Anda di halaman 1dari 41

PENELITIAN TINDAKAN LAYANAN

PENERAPAN TEKNIK HOMEWORK UNTUK MENGATASI


KEMALASAN BELAJAR SISWA DALAM LAYANAN KONSELING
INDIVIDUAL DI SMP ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI

DI SUSUN OLEH:

NAMA : PUSPA RACHMAN


NIM : A1E118015
KELAS : R-002

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Akmal Sutja, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
PENELITIAN TINDAKAN LAYANAN (PTL)

Judul Penelitian Tindakan Layanan (PTL)

PENERAPAN TEKNIK HOMEWORK UNTUK MENGATASI KEMALASAN


BELAJAR SISWA DALAM LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI SMP ISLAM
AL-FALAH KOTA JAMBI

Oleh :
PUSPA RACHMAN
Nim : A1E118015
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Penelitian tindakan layanan ini telah disetujui oleh dosen pengampu mata kuliah untuk
dilaksanakan disekolah dan dilakukan penelitian.

Jambi, Juni 2021

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr. Akmal Sutja, M.Pd

NIP. 19591231 198403 1 011

ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENELIIAN TINDAKAN LAYANAN (PTL)
DI SMP ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI

Nama : PUSPA RACHMAN

Nim : A1E118015

Judul : PENERAPAN TEKNIK HOMEWORK UNTUK


MENGATASI KEMALASAN BELAJAR SISWA
DALAM LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI
SMP ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI.
.

Telah dilaksanakan sesungguhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Jambi, Juni 2021


Dosen Pengampu Mata Kuliah Peneliti

Dr. Akmal Sutja,M.Pd PUSPA RACHMAN


NIP.195912311984031011 NIM: A1E118015

iii
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati mengucap Alhamdulillah dan penuh rasa syukur
kepada Allah SWT atas segala nikmat dan kekuatan yang telah diberikan kepada peneliti
untuk menyelesaikan penelitaian ini, sehingga dengan rahmat-nya karya ini dapat
terselesaikan. Penelitian ini peneliti persembahkan sebagai tanda cinta kasih, tanggung
jawab dan hormat tak terhingga kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayah dan Ibu apa yang saya dapatkan hari ini, belum
mampu membayar semua kebaikan, keringat, dan juga air mata. Terimakasih atas
segala dukungan kalian, baik dalam bentuk materi maupun moril.
2. Sahabat terimakasih atas kesabarannya mendengarkan keluh kesah dan
sumbangsih pemikirannya. Semoga kita selalu dalam lindungan dan ridho-Nya.
Kupersembahkan karya ini.
3. Almamater Tercinta Jurusan Bimbingan dan konseling Fakultas keguruan dan
Ilmu pendidikan Universitas Jambi .

iv
PENERAPAN TEKNIK HOMEWORK UNTUK MENGATASI KEMALASAN
BELAJAR SISWA DALAM LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI SMP ISLAM
AL-FALAH KOTA JAMBI

Peneliti : PUSPA RACHMAN


Dosen pembimbing : Dr. Akmal Sutja, M.Pd

Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi Jalan Arif Rahman Hakim
Email : pusparachman18@gmail.com

ABSTRAK
Fenomena yang sangat marak terjadi saat ini adalah kemalasan belajar siswa yang semakin
besar. Teknik homework merupakan teknik yang dalam pelaksanaannya, klien diberi tugas rumah
untuk berlatih membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang merupakan
pola perilaku tertentu yang diharapkan. Malas artinya tidak mau bekerja atau mengerjakan
sesuatu, orang yang lebih senang mengemis dari pada bekerja, segan, tidak suka, tidak bernafsu.
Malas memiliki arti tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu dan kemalasan memiliki arti sifat
(keadaan) malas. Kemalasan dalam belajar berarti peserta didik tidak mau mengikuti pelajaran.
Kemalasan ini ditimbulkan dari beberapa aspek diantaranya guru atau pengajar, peserta didik itu
sendiri, lingkungan bermain atau keluarga. Zaques (2008: 36) menyatakan rasa malas diartikan
sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia
lakukan. Teknik home work assigment dapat digunakan sebagai self-help work. Terdapat
beberapa aktivitas yang dapat digunakan dalam homework assigment yaitu: membaca, menulis,
mendengarkan, mengimajinasikan, berpikir, relaksasi dan distraction, serta aktivitas. Tujuan dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan layanan konseling individual yang dapat
mengatasi kemalasan belajar siswa. Dan untuk mengetahui proses teknik homework yang dapat
mengatasi kemalasan belajar siswa. Adapun tahapan tekhnik homework ini yaitu: 1) Secara
singkat mendeskripsikan rasional dan ringkasan proses pelaksanaan teknik homework
assignment, 2) Mengemukakan instruksi-instruksi tentang teknik homework assignment, 3)
Memberikan pandangan tentang apa yang tercakup dalam teknik homework assignment. 4)
Menggunakan penjelasan untuk menentukan masalah khusus terkait penggunaan teknik homework
assignment. 5) Melatih klien tentang cara melakukan ketrampilan teknik homework assignment
yang dibutuhkan, jawaban secara sukarela, dan juga inisiatif untuk mencoba latihan. 6) Meminta
klien untuk membaca biografi singkat dari tokoh-tokoh yang menginspirasi (Dahlan Iskan, Chairil
Tanjung, dan Sudi Artawan) dan melatih keterampilan yang dibutuhkan terkait masalah sebagai
pekerjaan rumah. 7) Meminta klien menceritakan gambaran pelaksanaan pekerjaan rumah yang
telah ia laksanakan, sebagai upaya dalam mendiskusikannya. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah observasi dimana peneliti masuk menjadi bagian dari layanan itu, tidak
memperlihatkan diri sebagai pengamat tetapi melaksanakan layanan sekaligus juga mengamati
proses layanan itu layaknya spionase. Pada siklus satu keberhasilannya yaitu hanya mencapai 50
%ini karena klien hanya bisa melakukan analisis konsep ABC karena baru saja dijelaskan akan
tetapi setelah itu mereka lupa lagi bagaimana mengaplikasikan teori ABC ke dalam permasalahan
mereka. Penelitian Tindakan Layanan ini dilakukan secara tatap muka pada ruang BK di smp
islam Al-falah kota Jambi. Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Juni tepatnya pada tanggal 2
Juni 2021. Pada siklus 1 tercapai sekitar 70% karena menggunakan tabel yang disedikan oleh
peneliti serta diarahkan.

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
Tindakan Layanan dengan judul “PENERAPAN TEKNIK HOMEWORK UNTUK
MENGATASI KEMALASAN BELAJAR SISWA DALAM LAYANAN KONSELING
INDIVIDUAL DI SMP ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI” ini dengan baik meskipun
mungkin ada kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Dr.
Akmal Sutja, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah membantu kelancaran
dalam Penelitian ini.

