Anda di halaman 1dari 11

PENDEKATAN BIMBINGAN DAN PENDEKATAN KONSELING PADA

SISWA SD/MI

Ridwan Laode Idrus*1, Akmal*2, Rahmat Romadhon*3

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah, Jurusan Tarbiyah

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Indonesia

ABSTRAK

Dalam artikel ini Terdapat empat pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai
pendekatan dalam bimbingan dan ada tujuh pendekatan yang dirumuskan sebagai
pendekatan konseling di SD maupun MI. Pendekatan dalam bimbingan terdapat
empat diantaranya adalah pendekatan krisis, pendekatan remidial, pendekatan
preventif, dan pendekatan perkembangan. Pendekatan dalam konseling terdapat
tujuh diantaranya adalah psikoanalisis, konseling berpusat pribadi, konseling
behavior, konseling rasional-emotif behavior, konseling realitas, dan konseling
ringkas berfokus solusi, dan konseling trait & factor. Dengan adanya artikel ini,
penulis dapat berbagi informasi mengenai pendekatan dalam bimbingan dan
konseling terhadap calon pendidik di sd maupum mi yang nantinya akan menjadi
guru kelas sekaligus menjadi konselor bagi peserta didiknya.

Kata Kunci : Pendekatan, Bimbingan, Konseling, Siswa SD/MI

PENDAHULUAN

Kebutuhan akan layanan bimbingan di SD/MI muncul dari karakteristik


dan masalah-masalah perkembangan peserta didik. Pendekatan perkembangan
dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di SD/MI karena
pendekatan ini lebih berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan
peserta didik. Guru menggunakan pendekatan perkembangan melakukan
identifikasi keterampilan dan pengalaman yang diperlukan peserta didik agar
berhasil disekolah dan dalam kehidupannya kelak.

Dalam konteks perkembangan anak, bimbingan dapat diartikan


sebagaisuatu upaya memgoptimalkan perkembangan anak (usia 6 – 13 tahun)
melalui penyediaan perlakuan dan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan anak serta pengembangan berbagai kemampuan dan
keterampilan hidup yang diperlukan anak.

Bimbingan dan Konseling yang berkembang saat iniadalah bimbingan dan


konseling perkembangan. Bimbingan dan Konseling perkembangan bagi peserta
didik adalah upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga sanggup
bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga
dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu mereka
mencapai tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial dan
pribadi.

Dalam menghadapi karakteristik dan perkembangan peserta didik, dengan


ini penulis merumuskan pendekatan dalam bimbingan dan konseling dengan
tujuan agar seorang guru maupun konselor dapat mengatasi karakteristik dan
perkembangan peserta didik yang berbeda pada tingkatan sekolah dasar.

PEMBAHASAN

Dalam artikel ini Penulis Akan Merumuskan empat pendekatan yang dapat
dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan dan ada tujuh pendekatan yang
dirumuskan sebagai pendekatan konseling di SD maupun MI Sebagai Berikut :

