Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH RASIO MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB TERHADAP

AKTIVITAS ANTIMIKROBA MIKROKAPSUL MINYAK ATSIRI JAHE EMPRIT


(ZINGIBER OFFICNALE ROSC) PADA BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN
STAPHYLOCOCCUS AUREUS

The Effect of Maltodextrin and Gum Arab Ratio to Antimicrobial


Activity of Ginger Essential Oil Microcapsule on Escherichia coli
and Staphylococcus aureus
1 2)
Tita Rialita1, Indira Lanti Kayaputri , Subhan Aristiadi
Departemen Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran

1Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas
Padjadjaran Jatinangor
2Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas
Padjadjaran Jatinangor

ABSTRAK

Mikroenkapsulasi dengan penyalut tertentu dapat mempertahankan komponen volatil yang


terkandung dalam bahan inti. Minyak atsiri jahe memiliki komponen yang bersifat antimikroba dan
volatil diantaranya α-Zingiberene, α-Curcumene dan β-Sesquiphellandrene. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan rasio penyalut maltodekstrin dan gum arab yang paling efektif mempertahankan
komponen volatil minyak atsiri jahe untuk menghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Pola Faktorial, dengan faktor pertama yaitu rasio penyalut maltodekstrin:gum arab (1:1, 2:3 dan 3:2) dan
faktor kedua yaitu jenis bakteri uji (E.coli dan S.aureus). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
interaksi antara rasio penyalut maltodekstrin:gum arab dan jenis bakteri uji. Rasio penyalut
maltodekstrin:gum arab 1:1 memiliki diameter zona hambat tertinggi 12,83 mm (kategori efektivitas
tinggi). Hasil Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) menunjukkan minyak atsiri jahe
emprit mengandung α-Pinene, Camphene, Sulcatone, Eucalyptol, β-Citral, α-Citral, α-Curcumene, α-
Zingiberene, β.-Bisabolene, dan β-Sesquiphellandrene.

Kata Kunci: antimikroba, gum arab, maltodekstrin, mikroenkapsulasi, minyak atsiri jahe emprit

ABSTRACT

Microencapsulation by using certain enapsulant can protect the volatile components which is
contained in core substance. Ginger essential oil has antimicrobial attribute as well as volatile
compounds such as α-Zingiberene, α-Curcumene dan β-Sesquiphellandrene. The aim of this study
is to determine the most effective ratio of encapsulant maltodextrin and gum arab which could
protect volatile components of ginger essential oil which has potential to halt Escherichia coli
and Staphylococcus aureus. This research was used experimentally with Randomized Block
Design Factorial Pattern with two factors, the first factor was ratio of encapsulant
maltodextrin:gum arab (1:1, 2:3 and 3:2) and the second factor was the type of tested bacteria
(E.coli and S.aureus). The result showed that these are no interaction between ratio of
encapsulant maltodextrin:gum arab and type of tested bacteria. The ratio of maltodextrin:gum
arab 1:1 has the highest inhibition zone, it’s about 12,83 mm (categorized as highly effective
antimicrobial). The result of Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) showed that
ginger oil essential contained α-Pinene, Camphene, Sulcatone, Eucalyptol, β-Citral, α-Citral, α-
Curcumene, α-Zingiberene, β.-Bisabolene, and β-Sesquiphellandrene

Keyword: antimicrobial, ginger essential oil, gum arab, maltodextrin, microencapsulation


Jahe (Zingiber officinale) merupakan
PENDAHULUAN
salah satu rempah-rempah yang termasuk
komoditas pertanian yang dihasilkan hampir
di seluruh wilayah Indonesia. Bagian dari jahe Minyak atsiri jahe dapat menghasilkan nilai
yang banyak dimanfaatkan khususnya pada zona penghambatan sebesar 8 – 22 mm
bidang pangan yaitu rimpang jahe. Banyak terhadap beberapa bakteri uji (Natta et al.
hasil penelitian yang membuktikan berbagai 2008 dan Singh et al. 2008). Namun, sifat
macam khasiat rimpang jahe, di antaranya yang mudah menguap menyebabkan kesulitan
memiliki aktivitas antidiare, antimikroba, dalam penyimpanan sehingga dapat
antioksidan, antihepatotoksik, dan antipiretik mempengaruhi umur dan mutu dari minyak
(Wresdiyati dkk., 2003; Norajit dkk., 2007; atsiri tersebut (Wawensyah, 2006). Selain itu,
Daswani dkk., 2010). minyak atsiri memiliki kelemahan di
Pemanfaatan rimpang jahe salah antaranya sukar dalam penanganan terutama
satunya dengan cara diambil minyak atsiri dan pada saat penimbangan dan pencampuran
ekstrak oleoresin. Rimpang jahe mengandung (masalah pada ekstrak cair), dan hilangnya
minyak atsiri 1-3% dan oleoresin sekitar 2-4% komponen volatil pada suhu tinggi
(Koeswara, 1995). Minyak atsiri merupakan (Djubaedah, 1986). Oleh karena itu,
senyawa mudah menguap yang berasal dari diperlukan suatu teknik untuk memperbaiki
tanaman dan tidak larut dalam air. Minyak mutu, memudahkan penanganan dan
atsiri dapat dipisahkan dari jaringan tanaman mempertahankan komponen volatil aktif
jahe melalui proses distilasi uap (Ketaren, tersebut, salah satunya adalah
1985). mikroenkapsulasi.
Jahe merupakan salah satu jenis rempah- Proses mikroenkapsulasi dilakukan
rempah yang memiliki potensi untuk menjadi menggunakan suatu metode
antimikroba. Beberapa penelitian mengenai mikroenkapsulasi. Menurut Desai dan Park
ekstrak maupun minyak atsiri jahe (2005), metode yang paling banyak
menunjukkan aktivitas antimikroba yang digunakan sebagai teknik mikroenkapsulasi
cukup tinggi (Singh et al., 2008). Ketersediaan dalam industri pangan adalah spray drying.
yang tinggi di Indonesia, berdasarkan data Spray drying merupakan metode yang paling
statistik produksi jahe pada tahun 2012 mudah dan sederhana, karena dibandingkan
mencapai 114.537,65 ton per tahun sehingga jenis alat pengering lainnya, alat spray dryer
jahe dapat menjadi sumber minyak atsiri yang memiliki kelebihan di antaranya: (1) produk
potensial sebagai bahan antimikroba (BPS, akan menjadi kering tanpa bersentuhan
2012). dengan permukaan logam panas, (2) suhu
Jahe emprit merupakan salah satu jenis jahe produk rendah meskipun suhu udara
yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengering yang digunakan cukup tinggi, (3)
baku obat-obatan. Hal ini dikarenakan penguapan air terjadi pada permukaan yang
rimpang jahe emprit berserat lebih lembut sangat luas sehingga waktu yang dibutuhkan
dibanding jenis jahe lain. Selain itu jahe untuk pengering cukup singkat, dan (4)
emprit beraroma tajam dan berasa pedas produk akhir berbentuk bubuk yang stabil.
meskipun ukuran rimpang kecil. Pengoperasian spray dryer juga
Minyak atsiri jahe diketahui lebih mudah, untuk mengkapsulasi suatu material
efektif menghambat mikroba dibandingkan menggunakan pengering semprot karena
larutan suspensi yang akan
dimikroenkapsulasi cukup dimasukkan ke
pengering semprot mikrokapsul sebagai
produk (Spicer, 1974).