Saya berharap penelitian ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kebiasaan bangun siang tersebut. Semoga penelitian ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya penulisan laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jambi, 2 Juni 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................iii
PERSEMBAHAN...........................................................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................................................vii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Batasan Masalah..................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
D. Tujuan Penelitian................................................................................................................3
E. Manfaat Penelitian..............................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN.......................................................................................................4
A. Kajian Kemalasan...............................................................................................................4
B. Kajian Layanan Konseling.................................................................................................8
C. Kajian Teknik Homework................................................................................................16
D. Kaitan Penelitian dengan BK...........................................................................................18
E. Kerangka Konseptual........................................................................................................19
F. Hipotesis Tindakan............................................................................................................20
BAB III...........................................................................................................................................21
METODE PENELITIAN TINDAK LAYANAN........................................................................21
A. Setting PTL........................................................................................................................21
B. Subjek Penelitian (penetapan, jumlah, & karakteristik)................................................21
C. Instrumen Penelitian.........................................................................................................21
D. Prosedur Penelitian...........................................................................................................23
E. Jadwal Penelitian...............................................................................................................24
BAB IV...........................................................................................................................................25
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................................................25

vii
A. GAMBARAN UMUM.......................................................................................................25
B. HASIL SIKLUS.................................................................................................................26
C. PEMBAHASAN.................................................................................................................29
BAB V...........................................................................................................................................viii
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................................viii
A. Kesimpulan.......................................................................................................................viii
B. Saran.................................................................................................................................viii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................ix
LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................................................x

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
sempurna diantara makluk ciptaan yang lainnya. Manusia diberikan kemampuan
khusus yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian
manusia tetaplah mempuyai kekurangan yang memiliki keterbasatasan. Karena
keterbatasan tersebut maka sering kali manusia memerlukan bantuan orang lain baik
baik teman dekat, keluarga, masyarakat, maupun kebutuhan diri sendiri yang
berhubungan dengan pembelajaran.
Belajar merupakan hal pokok dan suatu keharusan bagi setiap individu. Jika
individu itu malas dalam belajar, maka akan tertinggal dan mengalami kesulitan
dalam mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat serta kesulitan dalam menerima dan menguasai materi pelajaran yang
disampaikan guru di sekolah.
Dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan yang disusun oleh TIM
Dosen IKIP Malang (1980:213) disebutkan bahwa hakekat pendidikan adalah upaya
memanusiakan manusia dan membudayakan manusia, sehingga mampu mencipta,
berkarya, dan membaik bagi kehidupan ekosentrisnya (kebulatan diri dan
lingkungannya). Pernyataan tersebut merupakan salah satu konsep pendidikan yang
menekankan betapa penting dan kuatnya peranan pendidikan dalam pembinaan
manusia, artinya pendidikan sebagai suatu kegiatan pembinaan sikap dan mental yang
akan menentukan tingkah laku seseorang.
Kemalasan tidak hanya pada orang dewasa bahkan sekarang remajapun sudah
mengalaminya, terutama pada hal akademik. Dan hal tersebut tidak hanya ada pada
satu mata pelajaran saja bahkan bisa lebih. Banyak faktor penyebab malas ini yang
pertama karena manusia sudah mengenal yang namanya teknologi terutama sosial
media. Tidak jarang di temui anak kecil saja sudah memahami cara penggunaan
media elektronik tersebut bahkan ada yang sampai berprilaku tidak sopan kepada
orang tuanya hanya karena di larang oleh orang tuanya untuk bermain sosial media.
Kemalasan dapat diatasi dengan berbagai penanganan, salah satunya dengan
dengan terbuka untuk menceritakan masalahnya kepada teman dekatnya, orangtua,

1
bisa dengan menemui konselor ataupun piskolog. Jika konselor menemui masalah
yang demikian dengan siswa, disinilah peran seorang konselor untuk mengentaskan
masalah yang dialami klien. Untuk mengentaskan masalah tersebut konselor bisa
menggunakana salah satu teknik Homework.

Anni dalam Indrayana (2017:19) menjelaskan bahwa Homework Assigment


merupakan teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, dan menginternalisasikan system nilai tertentu yang menuntut pola
tingkah laku yang diharapkan. Berdasarkan fenomena yang marak di masyarakat saat
ini terutama pada generasi muda era milenial ini yaitu kebiasaan berkata kasar maka
peneliti tertarik untuk mengurangi kebiasaan tersebut dengan memanfaatkan teknik
homework dalam layanan konseling individual, karna sebelumnya peneliti telah
melakukan konseling individual maka pada kesempatan ini peneliti menggunakan
teknik homework dalam layanan konseling individual.

Dasar peneliti memilih teknik tersebut adalah bahwa dengan tugas rumah yang
diberikan, diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan kemalasan belajar,
dengan mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-
aspek kognisi yang keliru, mengadakan Latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas
yang diberikan .

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka dalam penelitian ini akan
menggunakan konseling Rational Emotive Behaviour Therapy dengan teknik
Homework Assignment sebagai salah satu alternatif untuk memberi bantuan kepada
individu yang memiliki kebiasaan malas belajar. Dari uraian tersebut maka peneliti
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Teknik Homework Untuk
Mengatasi Kemalasan Belajar Siswa Dalam Layanan Konseling Individual Di
SMP Islam Al-falah Kota Jambi”.

B. Batasan Masalah
Dari penjelasan mengenai latar belakang diatas, peneliti membatasi masalah
dalam penelitian ini mengenai penerapan teknik homework untuk mengatasi
kemalasan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris melalui layanan
konseling individual.

2
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan Batasan masalah yang telah dijabarkan di atas
maka peneliti menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan layanan konseling individual yang dapat mengatasi


kemalasan belajar siswa pada seluruh mata pelajaran?

2. Bagaimana proses teknik homework yang dapat mengatasi kemalasan belajar


siswa pada seluruh mata pelajaran?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang sudah diuraikan diatas maka peneliti memaparkan


tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan layanan konseling individual yang dapat mengatasi


kemalasan belajar siswa.

2. Untuk mengetahui proses teknik homework yang dapat mengatasi kemalasan


belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta didik dapat menimbulkan kesadaran untuk mengatasi kemalasan


dalam belajar.

2. Bagi guru bimbingan dan konseling penelitian ini berguna untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai pemanfaatan teknik homework dalam
layanan konseling individual untuk membantu mengatasi kemalasan belajar siswa.

3. Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan
sebagai bekal untuk kedepannya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Kemalasan
1. Pengertian Kemalasan
Menurut KBBI malas artinya tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu,
orang yang lebih senang mengemis dari pada bekerja, segan, tidak suka, tidak
bernafsu. Malas memiliki arti tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu dan
kemalasan memiliki arti sifat (keadaan) malas. Kemalasan dalam belajar berarti
peserta didik tidak mau mengikuti pelajaran. Kemalasan ini ditimbulkan dari
beberapa aspek diantaranya guru atau pengajar, peserta didik itu sendiri,
lingkungan bermain atau keluarga. Zaques (2008: 36) menyatakan rasa malas
diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
atau sebaiknya dia lakukan.
Beberapa hal yang termasuk rasa malas diantaranya menolak tugas, tidak
disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari
kewajiban, dan lain-lain. Kemalasan berarti tidak mengerjakan sesuatu, kemalasan
merupakan penghalang utama dari semua aktivitas manusia individu atau peserta
didik dalam melaksanakan suatu pekerjaan harus bisa memelihara keseimbangan
dan semua inderanya. Sifat malas merupakan bagian dari bentuk-bentuk pikiran
yang menghalangi timbulnya pengetahuan dalam meningkatkan kualitas batin
manusia (Thursan, 2015: 43).
Kemalasan peserta didik adalah keengganan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan. Masuk dalam keluarga besar
rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka
menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, Kemalasan peserta didik
adalah sebuah bentukan, Artinya, perilaku itu bisa dibentuk kembali menjadi baik
atau tidak malas. Pembentukan kembali perilaku seseorang tadi sebetulnya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, bisa orang tua, teman, atau orang lain di
sekitarnya. jadi, dalam mengubah perilaku seseorang, yang paling mendasar adalah
mengubah persepsinya. Untuk itu, perlu mempelajari dan mengambil sistem nilai
yang bisa mengubah persepsinya atau memberikan sistem nilai lain yang baru
baginya (Khudori, 2015: 17).
Aziz (dalam Megayanti, 2016: 2849) menyatakan bahwa malas berbeda
dengan lamban. Anak lamban, masih memiliki kemauan untuk melakukan sesuatu

