Anda di halaman 1dari 12

DESAIN INSTRUKSIONAL *

DRS FRANS A. RUMATE, Apt **

I. PENDAHULUAN

Media instruksional merupakan suatu produk instruksional yang perlu dirancang sebelumnya.
Media ini bervariasi mulai dari yang sederhana sampai yang menggunakan peralatan mutakhir,
misalnya media berbasis-komputer. Pada penataran program PEKERTI biasanya diberikan media
sederhana, yaitu penggunaan OHT/OHP, atau cara-cara penggunaan papan tulis, mungkin
black/green board atau white board. Pada penataran program Applied Approach (AA) yang
merupakan kelanjutan dari program PEKERTI diberikan modul Ragam Media (multimedia)
termasuk yang berbasis komputer. Pemilihan media instruksional harus sesuai dengan tujuan
instruksional yang dikehendaki, dan tujuan instruksional ini merupakan bagian dari rancangan
suatu sistem instruksional yang dinamakan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP atau
Course Outlines) yang selanjutnya dibagi-bagi untuk setiap pertemuan di kelas dalam bentuk
Satuan Acara Pengajaran (SAP atau Lesson Plan / Module). Oleh karena itu sebelum kita
memasuki pembicaraan tentang media, perlu diadakan review tentang perencanaan sistem
instruksional yang sudah disusun dalam bentuk GBPP.

Paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi secara berkelanjutan. Peningkatan kualitas meliputi bukan saja kualitas
lulusan (graduate), melainkan kualitas secara menyeluruh (total quality), yang dimulai pada
perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi, seperti yang digambarkan dalam bagan (slide 1).
Oleh karena itu, proses belajar mengajar (aktivitas instruksional) perlu pula dirancang agar dapat
diimplementasikan, yang selanjutnya dievaluasi agar dapat direvisi dan dikembangkan.

II DESAIN INSTRUKSIONAL

Rancangan instruksional atau Desain Instruksional ialah rancangan yang disusun seorang staf
pengajar untuk mata kuliah yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam mendesain ini digunakan
pendekatan sistem dan juga menggunakan suatu model perancangan. Definisi sistem secara
singkat, ialah suatu keatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil (komponen sistem
atau sub sistem) yang saling kait-mengait; masing-masing komponen sistem mempunyai tujuan
sendiri, tetapi sebagai bagian dari sistem mempunyai tujuan bersama; di luar sistem terdapat
supra-sistem.

* Pelatihan Pembuatan dan Penguasaan Media Instruksional Berbasis Komputer dalam rangka
Peningkatan Kualitas Proses Pengajaran Dosen Muda UNHAS 7-10 Juli 2003
** P3AI-UNHAS

1
Kegiatan instruksional menggunakan pendekatan sistem pada dasarnya meliputi tahap-tahap
mengidentifikasi, mengembangkan, mengevaluasi dan merevisi sebagai berikut :

Mengidentifikasi Mengembangkan Mengevaluasi


(1) (2) (3)

Merevisi

Dari berbagai model yang dapat digunakan untuk merancang suatu sistem instruksional, yang
paling sesuai untuk pembelajaran di perguruan tinggi ialah Model Pengembangan Instruksional
(MPI) berikut:

Melakukan Menulis
Analisis Tes Acuan
Instruksio Patokan
nal

Identifikasi
Kebutuhan Menyusun
Instruksion Menulis Mengembangk Desain dan
al dan Melaksana- Sistem
Tujuan an Bahan
Menulis kan Evaluasi Instruk-
Instruksiona Instruksional
Tujuan Formatif sional
l Khusus
Instruksion (TIK)
al Umum
(TIU)
Mengidentifik Menyusun
asi Perilaku Strategi
dan Instruksio
Karakteristik nal
Awal
Mahasiswa

Model Pengembangan Instruksional (MPI)

Kegiatan-Kegiatan instruksional di atas dapat dipadukan dengan model MPI sebagai berikut :

Tahap mengidentifikasi - mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis TIU


- melakukan analisis instruksional
- mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik awal mahasiswa
Tahap mengembangkan - menulis tujuan instruksional khusus
- menulis tes acuan patokan
- menyusun strategi instruksional
- mengembangkan bahan instruksional

2
Tahap mengevaluasi
dan Merevisi - evaluasi instruksional

Hasil dari kegiatan rancangan instruksional ialah suatu sistem instruksional yang dinamakan
GBPP yang selanjutnya dibagi-bagi menjadi 14-16 pertemuan (SAP).