dengan oleoresinnya, dengan menunjukkan


aktivitas antimikroba yang cukup tinggi.
Mikroenkapsulasi didasarkan pada
teknik enkapsulasi. Menurut Risch (1995), bubuk dari minyak atsiri yang baik, untuk
enkapsulasi adalah suatu proses melapisi komponen inti, meningkatkan
pembungkusan bahan atau campuran jumlah total padatan dan mempercepat proses
beberapa bahan dengan bahan lain. Bahan pengeringan. Fungsi bahan penyalut adalah
yang dibungkus biasanya berupa cairan, untuk memperbesar volume dan
walaupun ada juga yang berbentuk partikel meningkatkan jumlah total padatan serta
padat atau gas, yang disebut bahan inti atau dapat mencegah kerusakan bahan oleh panas
bahan aktif, sedangkan bahan yang berfungsi karena waktu kontak yang singkat (Masters,
sebagai pembungkus disebut sebagai dinding 1979 dikutip Chandrayani, 2002).
atau membran. Enkapsulasi pada umumnya Salah satu bahan penyalut yang umum
bertujuan untuk mempertahankan komponen digunakan adalah maltodekstrin. Penelitian
kimia atau bahan aktif yang terdapat pada terdahulu telah banyak menggunakan
suatu bahan atau material. Mikroenkapsulasi maltodekstrin sebagai bahan penyalut pada
secara sederhana dapat diartikan sebagai berbagai bahan pangan, di antaranya
enkapsulasi dengan ukuran mikro. penyalutan oleoresin kayu manis, oleoresin
Berdasarkan ukuran bahan aktifnya, pala, asam askorbat, minyak elemi dan
mikroenkapsulasi mempunyai ukuran partikel papermint. Maltodekstrin dapat melindungi
antara 0,2 sampai 5000 µm (King, 1995 bahan yang disalut dari oksidasi selama
dikutip Nasrulloh, 2010). penyimpanan (Westing dan Rennecius, 1988).
Menurut Wawensyah (2006), Maltodekstrin memiliki keuntungan yang
mikroenkapsulasi minyak atsiri jahe dapat lain, yaitu mampu menurunkan viskositas
mengurangi penyusutan minyak jahe dan emulsi dan memiliki ketahanan oksidasi yang
mempertahankan lebih banyak komponen tinggi (Fasikhatun, 2010).
volatil aktif. Pengemulsian penyalut dengan Penggunaan maltodekstrin sebagai
minyak jahe adalah hal yang sangat bahan penyalut perlu diimbangi oleh bahan
mempengaruhi keberhasilan mikro- pengemulsi karena sifat maltodekstrin yang
enkapsulasi minyak jahe. Pengemulsian yang tidak dapat menjadi emulsifier. Salah satu
merata akan dapat mempertahankan lebih emulsifier yang mudah didapatkan adalah
banyak komponen volatil aktif pada minyak gum arab. Gum dapat berfungsi sebagai
jahe, sedangkan pengemulsian yang tidak emulsifier (Glicksman, 1983), selain itu gum
merata menyebabkan kehilangan komponen arab dapat mempertahankan flavor karena
volatil aktif pada minyak jahe. gum arab dapat membentuk lapisan yang
Minyak atsiri jahe diolah menjadi dapat melapisi partikel flavor, sehingga
bubuk mikrokapsul minyak atsiri dengan terlindung dari oksidasi, absorpsi dan
menggunakan bahan penyalut. Proses mikro- evaporasi air dari udara terutama untuk
enkapsulasi dengan bahan penyalut khusus produk yang higroskopis (Glicksman dan
dirancang untuk melindungi zat aktif dari Schachat, 1959, dikutip Lastriningsih, 1997).
panas selama proses pemanasan yang dapat Kandungan fitokimia yang
menurunkan kualitas bahan, sehingga minyak terkandung di dalam minyak atsiri jahe yang
atsiri yang terenkapsulasi memiliki daya terenkapsulasi dapat dimanfaatkan sebagai
tahan simpan yang lebih baik. Bahan penyalut antimikroba yang lebih stabil, khususnya
juga digunakan untuk menghasilkan sifat untuk menghambat bakteri patogen. E.coli
reologis dan
S.aureus adalah jenis bakteri patogen
yang dalam konsentrasi tertentu dapat
menyebabkan penyakit bagi manusia. Peralatan yang digunakan dalam
S.aureus termasuk ke dalam jenis bakteri penelitan dikelompokkan menjadi dua bagian
gram positif, yang menghasilkan pigmen yaitu: (1) alat untuk produksi: rangkaian alat
kuning, bersifat aerob fakultatif, dan distilasi, labu erlenmeyer, gelas ukur, corong
merupakan mikroflora normal manusia. pemisah, pisau, rotary vacuum evaporator,
E.coli merupakan bakteri gram negatif yang hot plate, kertas saring Whatman No.4,
berbentuk batang, dan biasa hidup di dalam homogenizer, dan spray dryer Eyela SD-17;
usus besar manusia yang berfungsi (2) alat untuk analisis: tabung reaksi, fin tip,
membusukkan sisa-sisa makanan tetapi bila kapas, kassa, ose, spatula, ball pipet, corong,
bakteri ini terdapat di produk pangan dapat cawan petri, mikropipet, pipet ukur, bunsen,
menyebabkan pembusukan dan merusak spatula, kompor, panci, beaker glass, vortex
makanan tersebut (Sundararaj dan Guo, 2006 mixer, autoclave, inkubator, alumunium foil,
dikutip Fathia, 2011). clingwrap, piknometer, neraca analitik, dan
Berdasarkan uraian di atas maka refraktometer.
perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas
antimikroba mikrokapsul minyak atsiri jahe Metode Penelitian
emprit terhadap bakteri E.coli dan S.aureus. Metode penelitian yang digunakan
Selama ini, pemanfaatan minyak atsiri jahe dibagi menjadi dua, yaitu Metode Eksperimen
sebagai antimikroba sebagian besar hanya dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
diaplikasikan secara langsung terhadap pola faktorial dan Metode Eksperimen yang
mikroba atau model pangan. Penelitian ini dilanjutkan dengan analisis deskriptif.
diharapkan dapat memberi informasi 1) Metode Eksperimen dengan RAK Pola
mengenai pemanfaatan minyak atsiri dalam Faktorial
bentuk terenkapsulasi sebagai antimikroba Metode ini digunakan untuk uji antimikroba.
terhadap bakteri patogen, contohnya E.coli Total perlakuan ada 6 dan ulangan (r)
dan S.aureus. dilakukan sebanyak 4 kali. Perlakuan terdiri
dari dua faktor yaitu :
METODE PENELITIAN a. Faktor pertama adalah jenis perlakuan (A)
Bahan dan Alat rasio bahan penyalut mikrokapsul yang
Bahan yang digunakan dalam diteteskan pada sumuran dibagi dalam 3 taraf,
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu:
bagian yaitu: (1) bahan untuk produksi: jahe  a1 = perbandingan maltodekstrin:gum arab
emprit (Zingiber officinale Rosc) diperoleh 1:1
dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan  a2 = perbandingan maltodekstrin:gum arab
Obat (Balitro) Bogor berumur 7 bulan, air 2:3
bersih, pisau, Maltodekstrin dengan nilai  a3 = perbandingan maltodekstrin:gum arab
Dextrose Equivalent (DE) 9, dan Gum arab; 3:2
(2) bahan untuk analisis: kultur murni b. Faktor kedua adalah jenis bakteri yang
S.aureus dan E.coli, akuades, spiritus, media digunakan (B) untuk uji antimikroba yang
NA (Nutrient Agar), media NB (Nutrient terdiri dari 2 taraf:
Broth), toluene, dietil eter, asam asetat  b1 = Escherichia coli
glasial, kloroform, amilum 1%, HCl, KI,  b2 = Staphylococcus aureus
Na2S2O3, dan H2SO4.
2) Metode Eksperimen dengan Analisis
Deskriptif
5) Memisahkan minyak jahe yang
Metode ini digunakan untuk
diperoleh dari uap terkondensasi melalui
pengamatan pada minyak atsiri dan
corong pemisah air.
pengamatan pada mikrokapsul minyak atsiri.
Pengamatan pada mikrokapsul dilakukan
pada tiga perlakuan dengan dua kali ulangan.
Perlakuan yang digunakan yaitu:
 perbandingan maltodekstrin:gum arab 1:1
 perbandingan maltodekstrin:gum arab 2:3
 perbandingan maltodekstrin:gum arab 3:2
Kemudian dibuat tabel matrikulasi
data, untuk hasil pengamatan pada minyak
atsiri disajikan pada tabel yang
membandingkan minyak atsiri jahe emprit
hasil penelitian dengan standar minyak jahe
yaitu SNI 06-1312-1998 sedangkan untuk
hasil pengamatan pada mikrokapsul disajikan Gambar 1. Diagram Alir Distilasi Minyak
pada tabel yang menunjukkan perbedaan hasil Atsiri Jahe Emprit (Modifikasi Sanguanpuag,
pengujian fisik dan kimia mikrokapsul pada 2011)
masing-masing perlakuan.
B. Mikroenkapsulasi Minyak Atsiri Jahe
Pelaksanaan Percobaan Menggunakan Metode Spray Drying
Tahapan yang akan dilakukan pada Prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
percobaan utama dibagi menjadi tiga, yaitu 1. Mempersiapkan maltodekstrin DE-9 dan
(1) Mendapatkan minyak atsiri jahe emprit gum arab dengan perbandingan yang
dengan metode distilasi air, (2) telah ditentukan, yaitu 1:1, 2:3, dan 3:2.
Mikroenkapsulasi minyak atsiri jahe 2. Mencampurkan maltodekstrin DE-9 dan
menggunakan metode spray drying, dan (3) gum arab yang sudah dirasiokan dengan
Uji efektivitas antimikroba mikrokapsul akuades sebanyak 80%. Terbentuk
minyak atsiri jahe emprit dengan penyalut larutan suspensi maltodekstrin dan gum
maltodekstrin dan gum arab terhadap bakteri arab.
E. coli dan S. aureus. 3. Mencampurkan minyak atsiri jahe
A. Pengambilan Minyak Atsiri Jahe sebanyak 16,67% dengan larutan
Emprit dengan Metode Penyulingan suspensi maltodekstrin dan gum arab,
Prosedur pelaksanaan sebagai berikut: kemudian dilakukan homogenisasi
1) Mencuci jahe emprit hingga bersih dengan kecepatan 2000 rpm selama 60
2) Mengiris-iris rimpang jahe yang telah menit.
bersih sekitar 2 – 4 mm 4. Melakukan pengeringan menggunakan
3) Memasukkan irisan jahe yang telah spray dryer. Pengeringan dilakukan
diiris ke dalam air suling dengan cara mengatur laju alir umpan
4) Memanaskan campuran di dalam unit 150 ml/jam, suhu inlet 100-120 0C.
distilasi air vertikal pada suhu 100 0C Selama ±60 detik. Emulsi dihisap melalui
dan ditahan selama 24 jam. selang, kemudian dilewatkan melalui
lubang kecil (nozzle) dan disemprotkan 4) Mengambil 1 ose dari kultur murni E.coli
ke dalam ruang pengering. dan S.aureus ke dalam media NB.
5) Menginkubasi inokulum dengan suhu 37
0
C, selama 24 jam.

