Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PRESEPSI SENSORIK (KATARAK)

MAKALAH

Oleh :

KELOMPOK II

1. Aisa Simintuat NPM:

2. Afita NPM: 14201180

3. Masita H Toisuta NPM: 1420118018

4. Jesica Matital NPM: 14201180

5. Fatima I Kaisupy NPM: 1420118069

6. Ferawati umagapi NPM: 1420118076

7. George johanis NPM: 14201180

8. Aniza atahya NPM:14201180

9. Fatmawati helut NPM: 14201180

PROGRAM STUDI ILMUKEPERAWATAAN

SEKOLAHTINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

2020
LEMBARAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PRESEPSI SENSORIK (KATARAK)

MAKALAH

Disususn oleh:

KELOMPOK II

1. Aisa Simintuat NPM:

2. Afita NPM: 14201180

3. Masita H Toisuta NPM: 1420118018

4. Jesica Matital NPM: 14201180

5. Fatima I Kaisupy NPM: 1420118069

6. Ferawati umagapi NPM: 1420118076

7. George johanis NPM: 14201180

8. Aniza atahya NPM:14201180

9. Fatmawati helut NPM: 14201180

Makalah ini telah Distujui


Tanggal, Oktober 2020

Mengetahui ,
Dosen Mata Kuliah KMB III

Ns. La Rakhmat Wabula, S. Kep, M. Kep


NIDN. 1203029002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TuhanYME atas segalah rahat serta karuia-Nya, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan makalah yng berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Presepsi Sensorik (Katarak)” satu syarat memperoleh gelar
SarjanaKeperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

Peneliti menyadari bahwa penulis makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hamdan Tunny S.Kep.,M.Kes selaku Pembina yayaan STIKes Maluku Husada


2. Rasma Tunny S.Sos selaku ketua yayasan STIKes Maluku Husada, yang telah menyediakan
fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di STIKes Maluku Husada.
3. Lukman La Basy, S.Farm., Apt,Selaku Ketua STIKes Maluku Husada sekaligus
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan
proposal penelitian ini
4. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes, Selaku Ketua Program Studi beserta seluruh staf
pengajar/Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Maluku Husada
5. Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep, selaku Dosen Mata Kuliah yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
6. Teman-teman sejawat seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan
motivasi.

Ambon Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

katarak merupakan faktor penyebeb kebutaan yang presentasinya paling besar terjadi di
Indonesia. banyak alasan dari masyarakat sehingga tidak bisa melakukan operasi katarak.
banyak faktor penyebab yang menjadi alasan masyarakat yang engan melakukan operasi baik
faktor ekonomi maupun sosial budaya. (11 oktober 2015)

WHO memperkirakan bahwa hamper 18 juta orang dari populasi seluruh dunia
menderta kebutaan yang diakibatkan oleh katarak (WHO 2017). katarak atau kekeruhan
lensa mata merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia, 77,7% kebutaan disebabkan
oleh katarak. sedangkan frefalensi kebutaan akibat katarak pada penduduk umur 50 tahun ke
atas di Indonesia sebesar 1,9%. katarak merupakan proses degenerative yang sangat di
pengaruhi umur. dengan menengkatnya umur harapan hidup maka propersi penduduk umur >
dari 50 tahun akan meningkat sehingga. jumlah penderita katarak juga akan meningkat. Di
Maluku angka kebutaan mencapai 36,6%.

katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yan g mengubah gambaran yang
di proyeksikan pada retina. katarak merupakan penyebab umum pandangan secara bertahap
(sprighause Co). derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi
dan densitas keburaman. interfensi di indikasikan jika fisus menurun sampai batas klien tidak
dapat menerima perubahan dan merugikan atau mempengaruhi gaya hidup klien ( yaitu fisus
5/15). katarak biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara
indenpenden. perkecualian, katarak traumatic biasanya unilateral dan katarak kongenital
biasanya stasioner.

perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan efektif
dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan pada angka insiden katarak melalui upaya
prefentif, promotor, kuratif, dan rehabilitative. berdasarkan pemaparan diatas, kelompok
tertarik membahas Asuhan Keperawatan pada gangguan sistem persepsi sensori (Katarak).

