Anda di halaman 1dari 63

SIFAT FISIK MINERAL

Density dan Specific Gravity


Densitas (density) suatu zat adalah massa tiap satuan volume (g/cm3 atau
lbs/ft3).
Berat Jenis () adalah angka yang menyatakan berapa kali berat suatu benda
dibandingkan dengan berat air yang mempunyai dimensi yang sama (pada
4oC), atau perbandingan antara densitas benda tersebut dengan densitas air.
Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa satuan.
Di beberapa negara malah pengertiannya terbalik, seperti di Jerman
Specifisches Gewicht diartikan sebagai massa tiap satuan volume,
sedangkan Dichte sama pengertiannya dengan berat jenis.

Berat jenis suatu mineral terutama ditentukan


oleh struktur kristal dan komposisi kimianya 
akan berubah dengan perubahan suhu dan
tekanan.
Mis. mineral kuarsa SiO2 (trigonal)
pada T & P normal  BJ=2,65
polimorf SiO2 yang lain
kristobalit (isometrik) BJ=2,32
tridimit (hexagonal)  BJ=2,26.
Tridymite -SiO2
Page  2
Density dan Specific Gravity
Pengaruh komposisi kimia ditunjukkan pada solid solution mineral olivin
BJ forsterit Mg2SiO4 murni  3,22 sedangkan BJ fayalit Fe2SiO4 murni  4,41
(terjadi substitusi atom Mg yang lebih ringan oleh atom Fe yang lebih berat).
Hal yang serupa dijumpai pada sekelompok persenyawaan isomorf.
Berat jenis mineral yang bersangkutan menunjukkan hubungan langsung
dengan massa atom yang terkandung di dalamnya,

NAMA MINERAL KOMPOSISI BERAT


KIMIA JENIS
Aragonit CaCO3 2,93
Strontianit SrCO3 3,78
Witherit BaCO3 4,31
Serusit PbCO3 6,58

Page  3 aragonite strontianite witherite cerussite


Packing Index
Berat jenis suatu mineral dapat menggambarkan sifat atom-atom yang
terkandung dalam strukturnya dan tata cara ikatan yang mempersatukan
atom-atom tersebut. Apabila dimensi unit sel (kisi kristal) dapat diukur dan
jumlah serta jenis-jenis atom yang terkandung di dalam sel diketahui maka
berat jenis dapat dihitung.

Kristalografi sinar-X dapat dipakai untuk menghitung suatu faktor yang


dikenal sebagai packing index yang dapat merepresentasikan struktur
kristalnya.
Volume ion-ion
Packing Index = ––––––––––––– x 100%
Volume sel unit

Konsep packing index menganggap bahwa ion-ion yang terdapat di dalam


struktur kristal bertindak sebagai bola-bola yang saling mendukung satu
sama lain. Persenyawaan ion mempunyai packing index yang berkisar
antara 3 sampai 7, yang berarti 30 s/d 70% volume kristal ditempati oleh
atom- atomnya.

Page  4
Hubungan antara packing index dan berat jenis dapat dilihat pada
polimorf mineral-mineral berikut ini :

NAMA MINERAL DAN BERAT PACKIN


SISTEM KRISTALNYA JENIS G INDEX
TiO2 rutil (tetragonal) + 4,25 6,6
brookit (orthorhombik) 4,14 6,4
rutile anatas (tetragonal) - 3,90 6,3
Al2SiO5 kianit (triklin) 3,63 7,0
silimanit (orthorhombik) + 3,24 6,2
andalusit (orthorhombik) - 3,15 6,0

brookite

sillimanite andalusite

Page  5
anatase kyanite
Penentuan Densitas
Masalah yang mungkin timbul pada penentuan berat jenis ini antara lain :
- ketidakhomogenan conto (terdapat beberapa inklusi mineral asing),
- mineral dengan butir halus dan berpori seperti lempung yang dapat
memerangkap udaraj(diatasi dengan mendidihkan conto),
- pemilihan metode yang kurang sesuai, dan ketelitian/kecermatan
pengamat.

Catatan : penting untuk memilih teknik/metode yang sesuai untuk mendapatkan hasil
yang akurat. Seringkali sulit mendapatkan mineral/material yang homogen dalam ukuran
besar, oleh karena itu pilih butiran kecil saja yang kemurniannya sudah dicek dengan
pengamatan mikroskop

Beberapa cara penentuan berat jenis benda-benda padat :


1. Metode langsung, berat mineral diukur secara langsung, dan
volumenya diukur berdasarkan prinsip Archimedes.
2. Metode piknometer, berat mineral diukur secara langsung, volumenya
diukur melalui berat cairan yang digantikan di dalam piknometer.
3. Metode suspensi, berat jenis diukur dengan cara perbandingan
langsung dengan cairan-cairan berat.

