitian ini sangat penting di kaji standard keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) mekanik mengingat betapa besar dampak yang dihasilkan jika para operator
dan karyawan pada stasiun boiler tidak mengetahui standar peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berlaku.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengamati dan melihat langsung proses pengoperasian boiler sesuai
prosedur keamanan yang berlaku.
2. Wawancara langsung dengan operator boiler serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
3. Studi literature dari buku-buku yang terkait dengan kasus ini.
Standar K3 yang diterapkan oleh PT. X yaitu standar OHSAS 1801 yang
dipasang disekitar area boiler. Dalam standar pengoperasian boiler dituliskan
resiko kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi, yaitu:
1. Terpapar steam. Hal ini bisa saja terjadi mengingat temperatur steam yang
mencapai 2600oC yang merupakan uap panas, jika kulit atau mata
terpapar steam maka akan mengakibatkan kecelakaan yang fatal seperti
mata akan rusak dan kulit akan terbakar maka alat pelindung diri yang di
gunakan yaitu baju pelindung dan kacamata keamanan (safety google).
2. Terpapar kebisingan. Pada lokasi stasiun boiler ini tingkat kebisingannya
adalah 88 dB, maka untuk mengurangi efek dari kebisingan yang bisa
mnyebabkan ketulian pada telinga, digunakan sumbat telinga (earplug)
yang dapat mengurangi kebisingan 8-30 dBA. Biasanya digunakan untuk
proteksi sampai dengan 100 dBA.
3. Terjatuh. Kejadian ini bisa saja terjadi mengingat ketinggian lokasi
pengopersian boiler yaitu sekitar 10 meter. Bahaya logam yang jatuh yang
berasal dari penyangga-penyangga pipa atau lainnya dapat dikurangi efek
kecelakaannya dengan menggunakan Helm dan sepatu keamanan (safety
shoes).
4. Terpapar api. Pada stasiun ini bahan bakarnya merupakan serat hasil
pengepresan kelapa sawit dan cangkang sawit. Terkena api bisa saja terjadi
karena terdapat api pada bagian bawah boiler dan jika terkena api bisa
menyebabkan kulit terbakar dan mata iritasi. Hal ini dapat dikurangi
dengan cara menggungakan alat pelindung diri lengkap.
5. Terpapar debu. Sangat banyak debu yang beterbangan pada stasiun ini, hal
ini dikarenakan debu hasil pembakaran boiler yang beterbangan, sehingga
menyebabkan iritasi pada mata dan merusak sistem pernafasan. Hal ini
dapat di kurangi efek dari terpapar debu dengan menggunakan masker dan
kacamata pelindung.
Berdasarkan fakta dan perundang-undangan di lapangan didapati bahwa,
standar keamanan yang diterapkan pada pabrik kelapas sawit PT. X sudah sesuai
peraturan. Hal ini di karenakan pabrik tersebut mementingkan kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku seperti adanya peraturan yang menyatakan setiap
pegawai yang bekerja di stasiun boiler wajib menggunakan APD (alat pelindung
diri) dan disana juga terdapat poster-poster daerah wajib menggunakan APD.
Mengingat resiko yang didapat dari bekerja di stasiun ini sangat besar yaitu
berupa kulit terpanggang, mata iritasi, terpeleset jatuh, patah kaki, terhisap debu
yang menyebabkan radang paru paru. Sedangkan jalur evakuasi juga telah di buat
dan di beri tahu kepada seluruh pegawai apabila terjadi kecelakaan. Data yang di
dapat dilapangan bisa jadi kurang valid di karenakan keterbatasan waktu dan
keterbatasan dalam pengambilan data.

E. Cara Pencegahan Kecelakaan Pemakaian Pesawat Uap dan Bejana


Tekanan

kecelakaan yang terjadi karena kesalahan manusia (human error) maupun


kecelakaan yang terjadi karena tidak diduga seperti meledaknya boiler, hal ini
tentu saja dapat merugikan perusahaan jika itu semua terjadi. Maka pada
penelitian ini sangat penting di kaji standard keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) mekanik mengingat betapa besar dampak yang dihasilkan jika para operator
dan karyawan pada stasiun boiler tidak mengetahui standar peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berlaku.
Diharapkan dengan adanya studi tentang keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) ini dapat memberi gambaran pentingnya K3 bagi para karyawan yang
bekerja pada stasiun boiler di pabrik kelapa Sawit di PT. X.
Menurut Chandra (2009) adapun komponen keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Safety Helmet (helm keselamatan)

