1Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas
Padjadjaran Jatinangor
2Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas
Padjadjaran Jatinangor
ABSTRAK
Kata Kunci: antimikroba, gum arab, maltodekstrin, mikroenkapsulasi, minyak atsiri jahe emprit
ABSTRACT
Microencapsulation by using certain enapsulant can protect the volatile components which is
contained in core substance. Ginger essential oil has antimicrobial attribute as well as volatile
compounds such as α-Zingiberene, α-Curcumene dan β-Sesquiphellandrene. The aim of this study
is to determine the most effective ratio of encapsulant maltodextrin and gum arab which could
protect volatile components of ginger essential oil which has potential to halt Escherichia coli
and Staphylococcus aureus. This research was used experimentally with Randomized Block
Design Factorial Pattern with two factors, the first factor was ratio of encapsulant
maltodextrin:gum arab (1:1, 2:3 and 3:2) and the second factor was the type of tested bacteria
(E.coli and S.aureus). The result showed that these are no interaction between ratio of
encapsulant maltodextrin:gum arab and type of tested bacteria. The ratio of maltodextrin:gum
arab 1:1 has the highest inhibition zone, it’s about 12,83 mm (categorized as highly effective
antimicrobial). The result of Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) showed that
ginger oil essential contained α-Pinene, Camphene, Sulcatone, Eucalyptol, β-Citral, α-Citral, α-
Curcumene, α-Zingiberene, β.-Bisabolene, and β-Sesquiphellandrene
Medium NA
3) Bobot jenis (SNI 06-1312-1998).
4) Indeks bias minyak atsiri (SNI 06-
Pemasukkan 10 mL ke 1312-1998).
dalam tabung reaksi steril b. Pengamatan pada mikrokapsul minyak
atsiri
Sterilisasi dengan autoclave 1) Kadar air (AOAC, 1999).
Kultur T= ±121 0C, t = 15 menit 2) Kelarutan (Nuraini, 2001).
cair
bakteri 3) Stabilitas oksidasi mikrokapsul
uji
Homogenisasi (Vortex) dengan metode bilangan peroksida
(AOCS, 1984).
Penuangan ke dalam 2. Tanpa uji statistik:
cawan petri Profil kimiawi minyak atsiri jahe
emprit menggunakan Gas
Di diamkan hingga Chromatography – Mass Spectrometry
memadat
(GC-MS) (Modifikasi Whestine et al.,
2003).
Pembuatan sumuran
3. Dengan uji statistik:
Larutan mikrokapsul Pengujian perhitungan diameter zona
minyak atsiri jahe hambat antimikroba mikrokapsul
emprit rasio 1:1. 2:3,
dan 3:2, minyak atsiri jahe emprit yang
D = ±5mm diujikan pada E.coli dan S.aureus
V ekstrak = 40 µl
dengan menggunakan metode difusi
sumuran (Modifikasi Rostinawati,
2009).
Penyimpanan dalam
refrigerasi t = 15 menit HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen, Kadar Air, Bobot Jenis, dan
Inkubasi T= 37 0C, t = 24 Indeks Bias Minyak Atsiri Jahe Emprit
jam
Tabel 1. Karakteristik Fisik dan Kimia
Pengamatan zona hambat Minyak Atsiri Jahe Emprit
Minyak SNI
Karakteristi
Gambar 15. Diagram Proses Uji Atsiri Jahe Minyak
k
Antimikroba Mikrokapsul Minyak Atsiri Emprit Jahe*
Jahe Emprit Pada Bakteri Patogen Rendemen 1,2
(Modifikasi Rostinawati, 2009) -
(%)
Kadar Air (%) 4 3,05 – 3,48
Bobot Jenis 0,8720 – air, sehingga komponen minyak atsiri
0,873
pada 25o/25oC 0,8890 berkurang dan kadar air meningkat
Indeks Bias 1,4853 – (Damjanovic, 2003 dikutip Supardan, 2009).