A. Pendekatan Bimbingan Siswa MI/SD


Myrick dalam Muro & Kotman, yang diperjelas kembali oleh Sunaryo
Kartadinata dan Ahman, mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan
sebagai pendekatan dalam bimbingan yang dilaksanakan di MI, yaitu :
1. Pendekatan krisis
Dalam pendekatan ini, guru menunggu munculnya suatu krisis,
baru kemudian dia bertindak membantu peserta didik yang menghadapi
krisis itu.
Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik
yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu. Contoh : Seorang peserta
didik datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong
temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang menggunakan
pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk
membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang
mendorongnya ke lantai. Bahkan mungkin guru tersebut memanggil
teman peserta didik tersebut untuk datang ke ruang guru untuk
membicarakan penyelesaian masalah tersebut sampaituntas.
2. Pendekatan remedial
Dalam pendekatan ini, guru akan memfokuskan bantuannya pada
upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan peserta
didik yang tampak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah
menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin terjadi.
Strategi yang digunakan, seperti mengajarkan kepada peserta didik
keterampilan tertentu seperti keterampilan belajar (membaca,
merangkum, menyimak, dll), keterampilan sosial dan sejenisnya yang
belum dimiliki peserta didik sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas,
dengan menggunakan pendekatan remedial, guru dapat mengambil
tindakan mengajarkan keterampilan berdamai sehingga peserta didik tadi
memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar
pribadi (interpersonal).
Keterampilan berdamai adalah keterampilan yang selama ini belum
dimiliki kedua peserta didik tersebut dan merupakan kelemahan yang
bisa memunculkan krisis itu.
3. Pendekatan Preventif
Dalam pendekatan ini, guru mencoba mengantisipasi masalah-
masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah
yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok,
membolos, menyontek, mengutil, bermain game on line/internet dan
sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada peserta
didik secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran
bahwa jika guru dapat mendidik peserta didik untuk menyadari bahaya
dari berbagai kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari
terjadinya masalah itu, maka guru akan dapat mencegah peserta didik
dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan tersebut.
Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk
mengajar dan memberikan informasi. Dalam contoh kasus di atas, jika
guru menggunakan pendekatan preventif dia akan mengajari peserta
didiknya secara klasikal untuk bersikap toleran dan memahami orang lain
sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif, tanpa menunggu
munculnya krisis terlebih dahulu.
4. Pendekatan perkembangan
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan
lebih proaktif dibandingkan dengan ketiga pendekatan sebelumnya.
Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari
pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang
dibutuhkan peserta didik untuk mencapai keberhasilan disekolah dan
didalam kehidupan secara lebih luas dimasyarakat. Pendekatan
perkembangan inidipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan
dalam tatanan pendidikan sekolah karena pendekatan ini memberikan
perhatian pada tahap-tahap perkembangan peserta didik, kebutuhan dan
minat, serta membantu peserta didik mempelajari keterampilan hidup.
Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti
mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan
konseling. Dalam contoh di atas, jika guru menggunakan pendekatan
perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik tadi
sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan
pengalaman belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan
keterampilan hubungan antar pribadi yang diperlukan untuk melakukan
interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam
pendekatan perkembangan, keterampilan dan pengalaman belajar yang
menjadi kebutuhan peserta didik akan dirumuskan ke dalam suatu
kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai Layanan Dasar Umum.