1.2 Rumusan Masalah

bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem presepsi sensorik
katarak ?
1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan umum

untuk memahami penerapan asuhan keperawtan pada klien dengan gangguan sistem
presepsi sensorik (katarak)?

1.3.2 tujuan khusus

1. mengetahui konsep penyakit katarak

2. mengetahiu konsep keperawatan pada klien dengan gangguan sistem presepsi


sensorik (katarak)

1.4 manfaat penulisan

1.4.1 manfaat teoritis

meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca agar dapat melakukan


pencegahan untuk diri sendiri dan orang di sekitarnya agar tidak kena katarak. penulisan
makalah ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teri dan kasus nyata yang terjadi di l
apangan atau tidak, karena dalam teori yang sudah ada tidak selalu sama dengan kasus
yang sama. sehingga disusunlah makalah ini.

1.4.2 manfaat praktis

1. bagi klien dan keluarga

menambah informasi atau gambaran penyakit katarak sehingga dapat menumbuhkan


kesadaran diri dan keluarga sehingga dapat meningkatkan kesehatannya serta mampu
melakukan perawatan yang tepat bagi keluarga.

2. bagi institusi Rumah Sakit

sebagai data SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam melakukan asuhan


keperawatan bagi pasien katarak dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit baik dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak.

3. bagi institusi pendidikan

dapat digunakan sebagai refernsi institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu


pendidikannya di masa yang akan datang.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep penyakit katarak

2.1.1 Definisi

katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruan yang terjadi pada
lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denatorasi protein
lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biassanya mengenai kedua mata dan
berjalan progresif. katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat
berfariasi. (sidarta ilias, 2015).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan (Sugiarti, Knocha dan Budiman, 2016).

Gambar 2.1 mata normal dan mata dengan gangguan katarak

Sumber: http://images.app.goo.gl/dBhBJXQ 93a6kGMoo8

2.1.2 Etiologi

1. penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/degenerasi yang mengakibatkan
lensa mata menjadi keras dan keruh (katarak seniris).

2. dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultra violet, alcohol, kurang
vitamin E, radang menahun dalam bola mata, poluasi asap motor/pabrik karena
mengandung timbal.

3. cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan kimia
yang merusak lensa (kontrak troumatik).

4. peradangan atau infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (katarak kongenital).
5. penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolic misalnya diabetes mellitus (katarak
konflikasi). (ilyas.2015)

2.1.3 Menifestasi Klinis

gejala subjektif dari pasien katarak antara lain:

1. biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta


gangguan ponsional yang di akibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.

2. menyilaukan dengan distorsi banyangan dan susah melihat di malam hari

gejala objektif biasanya meliputi:

a. pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya di transmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
hasilnya adalah pandangan menjadi kabur/redup.

b. pupil yang normalnya hitam akan tampak abuabu/putih. penglihatan seakan akan
melihat asap dan pupil seakan akan bertambah putih.

c. pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar benar putih,
sehingga reflexs cahaya pada mata menjadi negative.

gejala umum gangguan katarak meliputi:

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

b. Pangguan penglihatan bisa berupa:

1) Peka terhadap sinar/ cahaya

2) Papat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

3) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca

4) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

c. Gejala lainnya adalah

a. sering berganti kacamata

b. penglihatan sering pada salah satu mata.

(ilyas,sidarta 2015).
2.1.4 Patofisiologi WOC Katarak

Etiologi

Penyakit metabolik
(Galaktosemia,DM)
-Proses penuaan
-Defek kongenital
-Faktor radikal bebas
-obat-obatan
-Trauma
-Penyakit-penyakit
sebelumnya pada mata
ex :

Galaktosemia Proses penuaan Zat” radikal bebas Kortikosteroid Trauma


(rokok,UV)
Gg kerusakan
Kadar glukosa darah Nucleus
Oksidasi protein metabolisme
berlebihan menebal/mengera
pada lensa Menembus
Perubahan kapsul anterior
Klukosa dalam Lapisan konteks
Kerusakan selaput halus
kapsul lensa lensa menghasilkan
protein
serat lensa baru Kerusakan lensa