1,4915
pada 25oC 1,4920 Penggunaan air suling yang cukup banyak
juga dapat memengaruhi kadar air minyak
Berdasarkan hasil pengamatan pada
atsiri. Penyulingan yang baik dapat
Tabel 1, minyak atsiri jahe emprit telah cukup
mengekstrak minyak atsiri dan menguapkan
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)
komponen air, sehingga minyak atsiri jahe
minyak jahe (SNI 06-1312-1998). SNI
yang dihasilkan memiliki kadar air yang
minyak
rendah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Perbedaan perlakuan terhadap
rimpang jahe sebelum disuling juga dapat
memengaruhi
jahe tidak menetapkan standar untuk
rendemen, namun hasil rendemen pada
pengamatan tergolong lebih tinggi
dibandingkan hasil penelitian penyulingan
jahe emprit yang dilakukan oleh Wulandari
rendemen dan kadar air minyak atsiri jahe.
(2009) yang menghasilkan rendemen minyak
Rimpang jahe yang diiris memiliki glandula
atsiri jahe emprit sebesar 0,174% dan Hikmah
yang tidak sobek secara sempurna. Apabila
(2007) sebesar 0,248%. Oleh karena itu,
rimpang jahe yang diiris tersebut disuling
rendemen minyak atsiri jahe emprit pada
menggunakan metode distilasi uap, beberapa
penelitian ini tergolong cukup tinggi.
bagian minyak terangkut oleh uap. Hal ini
Rendemen pada minyak atsiri dipengaruhi
disebabkan jahe tersusun sebagian besar oleh
beberapa faktor. Bahan baku merupakan
pati, sehingga ketika diberikan tekanan uap
faktor terbesar yang memengaruhi rendemen
panas dapat menyebabkan jahe emprit
(Ketaren, 1985). Mulai dari pemilihan bibit,
teraglutinasi sehingga menghalangi uap
kondisi dimana bibit tumbuh, perlakuan
masuk ke glandula minyak yang ada pada
bahan sebelum disuling. Pada saat
rimpang jahe sehingga transportasi minyak
penyulingan, perbedaan metode distilasi juga
pada uap kurang sempurna (Martsiano, 2015).
dapat memengaruhi banyak sedikitnya
Oleh karena itu metode distilasi yang
rendemen. Perbedaan rendemen yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode
diperoleh dari masing – masing metode
distilasi air.
distilasi dipengaruhi oleh persebaran uap dan
Sifat-sifat khas dan mutu minyak
transportasi uap pada ketel bahan. Dalam
dapat berubah mulai dari minyak yang masih
proses penyulingan, persebaran uap dan
berada dalam bahan yang mengandung
ukuran bahan mempunyai satu korelasi cukup
minyak, selama proses ekstraksi,
erat. Untuk material dengan ukuran luas
penyimmpanan dan pemasaran. Oleh karena
permukaan bahan besar tidak optimum
itu diperlukan suatu analisa karakteristik
disuling dengan metode uap, karena
fisiko-kimia dari minyak atsiri untuk
kepadatan material membuat persebaran uap
mengetahui mutu dari minyak atsiri tersebut.
tidak merata di dalam ketel (Martsiano,
Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria
2015).
atau batasan yang dituangkan di dalam
Kadar air minyak atsiri jahe emprit
standar mutu. Secara umum, mutu minyak
yang sedikit di atas SNI dapat disebabkan ada
atsiri dipengaruhi oleh mutu bahan olah dan
kemungkinan hilangnya komponen-
cara pengolahan serta penanganan minyak
komponen minyak atsiri karena larut dalam
atsiri yang dihasilkan. Namun, faktor
terpenting yang berpengaruh langsung minyak nilam tersebut. Semakin banyak
terhadap mutu minyak atsiri adalah faktor kandungan airnya, maka semakin kecil nilai
pengolahan dan penanganan minyak atsiri indeks biasnya. Hal ini disebabkan sifat dari
setelah diekstraksi. air yang mudah membiaskan cahaya yang
Bobot jenis merupakan salah satu datang. Mengacu pada SNI, indeks bias
kriteria penting dalam menentukan mutu dan minyak atsiri jahe berada pada kisaran 1,4853
kemurnian minyak atsiri. Nilai bobot jenis – 1,4920. Hasil pengujian indeks bias minyak
minyak atsiri didefinisikan sebagai atsiri jahe emprit yaitu 1,4915 sehingga nilai
perbandingan antara bobot minyak dengan indeks bias minyak atsiri jahe emprit sesuai
bobot air pada volume air yang sama dengan dengan persyaratan SNI.