Uji Antimikroba dengan Metode Difusi


Sumuran
Tujuannya adalah untuk melihat
efektivitas masing-masing perlakuan rasio
mikrokapsul minyak atsiri jahe terhadap
E.coli dan S.aureus melalui diameter areal
bening yang dihasilkan.
1) Pembuatan media NA (Nutrient Agar)
2) Memasukkan masing-masing media ke
dalam tabung reaksi besar sebanyak ±20
mL.
3) Sterilisasi autoclave dengan suhu 1210C
selama 15 menit
4) Menambahkan 20 µL (v/v) kultur cair
E.coli dan S.aureus masing-masing ke
Gambar 13. Diagram Alir Mikroenkapsulasi
Minyak Atsiri Jahe Emprit
dalam tabung reaksi berisi media NA
(Modifikasi Yuliani, 2007) steril yang berbeda dan masih dalam
keadaan cair, campuran selanjutnya
C. Uji Efektivitas Antimikroba Mikrokapsul dihomogenkan dengan vortex.
Minyak Atsiri Jahe Emprit terhadap 5) Menuangkan media yang telah diisi
Bakteri E. coli dan S. aureus. suspensi ke dalam cawan petri.
Uji efektivitas antimikroba dilakukan 6) Membiarkan media hingga memadat.
dengan dua tahap yaitu persiapan kultur cair 7) Membuat sumuran pada agar tersebut
bakteri uji dan tahap uji antimikroba dengan dengan diameter ±5mm.
metode difusi sumuran. 8) Menyiapkan mikrokapsul minyak atsiri
Persiapan Kultur Cair Bakteri Uji jahe (3 gram) untuk dilarutkan ke dalam
Tujuannya adalah menumbuhkan tabung reaksi yang berisi etanol 96%
bakteri uji dalam media cair agar dapat sebanyak 7 mL (konsentrasi
dicampur dengan media yang akan digunakan mikrokapsul 30%) lalu dilakukan
untuk uji antimikroba. homogenisasi dengan vortex mixer.
Tahapan persiapan kultur cair bakteri uji 9) Meneteskan masing-masing larutan
yaitu: mikrokapsul (rasio 1:1, 2:3, dan 3:2
1) Pembuatan medium cair NB (Nutrient dengan konsentrasi 30%) dan kontrol
Broth). minyak atsiri jahe ke dalam masing-
2) Sterilisasi media dengan autoclave selama masing sumuran sebanyak 40 µL.
15 menit dengan suhu 1210C. 10) Penyimpanan dalam suhu refrigrasi (t =
3) Memasukkan masing-masing 10 mL ±15 menit)
media cair ke dalam tabung reaksi steril.
11) Menginkubasi pada suhu 370C selama
24 jam Kriteria Pengamatan
12) Melakukan pengamatan dan 1. Dengan analisis deskriptif :
menghitung diameter zona hambat yang a. Pengamatan pada minyak atsiri
terbentuk di sekitar sumuran. 1) Rendemen (AOAC, 1999).
2) Kadar air dengan metode Bidwell-
Sterling (Ketaren, 1985).

Medium NA
3) Bobot jenis (SNI 06-1312-1998).
4) Indeks bias minyak atsiri (SNI 06-
Pemasukkan 10 mL ke 1312-1998).
dalam tabung reaksi steril b. Pengamatan pada mikrokapsul minyak
atsiri
Sterilisasi dengan autoclave 1) Kadar air (AOAC, 1999).
Kultur T= ±121 0C, t = 15 menit 2) Kelarutan (Nuraini, 2001).
cair
bakteri 3) Stabilitas oksidasi mikrokapsul
uji
Homogenisasi (Vortex) dengan metode bilangan peroksida
(AOCS, 1984).
Penuangan ke dalam 2. Tanpa uji statistik:
cawan petri Profil kimiawi minyak atsiri jahe
emprit menggunakan Gas
Di diamkan hingga Chromatography – Mass Spectrometry
memadat
(GC-MS) (Modifikasi Whestine et al.,
2003).
Pembuatan sumuran
3. Dengan uji statistik:
Larutan mikrokapsul Pengujian perhitungan diameter zona
minyak atsiri jahe hambat antimikroba mikrokapsul
emprit rasio 1:1. 2:3,
dan 3:2, minyak atsiri jahe emprit yang
D = ±5mm diujikan pada E.coli dan S.aureus
V ekstrak = 40 µl
dengan menggunakan metode difusi
sumuran (Modifikasi Rostinawati,
2009).
Penyimpanan dalam
refrigerasi t = 15 menit HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen, Kadar Air, Bobot Jenis, dan
Inkubasi T= 37 0C, t = 24 Indeks Bias Minyak Atsiri Jahe Emprit
jam
Tabel 1. Karakteristik Fisik dan Kimia
Pengamatan zona hambat Minyak Atsiri Jahe Emprit
Minyak SNI
Karakteristi
Gambar 15. Diagram Proses Uji Atsiri Jahe Minyak
k
Antimikroba Mikrokapsul Minyak Atsiri Emprit Jahe*
Jahe Emprit Pada Bakteri Patogen Rendemen 1,2
(Modifikasi Rostinawati, 2009) -
(%)
Kadar Air (%) 4 3,05 – 3,48
Bobot Jenis 0,8720 – air, sehingga komponen minyak atsiri
0,873
pada 25o/25oC 0,8890 berkurang dan kadar air meningkat
Indeks Bias 1,4853 – (Damjanovic, 2003 dikutip Supardan, 2009).
1,4915
pada 25oC 1,4920 Penggunaan air suling yang cukup banyak
juga dapat memengaruhi kadar air minyak
Berdasarkan hasil pengamatan pada
atsiri. Penyulingan yang baik dapat
Tabel 1, minyak atsiri jahe emprit telah cukup
mengekstrak minyak atsiri dan menguapkan
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)
komponen air, sehingga minyak atsiri jahe
minyak jahe (SNI 06-1312-1998). SNI
yang dihasilkan memiliki kadar air yang
minyak
rendah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Perbedaan perlakuan terhadap
rimpang jahe sebelum disuling juga dapat
memengaruhi
jahe tidak menetapkan standar untuk
rendemen, namun hasil rendemen pada
pengamatan tergolong lebih tinggi
dibandingkan hasil penelitian penyulingan
jahe emprit yang dilakukan oleh Wulandari
rendemen dan kadar air minyak atsiri jahe.
(2009) yang menghasilkan rendemen minyak
Rimpang jahe yang diiris memiliki glandula
atsiri jahe emprit sebesar 0,174% dan Hikmah
yang tidak sobek secara sempurna. Apabila
(2007) sebesar 0,248%. Oleh karena itu,
rimpang jahe yang diiris tersebut disuling
rendemen minyak atsiri jahe emprit pada
menggunakan metode distilasi uap, beberapa
penelitian ini tergolong cukup tinggi.
bagian minyak terangkut oleh uap. Hal ini
Rendemen pada minyak atsiri dipengaruhi
disebabkan jahe tersusun sebagian besar oleh
beberapa faktor. Bahan baku merupakan
pati, sehingga ketika diberikan tekanan uap
faktor terbesar yang memengaruhi rendemen
panas dapat menyebabkan jahe emprit
(Ketaren, 1985). Mulai dari pemilihan bibit,
teraglutinasi sehingga menghalangi uap
kondisi dimana bibit tumbuh, perlakuan
masuk ke glandula minyak yang ada pada
bahan sebelum disuling. Pada saat
rimpang jahe sehingga transportasi minyak
penyulingan, perbedaan metode distilasi juga
pada uap kurang sempurna (Martsiano, 2015).
dapat memengaruhi banyak sedikitnya
Oleh karena itu metode distilasi yang
rendemen. Perbedaan rendemen yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode
diperoleh dari masing – masing metode
distilasi air.
distilasi dipengaruhi oleh persebaran uap dan
Sifat-sifat khas dan mutu minyak
transportasi uap pada ketel bahan. Dalam
dapat berubah mulai dari minyak yang masih
proses penyulingan, persebaran uap dan
berada dalam bahan yang mengandung
ukuran bahan mempunyai satu korelasi cukup
minyak, selama proses ekstraksi,
erat. Untuk material dengan ukuran luas
penyimmpanan dan pemasaran. Oleh karena
permukaan bahan besar tidak optimum
itu diperlukan suatu analisa karakteristik
disuling dengan metode uap, karena
fisiko-kimia dari minyak atsiri untuk
kepadatan material membuat persebaran uap
mengetahui mutu dari minyak atsiri tersebut.
tidak merata di dalam ketel (Martsiano,
Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria
2015).
atau batasan yang dituangkan di dalam
Kadar air minyak atsiri jahe emprit
standar mutu. Secara umum, mutu minyak
yang sedikit di atas SNI dapat disebabkan ada
atsiri dipengaruhi oleh mutu bahan olah dan
kemungkinan hilangnya komponen-
cara pengolahan serta penanganan minyak
komponen minyak atsiri karena larut dalam
atsiri yang dihasilkan. Namun, faktor
terpenting yang berpengaruh langsung minyak nilam tersebut. Semakin banyak
terhadap mutu minyak atsiri adalah faktor kandungan airnya, maka semakin kecil nilai
pengolahan dan penanganan minyak atsiri indeks biasnya. Hal ini disebabkan sifat dari
setelah diekstraksi. air yang mudah membiaskan cahaya yang
Bobot jenis merupakan salah satu datang. Mengacu pada SNI, indeks bias
kriteria penting dalam menentukan mutu dan minyak atsiri jahe berada pada kisaran 1,4853
kemurnian minyak atsiri. Nilai bobot jenis – 1,4920. Hasil pengujian indeks bias minyak
minyak atsiri didefinisikan sebagai atsiri jahe emprit yaitu 1,4915 sehingga nilai
perbandingan antara bobot minyak dengan indeks bias minyak atsiri jahe emprit sesuai
bobot air pada volume air yang sama dengan dengan persyaratan SNI.
volume minyak. Bobot jenis sering Berdasarkan keseluruhan hasil
dihubungkan dengan fraksi bobot komponen- pengamatan karakteristik fisik dan kimia
komponen yang terkandung di dalamnya. minyak atsiri jahe emprit tersebut, dapat
Semakin besar fraksi bobot yang terkandung dilihat bahwa minyak atsiri jahe emprit yang
dalam minyak, maka semakin besar pula nilai dihasilkan pada penelitian ini sudah
densitasnya. Besarnya bobot jenis pada memenuhi persyaratan standar SNI untuk
minyak minyak atsiri jahe. Jumlah dan jenis senyawa
yang terlarut dalam minyak atsiri jahe emprit
akan