Page  6
Metode Langsung
Volume mineral ditentukan dengan cara mengukur kehilangan berat fragmen
mineral jika dimasukkan ke dalam suatu cairan tertentu. Fragmen mineral
tersebut memindahkan cairan dengan volume yang sama dan beratnya
seolah-olah berkurang sebesar berat cairan yang dipindahkan.

dimana :
W1 W1 = berat fragmen di udara
Berat jenis (G) =  x L W2 = berat fragmen mineral di
W1 – W2 dalam air
L = berat jenis cairan.

Air sering digunakan sebagai cairan pengganti, karena mudah diperoleh dan
mempunyai berat jenis 1 (1). Hanya sayangnya air mempunyai surface
tension tinggi (sukar membasahi benda padat)  gelembung-gelembung
udara sering melekat pada permukaan benda padat tersebut, sehingga
akan memberikan berat jenis yang rendah.
Untuk menghindarinya digunakan cairan-cairan organik seperti toluene atau
carbon tetra chlorida yang mempunyai surface tension hanya 1/3 sampai
1/4 surface tension air.
Page  7
Beberapa timbangan
khusus telah dibuat
untuk penentuan
berat jenis secara
langsung dan cepat
dengan metode
Archimedes,
diantaranya yang
terbaik adalah
timbangan Jolly
(Jolly balance) yang
telah disempurnakan
oleh Kraus.

Timbangan Bergman yang merupakan torsion


microballance dapat menimbang sampai dengan
25 mg dengan ketelitian sampai 0,01 mg.
Butiran mineral dengan berat beberapa mg dapat
diperiksa kemurniannya di bawah mikroskop dan
di timbang dengan timbangan ini. Dengan
demikian masalah homogenitas conto sudah
dapat diatasi.
Page  8
Metode Piknometer
Piknometer yang berbentuk sebuah botol gelas kecil yang ditutup dapat
menampung sejumlah cairan dengan volume tertentu. Volume benda padat
yang beratnya telah diketahui ditentukan dari berat cairan yang dipindahkan.

dimana :
(W2-W1 ) G = berat jenis conto
G = ––––––––––––––– x L L = berat jenis cairan
(W4-W1 ) - (W3-W2) W1 = berat piknometer kosong
W2 = berat piknometer setelah
berisi conto
W3 = berat piknometer setelah berisi conto dan cairan
W4 = berat piknometer setelah berisi cairan
(W2-W1) = berat benda padat di udara

Metode penentuan BJ dengan piknometer ini membutuhkan kecermatan


dan ketelitian yang tinggi, selain juga dibutuhkan sejumlah conto yang
homogen dalam jumlah yang cukup.
Untuk beberapa conto mineral tertentu seperti lempung halus, maka
metode piknometer ini merupakan methode satu-satunya yang dapat
digunakan secara baik.
Page  9
Metode Suspensi
Prinsip metode ini adalah memasukkan butiran mineral ke dalam suatu
cairan berat yang sudah diketahui berat jenisnya, dengan cara
mengencerkan atau menambah cairan berat, sehingga tercapai suatu
keseimbangan (butiran tidak tenggelam dan tidak terapung).
Selanjutnya berat jenis larutan ditentukan dengan mempergunakan sebuah
timbangan Westphal atau dengan cara menimbang batu duga di udara, air,
dan larutan tersebut.
Keuntungan metode ini dapat dipergunakan pada butiran mineral yang
halus dan apabila didalamnya masih terdapat butiran lain, maka akan
segera dapat diketahui karena perbedaan berat jenisnya.
Larutan yang sesuai untuk dipergunakan pada penentuan BJ mineral
adalah : - bromoform CHBr3 BJ=2,9
- acetylene tetrabromide (tetrabromethane) C2H2Br4 BJ=2,96
- methylene iodide CH2I2 BJ=3,3
- larutan clerici (larutan thallous molonate dan thallous formate
pekat dalam jumlah yang sama) BJ=4,2
Sebagai pengencer larutan-larutan organik ini diperlukan aceton dan hanya
larutan clerici yang dapat diencerkan dengan air.

