Anda di halaman 1dari 5

Model Implementasi Paragraf dalam Menyusun Kutipan_KTI

Model kutipan ini dikutip dari:


Sugiri.2020. Bahasa Indonesia Keilmuan. Kediri:Fam Publishing.

Keterangan Warna:
Pendapat penulis : hijau
Pendapat ahli : kuning, biru, ungu

1. Menyusun Kutipan dengan Kolaborasi


Mengutip dengan teknik kolaborasi dapat dilakukan dengan mengambil beberapa sumber
yang berkaitan dan saling mendukung. Hal itu dilakukan dengan tujuan memperkuat
gagasan penulis atau menjadikan sumber rujukan sebagai landasan teori.

Contoh 1.1 pengembangan teknik kolaborasi dengan kata kunci sbb.

Gagasan penulis ...................................................................................................................


Hal itu sejalan dengan pendapat A (2017) ...........................................................................
B (2018) juga berpendapat.............................. ........................... ........................................
Hal itu pernah ditegaskan oleh C(2018)......... ........................... ..........................................

Contoh realisasi paragraf 1.1

Koherensi akan tercipta bila unsur-unsur kata atau kelompok kata


digunakan secara tepat. Ketepatan penggunaan unsur-unsur kata atau
kelompok kata akan tampak dalam penggunaan bentuk kalimat. Ini berarti
penempatan bagian-bagian kalimat harus sesuai dengan kaidah bahasa yang
dipakai. Dengan kata lain, koherensi lebih ditekankan pada segi struktur atau
interelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat. Bisa
saja terjadi sebuah kalimat dapat mengandung sebuah kesatuan ide, namun
koherensinya kurang baik.
Hal koherensi di atas sejalan dengan pendapat Evans dalam
Haggblade (1982:34) bahwa secara umum koherensi berari urutan ide yang
logis dan konsisten sehingga maksud yang dituangkan dalam tulisan mudah
dimengerti. Semi (1990:60) juga berpendapat bahwa dalam kalimat koherensi
menunjuk pada pertautan makna. Koherensi akan tercipta bila kata-kata,
frase-frase, atau klausa-klausa ditempatkan dalam urutan yang menghasilkan
kejelasan makna. Pendapat tersebut pernah ditegaskan oleh Keraf (2001:38)
yang mengemukakan bahwa koherensi atau kepaduan yang baik adalah
hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau
kelompok kata) yang membentuk kalimat itu.
Contoh 1.2 pengembangan teknik kolaborasi dengan kata kunci sbb.

Menurut A (2017) ...................................................................................... ....................


..................................................... ............... ............... ............... ............... ...................
Sementara itu, B (2018) juga berpendapat ..................................................................
...................................................................... ..................................................................
................ .............................. .........................................................................................
Demikian pula dengan C (2018) yang menyatakan bahwa .............................................
.................... ................ .............................. ........................... .............................. ..........
Simpulan/ gagasan penulis terhadap pendapat A, B, dan C ............................................
.................................. ............... ............... ............... ............... ............... .......................
.................................. ............... ............... ............... ............... ............... .......................

Contoh realisasi paragrap 1.2a

Pengertian yang lebih luas mengenai batasan surat resmi dikemukakan


oleh (Bratawidjaya, 1995:6; Sabariyanto, 1999:37; Finoza, 2001:11) yang
mengemukakan bahwa surat resmi adalah surat yang isinya bersifat resmi,
menggunakan bahasa resmi, dan format tertentu. Surat resmi dapat dibuat
oleh perseorangan, instansi pemerintah, perusahan, atau organisasi sosial.
Pendapat yang dikemukakan Bratawijaya, Sabariyanto, dan Finoza
tersebut menegaskan bahwa sebenarnya surat resmi bukan hanya surat yang
dibuat oleh instansi pemerintah. Akan tetapi, surat-surat lain misalnya surat
pribadi yang isinya bersifat resmi, surat niaga, dan surat sosial dapat
dikategorikan sebagai surat resmi. Jadi, keempat surat itu dapat disebut
sebagai surat resmi asalkan isinya bersifat resmi. Selain isi, bahasa yang
digunakan harus berbahasa resmi dan menggunakan format tertentu.
Berdasarkan beberapa batasan di atas dapat disimpulkan bahwa surat
resmi adalah surat yang berisi hal-hal yang bersifat resmi. Surat resmi dibuat
menurut bentuk dan ketentuan tertentu. Bahasa resmi merupakan bahasa
yang digunakan dalam surat resmi. Surat yang termasuk dalam surat resmi,
yaitu surat pribadi yang isinya bersifat resmi, surat dinas, surat bisnis, dan
surat sosial.