Ke dalam aktivitas instruksional yang dirancang dalam GBPP/SAP tersebut perlu dimasukkan
prinsip-prinsip instruksional yang diturunkan dari Teori Belajar, Teori Motivasi, Psikologi, dan
Hasil Penelitian dalam bidang pendidikan sebagai berikut :

1. pengulangan respon yang menyenangkan (pengulangan)


2. tujuan tujuan instruksional yang jelas (penciptaan kondisi perilaku belajar, metode dan
media))
3. pemberian penguatan (umpan balik nilai, pujian, penghargaan)
4. pemberian contoh dari alam nyata
5. pemberian contoh dan non-contoh
6. perhatian dan ketekunan
7. pemecahan materi menjadi lebih kecil
8. penggunaan model
9. pemecahan keterampilan umum menjadi keterampilan khusus
10. pemberian informasi kemajuan belajar
11. perbedaan kecepatan belajar (prasyarat / entry behavior)
12. mengatur sendiri waktu, cara dan sumber

Desain Instruksional dapat dilakukan melalui 2 pendekatan :

1. pendekatan-pengetahuan (knowledge-oriented). Pada pendeakatn ini para peserta harus


dapat menjelaskan prinsip-prinsip desain instruksional

2. pendekatan-produk (product-oriented), di sini peserta diharuskan menerapkan prinsip-


prinsip ini dalam mendesain sesuatu dan menghasilkan suatu produk.

Langkah-Langkah dalam Desain Instruksional

II. 1 Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional

Langkah pertama dalam desain instruksional ialah mengidentifikasi kebutuhan instruksional.


(Needs Analysis). Needs analysis sebenarnya dilakukan pada tingkat penyusunan Kurikulum
Program Studi yang kemudian dijabarkan ke dalam mata kuliah. Karena pada saat ini digunakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi maka pada tempatnyalah diuraikan sedikit mengenai
penyusunan kurikulum. Perlu dicatat bahwa desain instruksional merupakan bagian dari
kurikulum.

Definisi Kompetensi menurut Keputusan Menteri pendidikan Nasional (No. 045/U/2002):

3
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu.

Definisi lain dari : Competency Identification (1976), Curric.Improvement Office, College of


Pharmacy, Univ. of Minnesota:

“Competency is defined as an intellectual, attitudinal and a motor capability derived from a


specified role and setting, and stated in terms of performance as a board class or domain of
behavior”.

Dari definisi itu jelas bahwa kompetensi bukan sinonim dari “behavioral objective”,
“performance objective”, atau “learning objective”. Suatu kompetensi masih dapat dianalisis
atau diuraikan menjadi satu atau lebih “performance objectives”. Pengukuran atau evaluasi suatu
kompetensi hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan dilakukan sesuai dengan tempat dan
peran yang dilakukan seseorang dalam suatu lingkungan yang mensimulasikan praktek dalam
dunia nyata dimana performans (peragaan) itu akan dilakukan, yang sebenarnya juga merupakan
sumber darimana kompetensi itu dirumuskan. Performans kompetensi dalam situasi yang
demikian itu diperlukan untuk memprediksi keberhasilan pemindahan (transfer) kompetensi itu
ke dunia nyata. Penguasaan suatu kompetensi akan memberikan seseorang kemampuan untuk
dapat memperagakan fungsi itu dalam situasi dan peranan dari mana kompetensi itu diturunkan.