Glukosa di ubah
menjdi sorbitol Kompresi sentral
oleh aldose
Koagulasi
Akumulasi sortaitol insoluble
Hilangnya
transporansi

Oerasi lensa

KATARAK
Pre operasi

B3 B6

Blocking sinar
Sinar terpantul
yang masuk

Cahaya ke retina berkurang


Mengaburkan yang
bayangan yang
semu yang sampai Visus menurun
pada retina
Penglihatan
Otak
menginterprestasika
Gangguan mobilitas
n sebagai bayanagan
fisik
berkabut

Pandangan berkabut

MK: - Gg persepsi
sensori (visual)

-resty cidera
2.1.5 Pemeriksaan penunjang

untuk memperoleh diagnosis katarak, dokter mata akan menanyakan riwayat


penyakit dan gejala apa saja yang di alami pasien. kemudian, dokter akan melakukan
pemeriksaan pada mata pasien, di ikuti dengan pemeriksaan penunjang seperti:
(priska, 2016)
1. tes ketajaman penglihatan

dalam tes ini, pasien akan diminta membaca huruf dalam jarak 6 meter menggunakan
1 mata, dimana di saat yang sama mata yang lain akan di tutup. huruf yang ditampilkan
akan semakin mengecil, hingga pasien tidak bisa membacanya dengan jelas.

Gambar 2.2 tes ketajaman mata dengan snelen card

https://images.app.goo .gl/3urCnJQMBdkrsNJw9

2. pemeriksaan slit-lamp (lampu celah).

pemeriksaan slip lamp mengunakan mikroskop khusus yang di legkapi cahaya


untuk menerangi lensa, iris, dan kornea mata. cahaya ini akan membantu dokter
membedakan jenis katarak, baik itu katarak nuklir, katarak kortikal, ataupun katarak
supkapsular.

Gambar 2.3 pemeriksaan slit-lamp (lampu celah).

https://images.app.goo.gl/9VUEwwbNNrCmizY76
3. pemeriksaan retina mata.

dilakukan dengan memberikan obat tetes mata untuk membuat pupil membesar.
dengan bantuan alat khusus bernama oftalmoskop, dokter akan mudah melihat kondisi
retina .

Gambar 2.4 pemeriksaan retina mata oftalmoskop

https://images.app.goo.gl/SecB7gBH3i4odiKe6

1.2.6 penatalaksanaan

Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan tingkat keparahan katarak dan


terganggunya kualitas hidup pasien. Saat ini tatalaksana pembedahan masih menjadi satu
satunya tatalaksana kuratif dari katarak.

1. medis

a. Terapi Farmakologis
Hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang terbukti mampu memperlambat
atau menghilangkan katarak. Beberapa agen yang diduga dapat memperlambat
pertumbuhan katarak adalah penurun sorbitol, aspirin, dan vitamin C, namun belum ada
bukti yang signifikan mengenai hal tersebut.

b. Pembedahan

Operasi katarak dari waktu ke waktu semakin berkembang, baik dalam hal teknik
operasi, bentuk dan panjang sayatan, arsitektur luka, dan jumlah jahitan. Hal ini ditujukan
agar tercapainya prosedur operasi yang aman dan juga memiliki efektivitas yang tinggi.
Parameter keberhasilannya adalah pemulihan yang cepat, efek samping dan komplikasi
yang minimal, serta tajam penglihatan setelah operasi optimal dan stabil, sehingga
kualitas hidup pasien dapat menjadi lebih baik.
Gambar 2.5 pembedahan

https://images.app.goo.gl/7uzEVsu6jgnboiiC8

1). Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler

Operasi katarak merupakan operasi yang paling banyak dilakukan di dunia. Metode
yang pada umumnya dipilih adalah metode yang menyisakan bagian posterior dari kapsul
lensa yang disebut juga dengan ekstraksi katarak ekstrakapsular.

Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer, pada arah superior atau temporal.
Dibuat celah di kapsul anterior (anterior capsulorhexis), kemudian nukleus dan korteks
lensa dikeluarkan. Lensa intraokular dimasukkan kedalam kantong kapsul yang disokong
oleh kapsul posterior.

2). Ekstraksi Katarak Intrakapsuler

Tidak seperti ekstraksi katarak ekstrakapsuler, operasi ini membuang lensa dan
kapsul secara keseluruhan tanpa meninggalkan kapsul posterior. Operasi ekstraksi
katarak intrakapsuler diindikasikan untuk katarak hipermatur, intumescent cataract,
katarak dengan dislokasi lensa akibat zonula yang tidak stabil, dan jika fasilitas
mikroskop operasi kurang memadai. Metode ini dahulu dilakukan sebelum teknik katarak
ekstrakapsuler semakin dikembangkan.

Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari metode ini yaitu prosedurnya relatif
mudah, menggunakan peralatan yang sederhana dan pemulihan visus dapat dilakukan
dengan menggunakan kacamata 10 Dioptri segera setelah operasi. Sedangkan
kekurangannya adalah irisan yang besar membuat penyembuhan menjadi lebih lama,
dapat menimbulkan komplikasi iris dan vitreous inkarserata, ablasio retina, serta
mencetuskan astigmatisma.
3). Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi katarak ekstrakapsular dengan


mengemulsifikasikan lensa menggunakan gelombang ultrasonik 40.000 MHz. Teknik
fakoemulsifikasi banyak digunakan saat ini.

Teknik ini menggunakan vibrator ultrasonik untuk memecah nukleus yang keras
sehingga isi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui insisi kecil berukuran 2,5 - 3,0
mm. Ukuran insisi yang sama juga cukup untuk memasukkan lensa intraokuler yang
dilipat. Jika lensa intraokuler rigid digunakan, insisi harus diperpanjang hingga 5 mm.

4). Small Incision Cataract Surgery (SICS)

SICS merupakan suatu teknik popular saat ini. Perbedaan yang nyata antara SICS
dan ekstraksi katarak ekstrakapsuler adalah irisan operasi sangat kecil sehingga sering
tidak membutuhkan jahitan pada luka insisi. SICS juga memungkinkan operasi dilakukan
hanya dengan anestesi lokal, penyembuhan relatif lebih cepat, dan resiko astigmatisma
lebih kecil. (2016)

2. Keperawatan

1. Tunda pemberian antikoagulan yang diterima pasien jika diberikan secara medis, dalam
beberapa kasus, tetapi antikoagulan dapat diteruskan

2. Berikan obat tetes pendilatasi selama 10 menit untuk 4 dosis, minimal 1 jam sebelum
pembedahan. Obat tetes antibiotic kortikosteroid, dan obat tetes anti inflamasi. Obat tetes
anti inflamasi dapat diberikan secara profilaksis untuk mencegah inflamasi dan infeksi
setelah pembedahan.

3. Berikan instruksi lisan dan tulisan dan bagaimana melindungi mata, memberikan obat,
mengenali tanda-tanda komplikasi, dan mendapatkan perawatan darurat.

4. Jelaskan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan seharusnya minimal setelah


pembedahan, dan instruksikan untuk menggunakan agens analgesic ringan, seperti
Asetaminofen sesuai kebutuhan.

5. Tetes mata atau salab antibiotic, anti inflamasi dan kortikosteroid diresepkan pasca
operasi. (Brunner & Suddarth. Ed 12, 2016)
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Presepsi Sensorik
katarak

2.2.1 Pengkajian Persistem

1. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering muncul pada katarak yaitu penglihatan kabur, persepsi warna
turun, diplopia dan visus menurun, ada hailo, penglihatan memburuk pada siang
hari/silaw dan mata basah.

2. Riwayat penyakit sekarang

Penglihatan kabur, persepsi warna turun diplopia visus menurun, penglihatan memburuk
pada siang hari merupakan penjelasan dari keluhan utama.