B. Pendekatan Konseling Siswa SD/MI


Terdapat berbagai pendekatan konseling yang dapat digunakan konselor
dalam memberikan layanan konseling individual dan kelompok. Pendekatan
tersebut antara lain psikoanalisis, konseling berpusat pribadi, konseling
behavior, konseling rasional-emotif behavior, konseling realitas, dan
konseling ringkas berfokus solusi, dan konseling trait & factor.
1. Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan ancangan konseling yang dikembangkan
Sigmund Freud sejak akhir abad ke-19 sampai dekade awal abad ke-20.
Pendekatan ini merupakan dasar dari konseling dan psikoterapi modern.
Konseling ini berkembang dari hasil penelitian Freud terhadap konflik
yang dialami sendiri, interaksi dengan orang tuanya, dan konflik yang
dialami para pasien yang dibantunya.
Teknik-teknik konseling dirancang untuk membantu memperoleh
akses terhadap konflik-konflik yang tidak disadari yang dapat
menghasilkan tilikan dan asimilasi materi-materi baru oleh ego. Teknik-
teknik pokok yang digunakan psikoanalisis adalah interpretasi, asosiasi
bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transferensi.
Interpretasi adalah penjelasan dan bahkan pembelajaran tentang
makna perilaku yang ditampakkan dalam mimpi, asosiasi bebas,
resistensi, dan transferensi. Asosiasi bebas adalah teknik yang digunakan
untuk mendorong konseli agar melaporkan semua yang terjadi padanya
tanpa penilaian dan sensor. Analisis mimpi adalah teknik yang digunakan
untuk mengungkapkan dan menjelaskan materi dan simbol-simbol
mimpi. Analisis transferensi adalah teknik yang digunakan untuk
membantu menyadari motif, penyebab, dan dinamika hubungan
konseling dengan mengungkapkan dan menjelaskan manifestasi interaksi
konseli dengan konselor dalam relasi konseling. Analisis resistensi
adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
alasan-alasan resistensi sehingga menyadarinya dan mampu
menanganinya.
2. Konseling Berpusat Pribadi
Pendekatan konseling ini didirikan dan dikembangkan oleh Carl
Ransom Rogers pada tahun 1940-an. Empat periode perkembangan
person-centered counseling (konseling berpusat pribadi), yaitu periode
pertama: tahun 1940-an. Pada periode ini pendekatan ini bernama
konseling nondirektif: alternatif bagi pendekatan direktif dan interpretif.
Pendekatan ini lebih menekankan penciptaan suasana permisif dan
nondirektif dalam proses konseling. Periode kedua: Tahun 1950-an,
pendekatan ini bernama Client-Centered Therapy yang Merefleksikan
penekanan pada konseli daripada metode nondirektif. Pada periode ini,
Rogers menekankan perubahan dari klarifikasi/refleksi perasaan ke
penekanan pada dunia fenomenologi konseli. Periode Ketiga: 1950-an s.d
1970-an, pendekatan ini menekankan pada kondisi-kondisi konseling
yang diperlukan dan mencukupi bagi perubahan konseli. Periode
keempat: 1980-an dan 1990-an merupakan pengembangan pendekatan ini
secara meluas dalam bidang pendidikan, industri, kelompok, resolusi
konflik, dan pencarian perdamaian dunia. Pendekatan ini memiliki
pengaruh/aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan.
Maka pendekatan ini menjadi Person-Centered Approach.
Pendekatan KBP lebih menekankan pentingnya sikap dan filosofi
konselor daripada penggunaan teknik-teknik dalam proses konseling.
Dalam proses konseling, 10 konselor mendengarkan secara aktif
ungkapan konseli baik yang tersurat maupun yang tersirat melalui
pemantulan perasaan dan klarifikasi ungkapan tersebut, hadir bersama
konseli dalam proses konseling, dan memusatkan pada pengalaman
menit-ke-menit konseli. Konselor tidak menggunakan teknik probing, tes
diagnostik, interpretasi, dan nasihat dalam pelayanan konseling.
3. Konseling Behavior
Konseling behavior dikembangkan sejak 1950-an dan 1960-an.
Konseling tersebut merupakan pemisahan yang radikal dari psikoanalisis
yang berlaku saat itu. Disamping itu, konseling ini banyak beda dari
konseling lain karena penggunaan pembiasaan klasik dan pembiasaan
operan terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah.
Konseling behavior saat ini dapat dipahami dengan memperhatikan
empat bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant
conditioning, social learning theory, dan cognitive behavior counseling.
Ada banyak teknik konseling yang telah berkembang pada
konseling behavior. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
Desensitisasi sistematis, Teknik relaksasi, Teknik Flooding,
Reinforcement technique, Modeling, Assertive training, Self-
management, Behavioral rehearsal, Kontrak, dan Pekerjaan Rumah.
4. Konseling Rasional Emotif Behavior
Pendekatan ini dikembangkan Albert Ellis tahun 1955 dengan
nama Rational Therapy karena ketidakpuasan Ellis terhadap efektivitas
psikoanalisis. Awalnya Ellis mengembangkan pendekatannya dengan
mengabungkan konseling humanistik, filosofis, dan behavior. Pada tahun
1961, Ellis mengubah nama pendekatannya menjadi Rational Emotive
Therapy (RET) dan tahun 1993 mengubah nama RET menjadi Rational
Emotive Behavior Therapy (REBT). Pendekatan ini banyak dipengaruhi
oleh filsafat Yunani kuno, terutama filosof Stoic, khususnya Epictetus
yang menyatakan “Manusia terganggu bukan oleh peristiwa yang
dihadapi, melainkan oleh pandangan yang dimiliki berkaitan dengan
peristiwa tersebut.” Di samping itu, pendekatan tersebut dipengaruhi oleh
Adler yang berpandangan bahwa reaksi emosi dan gaya hidup manusia
berkaitan dengan keyakinan dasar karena itu bersifat kognitif.
Teknik-teknik konseling rasional emotif behavior dapat