atsiri sangat dipengaruhi dari ukuran bahan


dan lama penyulingan yang dilakukan.
Mengacu pada standar SNI, bobot jenis berpengaruh pada pengujian efektivitas
minyak atsiri jahe berada pada kisaran 0,8720 antimikroba dari masing-masing rasio
– 0,8890. Hasil pengujian bobot jenis minyak mikrokapsul minyak atsiri jahe emprit.
atsiri jahe emprit yaitu 0,873 sehingga nilai
bobot jenis minyak atsiri jahe emprit sesuai Komponen Fitokimia Minyak Atsiri Jahe
dengan persyaratan standar SNI. Emprit
Indeks bias merupakan perbandingan Minyak atsiri jahe emprit diduga
antara kecepatan cahaya di dalam udara memiliki komponen fitokimia yang
dengan kecepatan cahaya di dalam zat menyebabkan minyak atsiri jahe emprit ini
tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias memiliki potensi sebagai antimikroba.
minyak atsiri berhubungan erat dengan Komponen fitokimia minyak atsiri jahe
komponen-komponen yang tersusun dalam emprit dapat dianalisis secara kuantitatif
minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya kandungan komponen aktifnya menggunakan
dengan bobot jenis di mana komponen GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).
penyusun minyak atsiri dapat memengaruhi Hasil analisis GC-MS minyak atsiri jahe
nilai indeks biasnya. Semakin banyak emprit menghasilkan 95 senyawa yang
komponen berantai panjang seperti berhasil diidentifikasi dari 108 senyawa yang
sesquiterpen atau komponen bergugus terdeteksi, dengan komponen mayor yaitu α-
oksigen ikut tersuling, maka kerapatan zingiberene, α-curcumene, β-bisabolene, β-
medium minyak atsiri akan bertambah sesquiphellandrene dan camphene serta
sehingga cahaya yang dating akan lebih sukar komponen minor lainnya dengan konsentrasi
untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks masing-masing kurang dari 7%. (Gambar 16).
bias minyak lebih besar. Menurut Guenther Komponen minyak atsiri jahe emprit yang
(1987), nilai indeks juga dipengaruhi salah dihasilkan didominasi oleh kelompok
satunya dengan adanya air dalam kandungan monoterpen (hidrokarbon, teroksidasi),
seskuiterpen, (hidrokarbon, teroksidasi) komponen minyak atsiri jahe emprit pada
alkohol, aldehida, asam dan lainnya. penelitian kali ini hampir sama dengan
komponen minyak atsiri pada umumnya.
Tabel 2. Hasil Analisis GC-MS Minyak
Atsiri Jahe Emprit Kadar Air Mikrokapsul Minyak Atsiri
RT SI Area Jahe Emprit
Nama Senyawa
(menit) (%) (%) Berdasarkan hasil penelitian, kadar air
α-Pinene 4.6625 96 1.83
mikrokapsul minyak atsiri jahe emprit pada
Camphene 4.9902 97 7.37
Sulcatone 5.7464 96 1.60 berbagai rasio penyalut menunjukkan hasil
Eucalyptol 6.9689 96 3.75 yang lebih rendah dibanding kadar air minyak
β-Citral 13.4973 95 2.03 atsiri jahe emprit, 4%. Hasil ini menunjukkan
α-Citral 14.1778 96 3.36 bahwa mikroenkapsulasi dengan metode
17.8831; spray-drying dapat menurunkan kadar air
α-Curcumene 99 14.97
19.9248 minyak atsiri jahe emprit. Kadar air
α-Zingiberene 18.0722 99 12.72
mikrokapsul minyak atsiri jahe emprit dengan
18.1856;
18.236; rasio penyalut maltodekstrin: gum arab 3:2
β.-Bisabolene 19.2316;
98 11.39 menunjukkan kadar air yang terendah yaitu
19.5971 1,7387%, kemudian diikuti dengan
β- mikrokapsul rasio 1:1 yaitu 2,3751% dan
18.4629 96 7.99
Sesquiphellandrene
mikrokapsul rasio 2:3 dengan kadar air yang

