1. Latar belakang
Benang memiliki sifat perpaduan antara elastik dan viscose. Material diibaratkan suatu rangkaian yang
terdiri dari pegas sebagai material elastis dan daspot sebagai material viskos (Chen, 2009). Penerapan
ilmu fisika khususnya mekanika klasik pada bidang tekstil telah banyak diaplikasikan dan dikerjakan oleh
beberapa peneliti. Menurut beberapa penelitian, sifat mekanik material benang tekstil bergantung pada
suatu fungsi waktu yang dikarenakan adanya sifat alami viskoelastik yang mengkombinasikan adanya
suatu sifat viskos dan juga sifat elastik, yaitu stress relaxation. Material polimer tekstil biasanya
memperlihatkan suatu sifat viskoelastik untuk suatu waktu tertentu dengan pemberian tingkatan
tekanan (stress) yang sama. Sifat linear viskoelastik biasanya dimodelkan menggunakan suatu model
fisika yaitu sebuah pegas yang mengikuti rumusan hukum Hook deformasi elastik dan juga sebuah
dashpot yang mengikuti rumusan fluida Newton dengan besar stress berbanding lurus dengan regangan
(strain). Model Maxwell memiliki sebuah pegas dan dashpot yang disusun secara seri seperti pada
Gambar 1. Bentuk pemodelan Maxwell memiliki bentuk pemodelan yangmana besar stress memiliki
nilai yang sama untuk keseluruhan model, sedangkan besar regangan atau strain adalah jumlahan dua
buah elemen (Putra, Wijayono, Martina, & Rosyidan, 2019). Penilitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan prediski pemodelan stress relaxation benang polyester dengan metoda fitting data dan
eksperimen dengan validasi teori yang sudah ada. Dalam memodelkannya bentuk rangkain modifikasi
model Maxwell dipilih sebagai bentuk rangkaian yang dianggap mewakili karakteristik benang sebagai
material viskoelastis.
dε
σ η=η (3)
dt
Rangkaian rumus diatas dibuat menjadi 2 rumus untuk parallel :
d σs d εs σs
dt
=E2
dt
−(η ) (4) (seri pegas dan dashpot)
η dσ E1 + E2 dε
E2 dt
+ σ=E 1 ε+
E2
η (
dt ) (5) (parallel)
Jika dianggap E1=E2=E, maka persamaan stress – strain nya menjadi sebagai berikut.
η dσ dε
+ σ= Eε+2 η (6)
E dt dt
d εs
Untuk menghitung stress relaxation dengan kondisi =0 persamaannya menjadi sebagai berikut:
dt
dσ E
= dt (7)
( Eε−σ ) η
−E
t
u=u0 e η (10)
Setelah didapatkan persamaan 10. Substitusikan persamaan 8 dan 9 ke persamaan 10, didapatkan:
−E
t
Eε−σ=u0 e η (11)
u=( Eε−σ )
u0 =Eε−0 (12)
Substitusi Persamaan (11) ke persamaan (12) maka didapat persamaan stress relaxation :
−E
σ =Eε (1−e )
t
η (13)
d. Fitting data
Memprediksi pemodelan yang cocok dengan fenomena yang terjadi digunakanlah fitting data.
Dengan melihat bentuk persamaan (13) dan (20) untuk stress relaxation maka fitting data
menggunakan kurva persamaan eksponensial sebagai berikut.
y=a0 e a x
i
(21)
4. Hasil
Untuk stress relaxation menggunakan alat uji instron (Gambar 2) dengan modifikasi beban yang
ditetapkan yaitu 1000 gf. Pengujian untuk 2 hal ini dilakukan di laboratorium eval fisika dengan waktu
30 menit. Setiap 5 menit hasil stress relaxation di catat. Hasil pengujian fitting data stress relaxation
dengan r2 0.52 bisa dilihat pada table 1 dan gambar 3.
Gambar 2. Pengujian stress relaxation menggunakan mesin instron.
10.00
strength (cN/Tex)
8.00
eksperimen
6.00
teori
4.00
2.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)
5. Kesimpulan
Dengan fitting data yang digunakan ternyata permodelan untuk benang filament polyester ini untuk
stress relaxation cukup baik nilai regresi liniernya. Sehingga pemodelan Maxwell ini sangat cocok
untuk penghitungan
Referensi :
Chen, X. (2009). Modelling and predicting textile behaviour. Elsevier.
Ghosh, A., Das, S., & Banerjee, D. (2013). Simulation of yarn stress relaxation and creep behaviors using
genetic algorithm.
Putra, V. G. V., Wijayono, A., Martina, T., & Rosyidan, C. (2019). SUATU STUDI PEMODELAN
VISKOELASTIK MATERIAL BENANG VIZ 100% WOOL 36 TEX MENGGUNAKAN PENDEKATAN FISIKA.
Wahana Fisika, 4(1), 27–34.