Trianto
Menurut Trianto (2015, hlm. 51) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”
Joyce & Weil dalam Rusman (2018, hlm. 144) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan belajar lain.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas terlihat adanya kesamaan ciri khusus
yang menyelubungi semua pengertian model pembelajaran. Ciri khusus tersebut adalah
adanya pola atau rencana yang sistematis.
Untuk memastikan keberadaan ciri tersebut maka berikut adalah ciri atau karakterisitk
yang dimiliki model pembelajaran jika dibandingkan dengan ilmu pelaksanaan dan
perancangan pembelajaran lain.
Menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun (2016, hlm. 7-8) model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut antara lain:
1. Model pembelajaran merupakan rasional teoretik logis yang disusun oleh para
pencipta atau pengembangnya.
2. Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan bagaimana peserta didik akan
belajar (memiliki tujuan belajar dan pembelajaran yang ingin dicapai).
3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014, hlm. 58) ciri-ciri model pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1. mengamati;
2. menanya;
3. mengumpulkan informasi;
4. mengasosiasi; dan
5. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
tambahan tentang apa
yang diamati pertanyaan untuk
(dimulai dari pertanyaan membentuk
faktual sampai ke pikiran kritis yang
pertanyaan yang bersifat perlu untuk hidup
hipotetik) cerdas dan belajar
sepanjang hayat
Mengembangkan
– melakukan sikap teliti, jujur,sopan,
eksperimen menghargai pendapat
– membaca orang lain,
sumber lain selain buku kemampuan
teks berkomunikasi,
menerapkan
– mengamati kemampuan
objek/ kejadian/ mengumpulkan
informasi melalui
– aktivitas berbagai cara yang
Mengumpulkan dipelajari,
informasi/ mengembangkan
eksperimen – wawancara kebiasaan belajar dan
dengan nara sumber belajar sepanjang
hayat.
sampai kepada
pengolahan informasi
yang bersifat mencari
solusi dari berbagai
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan
berpikir sistematis,
mengungkapkan
pendapat dengan
Menyampaikan hasil singkat dan jelas, dan
pengamatan, kesimpulan mengembangkan
Mengkomunikasikan berdasarkan hasil analisis kemampuan
secara lisan, tertulis, atau berbahasa yang baik
media lainnya dan benar.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung antara lain:
Menjelaskan tujuan ,
materi prasyarat,
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi dan
mempersiapkan siswa mempersiapkan siswa
2 Mendemonstrasikan Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan atau
menyajika informasi
ketrampilan tahap demi tahap
3 Memberikan latihan
Membimbing pelatihan terbimbing
Mempersiapkan latihan
untuk siswa dengan
menerapkan konsep yang
5 Memberikan latihan dan dipelajari pada kehidupan
penerapan konsep sehari-hari
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menyajikan informasi
kepada siswa dengan
2 jalan demonstrasi atau
Menyajikan informasi lewat bahan bacaan
Menjelaskan kepada
siswa bagaimana cara-
nya membentuk
kelompok dan membantru
Mengorganisasikan siswa kelompok agar
3 ke dalam ke-lompok- melakukan transisi scr
kelompok belajar efisien
Membimbing kelompok-
kelompok belajat pa da
4 Membimbing kelompok saat mereka mengerjakan
bekerja dan belajar tugas
Mengevaluasi hasil
belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau
masing-masing ke-
lompok
5 mempresentasekan hasil
Evaluasi kerjanya
1. Kaitkan setiap mata pelajaran dengan seorang tokoh yang sukses dalam
menerapkan mata pelajaran tersebut.
2. Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara
sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya.
3. Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik
berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang diajarkan kepada mereka.
4. Upayakan agar ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik
untuk mengulang dan mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka.
5. Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu yang
diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara
belajar alamiah yang cocok dengan dirinya.
6. Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka
mengekspresikannya dengan bebas.
7. Bimbing mereka untuk menggunakan emosi dalam setiap pembelajaran
sehingga anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah).
1. 4. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)
Discovery Learning adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu
konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri
cara belajarnya dalam menemukan konsep. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:
“Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is
not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it
him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat
dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses
belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana
siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan
agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam
berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami
lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya.