Definisi lain dari : Learning, Doing, Becoming (1977), College of Pharmacy, Univ.of
Minnesota

“ A competency is a demonstrated state of preparedness for the realities of professional practice”.


A competency is a means of describing the various categories of professional behavior and
performance. These categories are not arbitrary or theoretical – they’re drawn from real life roles.
“A competency is not the achievement of particular knowledge or skills; it is a broad-based
capability which integrates learning, doing and becoming”. The statements begin with present
tense action verbs (evaluates, interprets, selects, etc.). This form is used because competencies
are performed.

Uraian mengenai kompetensi dan elemen kompetensi dapat dilihat pada :


KepMenDikNas No. 045/U/2002) Pasal 2, dan
KepMenDikNas No. 232/U/2000, Pasal 1, 8, 9, dan 10.

(1) Kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas :


a. kompetensi utama
b. kompetensi pendukung
c. kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama

(2) Elemen-elemen kompetensi terdiri atas :


a. landasan kepribadian.
(Pasal 1) MPK (Matakuliah Pengembangan Kepribadian) adalah kelompok bahan kajian
dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa

4
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan
mandiri serta mempunyai rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
(Pasal 9) Kelompok MPK yang terdiri atas matakuliah yang relevan dengan tujuan
pengayaan wawasan, pendalaman intensitas pemahaman dan penghayatan MPK inti.
(Pasal 10) Kur.Inti (wajib) : Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan
Kur. Institusional : Bahasa Indonesia, Ilmu Budaya dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Alamiah Dasar, Filsafat Ilmu, Olah Raga dan sebagainya.

b. penguasaan ilmu dan keterampilan.


(Pasal 1) MKK (Matakuliah Keilmuan dan Ketrampilan) adalah kelompok bahan kajian
dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan
keterampilan tertentu.
(Pasal 9) Kelompok MKK yang terdiri atas matakuliah yang relevan untuk memperkuat
penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keilmuan atas dasar keunggulan
kompeteitif serta komparatif penyelenggaraan program studi bersangkutan.

c. kemampuan berkarya
(Pasal 1) Kelompok MKB (Matakuliah Keahlian Berkarya) adalah kelompok bahan
kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan
berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai.
(Pasal 9) Kelompok MKB yang terdiri atas matakuliah yang relevan, bertujuan untuk
memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya
di masyarakat sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan
program studi bersangkutan.

d. sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai;
(Pasal 1) Kelompok MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya) adalah kelompok bahan
kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang
diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu
dan ketrampilan yang dikuasai.
(Pasal 9) Kelompok MPB yang terdiri atas matakuliah yang relevan, bertujuan untuk
memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan perilaku berkarya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di masyarakat untuk setiap program studi.

e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat


(Pasal 1) Kelompok MBB (Matakuliah Berkehidupan Bermasayarakat) adalah kelompok
bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah
berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
(Pasal 9) Kelompok MBB yang terdiri atas matakuliah yang relevan dengan upaya
pemahaman serta penguasaan ketentuan yang berlaku dalam berkehidupan di
masyarakat, baik secara nasional maupun global, yang membatasi tindak kekaryaan
seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya.

5
mk D mk E mk Z

mk C mk Y

mk A mk B mk X

I.2 Merumuskan Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Dari hasil analisis kebutuhan dirumuskan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang


diharapkan akan dicapai oleh lulusan. Semua kompetensi itu dijabarkan menjadi tujuan
penampilan (performance objectives), karena merupakan kemampuan yang harus ditampilkan
Jadi kalau dilihat dari sudut pembelajaran maka rumusan kompetensi-kompetensi itu seyogianya
meliputi gabungan dari kemampuan (perilaku) dalam ranah kognitif, psikomotor dan afektif,
yang selanjutnya dapat dirumuskan dalam tujuan instruksional mata kuliah (Tujuan Instruksional
Umum = TIU).