Page  10
Sifat Optik
Sifat optik mineral meliputi refleksi & refraksi, kilap (luster),
warna (color), dan gores (streak), dan luminescence.
Suatu sinar yang dipantulkan selalu mengikuti hukum pemantulan berikut ini,
sudut pantul r’ sama dengan sudut datang i dan kedua sinar tersebut
terletak dalam satu bidang.
Prof. Wiellebrod Snellius
(matematikawan di Leyden, Belanda)
pada tahun 1621 menemukan hukum
pembiasan (law of refraction) atau
hukum Snellius
Sin i
 = n n = indeks bias
Sin r
Indeks bias adalah perbandingan antara V
kecepatan cahaya di udara (V) dan n=
kecepatan cahaya di dalam benda (v) v
Mis. Kecepatan cahaya di udara adalah 300.000
km/detik dan kecepatan cahaya di dalam suatu
benda adalah 200.000 km/detik, maka indeks
bias n = 1,5 (pada umumnya benda padat
mempunyai indeks bias antara 1,4 dan 2,0).
Page  11
Hubungan specific gravity (SG) dengan indeks bias (n)

n -1 K adalah konstanta yang tergantung darikomposisi


 = K
SG
mineral termaksud.

Zat yang bersistem kristal isometrik dan zat yang nir-kristalin (non kristalin)
mempunyai kecepatan rambat cahaya yang sama besar ke semua arah,
akibat indeks bias yang sama besar ke semua arah. Zat semacam ini
secara optik disebut isotrop (optically isotropic). Zat yang mempunyai
kecepatan cahaya bervariasi menurut arah getar di dalam kristalnya secara
optik disebut anisotrop.

Suatu sinar yang merambat pada zat anisotrop akan terurai menjadi dua
sinar yang arah rambat nya saling tegak lurus satu sama lain, dengan
kecepatan rambat yang tidak sama (sesuai dengan besarnya indeks bias).
Perbedaan/selisih indeks bias tersebut dikenal dengan birefringence
(refraksi ganda)
Harga birefringence ini biasanya sangat
kecil (mis. untuk kuarsa 0,009), akan tetapi
pada kalsit perbedaan tersebut cukup besar
(0,172), sehingga bila kita mengamati suatu
titik melalui bagian belahannya akan
tampak menjadi dua titik.
Page  12
Hubungan antara sifat optik dan kristalografi dapat diekspresikan dalam
gambar yang dikenal sebagai indikatriks, yaitu bentuk geometri imaginer
yang dibentuk oleh sumbu-sumbu indeks bias yang panjangnya
proporsional dengan dengan harga indeks biasnya pada arah tersebut .

Untuk zat yang non-kristalin dan yang mempunyai


n

sistem kristal isometrik, indikatriksnya berbentuk


n
n

bola, karena indeks biasnya sama ke segala arah


isotrop
(isotrop)

Mineral dengan sistem kristal tetragonal dan hexagonal


memiliki dua harga indeks bias yang berbeda , yaitu
pada arah sumbu c ( ) dan pada arah sumbu a & b
()’ sehingga indikatriksnya akan berbentuk elipsoida
putaran, seolah-olah kita punya dua sumbu yang
berbeda kemudian diputar, sehingga membentuk
geometri elipsoida. Cahaya yang merambat pada arah
sumbu C akan bergetar dengan kecepatan yang sama
ke segala arah. Oleh karenanya sumbu C pada kristal
tetragonal dan hexagona disebut sebagai sumbu
optis. dan mineral-mineral dengan sistem kristal ini
disebut (memiliki satu sumbu optis).
Jika  >  disebut uniaxial + ,
Page  13
jika  <  disebut uniaxial - ,
Indikatriks mineral
dengan kristal sistem
orthorombik, akan
berbentuk elipsoida
bersumbu tiga
( ellipsoida triaxial ) ,
karena memiliki tiga
harga indeks bias yang
berbeda , yaitu:  untuk
n-terkecil,  untuk n-
sedang, dan  untuk n-
terbesar).
Kristal orthorombik,
monoklin, dan triklin
disebut kristal biaxial
(memiliki 2 sumbu optis).

Page  14
Kilap (Luster)
Kilap merupakan sifat optik mineral yang berhubungan dengan refleksi dan
refraksi cahaya pada permukaan mineral akibat adanya perbedaan indeks
bias udara dengan mineral tersebut.
Kilap dihasilkan oleh cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral.
Intensitas kilap tergantung dari kuantitas cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral tersebut.Kilap dalam mineral dibedakan menjadi :

KILAP LOGAM (metallic luster)  n>3


umum pada mineral yang mengabsorbsi radiasi sinar secara kuat, bersifat
opaque (tidak tembus cahaya) atau hampir opaque bahkan dalam jika
disayat sangat tipis, namun bersifat transparan jika disinari dengan Infra
Mera (IR) . Mineral Native metal dan sebagian besar mineral sulfida memiliki
kilap logam.

native gold Au pyrite FeS2 arsenopyrite FeAsS


native copper Cu
Page  15
KILAP SUB-LOGAM (sub-metallic luster)  n = 2,6-3
Mineral dalam kelompok ini sebagian besar semi opaque - opaque.
mis. mineral dalam kelompok ini adalah kuprit, sinabar, dan hematit.