Contoh realisasi paragrap 1.2b

Agar kesatuan ide terbentuk, penulis surat harus menggabungkan ide-


ide yang berhubungan dan mengurutkannya secara logis (White, 1986:260).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabariyanto (1999:22) mengemukakan
bahwa penulis surat tidak boleh berpindah dari satu ide ke ide lain, sebelum
ide pertama tuntas. Bila hal itu sampai terjadi, kalimat yang tersusun tidak
mengandung kesatuan ide, akan mengakibatkan pikiran penulis terasa
meloncat-loncat karena ide yang satu belum tercurahkan secara tuntas,
penulis sudah berkeinginan mencurahkan ide yang lain. Akibatnya, kalimat
yang tersusun menjadi tidak efektif. Bila hal itu terjadi, pembaca surat akan
mengalami kesukaran dalam memahami pesan yang disampaikan dalam
surat. Rusaknya kesatuan ide kalimat karena adanya gabungan ide yang
tidak logis.
2. Menyusun Kutipan dengan Komparasi
Menyusun kutipan dengan teknik komparasi berarti membandingkan dua atau lebih
pendapat yang bertentangan. Hal itu dapat dilakukan jika bertujuan untuk menguatkan
sebuah gagasan yang kontroversial, tetapi penulis memiliki argumen tersendiri untuk
keberpihakan.

Contoh 2.1 pengembangan teknik komparasi dengan kata kunci sbb.

Gagasan penulis ................................................................................................................


............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ...........................
A (2017) berpendapat bahwa ...... .............. .............. .............. .............. .......................
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ...........................
Hal itu bertentangan dengan B (2018) yang menyatakan bahwa .. .............. ..................
.............. .............. .............. .............. .............. .............. .............. .............. .............. ....
Akan tetapi, ............... ............... ............... ............... (gagasan penulis tentang
keberpihakan disertai argumen dan data).

Contoh realisasi paragrap 2.1

Bentukan ‘pergi-pulang’ lebih berterima daripada ‘pulang-pergi’. Sugiri


(2020:85) berpendapat bahwa ketika bertutur lisan/tulis perlu diperhatikan
beberapa aspek, yakni: menggunakan nalar, rasio, logika, dan argumen.
Hendaknya pembicara/ penulis menyampaikan gagasannya secara runut dan
sesuai dengan nalar/logika. Jika bentukan yang dinyatakan itu kacau
susunannya, itu membuktikan bahwa pikiran yang diwujudkan dalam bahasa
itu pun kacau. Hal itu bertentangan dengan Andarwulan (2019:52) yang
menyatakan bahwa komposisi/ pemajemukan/ penggabungan kata ‘pergi-
pulang’ merupakan bentukan tidak standar dengan alasan bahwa penggunaan
bahasa berkait erat dengan kelaziman ketika digunakan dalam masyarakat. Di
masyarakat, kata yang lazim digunakan adalah ‘pulang-pergi’. Akan tetapi,
sebagai perbandingan, bukankah bentuk ‘salin-tempel’ lebih berterima daripada
‘tempel-salin’?. Jadi, hendaknya menggunakan ‘pergi-pulang’, dengan logika
bahwa ‘pergi’ dilakukan terlebih dahulu daripada ‘pulang’.