Berdasarkan tabel 2 terdapat 10


senyawa yang terdeteksi memiliki persentase
tertinggi yaitu 2,8383% (Tabel 3).
area terbesar, dan tersusun berdasarkan urutan
waktu retensi yang paling cepat. Senyawa
Tabel 3. Kadar Air Mikrokapsul Minyak
yang memiliki persen area tertinggi adalah
Atsiri Jahe Emprit
senyawa α-Curcumene (14,97%), diikuti α- Kadar Air
Zingiberene (12,72%), dan β-Bisabolene Rasio Penyalut
(dry basis,
Maltodekstrin:Gum Arab
(11,39%). Ketiga senyawa tersebut %)
merupakan jenis seskuiterpen, senyawa Rasio 1:1 2,37
hidrokarbon yang umumnya terdapat Rasio 2:3 2,84
tumbuhan, terutama terkandung pada getah Rasio 3:2 1,74
dan vakuola selnya. Persen area didapatkan
berdasarkan luas area puncak yang Proses mikroenkapsulasi pada minyak
menyatakan banyaknya jumlah suatu senyawa atsiri jahe emprit dilakukan dengan berbagai
dalam sampel yang diujikan. tujuan, salah satunya untuk memperpanjang
Komponen kimia minyak atsiri jahe masa simpan minyak atsiri jahe emprit. Kadar
dipengaruhi oleh varietas tanaman, tanah dan air merupakan parameter penting yang
iklim pertumbuhan, cara budidaya serta umur berhubungan dengan stabilitas produk selama
rimpang (Sivasothy et al. 2011). Komponen penyimpanan. Produk hasil mikroenkapsulasi
minyak atsiri jahe pada umumnya didominasi dapat mengendalikan kadar air produk akhir,
oleh komponen seskuiterpen hidrokarbon sehingga produk tidak mudah rusak pada saat
yaitu: α-zingiberene, α-curcumene, β- penyimpanan (Yuliani et al. 2007).
bisabolene, dan β-sesquiphellandrene (Singh Kadar air mikrokapsul minyak atsiri
et al. 2008; Natta et al. 2008), sehingga dapat dipengaruhi oleh penambahan
emulsifier. Mikrokapsul dengan rasio 3:2
menghasilkan kadar air yang lebih kecil dengan mikrokapsul perlakuan lain.
dibandingkan mikrokapsul perlakuan lain. Meskipun maltodekstrin memiliki
Hal ini dapat disebabkan gum arab sebagai kemampuan mengikat air yang baik dan
emulsifier dapat mengikat air dengan baik didukung gum arab sebagai emulsifier,
terutama menurut Winarno (1997) disebutkan ternyata kombinasi maltodekstrin:gum arab
oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat 2:3 justru kurang optimal menurunan kadar
baik pada minyak maupun air. Kemampuan air jahe emprit. Hal ini dapat disebabkan
gum arab ini didukung oleh maltodekstrin jumlah maltodekstrin yang lebih sedikit
yang memiliki kemampuan mengikat air dibanding gum arab menyebabkan jaringan
(water holding capacity) dan berat molekul matriks yang terbentuk oleh maltodekstrin
yang relatif rendah (Kennedy et al., 1995 kurang dapat membentuk sistem dinding yang
dikutip Desmawarni (2007). Kombinasi baik bersama gum arab sehingga retensi
penyalut maltodekstrin:gum arab dengan minyak atsiri jahe empit cenderung menurun
rasio 3:2 diharapkan dapat memperpanjang (Fasikhatun, 2010).
umur simpan mikrokapsul minyak atsiri jahe
emprit. Kelarutan Mikrokapsul Minyak Atsiri
Kadar air mikrokapsul minyak atsiri Jahe Emprit
jahe emprit berada pada kisaran 1,74 - 2,84%. Kelarutan pada mikrokapsul
Kadar air ini tergolong baik karena menurut merupakan parameter yang berhubungan
Reineccius (2004) dikutip Yuliani et al. dengan kecepatan dan pelepasan bahan aktif
(2007) tipikal kadar air produk yang dengan aplikasi mikrokapsul. Kelarutan ini
dihasilkan dari terutama bergantung pada komposisi bahan
kimia produk bubuk dan karakteristik fisiknya
(Onwulata, 2005 dikutip Fajri, 2013). Hasil
pengamatan kelarutan mikrokapsul minyak
atsiri jahe emprit disajikan pada tabel 4.
pengering semprot adalah 2 – 6%. Nilai kadar
air ini juga lebih rendah dari penelitian
Pambudi (2016) yaitu mikrokapsul minyak
atsiri daun kayu manis dengan penyalut Tabel 4. Kelarutan pada Mikrokapsul
maltodekstrin dan whey protein isolate Minyak Atsiri Jahe Emprit
Rasio Penyalut
dengan rasio 3:1 memiliki nilai kadar air
Maltodekstrin:Gum Kelarutan (%)
4,650%. Nilai kadar air yang dihasilkan Arab
dipengaruhi oleh viskositas dari emulsi, di Rasio 1:1 78,81
Rasio 2:3 93,68
mana penggunaan bahan penyalut yang
Rasio 3:2 91,26
memiliki kemampuan sebagai emulsifier yang
baik dapat meningkatkan viskositas dari Berdasarkan hasil pengamatan, mikrokapsul
emulsi (Masters, 1984). Berdasarkan hasil minyak atsiri jahe emprit menghasilkan nilai
kadar air, mikrokapsul minyak atsiri jahe kelarutan antara 78,81 – 93,65% yang dapat
emprit ini dapat disimpan pada suhu ruang dikatakan cukup baik. Aplikasi mikrokapsul
sehingga penyimpanannya akan lebih mudah sebagai antimikroba menghendaki kelarutan
dibanding minyak atsirinya yang rentan dalam air yang tinggi. Suatu mikrokapsul
menguap terhadap suhu ruang atau lebih dapat dikatakan memiliki kelarutan yang
tinggi. tinggi apabilai nilai kelarutan di atas 90%.
Kombinasi penyalut Kelarutan mikroenkapsulat jahe yang disalut
maltodekstrin:gum arab 2:3 menghasilkan dengan maltodekstrin dan natrium kaseinat
kadar air yang lebih besar dibandingkan mencapai 94% (Yuliani, 2007).
Mikrokapsul minyak atsiri jahe emprit penambahan gum arab untuk memberikan
dengan rasio penyalut maltodekstrin:gum kestabilan emulsi sehingga mikrokapsul tidak
arab 2:3 menghasilkan kelarutan yang paling mengalami flokulasi dan pengelompokkan.
besar, diikuti oleh mikrokapsul rasio 3:2 dan Penambahan gum arab dengan konsentrasi
mikrokapsul rasio 1:1 menghasilkan kelarutan tinggi (>12%) dapat memberikan kestabilan
yang paling kecil. Kelarutan mikrokapsul 2:3 emulsi dengan ukuran droplet kecil yang
dipengaruhi oleh komposisi maltodekstrin seragam karena adanya protein yang
dan gum arab yang tepat, di mana jumlah membentuk komplek dengan arabinogalaktan
gum arab yang lebih besar (konsentrasi dalam gum arab. Pada konsentrasi rendah,
tinggi) dapat memberikan kestabilan emulsi protein tidak mampu menyelaputi droplet
sehingga protein mampu menyelimuti droplet minyak secara sempurna, sehingga
minyak secara sempurna, sifat gum arab mengakibatkan terjadinya flokulasi dan
tersebut menunjang maltodekstrin yang pengelompokkan. Menurut Setyaningsih et
mempunyai kelarutan tinggi sehingga al. (2007) menunjukkan bahwa tingginya
memberikan kelarutan yang tinggi pada kelarutan maltodekstrin akan meningkatkan
mikroenkapsulat. Kombinasi penyalut kelarutan mikroenkapsulat. Berdasarkan
maltodekstrin:gum arab dengan rasio 2:3 penjelasan tersebut maka jika jumlah gum
diharapkan dapat melepaskan zat aktif di arab yang ditambahkan sedikit, akan
dalam mikrokapsul secara optimal. terbentuk droplet minyak yang tidak seragam
Kelarutan mikrokapsul banyak serta flokulasi yang dapat mengganggu
dipengaruhi oleh maltodekstrin. Menurut kelarutan. Oleh karena itu, mikrokapsul rasio
Kuntz (1996) dikutip Badarudin (2006) 1:1 memiliki kelarutan yang kecil karena
menyatakan bahwa maltodekstrin memiliki jumlah gum arab yang lebih kecil daripada
beberapa sifat penting antara lain mengalami mikrokapsul rasio 2:3 dan rasio 3:2.
proses dispersi yang cepat, memiliki daya
larut yang tinggi, mampu membentuk film,
memiliki

sifat higroskopis yang rendah, dan mampu


menghambat kristalisasi. Stabilitas Oksidasi Mikrokapsul Minyak
Sifat maltodekstrin yang sangat Atsiri Jahe Emprit
mudah larut dalam air kemungkinan Stabilitas Oksidasi Mikrokapsul
dikarenakan maltodekstrin merupakan produk diamati menggunakan metode bilangan
hidrolisis pati dengan panjang rantai rata-rata peroksida. Stabilitas mikrokapsul ditandai
5-10 unit/molekul glukosa. Monomer dengan kemampuan bahan penyalut untuk
maltodekstrin berupa glukosa memiliki melindungi bahan inti dari pengaruh
banyak gugus hidroksi (OH) bebas sehingga lingkungan yang tidak diinginkan seperti
akan mudah membentuk hidrogen antara cahaya, udara (oksigen), suhu dan lain-lain.
maltodekstrin dan air. Seperti yang Untuk menguji tingkat kestabilan
dikemukakan Lehninger (1993) gugus mikrokapsul, dilakukan pengujian stabilitas
hidroksil (gula dan alkohol) serta gugus oksidatif guna melihat laju oksidasi.
karbonil (aldehid dan keton) cenderung Pengujian stabilitas oksidasi
membentuk ikatan hidrogen dengan air. mikrokapsul minyak atsiri jahe emprit
Meskipun maltodekstrin berperan dilakukan berdasarkan metode pengujian
dalam meningkatkan kelarutan, diperlukan yang dilakukan oleh Montesqrit dan Ovianti
(2013) yang menguji stabilitas oksidasi
mikrokapsul minyak ikan menggunakan
bilangan peroksida. Stabilitas mikrokapsul
dapat dipengaruhi oleh suhu dan lama
penyimpanan. Suhu penyimpanan
mikrokapsul yang digunakan yaitu suhu
ruang untuk menguji apakah pada suhu ruang
mikrokapsul ini dapat menahan komponen
volatil di dalamnya. Lama penyimpanan yang
diujikan yaitu dari 0 sampai 30 hari karena
menurut Andersen (1995) suatu mikrokapsul Gambar 1. Grafik Bilangan Peroksida
yang baik umumnya dapat bertahan sekitar 1 Mikrokapsul Minyak Atsiri Jahe Emprit
bulan. Selama Penyimpanan