4
walaupun lama dalam prosesnya, sedangkan anak malas cenderung menunjukan
tidak adanya kemauan. Rasa malas dalam belajar dapat berupa tidak mengerjakan
pekerjaan rumah (PR), malas belajar pelajaran sekolah, menunda-nunda pekerjaan,
bahkan tidak mengikuti pembelajaran di kelas. Musbikin (2009: 9) menyatakan
bahwa malas belajar timbul dari beberapa sebab, yaitu faktor dari dalam diri
(intrinsik) dan faktor dari luar diri (ekstrinsik). Rasa malas yang timbul dalam diri
anak dapat disebabkan tidak adanya motivasi diri. Selain itu, kelelahan dalam
beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi
psikis.
Faktor dari luar diri anak (ekstrinsik) atau faktor eksternal, disebabkan karena
tidak adanya dukungan dari orangtua, faktor kemiskinan, lingkungan yang tidak
nyaman, dan fasilitas yang tidak mendukung. Perilaku itu bisa dibentuk kembali
menjadi baik atau tidak malas. Pembentukan kembali perilaku seseorang tadi
sebetulnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, bisa orang tua, teman,
atau orang lain di sekitarnya. Dalam mengubah perilaku seseorang, yang paling
mendasar adalah mengubah persepsinya. Untuk itu, perlu mempelajari dan
mengambil sistem nilai yang bisa mengubah persepsinya atau memberikan sistem
nilai lain yang baru baginya. Rasa malas dikaitkan dengan masalah belajar, maka
kemalasan belajar adalah suatu kondisi psikologis dimana anak tidak dapat belajar
secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan baik yang
dating dari diri sendiri maupun faktor luar sehingga menyebabkan kemalasan
dalam proses belajar.

2. Faktor- Faktor Penyebab Kemalasan Belajar


Penyebab kemalasan peserta didik itu ternyata bermacam-macam, baik
internal maupun eksternal. Aspek internalnya, yaitu tidak adanya kemauan atau
motivasi untuk sekolah dalam diri anak. Penyebab eksternalnya adalah selain
faktor ekonomi orang tuanya, lokasi rumah atau sekolah yang sangat jauh, tidak
terjangkau dan juga pengaruh lingkungan kehidupan di sekitarnya. Masih banyak
orang tua yang memiliki pola pikir bahwa pendidikan dianggap kurang penting,
sehingga tidak memperhatikan anaknya, kemudian setengah memaksa anaknya
membantu mencari nafkah, seperti di daerah pedalaman yang masyarakatnya hidup
menggarap lahan pertanian dan jauh dari jangkau fasilatas pendidikan, atau di
daerah kepulaun yang anak-anaknya terpaksa ikut melaut untuk bekerja. Ahmadi
5
(2013: 78-83) menjelaskan faktor-faktor penyebab kemalasan belajar sebagai
berikut:
a) Faktor Internal
1) Sebab yang bersifat fisik
Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya
sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah. Akibatnya
rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan
ke otak. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar,
sebab mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya
hilang, kurang semangat pikiran terganggu. Anak yang cacat tubuh
ringan misalnya kurang pendengaran kurang penglihatan, gangguan
psikomotor.
2) Kemalasan belajar karena psikologis
Belajar memerlukan kesiapan psikologis ketenangan dengan
baik. Faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, motivasi,
faktor kesehatan mental, tipe-tipe khusus seorang yang belajar.
b) Faktor Eksternal
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama, yang termasuk faktor ini meliputi cara mendidik anak,
hubungan orang tua dengan anak, yaitu bimbingan orang tua. Orang
tua adalah orang yang pertama dikenal oleh anak, yang memberikan
kesan pertama pada anak dan membimbing tingkah laku anak.
‘Ayuna (2017: 7) menyatakan bahwa orangtua adalah orangtua
dewasa yang turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
anak, yang termasuk dalam pengertian ini adalah ayah dan ibu,
kakek, nenek, paman, bibi, kakak, atau wali. Orangtua di dalam
keluarga adalah sosok pemimpin yang mengatur pola komunikasi
dan tingkah laku anggota keluarganya. Seorang anak biasanya
menjadi target utama dari orangtua untuk mendapatkan kasih
sayang yang penuh. Apalagi dalam upaya mendidik dan
membimbing anak untuk menjadi orang yang diinginkan oleh
orangtua. Hal ini dikarenakan sosok orangtua harus bisa menjadi
seorang teladan untuk dapat ditiru oleh anak.
6
2) Faktor Lingkungan
Suasana yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak dapat
belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya,
sehingga sukar untuk belajar. Demikian juga suasana yang selalu
tenang, selalu nyaman, maka akan membuat anak konsentrasi dalam
belajar.
3) Faktor Sekolah
Guru dapat menjadi penyebab kemalasan belajar anak apabila
guru dalam pengambilan metode tidak sesuai dan kurang menguasai
materi dan sulit dimengerti oleh muridnya. Sebagai seorang guru
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tentu sangat
memerlukan suatu strategi dan keterampilan pembelajaran agar
proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Untuk mencapai hal itu, tentu tidak mudah terlebih mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan berlangsung
di lapangan, sehingga memiliki tingkat kerumitan yang berbeda bila
dibandingkan dengan di kelas.
4) Faktor Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik misalnya bahan-bahannya yang
terlalu tinggi, pembagian bahan yang tidak seimbang dan waktu di
sekolah yang kurang disiplin. Kurikulum yang dimaksud tidak
terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan
meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan
peserta didik, seperti: gedung, alat pelajaran, perlengkapan, dan lain
sebagainya, yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan
belajar secara efektif. Dengan kata lain, suatu kurikulum akan
mampu berperan sebagai alat pendidikan jika sanggup merubah
dirinya dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
ada.

7
B. Kajian Layanan Konseling
1. Pengertian Layanan Konseling Individual

Menurut Maclaen dalam Sudarto (2016:11) konseling adalah suatu proses


yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu
oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang
pekerja yang professional, yaitu orang yang telah terlatih dan pengalaman
membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap jenis kesulitan
pribadi (Prayitno dan Erman Amti, dalam Sudarto 2016:11).

Konseling Individual atau disebut juga Konseling Perorangan (KP) merupakan


layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang
klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Dalam suasana tatap muka
dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor, membahas berbagai hal
tentang masalah yang dialami klien. Pembahasan tersebut bersifat mendalam
menyentuh hal-hal penting tentang diri klien (bahkan sangat penting yang boleh
jadi penyangkut rahasia pribadi klien). Bersifat meluas meliputi berbagai sisi yang
menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat spesifik menuju ke arah
pengentasan masalah. Layanan KP adalah jantung hatinya pelayanan konseling
secara menyeluruh. Prayitno (2012:105).

Menurut Holipah (2011) konseling individual adalah kunci semua kegiatan


bimbingan dan konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual
berarti akan mudah menjalankan proses konseling yang lain. Proses konseling
individu berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena pada konseling
individu konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dengan cara berinteraksi
selama jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk
menghasilkan peningkatanpeningkatan pada diri klien, baik cara berpikir,
berperasaan, sikap, dan perilaku.

Konseling individu merupakan “Bentuk layanan yang paling utama dalam


pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien”. Maka dengan demikian
konseling perorangan merupakan “jantung hati” (Winkel dalam Safrizal 2015:25).
Implikasi lain pengertian “jantung hati” adalah apabila seorang konselor telah
menguasai dengan baik apa, mengapa dan bagaimana pelayanan konseling itu
(memahami, menghayati dan menerapkan wawasan, pengetahuan dan

8
keterampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka diharapkan ia dapat
menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan lainnya tanpa mengalami banyak
kesulitan.

2. Tujuan Layanan Konseling Individual


Berdasarkan pendapat Gibson dan Mitchell dalam Safrizal (2015:27) ia
mengidentifikasi, “Empat tahapan proses konseling yakni membangun hubungan,
identifikasi masalah dan eksplorasi, perencanaan pemecahan masalah, aplikasi
solusi dan pengakhiran”.