volume minyak. Bobot jenis sering Berdasarkan keseluruhan hasil
dihubungkan dengan fraksi bobot komponen- pengamatan karakteristik fisik dan kimia
komponen yang terkandung di dalamnya. minyak atsiri jahe emprit tersebut, dapat
Semakin besar fraksi bobot yang terkandung dilihat bahwa minyak atsiri jahe emprit yang
dalam minyak, maka semakin besar pula nilai dihasilkan pada penelitian ini sudah
densitasnya. Besarnya bobot jenis pada memenuhi persyaratan standar SNI untuk
minyak minyak atsiri jahe. Jumlah dan jenis senyawa
yang terlarut dalam minyak atsiri jahe emprit
akan
Natta dan Singh melakukan pengujian komponen sel dan mengganggu Proton
antimikroba minyak atsiri jahe dengan Motive Force (PMF). PMF adalah gaya
pelarut dimetilsulfoksida (DMSO). DMSO gerak proton, di mana ion hidrogen (proton)
merupakan salah satu pelarut yang dapat mengkonversikan energi dalam pembentukan
melarutkan hampir semua senyawa baik ATP (Adenosine Triphosphate). Senyawa
polar maupun nonpolar, selain itu DMSO antibakteri minyak atsiri seperti thymol,
tidak memberikan daya hambat terhadap eugenol, dan carvacrol dapat menyebabkan
bakteri (Handayani dkk., 2012). Oleh karena kerusakan membrane seluler, melepaskan
itu pada penelitian Natta dan Singh, minyak ATP intraseluler dan komponen lain dari
atsiri jahe memiliki daya penghambatan mikroba (Rialita, 2014). Komponen-
bakteri yang lebih rendah dibandingkan komponen minor dapat berperan sebagai
antimikroba yang menggunakan pelarut lain, faktor kritis atau penentu terhadap daya
diantaranya etanol 96%. Etanol merupakan aktivitas antimikroba, karena dimungkinkan
pelarut universal yang banyak digunakan adanya efek sinergis di antara berbagai
sebagai pelarut zat atau bahan antimikroba. komponen pembentuk minyak atsiri
Ekstrak etanol khususnya pada minyak atsiri (Mayachiew dan Devahastin, 2007).
jahe mengandung zat antimikroba di
Matriks Perlakuan Terbaik Hasil uji antimikroba yang paling baik adalah
Penentuan perlakuan terbaik mikrokapsul yang menghasilkan diameter
dilakukan berdasarkan pengamatan kadar air, daya hambat yang paling besar. Perlakuan
kelarutan, stabilitas oksidasi dan uji 1:1 merupakan perlakuan terbaik karena
efektivitas antimikroba pada masing-masing memiliki total skor terbesar dibanding
perlakuan. Pada setiap kriteria pengamatan perlakuan lainnya.
diberikan bobot penilaian yang berbeda.
Pengamatan kadar air, kelarutan dan KESIMPULAN
stabilitas oksidasi diberi bobot nilai 1,
1) Tidak terdapat interaksi antara rasio
sedangkan pengamatan uji efektivitas
penyalut mikrokapsul(maltodekstrin:
antimikroba diberi bobot nilai 5. Matriks
gum arab) dan jenis bakteri uji (E.coli
perlakuan terbaik disajikan pada tabel 7.
dan S.aureus) terhadap diameter daya
hambat. Rasio penyalut mikrokapsul
Tabel 12. Matriks Perlakuan Terbaik
Bobot
1:1 menghasilkan rata-rata diameter
Kriteria Perlakuan
Penila zona hambat terhadap bakteri E.coli
Pengamatan ian 1:1 2:3 3:2
dan S.aureus yang tertinggi yaitu 12,83
Kadar Air (%) 1 2,3751 2,8383 1,7387
Kelarutan (%) 1 78,81 93,68 91,26 mm (tergolong efektivitas antimikroba
0 1 tinggi).