Taksonomi tujuan instruksional

Taksonomi tujuan instruksional berperanan penting pada rumusan TIU. Rumusan tujuan
instruksional (TIU dan TIK) menggambarkan perilaku (behavior) yang akan ditampilkan
mahasiswa setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas katakerja
spesifik + objek. Katakerja spesifik ini menunjukkan jenjang tujuan instruksional (level)
menurut taksonomi tujuan instruksional, sedangkan objek adalah ruang lingkup materi (scope)
yang diajarkan pada mata kuliah itu. Dengan demikian, dari rumusan TIU mata kuliah itu terlihat
(berdasarkan level dan scope) apakah mata kuliah tersebut sesuai untuk diajarkan pada jenjang
Sarjana, Magister, D-III atau kursus pelatihan.

6
Perilaku atau “behavior” menurut Benjamin Bloom dibagi dalam 3 kawasan (domain) :
Perilaku Kawasan Kognitif (Cognitive Domain), ialah perilaku yang merupakan hasil proses
berpikir (hasil kerja otak); kawasan kognitif dibagi atas 6 tingkatan yang merupakan hirarki,
mulai dari yang paling randah atau sederhana sampai ke jenjang paling tinggi atau kompleks.
Perilaku Kawasan Psikomotor (Psychomotor Domain) , adalah perilaku yang dimunculkan
oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia.
Perilaku Kawasan Afektif (Affective Domain), adalah perilaku yang dimunculkan seseorang
sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di
lingkungan tertentu (sikap).

Taksonomi Bloom Taksonomi Gagne

Kawasan Kognitif Kawasan Kognitif


- Pengetahuan (mendefinisikan manajemen) - Informasi verbal
- Pemahaman (membedakan fungsi meja dan kursi) - Keterampilan Intelektual
- Penerapan (membuat gambar kegiatan proyek) - Konsep
- Analisis (menjabarkan PLU menjadi PLK) - Diskriminasi
- Sintesis (menyusun Desain Instr.untuk pelatihan tertentu) - Aturan tingkat tinggi
- Evaluasi (memecahkan masalah instr.secara sistematis) - Prosedur
- Strategi Kognitif
Kawasan Afektif (Bloom & Masia)
- penerimaan (Receiving), menerima nilai
- pemberian respon (responding), membuat respon terhadap nilai
- penilaian (valuing), menghargai nilai-nilai yang ada
- pengorganisasian (organizing), mengorganisasi nilai-nilai
- karakteristik (characterization), mengamalkan nilai secara konsisten

Kawasan Psikomotor (Anita Harrow) Kawasan Psikomotor (Dave)


- persepsi - menirukan gerak
- kesiapan - memanipulasi kata menjadi gerak
- gerakan terbimbing - melakukan gerak dengan tepat
- gerakan terbiasa - merangkaikan berbagai gerak
- gerakan kompleks - melakukan gerak dengan wajar
- penyesuaian pola gerak dan efisien
- kreativitas

Menulis TIU

TIU terdiri atas : Kata kerja + Objek (= Perilaku = Behavior)


- menggunakan kata kerja operasional (kegiatan yang dapat diamati), bukan kata
mengerti, memahami atau mengetahui
- bukan berorientasi pada pengajar atau proses, melainkan suatu kemampuan akhir
mahasiswa yang diperlihtakan dalam bentuk Perilaku = Behavior)
- menggunakan istilah akan dapat ….