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus
memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
1. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode
penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
1. Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu
dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan
penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda,
maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran
Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata,
hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Perbedaan utama dari model dan metode pembelajaran adalah metode pembelajaran
telah memiliki langkah konkret untuk melaksanakannya. Sementara itu model
pembelajaran hanya gambaran umum atau kerangka kerjanya saja. Artinya, Guru harus
membuat langkah-langkah (sintaks) sendiri.
Wina Sanjaya
Menurut Ginting (2014, hlm. 42) metode pembelajaran dapat diartikan cara atau pola
yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai
teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri
peserta didik.
Metode pembelajaran adalah teknik yang dikuasai pendidik atau guru untuk
menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik di kelas, baik secara individu maupun
kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh peserta
didik dengan baik (Ahmadi & Prasetya, 2015, hlm. 52).
Sofan Amri
Menurut Amri (2013, hlm. 113) metode belajar mengajar dapat diartikan sebagai cara-
cara yang dilakukan untuk menyampaikan atau menanamkan pengetahuan kepada
subjek didik, atau anak melalui sebuah kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah,
rumah, kampus, pondok, dan lain-lain.
Komalasari
Berbicara macam metode pembelajaran yang tersedia, ada baiknya jika kita
mempelajari berbagai metode yang sesuai dengan kurikulum 2013. Berikut adalah
beberapa contoh metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam rangka ikut
menyukseskan kurikulum 2013 (k13).
Metode ini meminta siswa untuk secara berkelompok menganalisis gambar lalu
mendiskusikan hasilnya. Langkah-langkah dari metode ini adalah sebagai berikut.
Penjelasan lebih lengkap mengenai metode pembelajaran example non example dapat
dibaca pada artikel di bawah ini:
Metode ini mengajak siswa untuk mengurut gambar berseri yang disusun secara acak
oleh Guru sambil memaparkan alasan pengurutannya. Langkah-langkahnya
metode picture and picture adalah:
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Intinya, metode ini membagi
tugas yang diberi nomor untuk dipelajari oleh siswa yang mendapatkan nomor tersebut
dalam kelompok yang berbeda. Kemudian, masing-masing siswa pemegang nomor
akan berbagi dengan kelompok masing-masing dan kelompok lainnya. Berikut ini
adalah langkah-langkahnya.
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapatkan nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Penutup disertai rangkuman atau kesimpulan.
Metode naskah Kooperatif mengajak peserta didik bekerja berpasangan dan bergantian
untuk menjadi pembicara dan pendengar (Dansereau Cs., 1985). Berikut adalah
langkah-langkahnya:
Metode ini adalah modifikasi dari Number Heads Together. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok
akan mendapatkan nomor.
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor yang didapatkan
terhadap tugas yang berangkai. Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal.
Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan
dan seterusnya.
3. Jika diperlukan, guru dapat meminta siswa untuk bekerja kelompok.
4. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain.
5. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu
atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
6. Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
7. Penutup (kesimpulan).
STAD atau Tim siswa kelompok prestasi dikembangkan dan dipopulerkan oleh Slavin
pada tahun 1995. Metode ini mengelompokkan siswa secara heterogen menurut
prestasi, gender, suku, dsb dan diminta untuk mengerjakan tugas kelompok.
Kemudian evaluasi dilakukan dalam bentuk tes atau kuis, kelompok tidak boleh saling
membantu dalam fase ini. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah STAD adalah sebagai
beriku.
Penjelasan lengkap mengenai kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada artikel di bawah
ini:
Jigsaw membagi kelompok yang setiap anggotanya akan dibagi kelompok kembali
menjadi tim ahli dari masing-masing materi yang diberikan. Kelompok tim ahli akan
secara berkelompok mempelajari materi yan ditentukan lalu kembali ke kelompok
mereka masing-masing setelah menjadi ahli (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And
Snapp, 1978). Langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai berikut:
Penjelasan lengkap mengenai metode pembelajaran jigsaw dapat disimak pada tautan
di bawah ini:
Langkah-langkah :
Intinya, Guru memberikan permasalahan yang memiliki jawaban atau solusi alternatif
sehingga dapat dibuat peta konsepnya dan siswa dapat mempelajari serta
mendiskusikan setiap alternatif jawaban dengan rekan-rekan dan tentunya Guru.
Langkah-langkah metode mind mapping adalah sebagai berikut.