Hal ini dapat disimpulkan ada sembilan tujuan dari konseling perorangan yakni:
1. Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses
tersebut (seperti perkembangan kehidupan sosial, pribadi, emosional,
kognitif, fisik dan sebagainya).
2. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari hasil-hasil
yang tidak diinginkan.
3. Tujuan peningkatan yakni klien dibantu oleh konselor untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan.
4. Tujuan perbaikan yakni klien dibantu mengatasi dan/atau menghilangkan
perkembangan yang tidak diinginkan.
5. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa
pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan
berbeda dan sebagainya.
6. Tujuan penguatan yakni membantu klien untuk menyadari apa yang
dilakukan, difikirkan dan dirasakan sudah baik.
7. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran
danketerampilan kognitif.
8. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk
hidup sehat.
9. Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial
yang baik, belajar mengontrol emosi, mengembangkan konsep diri positif dan
sebagainya.

9
Menurut Prayitno dalam Safrizal (2015:28) menyatakan bahwa tujuan umum
layanan konseling perorangan adalah pengentasan masalah klien dan hal ini
termasuk ke dalam fungsi pengentasan. Lebih lanjut Prayitno mengemukakan
“Tujuan khusus konseling ke dalam 5 hal yakni fungsi pemahaman, fungsi
pengentasan, fungsi pengembangan/pemeliharaan, fungsi pencegahan dan fungsi
advokasi”. Fungsi pemahaman akan diperoleh klien saat klien memahami seluk
beluk masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif serta positif dan
dinamis. Fungsi pengentasan mengarahkan klien kepada pengembangan persepsi,
sikap dan kegiatan demi terentaskannya masalah klien berdasarkan pemahaman
yang diperoleh klien. Fungsi pengembangan/pemeliharaan merupakan latar
belakang pemahaman dan pengentasan masalah klien. Fungsi pencegahan akan
mencegah menjalarnya masalah yang sedang dialami klien dan mencegah
masalah-masalah baru yang mungkin timbul. Sedangkan fungsi advokasi akan
menangani sasaran yang bersifat advokasi jika klien mengalami pelanggaran hak-
hak. Kelima fungsi konseling tersebut secara langsung mengarah kepada
dipenuhinya kualitas untuk perikehidupan sehari-hari yang efektif (effective daily
living).
Menurut Safrizal (2015:29) tujuan dari layanan konseling individu dibedakan
menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum layanan konseling individu adalah terentasnya masalah yang
dialami klien. Apabila masalah klien itu dicirikan sebagai:
a) Sesuatu yang tidak disukai adanya,
b) Suatu yang ingin dihilangkan
c) Sesuatu yang dapat menghambat atau menimbulkan kerugian
Maka upaya pengentasan masalah klien melalui konseling individu akan
mengurangi intensitas ketidaksukaan atas keberadaan sesuatu yang dimaksud
atau meniadakan keberadaan sesuatu yang dimaksud atau bisa jadi
mengurangi intensitas hambatan kerugian yang ditimbulkan oleh suatu yang
dimaksudkan itu. Dengan layanan konseling individu beban klien
diringankan, kemampuan klien ditingkatkan, potensi klien dikembangkan.
Tujuan umum layanan konseling individu adalah pengentasan masalah klien
dengan demikian, fungsi pengentasan sangat dominan dalam layanan ini.
10
2. Tujuan Khusus
Dalam kerangka tujuan umum itu, tujuan khusus layanan konseling
individu dapat dirinci dan secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi
konseling yang secara menyeluruh diembannya, antara lain:
a. Melalui layanan konseling individu klien memahami seluk-beluk
masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif, serta
positif dan dinamis (fungsi pemahaman).
b. Pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan
sikap serta kegiatan demi terentaskannya secara spesifik masalah
yang dialami klien itu (fungsi pengentasan). Pemahaman dan
pengentasan masalah merupakan fokus yang sangat khas, kongkrit
dan langsung ditangani dalam layanan konseling individu.
c. Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai unsur
positif yang ada pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman
dan pengentasan masalah klien dapat dicapai (fungsi pengembangan
atau pemeliharaan). Bahkan, secara tidak langsung, layanan konseling
individu sering kali menjadikan pengembangan atau pemeliharaan
potensi dan unsur-unsur positif klien sebagai fokus dan sasaran
layanan.
d. Pengembangan atau pemeliharan potensi dan unsur-unsur positif yang
ada pada diri klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah, akan
merupakan kekuatan bagi tercegah menjalarnya masalah yang
sekarang sedang dialami itu, serta (diharapkan) tercegah pula
masalah-masalah baru yang mungkin timbul (fungsi pencegahan).
Apabila masalah yang dialami klien menyangkut dilanggarnya hak-hak
klien sehingga klien teraniaya dalam kadar tertentu, layanan konseling
individu dapat menangani sasaran yang bersifat advokasi (fungsi
advokasi). Melalui layanan konseling individu klien memiliki kemampuan
untuk membela diri sendiri menghadapi keteraniayaan itu. Kelima sasaran
yang merupakan wujud dari keseluruhan fungsi konseling itu, secara
langsung mengarah kepada dipenuhinya kualitas untuk keperikehidupan
sehari-hari yang efektif (effective daily living).

11
3. Teknik Layanan Konseling Individual
Teknik umum konseling merupakan teknik konseling yang lazim digunakan
dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang
harus dikuasai oleh konselor. Tehnik konseling individu adalah “Tata cara
melakukan pengembangan proses layanan konseling yang dilakukan dengan upaya
proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan
lingkungan serta peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya".
(Moh Surya dalam Safrizal (2015:32).

Berdasarkan pendapat di atas bisa disimpulkan pengembangan proses layanan


konseling individu dilandasi oleh kemampuan dan tehnik-tehnik tertentu yang
harus dipahami oleh konselor. Konselor menggunakan berbagai teknik untuk
mengembangkan proses konseling individu yang efektif dalam mencapai tujuan
layanan. Teknik-teknik tersebut meliputi:

a. Kontak mata
b. Kontak psikologis
c. Ajakan untuk berbicara
d. Tiga M (mendengar dengan cermat, memahami secara tepat, merespon secara
tepat dan positif)
e. Keruntutan
f. Pertanyaan terbuka
g. Dorongan minimal
h. Refleksi (isi dan perasaan)
i. Penyimpulan
j. Penafsiran
k. Konfrontasi
l. Ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain
m. Peneguhan hasrat
n. “Penfrustrasian” klien
o. Strategi “tidak memaafkan klien”
p. Suasana diam
q. Transferensi dan kontra-transferensi
r. Teknik eksperiensial

12
s. Interprestasi pengalaman masa lampau
t. Asosiasi bebas
u. Sentuhan jasmaniah
v. Penilaian
w. Pelaporan
Penerapan teknik-teknik tersebut di atas dilakukan secara eklektik, dalam arti
tidak harus berurutan satu persatu yang satu mendahului yang lain, melainkan
terpilih dan terpadu mengacu kepada kebutuhan proses interaksi efektif sesuai
dengan objek yang direncanakan dan susana proses pembentukan yang
berkembang. Kontak psikologis dibina sejak awal-awal proses layanan yang di
dalamnya ada ajakan untuk berbicara, selanjutnya berkembanglah interaksi
intensif antara klien dan Konselor melalui pertanyaan terbuka, refleksi,
penyimpulan, penafsiran, yang kadang-kadang (sesuai dengan keperluan) diselingi
konfrontasi, ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain, dan peneguhan hasrat.
Kontak mata, tiga-m, keruntutan dan dorongan minimal selalu mewarnai dan
menyertai seluruh dinamika interaksi.

Teknik “menfrukstrasikan” dan strategi “tiada maaf” hanya digunakan secara


benar-benar terpilih untuk membangkitkan dan menyadarkan klien akan tantangan
yang harus ia hadapi serta meninggikan motivasi dan semangat dalam memasuki
dan menggapai kesempatan yang terbuka. Kedua teknik ini, dan juga teknik
konfrontasi, seringkali diikuti oleh “suansana diam”.