3. Riwayat penyakit dahulu

Akibat trauma, akibat radiasi,pengunaan kortikosteroid yang lama, kelainan


kongnital, adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien sepetri DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolis lainya yang memicu
resiko katarak.

4. Riwaayat penyaakit keluarga

Katarak bisa karena kongenital dan adanya riwayat kelainan mata vemily derajat pertama.

5. Pemeriksaan persistem ( Ringe Of System )

Pemeriksaan Fisik B1-B6

a. B1 ( Breathing )

Dalam batas normal

b. B2 ( Blood )

Nadi dan suhu dalam batas normal

c. B3 ( Brain )

Gangguan penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebababkan silaw


dengan kehilangan dengan bertahap penglihatan periver, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawal/kabur, tampak
lingkaran cahaya/pelangi disekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan
mata tampak kecoklatan atau puti susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan
merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata).

d. B4 (Bladder)

Gejalah : Haluaran urine normal

e. B5 (bowel)

Gejala : Mual/muntah (Glukoma akut)

f. B6 (Bone)

Gejala : Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium

2. Pemeriksaan radiologi

a. Keratometer

Keratometer adalah salah satu alat pemeriksaan mata yang berguna untuk
mengetahui kelengkungan kornea pasien secara detail karna mencangkup kekuatan
refraksi axis pada kelengkungan kornea pada area tertentu.

Gambar 2.6 mesin Keratometer

https://images.app.goo.gl/RbW6yPAwxznVxNZH7

b. Pemeriksaan slip lamp pemastikan diagnosis kekeruan lensa.Slip lamp (Lampu


celah) adalah instrument yang terdiri dari sumber cahaya intensitas tinggi yang
dapat difokeskan untuk besinar menjadi lembaran tipis dari cahaya ke mata.
Gambar 2.7 pemeriksaan slip lamp

https://www.google.com/imgres

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

TABEL INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan

1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: Teraupetik rasional


sensorik sekama 1x24 jam diharapkan 1. menimalisi rangsangan mendiskusikan tingkat
berhubungan masalah persepsi sensori (SIKI) toleransi untuk
dengan gangguan pasien teratasi dengan A. observasi mengurangi bising,
penglihatan kriteria hasil. a. pemeriksaan status batas stimulus, aktifitas.
Luaran utama: mental, status sensori,
Persepsi sensori dan tingkat kenyamanan A. Edukasi:
1. verbilisasi melihat (mis. Nyeri,kelelahan) Rasionalnya
bayangan menurun (5) B. terapeutik membantu
2. orientasi membaik (5). a. diskusikan tingkat pasien untuk
(L.09083 hal 93). toleransi terhadap beban meminimalisasi
Luaran tambahan: sensori (mis. Bising, stimulus
Fungsi sensorik terlalu terang) B. Kolaborasi:
1. ketajaman penglihatan b. bsatasi stimulus rasionalnya
meningkat (5) lingkungan (mis. mempercepat
(L.06048 hal 28). Cahaya, suara, aktifitas). proses
C. edukasi penyembuhan
a. ajarkan cara pasien
meminimalisasi stimulus
(mis. Mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan).
D. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat, yang
mempengaruhi persepsi
stimulus.

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Interfensi pendukung: A. Observasi:


mobilitas fisik keperawatan selama 1x24 jam 1. Pemberian obat
berhubungan diharapkan masalah A. Observasi a. untuk mengetahui
dengan gangguan gangguan mobilitas fisik a. Identifikasi adanya alergi yang
ketidakbugaran pasien teratasi dengan kriteria kemungkinan alergi, di alami pasien.
fisik hasil: interaksi, dan kontra b. Melihat kembali
Luaran utama: indikasi obat. efek teraupetik dari
Mobilitas fisik b. Monitor efek teraupetik obat yang
1. Gerakan terbatas menurun obat diberikan
(5) c. Lakukan prinsip 6 benar
(L.05042 hal 65). (pasien, obat, dosis, rute, c. Memberikan obat
waktu, dokumentasi). dengan 6B utuk
B. Edukasi mencegah resiko
a. Jelaskan jenis obat, alas atau komplikasi
an pemberian, tindakan yang dapat terjadi.
yang diharapkan, dan
d. Untuk mencatat
efek samping sebelum
perkembangan
pemberian.
pengobatan
b. Jelaskan factor yang
teraupetik pada
dapat meningkatkan dan
pasien
menurunkan efektifitas
obat B. Edukasi:
(L.02062 hal 257)
a. Meningkatkan
pengetahuan pasien
mengenai
jenis,fungsi, dan
efek samping yang
diberikan kepada
pasien.