dikelompokkan ke dalam teknik-teknik kognitif, teknik-teknik
behavioristik, dan teknik-teknik emotif.
5. Konseling Realitas
Pendekatan konseling realitas dikembangkan terutama oleh
William Glasser dengan nama Reality Therapy (terapi realitas) sejak
tahun 1950-an dan 60-an (Glasser, 1984a, Nelson-Jones, 2001).
Ancangan ini berkembang karena ketidakpuasan Glasser terhadap
pelaksanaan praktik ancangan tradisional yang berlaku saat itu, terutama
ancangan Psikoanalisis. Berdasarkan pengalaman praktik dengan para
konselinya, Glasser menemukan bahwa ancangan Psikoanalisis kurang
efisien dan kurang efektif dalam membantu konseli mencapai peubahan
yang diinginkan. Karena itulah ia mengembangkan ancangan baru yang
lebih efektif dan efisien dalam membantu konseli mengubah perilakunya
sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara bertanggung
jawab.
Konselor yang berorientasi Konseling Realitas cenderung eklektik
dalam menggunakan teknik-teknik konseling. Namun, ada beberapa
teknik yang acapkali digunakan konselor tersebut untuk membantu
konseli dalam proses konseling. Teknik-teknik tersebut adalah (1)
melakukan permainan peran dengan konseli, (2) menggunakan humor,
(3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan, (4) tidak menerima alasan-alasan
tingkah laku yang tidak bertanggung jawab, (5) berperan sebagai model
dan guru, (6) menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan
konseling, (7) melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup
yang lebih efektif, (8) mengkonfrontasikan tingkah laku konseli yang
tidak realistis, (9) memberikan pekerjaan rumah untuk dilaksanakan
konseli pada waktu antara pertemuan satu dengan lainnya, (10), meminta
konseli membaca artikel/bacaan tertentu yang relevan dengan masalah
yang dihadapinya, (11) membuat kesepakatan sebagai kontrak antara
konselor dan konseli, (12) memberikan tekanan tentang pentingnya
tanggung jawab konseli dalam membuat pilihan perilakunya dalam
mencapai keinginannya, (13) debat konstruktif, (14) dukungan terhadap
pelaksanaan rencana konseli, dan (15) pengungkapan diri konselor dalam
proses konseling.
6. Konseling Ringkas Berfokus Solusi
Konseling ringkas berfokus solusi (KRBS) berasal dari Solution-
focused brief counseling (SFBC) yang merupakan salah satu model
konseling postmodern yang paling penting. Model ini didirikan dan
dikembangkan terutama oleh Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg sejak
dekade 1980-an di Brief Family Therapy Center di Milwaukee Wisconsin
Amerika. Dalam perkembangannya, SFBC dipengaruhi model-model
pemberian bantuan yang telah berkembang saat itu, diantaranya brief
therapy yang dikembangkan Milton Erickson, model perilaku, model
kognitif-perilaku, dan sistem family therapy.
Terdapat berbagai teknik yang digunakan konselor berfokus solusi.
Beberapa teknik yang pada umumnya digunakan adalah : (1) Exception-
finding questions (Pertanyaan penemuan pengecualian), (2) Miracle
questions (Pertanyaan keajaiban), (3) Scaling questions (Pertanyaan
berskala), (4) Compliments (Penghargaan/Pujian), (5) Presession change
question (Pertanyaan perubahan prapertemuan), (6) Formula first session
task (Formula tugas pertemuan pertama), (7) dan Pemberian balikan.
7. Konseling Trait & Factor
Ancangan Konseling Trait & Factor merupakan ancangan
konseling yang dikembangkan E. G. Williamson sejak tahun 1930-an.
Ancangan konseling tersebut juga dinamakan Ancangan Konseling
Direktif (Directive Counseling). Dalam perkembangannya, ancangan
konseling ini dapat dilacak pada Frank Parsons yang mendirikan Biro
Vokasional Boston. Disamping itu, ancangan tersebut berasal dari upaya-
upaya pemberian bantuan dalam pembuatan keputusan
pekerjaan/vokasional. Kemudian berkembang menjadi ancangan
konseling pendidikan baik untuk mahasiswa di tingkat universitas
maupun untuk para siswa di sekolah menengah. Namun demikian, pada
perkembangan selanjutnya ancangan Konseling Trait & Factor meliputi
berbagai bidang topik konseling mulai dari konflik keluarga, masalah-
masalah yang berkaitan dengan finansial hingga pada masalah-masalah
yang berhubungan dengan peningkatan motivasi dan disiplin.
Pemahaman Ancangan Konseling Trait & Factor ini secara tuntas
tentu memerlukan waktu yang tidak sedikit. Bahan Diklat tersebut hanya
dimaksudkan sebagai rangsangan dan penyegaran pengetahun peserta
Diklat tentang ancangan Konseling Trait & Factor. Untuk itu, secara
berturut-turut akan dikemukakan secara singkat tentang pandangan dasar
menganai hakikat manusia, hakikat konseling, dan proses dan teknik
konseling.
Dalam penggunaan teknik-teknik konseling, Konseling Trait &
Factor sangat luwes dan eklektik. Hal ini disebabkan oleh keunikan
konseli yang dibantu dalam proses konseling. Oleh karena itu, konselor
menggunakan teknik-teknik konseling sesuai dengan karakteristik
konseli dan masalah yang dihadapinya. Teknik-teknik konseling yang
dikemukakan Williamson adalah (1) Penciptaan hubungan baik
(establishing rapport) Penciptaan hubungan baik perlu dilaksanakan
konselor agar konseli merasa aman, nyaman, segera terlibat dalam
hubungan konseling. (2) Penumbuhan pemahaman diri konseli
(cultiviting self-understanding) Konselor hendaknya membantu konseli
memahami dirinya yang terdiri atas kelemahan dan kelebihannya serta
membantu konseli tersebut untuk mau menggunakan kelebihannya dan
mengatasi kelemahannya. (3) Pemberian nasihat atau bantuan
perencanaan program kegiatan (advising or planning program of action).