Teknik berkenaan dengan transferensi dan kontra-tranferensi dapat


dimunculkan dalam proses layanan dengan kontak psikolgis yang benar-benar
intens. Intensitas proses layanan dapat ditempuh lebih jauh melalui teknik-teknik
eksperimensial, analisis pengalaman masa lampau, dan asosiasi bebas. Teknik-
teknik yang disebut terakhir ini hanya dilakukan untuk keperluan pendalaman
yang khas sesuai dengan permasalahan klien. Untuk pendalaman yang
dimaksudkan itu dan untuk memberikan nuansa yang lebih bersifat afektif serta
sentuhan jasmaniah dapat dilakukan. Proses layanan konseling individu diakhiri
dengan kegiatan penilaian dan pelaporan. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap
kali sesi layanan konseling individu, khususnya untuk kegiatan penilaian segera.

13
1. Prosedur Pelaksanaan Konseling Individual

Secara umum menurut Sukardi, “Proses konseling terdiri dari tiga tahapan
yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja);
dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan)”.

a. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan
sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa
hal yang perlu dilakukan, diantaranya:

1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci


keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas
bimbingan dan konseling terutama azas kesukarelaan, keterbukaan,
kerahasiaan dan kegiatan.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah
terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus
dapat membantu memperjelas masalah klien.
3) Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau
menaksir kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin
dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan
menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.
4) Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan
klien, berisi:
a) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan
oleh klien dan konselor tidak berkebaratan.
b) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien.
c) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh
rangkaian kegiatan konseling.
b. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa
hal yang harus dilakukan, diantaranya:

14
1) Menjelajani dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan
masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru
terhadap masalah yang sedang dialaminya.
2) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama
klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
3) Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara. Hal ini bisa terjadi
jika:
a) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau wawancara
konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
b) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling
yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan
benar-benar peduli terhadap klien.
c) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah
dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor
maupun klien.
c. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

1) Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses


konseling.
2) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan
yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
3) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
4) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:

a) Menurunnya kecemasan klien


b) Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis
c) Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya
d) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang
jelas.
e) Skenario studi kasus konseling individu
5) Melakukan tahapan analisis akhir terhadap jalannya proses konseling
individu. Tahapan analisis ini dilaksanakan sebagai acuan pelaksanaan

15
kedepannya, dimana hambatan-hambatan tertentu dapat dijadikan subuah
objek baru dalam proses penerapan dan pelaksanaan konseling individu.

C. Kajian Teknik Homework


Pujosuwarno dalam Awaliyah (2014:50) menjelaskan bahwa dalam teknik
”homework assigment” ini klien diberi tugas-tugas rumah untuk berlatih
membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menentukan
pola tertentu yang diharapkan”. Dengan tugas rumah, diharapkan klien dapat
menghilangkan ide- ide atau perasaan-perasaan tertentu, mempraktikan respon-respon
tertentu, berkonfrontasi dengan self verbalitation yang mendahuluinya, mempelajari
bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek kognisinya yang keliru,
melakukan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Selanjutnya
tugas yang diberikan, dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka
dengan konselor. Tugas atau latihan yang diberikan kepada tiap klien berbeda, hal ini
didasarkan pada believe irrasional yang selama ini dipelihara oleh klien.
Teknik home work assigment dapat digunakan sebagai self-help work.
Terdapat beberapa aktivitas yang dapat digunakan dalam homework assigment yaitu:
membaca, menulis, mendengarkan, mengimajinasikan, berpikir, relaksasi dan
distraction, serta aktivitas (Gantina dalam Awaliyah 2014: 51).
Tujuan home work assigment menurut Gantina dalam Awaliyah (2014: 51)
adalah untuk membina dan mengembangkan sikap bertanggung jawab, percaya pada
diri sendiri serta kemampuan untuk mengevaluasi kemajuan dalam mempraktikan
ketrampilan yang baru atau perilaku baru dalam situasi kehidupan nyata.
Teknik homework asigment juga digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap bertanggung jawab, percaya pada diri sendiri serta kmampuan
untuk mengevaluasi kemajuan dalam mempraktikan ketrampilan yang baru atau
perilaku baru dalam situasi kehidupan nyata. Chatarina dalam Awaliyah (2014: 51)
menyatakan bahwa “dengan menggunakan teknik homework assignment, individu
didorong dan dimodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berfikir dengan cara rasional
dan logis ”. Dengan demikian, klien dapat berbuat sesuai sistem nilai yang
diharapkan baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Tahap-tahap teknik homework assignment dalam permasalahan yang dialami siswa
dapat dijelaskan sebagai berikut:

16
a. Secara singkat mendeskripsikan rasional dan ringkasan proses pelaksanaan
teknik homework assignment

b. Mengemukakan instruksi-instruksi tentang teknik homework assignment


c. Memberikan pandangan tentang apa yang tercakup dalam teknik homework
Assignment
d. Menggunakan penjelasan untuk menentukan masalah khusus terkait
penggunaan teknik homework assignment
e. Melatih klien tentang cara melakukan ketrampilan teknik homework
assignment yang dibutuhkan, jawaban secara sukarela, dan juga inisiatif untuk
mencoba latihan.
f. Meminta klien untuk membaca biografi singkat dari tokoh-tokoh yang
menginspirasi (Dahlan Iskan, Chairil Tanjung, dan Sudi Artawan) dan melatih
ketrampilan yang dibutuhkan terkait masalah sebagai pekerjaan rumah
g. Meminta klien menceritakan gambaran pelaksanaan pekerjaan rumah yang
telah ia laksanakan, sebagai upaya dalam mendiskusikannya.
Latihan atas pengarahan diri dalam bentuk pekerjaan rumah
(homework assignment) merupakan terapi yang paling penting untuk di
generalisasi. Jika seseorang dapat mempraktekkan atau menerapkan prosedur itu
diluar sesi konseling, kemungkinan penggunaan tingkah laku baru atau
pengentasan dalam situasi actual adalah benar-benar tinggi. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Kadzin dan Mascirellin (dalam Awaliyah 2014:53) bahwa
pekerjaan rumah mempertinggi unjuk kerja, kemungkinan karena klien
diinstruksikan untuk menggunakan tingkah laku yang diinginkan secara nyata
diantara sesi terapi. Pekerjaan rumah dapat mencakup keseluruhan klien
mengidentifikasikan beberapa situasi dalam kehidupan sehari-hari mereka, dimana
mereka dapat menggunakan respon-respon yang diinginkan itu. Dalam mengatur
tugas tugas pekerjaan rumah itu konselor dan klien hendaknya menetapkan
seberapa sering, seberapa lama, seberapa kali selama sehari, dan dimana praktek
itu akan dilakukan.
Menurut Winkel dalam Awaliyah (2014: 53), untuk melengkapi
diskusi tentang rangkaian keyakinan irasional yang harus diubah, konselor sering
memberikan pekerjaan rumah (homework assignment), seperti melakukan
sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya yang tidak masuk akal,

17
membayangkan reaksi perasaan yang wajar untuk melawan yang tidak wajar
(rational emotif imagery) dan mengisi format yang disebut rational self help form
yang telah diterbitkan oleh The Institute for Rational Emotif Therapy di New
York City.
Selain itu, menurut Jones dalam Awaliyah (2014:54) rational emotif
behavior therapy menggunakan teknik homework assignment untuk
mengembangkan ketrampilan disputing yaitu rekaman suara sesi-sesi, self help
forms (bentuk bantuan diri), reminder cards (kartu-kartu pengingat), referenting
(meminta klien melakukan analisis untung-rugi dari mengubah keyakinan
irasional), melatih rational emotif behavior therapy pada orang lain,
memvisualisasikan (klien diberitahu cara memvisualisasikan dirinya pada situsi
yang diikutinya), bibliografi (memberikan buku-buku untuk dibaca klien), self
help cassettes (klien menonton rekaman video terapis-terapis yang menangani
masalah klien).