Safety Tool ini didesain untuk


melindungi kepala dari special
resisting penetration seperti
terantuk dengan pipa, atap dan
kemungkinan jatuhnya benda dari
atas. Pemakaian safety helmet
secara tepat dan benar dapat
mengurangi konsekuensi yang
mungkin timbul pada saat terjadinya hal-hal yang disebutkan di atas. Cara
pemakaian safety helmet yang benar akan memberikan proteksi maksimal bagi
kepala. Biasanya menetapkan safety helmet sebagai alat pelindung diri yang
mandatory. Karena potensi hazard yang berasal dari atas kepala manusia banyak
terdapat di lingkungan kerja seperti itu.
2. Safety shoes (sepatu keselamatan/alat pelindung kaki)
Alat Pelindung Kaki berfungsi
 Untuk mencegah tusukan
 Untuk mencegah tergelincir
 tahan terhadap bahaya listrik

3. Alat Pelindung Telinga


Sumbat telinga (ear plugs) yang baik adalah menahan frekuensi daya atenuasi
(daya lindung) : 25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya
(komunikasi) tak terganggu.

4. Alat Pelindung Tangan

Sarung tangan (Gloves) sangat di perlukan ada potensi cedera bila tidak
menggunakan sarung tangan (seperti benda yang masih panas, benda yang sisinya
tajam dll.). Dikarenakan bekerja pada stasiun boiler operator dan pegawai akan
memegang benda dan alat yang panas, jenis sarung tangan yang digunakan pada
stasiun ini berupa sarung tangan yang tahan panas.
5. Pakaian Pelindung

Pakaian Pelindung
digunakan untuk melindungi tubuh
dari benda berbahaya, misal api,
asap, bakteri, zat-zat kimia, dsb.
Pakaian ini sangat enting menginga
betapa besar resiko yang di dapat
jika tidak di gunakan.
6. Alat Pelindung Pernafasan
Alat Pelindung Pernafasan berguna untuk melindungi pernafasan terhadap
gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat
racun, korosi ataupun rangsangan. Masker untuk melindungi debu / partikel-
partikel yang lebih besar yang masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain
dengan ukuran pori-pori tertentu.mengingat lokasi stasiun boiler yang penuh
dengan debu dan serat-serat dari kelapa sawit untuk bahan bakar boiler dan
apabila terhisap bisa menyebabkan radang paru paru dan gangguan pernafasan.
7. Alat Pelindung Mata

Proteksi mata dan wajah


merupakan persyaratan yang mutlak yang
harus dikenakan oleh pemakai dikala
bekerja dengan daerah yang penuh debu
dan daerah yang bersuhu tinggi . Hal ini
dimaksud untuk melindungi mata dan
wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari
debu boiler, uap panas boiler, dan radiasi.
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Kartika. 2009 Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Sebagai Tindakan Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja di PT. Coca Cola
Bottling Indonesia Central Java. Laporan Khusus. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sebelas Maret.
Generousdi, Darman dapersal Dinar. 2004. Peranan “Ahli K3” dalam Mendorong
Efektifitas Pengawasan K3 Sangat Penting dan Strategis. Jurnal Teknik
Mesin. 1(2). 86-91.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia. 2008.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Nuansa Aulia. Bandung.
Houten, Hendri Van, Afdhal kurniawan M., Agung Imam P,. 2015. Keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) Mekanik Pada Stasiun Boiler PT. X. Jurnal
Mekanika. 6(1). 545-549.
Irawan, Yudi Surya. 2012. Materi Pengawasan Bejana Uap dan Ketel Uap.
Resume K3. Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya.
Kani, Bobby Rocky, R.J.M. Mandagi,J.P Rantung, G.Y Malingkas. 2013.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi
(Studi Kasus : PT. Trakindo Utama). Jurnal Sipil Statik. 1(6). 430-433.
Putri, Tiara Salsabila. 2012. Materi Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana
Tekan. Resume K3. Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dian Rakyat. Jakarta.
Ridley, John. 2009. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Erlangga.
Jakarta.
Silaban, Gerry. 2009. Hubungan Angka Kecelakaan Kerja dengan Tingkat
Pemenuhan penerapan Sistem Manajemen K3. Jurnal Berita Kedokteran
Masyarakat. 25(3). 156-166.

Anda mungkin juga menyukai