b. Meningkatkan
pengetahuan pasien
mengenai factor
yang
mempengaruhi
efektifitas obat.
TABEL LITERATURE REVIEW

NO JUDUL DESAIN SAMPEL VARIABEL INTERVENSI ANALISIS HASIL


ARTIKEL,
TAHUN

1 Hubungan Metode 47 Motivasi Melakukan 1. Analisa Dari hasil


persepsi penelitian responden mengikuti wawancara bivariate: penelitian
penderita korelasional operasi katarak kepada 5 klien diperoleh data
katarak katarak Hasil dari analisa yaitu: persepsi
dengan Variable bivariate, baik sebanyak
motivasi bebas: sebagian besar 59,6% dan
mengikuti hubungan pasien memiliki motivasi baik
operasi persepsi pasien persepsi baik 53,2%.
katarak di katarak dengan (59,6%), Berdasarkan
wilayah kerja motivasi sedangkan analisis statistic
puskesmas sebagian besar terdapat
Variable memiliki
cibeureum terkait: operasi hubungan
kota motivasi baik antara persepsi
katarak masal (53,2%).
tasikmalaya. penderita
Tahun 2018 2. Analisa katarak dengan
univariat: motivasi
mengikuti
Hasil dari operasi katarak
analisa univariat, massal dengan
proporsi pasien pvalue 0,006.
dengan persepsi Dengan
baik memiliki demikian
motivasi baik persepsi yang
sebesar 71,4%. baik akan
Proporsi pasien menghasilkan
dengan persepsi motivasi yang
baik memiliki baik, begitupun
motivasi kurang sebaliknya.
sebesar 28,6%. Untuk
Proporsi pasien meningkatkan
dengan persepsi persepsi
kurang memiliki dengan
motivasi baik motivasi yang
sebesar 26,3% baik perlu
dan 47 proporsi peningkatan
pasien dengan pelayanan
persepsi kurang dalam
memiliki penyelengaraan
motivasi kurang operasi.
sebanyak 73,7%.

2. Terapi suportif Penelitian Jumlah Terapi suportif Jumlah Hasil data Hasil dari
meningkatkan preexperimental sampel meningkatkan sampel pada dianalisis penelitian ini
motivasi untuk dengan pada motivasi untuk penelitian ini menggunakan uji menunjukan
melakukan menggunakan penilitian melakukan sebanyak 15 tdependent bahwa terdapat
operasi pendekatan ini operasi pasien katarak menunjukan pengaruh
katarak pada one-group sebanyak adanya pemberian
pasien katarak pretest posttest 15 pasien perbedaan antara terapi suportif
di wilayah design. Teknik katarak pretest dan terhadap
kerja pengambilan posttest dengan motivasi untuk
puskesmas sampel hasil dari p-value melakukan
Tempurejo menggunakan 0,001 (p- operasi
Kabupaten purposive value<0,05). katarak.
Jember tahun sampling.
2017

3. hubungan Penelitian ini Pasien pre Variable 10 pasien Perawat di


pengetahuan menggunakan operasi di bebas: yang akan di harapkan
pasien tentang survey analitik rumah lakukan menjadi motivasi
informasi pre dengan sakit Hubungan tindakan dan dorongan
operasi pendekatan mutra presepsi pasien pembedahan untuk
dengan cross sectional. husada katarak dengan memberikan
kecemasan pringehu informasi informasi dan
pasien lampung preoperasi penjelasan
preoperasi tahun tentang proses
tahun 2017 2017 pembedahan.
sebanyak
74 pasien
dengan
tehnik
aciddental
samping

Anda mungkin juga menyukai