Contoh rumusan TIU : Setelah menyelesaikan pelatihan ini, peserta pelatihan .. …… akan dapat
(katakerja + objek) = perilaku atau behavior
7
Periksa kembali TIU Anda dengan kriteria berikut:

1. Berisi perilaku (behavior) yang akan ditampilkan mahasiswa (trainee), bukan dosen atau
trainer. Perilaku tersebut adalah pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dapat
ditampilkan pada akhir pelajaran / pelatihan.
2. Berisi perilaku lengkap sebagai indikator keberhasilan peserta dalam pelajaran tersebut
3. Berisi perilaku yang dapat diamati
4. Berorientasi pada hasil belajar, bukan proses belajar
5. Perilaku berjenjang (bila TIU lebih dari satu) dari yang lebih sederhana atau mudah sampai
pada yang lebih kompleks atau sulit.
6. Dapat dicapai dengan kegiatan instruksional

II.3 Melakukan Analisis Instruksional

TIU perlu dijabarkan / diuraikan dalam perilaku yang lebih spesifik (TIK), tetapi harus melalui
jalan panjang, yaitu menganalisis Perilaku (kata kerja + objek) Umum (PLU) dalam TIU menjadi
Perilaku Khusus (PLK) lalu menyempurnakan PLK menjadi TIK.

TIU TIK

PLU PLK

Perlunya melakukan analisis instruksional, agar supaya :


- Daftar TIK yang disusun konsisten dengan TIU
- Materi Tes terperinci
- Urutan isi pelajaran sistematis
- Awal pembelajaran sesuai dengan kemampuan awal mahasiswa
- Penyajian dapat disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa

Struktur Perilaku :
- Hirarkikal, jika salah satu perilaku tidak dapat dilakukan sebelum menguasai perilaku
sebelumnya

PLK

PLK

PLK

8
- Prosedural, menunjukan suatu urutan perilaku, tetapi tidak ada yang merupakan
prasyarat yang lain. Meskipun perilaku dilakukan beurutan, tetapi dapat dipelajari
secara terpisah

PLK PLK PLK

- Pengelompokan, perilaku yang tidak mempunyai ketergantungan satu dengan


yang lain, walaupun saling berhubungan.

PLK PLK PLK

PLK

- Kombinasi, kombinasi antara yang di atas

Langkah-Langkah melakukan Analisis Instruksional:

1. menuliskan Perilaku Umum (behavior = PLU) yang ada dalam TIU


2. menulis setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari PLU tersebut (5-10 buah, tetapi
dapat lebih)
3. menyusun PLK tersebut dalam daftar urutan logis, dimulai dari PLU, PLK yang paling
dekat hubungannya dengan PLU, sampai yang paling jauh
4. menambah atau mengurangi PLK jika perlu. Usahakan untuk melengkapi PLK tersebut.
5. menulis setiap PLK dalam selembar kertas berukuran 3x5 cm
6. menyusun kartu-kartu dalam struktur hirarkikal (urutan vertikal), prosedural (sejajar atau
horizontal) dan pengelompokan menurut kedudukan yang satu dengan yang lain.
7. bila perlu, tambahkan lagi PLK lain, atau kurangi bila berlebihan.
8. gambarkan PLK-PLK tersebut dalam kotak-kotak di atas kertas lebar. Hubungkan kotak-
kotak dengan garis vertikal (dengan tanda panah ke atas) untuk struktur hirarkikal atau
horizontal (dengan tanda panah ke kanan) untuk struktur prosedural atau pengelompokan
(garis hubung tanpa tanda panah)..
9. meneliti kemungkinan menghubungkan dengan PLU lain (bila ada), dan PLK di
bawahnya.
10. memberi nomor urut pada setiap PLK, sampai PLK yang terdekat PLU.
11. mengkonsultasikan dengan teman atau tutor.

II.4 Mengidentifikasi Perilaku Awal dan Karakteristik Awal Mahasiswa


9
Perilaku Awal

Peserta mata kuliah / pelatihan dapat sangat bervariasi. Untuk suatu pelatihan tertentu perlu
ditetapkan prasyarat peserta sebelum mengikuti pelatihan (perilaku awal = PLA). Mahasiswa
tahun I biasanya mengikuti kelas matrikulasi untuk menyamakan tingkat pengetahuan awal
mereka. Apabila pengajar langsung mulai mengajar dari bagian yang sulit mahasiswa lain tidak
dapat menangkap pelajaran yang diberikan; sebaliknya apabila dosen mulai dari materi yang
mudah, maka mahasiswa yang sudah menguasai materi itu akan bosan mengikuti perkuliahan.
Untuk mengatasi heterogennya peserta, terdapat 3 pendekatan :