D. Kaitan Penelitian dengan BK


1. Teknik Homework untuk Mengatasi Kemalasan Belajar.
Fenomena yang sangat marak terjadi saat ini adalah kemalasan belajar
siswa yang semakin besar. Teknik homework merupakan teknik yang dalam
pelaksanaannya, klien diberi tugas rumah untuk berlatih membiasakan diri
serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang merupakan pola perilaku
tertentu yang diharapkan. Dengan teknik home work assigment ini siswa
diharapkan dapat belajar untuk percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki
serta mampu mengatasi rasa malas dengan membiasakan dengan adanya tugas
yang di berikan.
Pendekatan rational emotif behaviour therapy memandang manusia
sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem perasaan
yang berkaitan dalam sistem psikis individu (Gantina, 2011: 202). Sehingga
keberfungsian individu secara psikologis ditentukan oleh pikiran, perasaan,
dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena satu aspek
mempengaruhi aspek lainnya.
Rational Emotive Behavior Therapy dilakukan dengan menggunakan
prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan

18
untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara
bersamasama oleh guru BK dan peserta didik.
Jadi dalam teknik ini nantinya subjek akan diberikan tugas rumah
untuk mengisi form ABC yang berhubungan dengan permasalahan emosi, rasa
malas atau kemarahan subjek, disana berisikan awal peristiwa yang membuat
subjek berfikir irrasional yang kemudian berdampak pada emosi dan prilaku
subjek yang menyebabkan kemalasan dalam belajar. Setelah subjek mengisi
kolom tersebut klien diajak untuk mendiskusikan table yang dibuat klien itu
satu persatu, yang menjadi perhatian konselor nantinya adalah kolom B dan C,
lalu peneliti mendebat kolom belief system (B) maupun Consecuen (C) yang
disusun klien. Disini konselor mendebat apa sebenarnya fikiran irrasional yang
menyebabkan dirinya malas dalam belajar, apabila subjek dapat menganalisis
pikirannya sehingga bisa membedakan antara yang rasional dan irrasional
maka teknik ini dapat menjadi self therapy dengan memberikan pengetahuan
D dan E dan lembaran homework ditambahkan kolom D dan E. melalui teknik
ini diharapkan subjek dapat mengatasi rasa malasnya dalam belajar.

2. Posisi penelitian dalam program BK di sekolah.


Hasil penelitian ini akan memberi masukan bagi program Bimbingan
dan Konseling untuk memahami bagaimana teknik Homework untuk
mengatasi kemalasan belajar siswa dalam layanan konseling individual. Guru
BK juga dapat memanfaatkan teknik homework dalam layanan konseling
individual.
E. Kerangka Konseptual
Bagan 1. 1

Kemalasan Belajar Layanan Konseling Individual

 Mengatasi kemalasan belajar dan belajar menjadi lebih bersemangat


Teknik Homework

19
Berdasarkan gambar kerangka konseptual diatas, peneliti mengharapkan
kemalasan belajar siswa dapat di atasi atau berkurang melalui penerapan teknik
homework di dalam layanan konseling individual.

F. Hipotesis Tindakan
Arikunto dalam Indrayana (2017:21) menyebutkan hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan pengertian hipotesis diatas,
maka hipotesis tindakan dalam PTL ini adalah kemalasan belajar pada individu dapat
di atasi atau minimal berkurang dengan melakukan layanan konseling individual
menggunakan teknik Homework dalam pendekatan Rasional Emotive Therapy
(RET).

20
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAK LAYANAN
A. Setting PTL
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Layanan (PTL). Menurut Sutja, dkk
(2017:140) menyatakan bahwa PTL adalah usaha penemuan perbaikan atau
pemantapan praktik layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan secara
sistematis, berdaur ulang (siklus) dan bersifat reflektif yang dilakukan oleh
praktisi BK secara mandiri atau kolaboratif dengan setting kelas, kelompok atau
individual.
Penelitian Tindakan Layanan ini dilakukan secara tatap muka pada ruang BK
di smp islam Al-falah kota Jambi. Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Juni
tepatnya pada tanggal 2 Juni 2021.
B. Subjek Penelitian (penetapan, jumlah, & karakteristik)
Menurut Sutja, dkk, (2017:148) subjek dalam PTL adalah pihak atau
sekelompok individu yang terlibat atau dikenai secara langsung oleh
tindakan/layanan, sama halnya dengan populasi dan sampel dalam penelitian
konvensional. Orang yang dikenakan PTL disebut dengan subjek. Yang menjadi
subjek penelitian dalam PTL ini adalah seorang perempuan berinisial AAJI yang
sudah malas dalam belajar.

C. Instrumen Penelitian
Untuk membantu pelaksanaan PTL ini peneliti memerlukan data akutrat yang
diperoleh dari instrument-instrumen yang mendukung. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrument berupa observasi partisipatif dan wawancara terbuka.
1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti terjun ke
dalam proses layanan dengan cara mengamati layanan tersebut secara
langsung, atau melihat dengan mata kepalanya. (Sutja, dkk, 2017:151). Dalam
penelitian ini menggunakan observasi partisipatif dimana peneliti terlibat
secara langsung di dalam layanan tersebut.
Menurut Sutja, dkk (2017:152) observasi partisipatif, dimana peneliti
masuk menjadi bagian dari layanan itu, tidak memperlihatkan diri sebagai
pengamat tetapi melaksanakan layanan sekaligus juga mengamati proses

21
layanan itu layaknya spionase. Dalam observasi partisipatif peneliti tidak
menggunakan alat apapun, instrument pengumpulan datanya adalah peneliti itu
sendiri (human instrument). Meskipun peneliti sebagai instrument, namun ia
tetap mengumpulkan data dari sudut pandang subjek (orang yang ditelitinya)
bukan menurut pandangan atau pendapatnya.
Observasi partisipatif sangat cocok dengan layanan konseling
individual karena memungkinkan peneliti untuk terlibat dalam layanan akan
tetapi tanpa memberi tahu subjek yang diteliti, karena dalam layanan konseling
individual tidak memungkinkan ada orang lain lagi yang berperan sebagai
peneliti karena akan membuat klien atau subjek yang diteliti menjadi kurang
nyaman dan tertutup.
2. Wawancara Terbuka
Menurut Sutja, dkk (2017:160) wawancara terbuka maksudnya adalah
melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui
sesuatu yang diketahui sumber, biasanya peneliti tidak mengatur urutan apa
yang harus ditanyakan terlebih dahulu, tetapi mengalir mengikuti jawaban
sumber. Peneliti hanya memiliki satu topik untuk ditanyakan secara lengkap.
Pertanyaan yang diajukan memungkinkan sumber memberikan
jawaban lebih dari satu. Contoh pertanyaan terbuka adalah: Apakah yang anda
senangi dari layanan Bimbingan Kelompok yang anda ikuti?. Sumber atau
subjek mungkin sekali menunjukkan yang dia senangi lebih dari satu, seperti
menyukai tema yang dibahas, dan juga suasana dinamikanya. Pertanyaan
berikutnya mengalir menelusuri jawaban itu. Karena pihak sekolah telah
membolehkan para siswa bersekolah tatap muka, maka observasi di lakukan
tatap muka tepatnya di ruang BK.

22
D. Prosedur Penelitian
Bagan 1.2
Siklus 1

Rencana

Refleksi Tindakan

Evaluasi

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan layanan atau PTL yang akan
dilaksanakan dalam 1 siklus dengan beberapa tahapan diantaranya sebagai
berikut:

Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan disusun serangkaian kegiatan
diantaranya:
1) Membuat prosedur pelaksanaan penelitian tindakan layanan.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Layanan.
3) Menyiapkan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data lapangan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti akan bertindak sebagai konselor
sekaligus sebagai observer. Beberapa tindakan yang dilakukan dalam
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1) Peneliti menetapkan siswa yang akan dijadikan subjek.
2) Peneliti menjelaskan prosedur layanan yang akan berlangsung.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
1) Peneliti atau konselor mengamati proses jalannya layanan konseling
individual Peneliti atau konselor mengamati sikap dan prilaku klien
atau subjek selama mengikuti layanan.
2) Peneliti melakukan penilaian terhadap hasil observasi.