Berdasarkan hasil pengamatan proses oksidasi minyak, selain itu disebabkan


bilangan oksidasi, mikrokapsul minyak atsiri oksigen bebas di bawah pengaruh sinar
jahe emprit dengan rasio 3:2 memiliki nilai ultraviolet atau katalis logam. Bertambahnya
bilangan oksidasi yang paling kecil ikatan rangkap pada rantai molekul akan
dibanding nilai bilangan oksidasi mengakibatkan senyawa hidrokarbon pada
mikrokapsul rasio lainnya (Gambar 17). minyak atsiri bersifat semakin reaktif
Bilangan peroksida dapat memengaruhi daya terhadap oksigen (Ketaren, 1985).
simpan suatu produk, di mana bilangan Mikrokapsul dengan rasio 3:2
peroksida yang tinggi maka produk tersebut memiliki nilai bilangan peroksida terkecil
tidak tahan disimpan lama sebaliknya jika sehingga memiliki ketahanan terhadap
bilangan peroksida rendah maka daya oksidasi yang lebih baik dari mikrokapsul
simpan akan lebih lama (Budijanto et al.
2001).
Hasil pengamatan bilangan peroksida
mikrokapsul yang berada di antara 0,87 – dengan rasio 1:1 dan 2:3. Bilangan peroksida
1,28 mEq/kg menunjukkan mikrokapsul yang rendah dipengaruhi oleh kontak
minyak atsiri jahe emprit memiliki terhadap oksigen yang kecil. Penyalut yang
ketahanan terhadap oksidasi yang baik baik pada mikrokapsul akan dapat
(Gambar 17). Terdapat beberapa faktor yang meminimalkan kontak terhadap oksigen.
memengaruhi bilangan oksidasi dari Mikrokapsul dengan rasio 3:2 memiliki
mikrokapsul, di antara suhu dan lama komposisi penyalut maltodekstrin yang
penyimpanan. Pengujian bilangan oksidasi paling banyak yang sehingga menghasilkan
mikrokapsul minyak atsiri jahe emprit lapisan film yang baik sehingga kontak
dilakukan pada suhu ruang bertujuan untuk terhadap oksigen menjadi kecil, oleh karena
mengetahui apakah mikrokapsul yang itu mikrokapsul dengan rasio 3:2 memiliki
dihasilkan dapat mempertahankan senyawa stabilitas yang terbaik. Menurut Kuntz (1996)
volatil minyak atsiri jahe emprit pada suhu dikutip Badarudin (2006) maltodekstrin
ruang. Lama penyimpanan juga mampu membentuk lapisan film yang baik.
memengaruhi bilangan oksidasi Sementara itu, fungsi gum arab berhubungan
mikrokapsul, disebabkan terbentuknya reaksi erat dengan laju transmisi uap air, di mana
kimia antara minyak dengan oksigen gum arab dapat memperkuat lapisan film
sehingga akan membentuk persenyawaan sehingga dengan tebalnya lapisan film maka
peroksida yang dapat membantu terjadinya laju transmisi uap air semakin rendah (Litaay
dan Santoso, 2013). Menurut Montesqrit dan a2 : Rasio 2:3 10,75 b
Ovianti (2013) suatu mikrokapsul yang baik a3 : Rasio 3:2 10,5 c
memiliki ketahanan terhadap oksidasi
Bakteri Uji yang  
dengan nilai bilangan peroksida kurang dari
Digunakan
7 mEq/kg.
b1 : Escherichia coli 16.33 b
Efektivitas Antimikroba Mikrokapsul
Minyak Atsiri Jahe Emprit Terhadap b2 : Staphylococcus aureus 17.75 a
E.coli dan S.aureus.
Keterangan : Rata-rata perlakuan yang
Berdasarkan analisis statistik, tidak ditandai dengan huruf kecil
terdapat interaksi antara rasio penyalut yang sama tidak
mikrokapsul yang digunakan dan jenis berbeda nyata pada taraf 5%
bakteri patogen yang diujikan terhadap menurut Uji Duncan.
diameter zona hambat. Hasil uji antimikroba
terhadap bakteri E.coli dan S.aureus dapat Perlakuan rasio penyalut mikrokapsul
dilihat pada tabel 5. terhadap zona hambat menunjukkan hasil
yang berbeda nyata dapat disebabkan
Tabel 5. Hasil Uji Antimikroba Terhadap komposisi penyalut maltodekstrin dan gum
Bakteri E.coli dan S.aureus arab dengan rasio 1:1 dapat membentuk
Rasio penyalut Diameter zona hambat mikrokapsul yang dapat mempertahankan
(maltodekstrin terhadap bakteri uji
komponen senyawa antimikroba dari minyak
: (mm)
atsiri jahe emprit dalam jumlah yang lebih
gum arab) E.coli S.aureus banyak dibanding mikrokapsul dengan rasio
1:1 9,375 9,875 2:3 dan 3:2. Kombinasi maltodekstrin dan
2:3 7,75 8,375 gum arab yang optimal menurut Fasikhatun
3:2 7,375 8,375 (2010) dapat membentuk lapisan film yang

baik, menciptakan struktur dinding yang kuat


Setelah dilakukan uji statistik, sehingga dapat mempertahankan senyawa
pengolahan data menunjukkan tidak terdapat yang terkandung di dalam bahan inti
interaksi antar perlakuan, sehingga perlu sehingga dapat menghasilkan total senyawa
dilakukan uji lanjutan Duncan efek mandiri. bahan inti dalam jumlah banyak.
Hasil uji lanjutan Duncan efek mandiri Mikrokapsul dengan komposisi penyalut
disajikan pada tabel 6. maltodekstrin:gum arab 1:1 memiliki
senyawa antimikroba yang terenkapsulasi
Tabel 6. Pengaruh Rasio Penyalut dalam jumlah yang paling banyak dibanding
Mikrokapsul dan Jenis Bakteri Terhadap komposisi penyalut 2:3 dan 3:2 sehingga
Zona Hambat yang Dihasilkan. mikrokapsul dengan komposisi penyalut
Perlakuan
yang paling optimal dalam mempertahankan
Minyak Atsiri Jahe senyawa antimikroba adalah mikrokapsul
Rata-rata
Emprit Pada dengan komposisi penyalut
Areal Bening
Berbagai Rasio Penyalut maltodekstrin:gum arab 1:1.
(mm)
Mikrokapsul Perlakuan jenis bakteri uji terhadap
(maltodekstrin:gum arab) zona hambat menunjukan hasil yang berbeda
a1 : Rasio 1:1 12,83 a nyata dapat disebabkan bakteri Gram positif
(S.aureus) lebih mudah untuk dihambat
dibanding bakteri Gram negatif (E.coli). Hal antaranya senyawa flavonoid, fenol dan
ini dikarenakan pada bakteri Gram positif terpenoid (Indah, dkk., 2013). Menurut Yasni
memiliki lapisan peptidoglikan yang bersifat (2013), senyawa fenolik dapat melignifikasi
hidrofobik sehingga lebih mudah ditembus. dinding sel bakteri, sehingga keberadaan
Menurut Fardiaz (1992), struktur dinding sel senyawa fenolik dapat menghambat
bakteri Gram positif memiliki satu lapisan pertumbuhan bakteri. Mekanisme kerja
tebal peptidoglikan. Sedangkan bakteri Gram antimikroba dari senyawa fenolik di
negatif relatif lebih kompleks dengan tiga antaranya dapat bereaksi dengan senyawa
lapisan yaitu, lapisan luar berupa lipoprotein, fosfolipid dari membran sel.
lapisan tengah yaitu lipopolisakarida, dan Salah satu senyawa antibakteri yang
lapisan dalam berupa peptidoglikan yang terkandung di dalam minyak atsiri jahe
lebih tipis. Perbedaan lapisan peptidoglikan emprit adalah senyawa camphene. Senyawa
tersebut yang memengaruhi pengambatan camphene merupakan senyawa monoterpen
terhadap bakteri uji. teroksidasi yang diduga bersifat antibakteri
Minyak atsiri jahe emprit yang yang kuat. Hal ini didukung oleh hasil
digunakan sebagai kontrol atau pembanding penelitian Sasidharan dan Menon (2010)
antimikroba menunjukan bahwa minyak yang melaporkan komponen monoterpen
atsiri jahe emprit dapat menghambat bakteri lebih aktif menghambat bakteri B.subtilis dan
E.coli maupun bakteri S.aureus. Hal ini tidak P.aeruginosa dibandingkan dengan
sesuai dengan Natta et al. (2008) yang hidrokarbon seskuiterpen.
melaporkan minyak atsiri jahe sama sekali Selain senyawa camphene, senyawa
tidak dapat menghambat E.coli begitu juga minor dari minyak atsiri jahe emprit yaitu di
Singh et al. (2008) yang melaporkan pada antaranya turunan senyawa terpenoid seperti
pengujian menggunakan metode sumur geranial, neral, geraniol, 1,8-cineole, beta-
difusi maka bakteri E.coli bersifat resisten. caryophyllene, α-pinene dan camphor diduga
Penelitian terlibat pada berbagai mekanisme kerusakan
membran sitoplasma bakteri, mengkoagulasi