Pendekatan I : mahasiswa / peserta menyesuaikan dengan materi , melalui proses seleksi (tes),
pengelompokan (kursus Bahasa Inggris), lulus mata kuliah parsyarat.
Pendekatan II , materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Ini dapat dilakukan
dengan sistem modul, seperti Universitas Terbuka, dimana mahasiswa belajar mandiri, tidak
dapat dilakukan dalam sistem kelas.
Pendekatan III, (kombinasi ke-2 pendekatan tersebut), dengan ciri sebagai berikut :
- menyeleksi penerimaan mahasiswa atas latar belakang pendidikan atau ijazah
(administratif)
- melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan awal (bukan untuk seleksi, tetapi
sebagai dasar penyusunan materi
- menyusun materi sesuai kemampuan awal tersebut
- menggunakansisteminstruksional yang memungkinkan mah. Maju sesuai dengan
kecepatan dan kemampuan masing-masing
- memberikan supervisi secara individual.

Karakteristik Awal mahasiswa / peserta

Minat mahasiswa/peserta pelatihan mungkin pada olahraga. Pemberian contoh disesuaikan


dengan minat tersebut, kemampuan peserta berbahasa Inggris (jangan menggunakan terlalu
banyakj istilah asing), kesenangan peserta akan lelucon, kemampuan komputer.
Perlunya mengidentifikasi karakteristik awal ini untuk menyesuaikan pengembangan
instruksioanl dan teknik penyajian di kelas.

II.5 Menulis Tujuan Instruksional Khusus

PLK yang telah dianalisis dari PLU selanjutnya disempurnakan menjadi TIK (specific
instructional objective, enabling objective). Pernah pula digunakan istilah Sasaran belajar
(SasBel).
 TIK harus dirumuskan dengan jelas dan pasti (tertulis), agar tidak disalahtafsirkan, dan
diinformasikan kepada mahasiswa. Jadi dosen dan mahasiswa mempunyai pengertian
yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.
 TIK dirumuskan dalam katakerja yang dapat diamati (observable)
 Rumusan TIK hendaknya dapat diukur dengan tes atau alat ukur lain.
 TIK merupakan dasar dari pengembangan instruksional, yaitu :
o menyusun kisi-kisi tes,

10
o menguji validitas isi tes,
o mengembangkan materi pelajaran,
o memilih metode instruksional
o merupakan ukuran keberhasilan mahasiswa

Menyusun TIK lengkap dengan ABCD :

Semua tujuan khusus yang diidentifikasi itu perlu dirumuskan dengan mempertimbangkan A
(audience), siapa mahasiswa yang mengikuti kuliah, B (behavior) perilaku yang ingin dicapai, C
(condition) dalam kondisi bagaimana atau alat bantu apa mahasiswa harus menampilkan behavior
itu, dan D (degree) sampai sejauh mana atau kriteria persyaratan apa perilaku itu ditampilkan.
Rumusan komponen ABCD ini penting, karena merupakan patokan pada penyusunan soal
ujian/tes atau jenis asesmen lain dan pada pengembangan materi

A = audience (siapa yang belajar, misalnya calon instruktur pelatihan Jasa Konstruksi)
B = behavior (perilaku yang spesifik yang dimunculkan setelah selesai belajar, terdiri atas
Kata kerja + objek
C = condition (batasan yang diberikan, cara atau alat yang digunakan pada waktu memperagakan
perilaku atau B )
D = degree (tingkat keberhasilan pada pencapaian perilaku, yang dapat menggunakan kriteria
tertentu, misalnya dengan sempurna, tanpa salah 80 % benar, ukuran waktu, ukuran kertas folio,
dan ukuran-ukuran lain).
Seringkali digunakan urutan CABD (Condition di depan)

Contoh : Setelah mengikuti kuliah ini


mahasiswa PS Kimia Semester III A
menetapkan kandungan protein bongkol pisang B
secara spektrofotometri C
dengan ketelitian 99 % D

II.6 Menulis Tes Acuan Patokan.