23
3) Peneliti melakukan wawancara dengan klien yang telah mengikuti
kegiatan layanan.
d. Refleksi
1) Peneliti menganalisis data hasil observasi, wawancara, dan
perbandingan sikap sebelum dan sesudah dilakukan tindakan guna
mengetahui dampak dari pelaksanaan layanan konseling individual.
2) Peneliti mencari kekurangan dan membuat rancangan perbaikan guna
penyempurnaan tindakan yang sudah dilakukan di setiap siklus.
3) Peneliti melakukan tindakan ulang sekaligus memperbaiki kekurangan
yang terdapat pada siklus sebelumnya.
E. Jadwal Penelitian
Penelitian di laksanakan di Ruang BK SMP Islam Al-Falah kota Jambi pada
Hari Rabu, 2 Juni 2021.

24
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM
Kita semua telah mengetahui bahwa manusia perlu belajar kalau perlu
sampai ke negeri Cina. Tetapi kita juga sebagai manusia pasti pernah merasakan
yang namanya malas, apalagi menyangkut hal tidak di sukai, membosankan dan
menyebalkan. Hal ini tidak terlepas dari peserta didik, rasa malas kerap di rasakan
peserta didik pada era sekarang. Pembelajaran jika tidak menarik akan memancing
timbulnya rasa malas, terlalu sering memainkan sosial media juga kerap menjadi
penyebab rasa malas itu timbul.
Kebiasaan merasa malas ini perlu di atasi paling tidak di kurangi seminimnya
agar proses belajar mengajar tetap berjalan efektif dan peserta didik dapat
memahami materi pembelajaran dengan semangat dan mudah.
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi mata kuliah Penelitian Tindakan
Layanan . Merupakan model penelitian yang bertujuan untuk perbaikan pekerjaan,
dimana peneliti menganalisa sendiri praktik yang dilakukan dan kemudian
mencoba melakukan perbaikan secara berulang kali sampai menemukan cara atau
teknik terbaik. Tindakan tersebut bukan hanya sekedar penyelesaian masalah,
melainkan mengandung misi perubahan dan peningkatan dimana PTL berusaha
menemukan tindakan yang paling efektif, untuk digunakan pada pekerjaan mereka,
sehingga terjadi perbaikan secara terus menerus ( Sutja, A 2017:139).
Layanan yang diberikan merupakan layanan konseling individual dan
merupakan kesepakatan dengan konseli sehingga konseli merasa terbantu dan
mampu menemukan solusi terbaik untuk dirinya kedepannya, layanan tersebut
dilakukan secara tatap muka di ruang BK, tetapi tetap mematuhi protokol
kesehatan. Peneliti membantu remaja tersebut menggunakan teknik Homework
(pekerjaan rumah) untuk mengatasi kemalasan belajar dalam konseling individual.
Teknik ini merupakan teknik perbaikan kognitif dimana subjek dimodifikasi
aspek kognitifnya agar dapat berfikir secara rasional dan logis. Diharapkan dengan
teknik ini individu mampu berbuat sesuai dengan nilai yang diharapkan baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar.
Kegiatan konseling diawali dengan pembicaraan hangat dengan membahas
topik-topik netral sebelum memasuki proses konseling, kemudian peneliti dan

25
konseli membangun kesepakatan atau membangun kontrak penelitian setelah itu
konselor atau peneliti menjelaskan bagaimana pelaksanaan konseling yang akan
berjalan nantinya, bagaimana prosedur dan peneliti menjelaskan mengenai teknik
homework itu sendiri bagaimana yang dimaksud dengan konsep ABCD.
Penerapan teknik homework dalam konseling individual dimaksudkan untuk
mengubah pemikiran subjek yang irrasional yang selama ini dipengang oleh subjek
menjadi lebih rasional dan logis. Dengan penerapan teknik ini diharapkan dapat
mengatasi rasa malasnya dalam belajar sehingga rasa malas ini dapat diganti
menjadi semangat yang menggebu-gebu dalam belajar dan mencapai keberhasilan
prestasi yang lebih baik.

B. HASIL SIKLUS
Siklus 1 (Pertama)
Beranjak dari gambaran umum diatas, dapat dijelaskan kembali oleh peneliti
tentang hasil siklus yang dilakukan peneliti yaitu antara lain:
a. Rencana
Pada tahap perencanaan ini merupakan awal dari pelaksanaan
penelitian tindakan layanan (PTL). Pada tahap perencanaan, peneliti
menyusun tahap-tahap pelaksanaan tindakan berdasarkan data-data
observasi yang telah dilakukan peneliti di awal. Pada pertemuan hari Rabu,
2 Juni 2021 berlangsung selama 1 jam lebih yaitu pada pukul 08:50-10:30
WIB di ruang BK. Sebelum melakukan konseling peneliti menanyakan
kesiapan klien untuk mengikuti layanan konseling individual ini, agar klien
dapat konsentrasi mengikuti layanan konseling individual sehingga proses
konseling dapat berjalan dengan baik, selain itu dalam tahap perencanaan
ini konselor atau peneliti juga menyiapkan Rancangan Pelaksanaan
Layanan (RPL).
b. Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan peneliti mengucapkan selamat pagi dan
konseli menjawab selamat pagi selanjutnya peneliti menanyakan topik
bebas atau pembahasan hangat seputar kehidupan konseli agar hubungan
dalam konseling tercipta dengan baik. Seperti menanyakan kabar,
menanyakan jumlah saudara serta menanyakan bagaimana liburannya saat
kemarin sempat sekolah during, lalu peneliti menanyakan kesiapan klien
26
untuk mengikuti layanan konseling individual agar konseli dapat mengikuti
layanan konseling individual secara seksama. Setelah dirasa konseli siap
maka peneliti mulai melakukan konseling diawali dengan penstrukturan
seperti penjelasan mengenai konseling, asas, harapan dalam konseling, dan
waktu yang akan dipakai untuk kegiatan konseling siklus 1 atau tahap
pertama.
Setelah itu peneliti mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan terbuka
seputar permasalahan konseli, konseli mengatakan bahwa ia memang
merasa sering jenuh, capek, dan mulai semakin malas dalam belajar, konseli
sering sekali mengabaikan guru yang menjelaskan di depannya, ketika
konseli mencoba fokus dan menyemangati diri tetap saja merasa sudah
benar-benar malas mengikuti pembelajaran terlebih guru yang menjelaskan
terlalu kaku dan terpaku. Itu membuat semakin malas dan jenuh. Kemudian
peneliti menanyakan lagi apakah yang mempengaruhi rasa malas yang
berlebihan tersebut konseli mengatakan bahwa yang mempengaruhi adalah
lingkungan pergaulan dimana temannya setiap pulang sekolah kerap
berkeluh kesah tentang materi yang sangat banyak dan tidak menarik.
Kemudian konseli menyampaikan bahwa orang tua kerap sibuk dengan
pekerjaan masing-masing sehingga konseli sering merasa sendiri dan bosan.
Lalu peneliti menanyakan kembali apa yang konseli pikirkan ketika sedang
memperhatikan guru menerangkan konseli menjawab ia sering memikirkan
kucing di rumah udah di kasih makan apa belum, orang tuanya kenapa
sekarang kurang memperhatikannya dan mencari kebahagiaan ketika
bersama temannya, lalu yang konseli rasakan setelah bermalas-malasan
adalah merasa semakin gak berguna dan putus asa.
Setelah itu peneliti menanyakan kembali bagaimana dampak yang
sekarang konseli rasakan, konseli semakin tidak tahu apa yang mau ia
lakukan dan kerap merenung sendiri di kamar. Kemudian peneliti
menanyakan lagi apa dampak positif yang di rasakan konseli, lalu konseli
menjawab tidak ada, malah lebih banyak dampak buruknya. Lalu kemudian
konselor menanyakan apakah itu sebuah masalah dan konseli ingin untuk
memperbaiki, konseli menjawab iya.
Kemudian proses konseling mulai memasuki teknik homework dan
peneliti menjelaskan menganai konsep ABC dimana nantinya konseli diminta
27
untuk menerapkan kedalam permasalahan yang dialaminya. Lalu peneliti
meminta konseli untuk latihan menerapkan konsep ABC ke dalam
permasalahan yang dialaminya dan peneliti memberikan tugas atau pekerjaan
rumah berupa tabel ABC dimana A merupakan activating event, B adalah
belief sistem dan C adalah conxecuency, kemudian pada pertemuan
mendebatte permasalahan yang ditulis klien, yaitu konselor mulai
mendebatte dari belief system atau keyakinan yang dipegang klien dan
membuat alternatif kemungkinan yang terjadi ketika keyakinan itu diubah
menjadi lebih rasional. Kemudian konseling diakhiri.
c. Evaluasi
Dari hasil observasi pada kegiatan tersebut, teknik yang dilakukan
peneliti sudah lumayan baik, akan tetapi ada kendala dalam pemahaman teori
ABC klien kurang memahami prosedur peletakkan masalah yang dialami ke
dalam tabel ABC. Sehingga membuat klien agak kebingungan bagaimana
pemecahan masalah nya. Mungkin dikarenakan peneliti yang menggunakan
bahasa yang terlalu formal atau bahasa teori sehingga konseli kurang
mengerti. Diawal pertemuan juga peneliti cenderung tergesa gesa untuk
beralih ke teknik tanpa mendalami lebih jauh pribadi dan permasalahan klien
sebelum masuk ke tekhnik homework.
d. Refleksi
1) Hal positif yang telah dilakukan adalah peneliti mampu menjalin
hubungan dengan baik dengan konseli sehingga klien tidak ragu-ragu
dalam menceritakan permasalahannya, dan konseli merasa bersemangat
mengikuti layananan.
2) Kekurangan peneliti yaitu menggunakan bahasa yang formal pada saat
menjelaskan teori ABC
3) Cenderung tergesa-gesa untuk langsung beralih ke tekhnik tanpa banyak
mendalami pribadi konseli terlebih dahulu.
4) Peneliti tidak menyiapkan tabel ABC dan meminta konseli untuk coba
membuat sendiri.
5) Yang harus dilakukan seharusnya peneliti menggunakan bahasa santai
yang mudah dimengerti konseli sebagai anak muda, dan seharusnya
peneliti lebih banyak mendalami pribadi konseli terlebih dahulu.