PENUTUP

Myrick dalam Muro & Kotman, yang diperjelas kembali oleh Sunaryo
Kartadinata dan Ahman, mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan
sebagai pendekatan dalam bimbingan yang dilaksanakan di SD/MI, yaitu :
Pendekatan krisis, Pendekatan remedial, Pendekatan Preventif, dan Pendekatan
perkembangan.

Terdapat berbagai pendekatan konseling yang dapat digunakan konselor


dalam memberikan layanan konseling individual dan kelompok terhadap siswa
SD/MI. Pendekatan tersebut antara lain psikoanalisis, konseling berpusat pribadi,
konseling behavior, konseling rasional-emotif behavior, konseling realitas, dan
konseling ringkas berfokus solusi, dan konseling trait & factor.

Sebagai Seorang guru atau Konselor Kita harus dapat mengetahui dan
mempelajari pendekatan-pendekatan dalam melakukan konseling, dari begitu
banyaknya pendekatan yang ada, seorang konselor harus dapat menggunakan
pendekatan yang tepat dalam mengatasi karakteristik dan juga perkembangan
pada peserta didik yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Mu’awanah, Elfi dan Hidayah, Rifa. (2009). Bimbingan Konseling Islami di


Seolah Dasar. Jakarta : PT Bumi Askara.

Mukhlishah, (2013). Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Fakultas Tarbiyah dan


Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ramli, M Dkk. (2017). Esensi Bimbingan Dan Konseling Pada Satuan Jalur,
Jenis, Dan Jenjang Pendidikan. Jakarta : Direktorat Jenderal Guru Dan
Tenaga Kependidikan.

Suryana, Asep dan Suryadi. (2009). Modul Bimbingan Dan Konseling. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Anda mungkin juga menyukai