Setelah merumuskan berbagai TIK, sudah dapat ditulis soal ujian dalam bentuk tes acuan patokan
atau bentuk asesmen lain sesuai sifat TIK. Tidak semua pencapaian TIK atau TIU dapat diukur
dengan tes atau ujian, misalnya saja mengukur tujuan instruksional dalam ranah Psikomotor atau
Afektif, apalagi mengukur Kompetensi yang merupakan gabungan ketiga ranah tersebut. Untuk
itu dapat digunakan Asesmen alternatif dan Pengukuran Non-tes.

II.7 Menyusun Strategi Instruksional

Berdasarkan rumusan TIK ini pula dapat disusun Strategi Instruksional. Strategi Instruksional
ialah pendekatan dalam mengelola kegiatan instruksional dengan mengintegrasikan komponen
urutan kegiatan, cara pengorganisasi materi dan mahasiswa, peralatan dan bahan, serta waktu
yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah
ditentukan secara efektif dan efisien.

11
Strategi Instruksional meliputi unsur-unsur :
1. Urutan Kegiatan
2. Metode Instruksional
3. Media Instruksional
4. Waktu

Strategi Instruksional ini selanjutnya dituangkan ke dalam Satuan Acara Pengajaran (SAP), yaitu
program pengajaran yang meliputi satu atau beberapa Pokok Bahasan, atau Sub Pokok Bahasan
untuk diajarkan dalam satu pertemuan. Satu mata kuliah (GBPP) terlalu luas untuk diajarkan
hanya dalam 1x pertemuan, sehingga dibagi menjadi 14-16 pertemuan (minggu) selama 1
semester, jadi mempunyai 14-16 SAP.

II.8 Mengembangkan Bahan Insstruksional

Langkah selanjutnya ialah mengembangkan materi (Pokok Bahasan dan SubPokok Bahasan).
Pokok Bahasan dan Sub Pokok bahasan inilah yang disusun dalam bentuk Penulisan Buku Ajar.

II.9 Mendesain dan Melakukan Evaluasi Formatif

Evaluasi Instruksional ialah langkah terakhir dalam rangkaian desain instruksional, yaitu
melakukan evaluasi (proses) untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam perencanaan.
Setelah itu diperoleh suatu sistem instruksional (GBPP/SAP) yang akan dievaluasi (sumatif) oleh
pengambil keputusan

III. PENUTUP

Seperti halnya bidang studi lain, teknologi pembelajaran juga berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Mengikuti perkembangan teknologi elektronika, khususnya komputer dan
komunikasi (internet), mau tak mau perlu pula diikuti di bidang pendidikan. Salah satu aspek
yang menonjol di bidang pendidikan ialah perkembangan media instruksional. Kalau pada
awalnya pembelajaran di kelas hanya menggunakan papan tulis dan kapur (black / green board),
selanjutnya diganti dengan white board dan spidol. Belakangan ini muncul Overhead Projector
dan Overhead Transparencies, yang kemudian disusul oleh LCD Projector atau Infocus. Di
samping itu, penggunaan Komputer dalam pembelajaran juga semakin populer, sehingga
dimungkinkan untuk menggunakan Computer-Based Learning dan Computer Assisted Learning.
Perkembangan di bidang komunikasi akhir-akhir ini malahan telah ikut mengembangkan e-
learning dan Distance Learning. Kemajuan dalam penggunaan media instruksional ini memang
sangat membantu dalam pembelajaran, namun konsekuensinya ialah meningkatnya biaya
pendidikan karena memerlukan peralatan (multi) media yang sangat mahal.

12

Anda mungkin juga menyukai