28
C. PEMBAHASAN
Kebiasaan bermalas-malasan dalam belajar sangat tidak bagus, bahkan
memiliki banyak dampak negatif, untuk dapat mengatasi hal tersebut maka kita
dapat melakukan hal yang lebih bermanfaat dan lebih baik untuk dilakukan. Pada
penelitian ini dibahas mengenai teknik homework atau pekerjaan rumah untuk
menghilangkan fikiran irrasional menjadi lebih rasional agar dapat mengatasi rasa
malas pada seseorang individu karena teknik tersebut merupakan teknik perbaikan
kognitif.
Peneliti melakukan konseling yaitu pada tanggal 2 Juni 2021, kegiatan diikuti
dengan penuh semangat dan antusias konseli untuk berubah menjadi lebih baik
lagi. Pada siklus I peneliti melakukan konseling individu dengan teknik homework
kemudian mengajak klien untuk langsung membahas konsep ABC tanpa banyak
memahami terlebih dahulu pribadi klien bagaimana harus berbicara dengannya
apakah dengan bahasa yang santai atau dengan formal.
Keberhasilan pada siklus I ini sudah memasuki 70 % karena konseli kurang
memahami penjelasan peneliti karena peneliti menggunakan bahasa yang terlalu
formal akan tetapi konseli sedikit bisa menyimpulkan bahwa kebiasaan yang ia
lakukan bisa diperbaiki dan seharusnya diperbaiki. Peneliti juga mempersiapkan
media tabel ABC agar konseli lebih memahami konsep ABC yang telah di
terangkan, hasilnya juga sangat dirasakan oleh konseli itu sendiri dimana fikiran
jauh lebih fresh, Dan pada akhirnya rasa malas yang berlebihan dalam belajar dapat
dikurangi dan teratasi dengan menggunakan teknik homework.

29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sejatinya setiap manusia itu harus mampu mengerjakan segala sesuatu dengan
bersemangat terutama dalam hal mencari ilmu, rasa malas haruslah di lawan agar
tidak berkelanjutan, dan membawa pengaruh buru di diri sendiri. Jika tidak di atasi
bagaimana masa depan kita, dan prabadi kita. Pada penelitian ini telah dilakukan
konseling individual dengan 1 siklus yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 Juni
2021. Pada siklus satu keberhasilannya yaitu hanya mencapai 70 %ini karena klien
hanya bisa melakukan analisis konsep ABC karena baru saja dijelaskan akan tetapi
setelah itu mereka lupa lagi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa sangat banyak kekurangan dalam penelitian ini
belum sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat membangun sangat
dibutuhkan guna perbaikan penelitian kedepannya. Penulis berharap hasil penelitian
ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling, semoga
teknik homework ini dapat diterapkan oleh guru BK disekolah guna mengentaskan
permasalahan siswa dan dalam memfasilitasi tumbuh kembang peserta didik.

viii
DAFTAR PUSTAKA

Sutja, Akmal. 2016. Teori dan Aplikasi Konseling. Yogyakarta: WR.


Sutja, A. dkk. 2017. Penulisan Skripsi Untuk Prodi Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:
WR.
Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Diktat Kuliah.. Padang:
Program Pendidikan Profesi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang
Khudori. (2015). Psikologi komunikasi rasa malas dalam diri. Jakarta: Rineka Cipta
Megayanti. (2016). Identifikasi faktor-faktor penyebab siswa malas belajar pada kelas V.
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Edisi 30 Tahun ke-5.
Musbikin, I. (2009). Mengapa anakku malas belajar ya?. Yogyakarta: DIVA Press.

Indrayana, Asep. 2017. Mengatasi Siswa Berfikir Negatif Melalui Pendekatan Rational
Emotive Behaviour dengan Teknik Homework Assignment Pada Siswa Kelas X TS A
Semester 2 SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan
Konvergensi. Surakarta: Sang Surya Media.

Dewa, Ketut S.,Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta. 2002

Awaliyah, G.R.N. 2014. Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Korban Bulyying Melalui
Konseling Individual Rational Emotif Behaviour Therapy Teknik Homework
Assignment. Skripsi. Semarang: Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Sudarto. 2016. Layanan Konseling Individual Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa


MAN Yogyakarta III. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Bimbingan dan Konseling
Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Willis S. Sofyan. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: CV Alfabeta
Mania, S. (2017). Observasi sebagai alat evaluasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 11(2), 220-233.

ix
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 1

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN


KONSELING INDIVIDUAL
1. Nama Konseli : A A J I (nama diinisialkan)
2. Hari/Tanggal : 2 Juni 2021
3. Pertemuan ke : 1
4. Waktu : 1x 90 menit
5. Tempat : Ruang BK
6. Gejala yang tampak : Konseli mengaku jenuh, bosan, capek dan
malas untuk belajar. Ketika guru menjelaskan konseli kerap
mengantuk dan melamun terlebih pelajaran yang menurutnya tidak
menarik.

Jambi, 2 Juni 2021


Praktikan

PUSPA RACHMAN
A1E118015

x
xi

Anda mungkin juga menyukai