Natta dan Singh melakukan pengujian komponen sel dan mengganggu Proton
antimikroba minyak atsiri jahe dengan Motive Force (PMF). PMF adalah gaya
pelarut dimetilsulfoksida (DMSO). DMSO gerak proton, di mana ion hidrogen (proton)
merupakan salah satu pelarut yang dapat mengkonversikan energi dalam pembentukan
melarutkan hampir semua senyawa baik ATP (Adenosine Triphosphate). Senyawa
polar maupun nonpolar, selain itu DMSO antibakteri minyak atsiri seperti thymol,
tidak memberikan daya hambat terhadap eugenol, dan carvacrol dapat menyebabkan
bakteri (Handayani dkk., 2012). Oleh karena kerusakan membrane seluler, melepaskan
itu pada penelitian Natta dan Singh, minyak ATP intraseluler dan komponen lain dari
atsiri jahe memiliki daya penghambatan mikroba (Rialita, 2014). Komponen-
bakteri yang lebih rendah dibandingkan komponen minor dapat berperan sebagai
antimikroba yang menggunakan pelarut lain, faktor kritis atau penentu terhadap daya
diantaranya etanol 96%. Etanol merupakan aktivitas antimikroba, karena dimungkinkan
pelarut universal yang banyak digunakan adanya efek sinergis di antara berbagai
sebagai pelarut zat atau bahan antimikroba. komponen pembentuk minyak atsiri
Ekstrak etanol khususnya pada minyak atsiri (Mayachiew dan Devahastin, 2007).
jahe mengandung zat antimikroba di
Matriks Perlakuan Terbaik Hasil uji antimikroba yang paling baik adalah
Penentuan perlakuan terbaik mikrokapsul yang menghasilkan diameter
dilakukan berdasarkan pengamatan kadar air, daya hambat yang paling besar. Perlakuan
kelarutan, stabilitas oksidasi dan uji 1:1 merupakan perlakuan terbaik karena
efektivitas antimikroba pada masing-masing memiliki total skor terbesar dibanding
perlakuan. Pada setiap kriteria pengamatan perlakuan lainnya.
diberikan bobot penilaian yang berbeda.
Pengamatan kadar air, kelarutan dan KESIMPULAN
stabilitas oksidasi diberi bobot nilai 1,
1) Tidak terdapat interaksi antara rasio
sedangkan pengamatan uji efektivitas
penyalut mikrokapsul(maltodekstrin:
antimikroba diberi bobot nilai 5. Matriks
gum arab) dan jenis bakteri uji (E.coli
perlakuan terbaik disajikan pada tabel 7.
dan S.aureus) terhadap diameter daya
hambat. Rasio penyalut mikrokapsul
Tabel 12. Matriks Perlakuan Terbaik
Bobot
1:1 menghasilkan rata-rata diameter
Kriteria Perlakuan
Penila zona hambat terhadap bakteri E.coli
Pengamatan ian 1:1 2:3 3:2
dan S.aureus yang tertinggi yaitu 12,83
Kadar Air (%) 1 2,3751 2,8383 1,7387
Kelarutan (%) 1 78,81 93,68 91,26 mm (tergolong efektivitas antimikroba
0 1 tinggi).
Stabilitas 1,15 1,22 0,87
hari* 2) Hasil analisis GC-MS minyak atsiri
Oksidasi
15 1 jahe emprit mengandung senyawa
(Bilangan 1,17 1,25 0,87
hari*
Peroksida mayor di antaranya α-curcumene
30 1
, mEq) 1,24 1,28 0,92 (14,97%), α-zingiberene (12,72%), β-
hari*
Uji Antimikroba 5
12,83 10,75 10,5
bisabolene (11,39%), β-
(mm) sesquiphellandrene (7,99%), dan
Total skor 5 1 4 camphene (7,37%).
*nilai bilangan peroksida selama penyimpanan

Karakteristik kadar air pada


mikrokapsul yang terbaik adalah
3) Berdasarkan matriks perlakuan terbaik,
mikrokapsul yang memiliki kadar air
mikrokapsul minyak atsiri jahe emprit
terendah, sedangkan karakteristik kelarutan
dengan rasio maltodekstrin:gum arab
pada mikrokapsul yang terbaik adalah
1:1 ditetapkan sebagai perlakuan
mikrokapsul yang memiliki kelarutan tinggi.
terbaik karena memiliki total skor
Kadar air yang rendah dapat memperpanjang
tertinggi dibanding perlakuan lainnya.
masa simpan mikrokapsul dan kelarutan
Meskipun mikrokapsul dengan rasio
yang tinggi dapat mempercepat pelepasan
3:2 memiliki karakteristik fisik dan
zat aktif di dalam mikrokapsul sehingga
kimia yang baik, zat antimikroba yang
pemanfaatannya lebih optimal (Fajri, 2013).
terenkapsulasi di dalam mikrokapsul
Karakteristik mikrokapsul yang memiliki
tidak sebanyak mikrokapsul dengan
stabilitas oksidasi yang terbaik adalah
rasio 1:1.
mikrokapsul yang memiliki nilai bilangan
peroksida terkecil. Bilangan peroksida yang
kecil menandakan mikrokapsul memiliki DAFTAR PUSTAKA
stabilitas yang baik sehingga diharapkan
kualitasnya terjaga (Budijanto et al. 2001).
Andersen, S. 1995. Microencapsulated Chitosan Micorspheres Prepared by
omega-3 fatty acids from marine Spray-Drying. Journal of
sources. Lipid Technology 7:81-85. Microencapsulation 23(1): 91-103.

AOAC. 1999. Official Methods of Analysis Desmawarni. 2007. Pengaruh Komposisi


of The Association of Analytical Bahan Penyalut dan Kondisi Spray-
Chemists. Washington D.C Drying Terhadap Karakteristik
Mikrokapsul Oleoresin Jahe. Skripsi.
AOCS. 1989. Official Methods and Departemen Teknologi Industri
Recommended Practices of the Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
American Oil Chemistry Society. 4th. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Broadmaker Drive, Champaign,
Illinois. Djubaedah, E. 1986. Ekstraksi Oleoresin dari
Jahe. Balai Besar Penelitian dan
Badan Pusat Statistik. 2012. Data Statistik Pengembangan Industri Hasil
Pertanian, Bogor.
Produksi Jahe. BPS, Jakarta
Efendi, E. 2014. Mikroenkapsulasi Minyak
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Minyak Atsiri Jahe dengan campuran Gum-
Jahe No. 06-1312-1998. BSN, Jakarta. arab-Maltodekstrin dan Variasi Suhu
Inlet Spray Dryer. Tesis. Program
Badarudin, T. 2006. Penggunaan Pascasarjana Teknologi Hasil
Maltodekstrin pada Yoghurt Bubuk Perkebunan, Fakultas Teknologi
Ditinjau dari Uji Kadar Air Keasaman, Pertanian Universitas Gadjah Mada,
pH, Rendemen, Reabsorpsi Uap Air, Yogyakarta.
Kemampuan Keterbasahan, dan Sifat
Kedispersian. Skripsi. Universitas Elgayyar M, Draughon FA, Golden DA dan
Brawijaya, Malang. Mount JR. 2001. Antimicrobial activity
of essential oils from plants against
Budijanto, S. 2011. Pengembang Rantai selected pathogenic and saprophytic
Nilai Serealia Lokal (Indegenous microorganisms. J Food Prot. 7: 1019-
Cereal) untuk Memperkokoh 1024.
Ketahanan Pangan Nasional. Laporan
Riset Strategi Kemenristek, Serpong.

Fajri, S. 2013. Produksi Oleoresin Jahe


Chandrayani. 2002. Mikroenkapsulasi (Zingiber officinale) Terenkapsulasi
Oleoresin Biji Pala dengan Dengan Maltodekstrin dan Lesitin
Menggunakan Sukrosa sebagai Bahan Kedelai Sebagai Penyalut. Skripsi.
Penyalut. Skripsi. Fakultas Teknologi Jurusan Teknologi Industri Pangan,
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Bogor. Universitas Padjadjaran.
Daswani, P.G., Brijesh, S. Tetali P., Antia,
N.H. dan Birdi, T.J. 2010. Fardiaz, S., 1987. Fisiologi Fermentasi. Pusat
Antidiarrhoeal activity of Zingiber Antar Universitas, Institut Pertanian
officinale (Rosc.). Current Science 98: Bogor, Bogor.
222-229.
_________. 1992. Mikrobiologi Pangan I.
Desai, K.G. dan H.J. Park. 2005. Effect of Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Manufacturing Parameters on The
Characteristic of Vitamin C Fathia, S. 2011. Aktivitas Antimikroba
Encapsulated Tripholyphosphate- Ekstrak Jahe (Zingiber officinale
Roscoe) Terhadap Beberapa Bakteri Koeswara, S. 1995. Jahe dan Hasil
Patogen. Skripsi. Fateta IPB, Bogor. Olahannya. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta
Fasikhatun, T., 2010. Pengaruh Konsentrasi
Maltodekstrin dan Gum Arab Lastriningsih. 1997. Mempelajari Pembuatan
Terhadap Karakteristik Bubuk Konsentrat Kunyit (Curcuma
Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah domestica Val) dengan menggunakan
Dengan Metode Spray Drying. Skripsi. Alat Pengering Semprot. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor Pertanian Bogor, Bogor.

Gaspersz, V. 2006. Teknik Analisis dalam Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia
Penelitian Percobaan – Jilid 1 dan 2. Jilid 1,2,3. (Alih Bahasa oleh M.
Tarsito, Bandung. Thenawidjaja). Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Glicksman, M. 1983. Food Hydrocolloids
Volume II.. CRC Press, Inc., Boca Litaay, C. dan J. Santoso. 2013. Pengaruh
Raton, Florida. Perbedaan Metode Perendaman dan
Lama Perendaman Terhadap
Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Karakteristik Fisiko-Kimia Tepung
Penerbit Universitas Indonesia, Ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis).
Jakarta. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 5 (1):85-92.
Hikmah, N. 2007. Rendemen dan Kualitas
Minyak Atsiri Jahe (Zingiber Martsiano. 2015. Minyak Atsiri Jahe.
officinale Rosc.). Jurnal Hutan Tropis Available at http://ano.web.id/ (di akses
Borneo Volume 08. 20: 8 – 16. tanggal 18 September 2016).

Masters, K. 1979. Spray drying Handbook.


John Willey and Sons, New York.

Mayachiew P. dan Devahastin, S. 2007.