3. Menyusun Kutipan dengan Intepretasi


Menyusun kutipan dengan teknik intepretasi dapat dilakukan untuk mengkritik,
menguraikan, atau membahas sebuah gagasan untuk diperkuat. Setelah itu, simpulan
penulis dapat dibuat untuk menguatkan pendapat. Penyusunan dengan teknik ini dapat
dilakukan untuk menguatkan gagasan.
Contoh 3.1 pengembangan teknik intepretasi dengan kata kunci sbb.

Menurut pendapat A (2018) ............................................................................................


............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ...........................
Menurut.........................................(uraian,
Hal itu merupakan Andarwulan (2019:52) bahwa komposisi/
kritik, atau analisis pemajemukan/
penulis)..........
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ...........................
Simpulan penulis ............... ............... ............... ............... ............... ............... ..............
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ..........................

Contoh realisasi paragrap 3.1

Penggabungan kata ‘pergi-pulang’ merupakan bentukan tidak standar


dengan alasan bahwa penggunaan bahasa berkait erat dengan kelazimannya
digunakan dalam masyarakat. Di masyarakat, kata yang lazim digunakan adalah
‘pulang-pergi’. Hal itu merupakan pendapat yang belum dapat dijadikan
pedoman pembakuan penggabungan kata. Aspek kelaziman dalam pembakuan
memang perlu diperhatikan. Namun, aspek logika bahasa juga penting untuk
diperhatikan. Aspek kelaziman dan logika, keduanya penting menjadi dasar
pembakuan, tetapi logika bahasa lebih diutamakan. Sebagai perbandingan,
bukankah bentuk ‘salin-tempel’ lebik berterima daripada ‘tempel-salin’?. Jadi,
hendaknya menggunakan ‘pergi-pulang’, dengan logika bahwa ‘pergi’ dilakukan
terlebih dahulu daripada ‘pulang’.

4. Menyusun Kutipan dengan Justifikasi


Menyusun kutipan dengan justifikasi dapat dilakukan dengan memberikan penilaian
terhadap sebuah pandangan dari rujukan. Hal itu dapat dilakukan jika penulis ingin
menjadikannya sebagai landasan teori atau cara pandang.

Contoh 4.1 pengembangan teknik intepretasi dengan kata kunci sbb.

A (2018) berpendapat bahwa............... ............... ............... ............... ............... ......


............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ......................
Berdasarkan hasil observasi, data di lapangan menunjukkan bahwa ........................
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... .....................
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... .....
Sementara itu, data dari B (2019) ............... ............... ............... ............... ...............
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ......
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... .....................
(Maka) dapat disimpulkan bahwa pandangan/pendapat A merupakan ...................
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ......................
............... ............... ............... ............... ............... ............... ............... ......................
Contoh realisasi paragrap 4.1

Andarwulan (2019:52) berrpendapat bahwa komposisi/ pemajemukan/


penggabungan kata ‘pergi-pulang’ merupakan bentukan tidak standar dengan
alasan bahwa penggunaan bahasa berkait erat dengan kelaziman ketika
digunakan dalam masyarakat. Di masyarakat, kata yang lazim digunakan
adalah ‘pulang-pergi’. Berdasarkan hasil observasi penggunaan bahasa
akademik menunjukkan bahwa penggunaan bentukan tidak hanya
memerhatikan aspek kelaziman tetapi juga aspek logika bahasa. Sementara itu,
Sugiri (2020:85) menyatakan bahwa ketika bertutur lisan/tulis perlu
diperhatikan beberapa aspek, yakni: menggunakan nalar, rasio, logika, dan
argumen. Hendaknya pembicara/penulis menyampaikan gagasannya secara
runut dan sesuai dengan nalar/logika. Jika bentukan yang dinyatakan itu kacau
susunannya, itu membuktikan bahwa pikiran yang diwujudkan dalam bahasa
itu pun kacau. Dapat disimpulkan bahwa bentukan ‘pergi-pulang’, lebih
berterima daripada ‘pulang-pergi’.

Anda mungkin juga menyukai