Stabilitas 1,15 1,22 0,87
hari* 2) Hasil analisis GC-MS minyak atsiri
Oksidasi
15 1 jahe emprit mengandung senyawa
(Bilangan 1,17 1,25 0,87
hari*
Peroksida mayor di antaranya α-curcumene
30 1
, mEq) 1,24 1,28 0,92 (14,97%), α-zingiberene (12,72%), β-
hari*
Uji Antimikroba 5
12,83 10,75 10,5
bisabolene (11,39%), β-
(mm) sesquiphellandrene (7,99%), dan
Total skor 5 1 4 camphene (7,37%).
*nilai bilangan peroksida selama penyimpanan
Gaspersz, V. 2006. Teknik Analisis dalam Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia
Penelitian Percobaan – Jilid 1 dan 2. Jilid 1,2,3. (Alih Bahasa oleh M.
Tarsito, Bandung. Thenawidjaja). Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Glicksman, M. 1983. Food Hydrocolloids
Volume II.. CRC Press, Inc., Boca Litaay, C. dan J. Santoso. 2013. Pengaruh
Raton, Florida. Perbedaan Metode Perendaman dan
Lama Perendaman Terhadap
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Karakteristik Fisiko-Kimia Tepung
Penerbit Universitas Indonesia, Ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis).
Jakarta. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 5 (1):85-92.
Hikmah, N. 2007. Rendemen dan Kualitas
Minyak Atsiri Jahe (Zingiber Martsiano. 2015. Minyak Atsiri Jahe.
officinale Rosc.). Jurnal Hutan Tropis Available at http://ano.web.id/ (di akses
Borneo Volume 08. 20: 8 – 16. tanggal 18 September 2016).
Setijawati, D., S. Wijana, dan I. Santosa. Supardi, I. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi
2011. Viabilitas dan Struktur dalam Pengolahan dan Keamanan
Mikrokapsul Lactobacillus Pangan. Alumni, Bandung.
acidophilus dengan Bahan Penyalut
Karaginan Semi Murni Jenis Toledo, R.T. 2007. Fundamentals of Food
Eucheuma cottonii. Jurnal Teknologi Process Engineering (Third Edition).
Pangan, Vol 2 (1): 50-67. Springer Science and Business Media,
New York.
Setyaningrum H.D., dan C. Saparinto. 2013.
Jahe. Cetakan I. Penebar Swadaya, Warsa, U.C. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Jakarta Kedokteran. Edisi Revisi. Binarupa
Aksara, Jakarta.
Setyaningsih, D., A. Apriyantono, dan M.P.
Sari. 2010. Analisis Sensori untuk Wawensyah, J.A 2006. Mikroenkapsulasi
Industri Pangan dan. Agro. IPB Press: Minyak Atsiri Jahe Merah Dengan
Bogor. Penyalut Kitosan. Skripsi. Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Singh G., Kapoor IPS, Singh P, de Heluani Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
CD, de Lampasona MP. 2008. Bogor, Bogor.
Chemistry, Antioxidant and
Antimicrobial Investigations on Westing, L.L dan Rennecius, F. 1988. Shelf
Essential Oil and Oleoresins of Life of Storage Oil: Effect of
Zingiber officinale, Food Chem Encapsulation by Spray drying,
Toxicol 46:3295-3302 Extrusion and Molecular Inclusion. In
Flavor Encapsulation: ACS
Sivasothy, Y. et. al. 2011. Essential Oils of Symposium Series 370; Risch, S.J,
Zingiber officinale var. rubrum Rennecius GA. (eds.) American
Theilade and Their Antibacterial Chemical. Society, Washington D.C.
Activities. Food Chem. 124:514-517.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.