Indah, K.S.P., Periadnadi dan N. Nasir. Antimicrobial and Antioxidant
2013. Uji Antimikroba Ekstrak Segar Activities of Indian Gooseberry and
Jahe-jahean (Zingiberaceae) Terhadap Galangal Extracts. LWT – Food
Staphylococcus aureus, Escherichia Science and Technology. 41:1153-1159
coli dan Candida albicans. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 1:20-24. Montesqrit dan R. Ovianti. 2013. Pengaruh
Suhu dan Lama Penyimpanan
Kennedy, J.F., Knill, C.J. dan Taylor, D.W. Terhadap Stabilitas Minyak Ikan dan
1995. Maltodextrins. Di dalam: Mikrokapsul Minyak Ikan. Jurnal
Kearsley, M.W.J., dan Dziedzic, S.Z., Peternakan Indonesia Vol. 15, 1:62-68.
(eds.) Handbook of Starch Hydrolysis
Product and Their Derivatives. Blackie Nasrulloh, F. 2010. Pengaruh Komposisi
Academic & Professional, London. Bahan Pengkapsul terhadap Kualitas
Chapter 5. Pp. 129-154. Mikrokapsul Oleoresin Lada Hitam
(Piper nigrum L.). Skripsi. Fakultas
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Teknologi Pertanian, Institut
Minyak Atsiri. UI-Press, Jakarta. Pertanian Bogor, Bogor.
Natta L., Orapin K., Krittika N., Pantip B. Pangan. Jurnal Agritech, Vol.35, No.1
2008. Essential Oil from five hlm 44 - 52.
zingiberaceae for anti food-borne
bacteria. Int Food Res J. 15(3): 337- Risch, S.J. 1995. Encapsulation: Overview of
346. User and Techniques. In Encapsulation
and Controlled Release of Food
Norajit, K. Laohakunjit, N. dan Ingredients, G.A. Reineccius. ACC
Kerdchoechuen, O. 2007. Antibacterial Symposium Series 590 American
effect of five zingiberaceae essential Chemical Society. Washington D. C.
oils. Moleules 12: 2047-2060.
Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah
Nuraini. 2001. Mikroenkapsulasi Beta- Komoditi Ekspor Indonesia. Penerbit
karoten dari Buah dan Tepung Labu Sinar Baru. Bandung.
Kuning. Tesis. Pasca Sarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rosenberg M. and T. Y. Sheu. 1990.
Microencapsulation of Volatiles by
Onwulata, C. 2005. Encapsulated and Spray Drying in Whey Protein-Based
Powdered Foods. Taylor and Francis Wall Systems. Int Dairy J, 1996;6:273–
Group, New York. 84.

Pambudi, I. 2016. Karakteristik Fisik Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Antibakteri


Mikrokapsul Minyak Atsiri Daun Ekstrak Etanol Bunga Rosella
Kayu Manis (Cinnamomum (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap
burmannii) dengan Bahan Penyalut Escherichia coli, Salmonella typhi, dan
Maltodekstrin dan Whey Protein Staphylococcus aureus Dengan Metode
Isolate. Skripsi. Program Studi Ilmu Difusi Agar, Penelitian Mandiri:
dan Teknologi Pangan, Fakultas Fakultas Farmasi, Universitas
Pertanian Universitas Sebelas Maret, Padjadjaran.
Surakarta.
Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe. PT.
Kanisius. Yogyakarta.

Reineccius, G.A. 1988. Flavour Santoso, B., dkk. 2013. Pemanfaatan


Encapsulation. Washington, D.C.: Karagenan dan Gum Arab Sebagai
American Chemical Society. Edible Film Berbasis Hidrokoloid.
Jurnal Agritech, Vol. 3, No. 2 hlm 140
Rialita, T. 2014. Efektivitas Antibakteri – 145.
Kombinasi Minyak Atsiri Zingiber
officinale var. Rubrum dan Alpina Sanganpuag, K., S. Kanlayanarat, V.
purpurata K. Schum dan Aplikasinya Srilaong, K. Tansprasert, and C.
Pada Model Pangan. Disertasi. Sekolah Techavuthiporn. 2011. Ginger
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, (Zingiber officinale) Oil as an
Bogor. Antimicrobial Agent for Minimally
Processed Produce: A Case Study in
Rialita, T., W.P. Rahayu, L. Nuraida dan B. Shredded Green Papaya.
Nurtama. 2015. Aktivitas Antimikroba
Minyak Esensial Jahe Merah (Zingiber Sashidaran, I. dan Menon, A.N. 2010.
officinale var. Rubrum) dan Lengkuas Comparative chemical composition and
Merah (Alpinia purpurata K. Schum) antimicrobial activity fresh and dry
Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak ginger oils (Zingiber officinale
Roscoe). Int J Curr Pharm Res. 2:40- Menggunakan Gelombang Ultrasonik.
43. Reaktor.12 (4): 239-244.

Setijawati, D., S. Wijana, dan I. Santosa. Supardi, I. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi
2011. Viabilitas dan Struktur dalam Pengolahan dan Keamanan
Mikrokapsul Lactobacillus Pangan. Alumni, Bandung.
acidophilus dengan Bahan Penyalut
Karaginan Semi Murni Jenis Toledo, R.T. 2007. Fundamentals of Food
Eucheuma cottonii. Jurnal Teknologi Process Engineering (Third Edition).
Pangan, Vol 2 (1): 50-67. Springer Science and Business Media,
New York.
Setyaningrum H.D., dan C. Saparinto. 2013.
Jahe. Cetakan I. Penebar Swadaya, Warsa, U.C. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Jakarta Kedokteran. Edisi Revisi. Binarupa
Aksara, Jakarta.
Setyaningsih, D., A. Apriyantono, dan M.P.
Sari. 2010. Analisis Sensori untuk Wawensyah, J.A 2006. Mikroenkapsulasi
Industri Pangan dan. Agro. IPB Press: Minyak Atsiri Jahe Merah Dengan
Bogor. Penyalut Kitosan. Skripsi. Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Singh G., Kapoor IPS, Singh P, de Heluani Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
CD, de Lampasona MP. 2008. Bogor, Bogor.
Chemistry, Antioxidant and
Antimicrobial Investigations on Westing, L.L dan Rennecius, F. 1988. Shelf
Essential Oil and Oleoresins of Life of Storage Oil: Effect of
Zingiber officinale, Food Chem Encapsulation by Spray drying,
Toxicol 46:3295-3302 Extrusion and Molecular Inclusion. In
Flavor Encapsulation: ACS
Sivasothy, Y. et. al. 2011. Essential Oils of Symposium Series 370; Risch, S.J,
Zingiber officinale var. rubrum Rennecius GA. (eds.) American
Theilade and Their Antibacterial Chemical. Society, Washington D.C.
Activities. Food Chem. 124:514-517.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wiratakusumah, M.A., D. Hermanianto, N.


Spicer, A. 1974. Advances in Andarwulan. 1989. Prinsip-prinsip
Preconcentration and Dehydration of Teknik Pangan. Bahan Pengajaran.
Food. Applied Science Publ. Ltd., Depdikbud. Direktorat Jendral
London. Pendidikan Tinggi. PAU Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Sugindro, Mardliyatin E., dan
Djadjadisastra, J., 2008. Pembuatan Wresdiyati T, Made A., I Ketut M.A. 2003.
dan Mikroenkapsulasi Ekstrak Etanol Pemanfaatan Ekstrak Jahe
Biji Jinten Pahit (Nigella Sativa Linn.), (Zingiber officinale) untuk Mengatasi
Majalah Ilmu Kefarmasian, 2, 5, 57 – Kelainan Antioksidan Intrasel pada
66, Departemen Farmasi FMIPA Jaringan Tikus Akibat Stres.
Universitas Indonesia, Depok. Laporan Penelitian Hibah Bersaing
–DIKTI. LPPM-IPB Darmaga –Bogor.
Supardan, M. Dani, Ruslan, Satriana dan N. Wulandari, Y.W. 2009. Karakteristik Minyak
Apri. 2009. Hidrodistilasi Minyak Jahe Atsiri beberapa Varietas Jahe (Zingiber
(Zingiber officinale Rosc.) officinale). Jurnal Kimia dan
Teknologi, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Slamet Riyadi
Surakarta.
Yasni, S. 2013. Teknologi Pengolahan dan
Pemanfaatan Produk Ekstraktif
Rempah. IPB Press. Bogor.
Yovita., R.G. 2008. Kajian Aroma dan
Karakteristik Lain Bubuk Pandan
Wangi Hasil Penyalutan Maltodekstrin
dan Pengeringan Vakum. Skripsi.
Teknologi Industri Pangan Universitas
Padjadjaran. Jatinangor

Yuliani, S., Desmawarni, N. Harimurti, dan


S.S. Yuliani. 2007. Pengaruh Laju Alir
Umpan dan Suhu Inlet Spray Drying
pada Karakteristik Mikrokapsul
Oleoresin Jahe. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian. J.Pascapanen 4(1) 2007: 18-
26.

Zuidam NJ dan Nedovic VA., 2010.


Encapsulation Technologies for Active
Food Ingredients and Food Processing.
London: Springer.

Anda mungkin juga menyukai