cuprite Cu2O cinnabar HgS hematite Fe2O3

Page  16
KILAP NON-LOGAM (non-metallic luster)

Kilap kaca (vitreous luster)  n = 1,3-1,9


menyerupai kilap yang dihasilkan oleh gelas. ±70 % mineral mempunyai
kilap kaca, meliputi hampir semua silikat, sebagian besar oxysalts (karbonat,
fosfat, sulfat dll.), halida, serta oksida dan hidroksida dari unsur-unsur ringan
seperti Al dan Mg.
mis. kuarsa, turmalin, topas.

quartz SiO2 topaz Al2SiO4(F,OH)2

tourmaline (Na,Ca)(Mg,Fe+2,Fe+3,Al,Mn,Li)3Al6(BO3)3 (Si6O18)(OH,F)4


Page  17
Kilap intan (adamantine luster)  n = 1,9-2,6
Seperti kilap yang dipantulkan oleh permukaan kristal
intan, zirkon, rutil, kasiterit, sfalerit.

cassiterite SnO2

Zircon ZrO2 diamond C rutile TiO2

sphalerite (Zn,Fe)S

Kombinasi warna coklat dan kuning


dengan indeks bias dalam selang ini
akan menghasilkan suatu kilap
Sulfur S
damar (resinous luster), yaitu kilap
seperti resin atau damar.
Page  18 mis. belerang.
Kilap lilin (greasy, waxy, silky, pearly luster)
Merupakan jenis-jenis kilap non-logam yang nepheline (Na,K)AlSiO4
disebabkan oleh perbedaan sifat permukaan
bidang refleksi. Intan kadang memiliki kilap lemak
jika permukaannya kasar dan memencarkan
cahaya. Nefelin memiliki kilap lemak jika mulai
teralterasi.

Mineral dengan kristal halus


(cryptocrystalline) dan mineral
amorf seperti kalsedon dan opal,
biasanya mempunyai kilap waxy.

opal SiO2.nH2O
chrysoprase  Ni-chalsedony SiO2
Page  19
Mineral seperti lempung menghamburkan
semua sinar yang jatuh ke padanya, sehingga
nampak tidak mempunyai kilap dan
digambarkan sebagai dull atau earthy.

montmorillonite
(Na,Ca)0.33(Al,Mg)2Si4O10(OH)2.nH2O

Kilap sutera (silky luster) dihasilkan oleh mineral-mineral yang


berserabut/berserat seperti pada asbes, krisotil, dan beberapa jenis
gipsum.

gypsum CaSO4 2H2O

Page  20
Chrysotile Mg3Si2O5(OH)4
Mineral transparan dengan struktur kisi
yang berlapis dan memiliki belahan
lamelar yang sempurna akan
mempunyai kilap mutiara (pearly luster)
yang dihasilkan oleh refleksi
permukaan belahan tersebut,
mis. talk, mika, dan gipsum yang
berkristal kasar.

biotite K(Mg,Fe)3(Al,Fe) - Si3O10(OH,F)

talc Mg3Si4O10(OH)2

muscovite KAl3Si3O10(OH)2 flogofit


Page  21
Warna (Color)
Warna mineral umumnya ditimbulkan oleh penyerapan beberapa panjang
gelombang cahaya putih, dengan kata lain warna timbul sebagai hasil dari
cahaya putih yang dikurangi beberapa panjang gelombang yang terserap.
Mineral berwarna gelap adalah mineral yang dapat menyerap semua
panjang gelombang pembentuk cahaya putih.
Warna suatu mineral tergantung dari
berbagai hal antara lain:
1. komposisi kimianya
mis. warna hijau dan biru pada mineral
tembaga (Cu) sekunder mineral malasit
dan azurit
malachite Cu2CO3(OH)2
2. struktur kristal dan ikatan atom
mis. polimorf karbon seperti intan yang tak
berwarna, transparan dan grafit yang berwarna
hitam, opak (tak tembus cahaya).
3. pengotor (impurities) pada mineral
mis. krisopras adalah silika (SiO2) yang
berwarnahijau. karena mengandung pengotor
azurite Cu3(CO3)2(OH)2
nikel
Page  22
Aneka Warna Calcite

Page  23
Aneka Warna Kuarsa

Page  24
Mineral yang mempunyai warna tetap dan tertentu disebut idiochromatic,
sedangkan yang dapat berubah-ubah disebut allochromatic.

Ada kalanya warna mineral diperkuat


oleh adanya unsur dengan dua valensi,
Vivianite seperti mineral besi dengan satu valensi
(fero atau feri) memberikan warna yang
pucat, tetapi jika terdapat bersamaan
akan memberikan warna hijau tua
hingga hitam.
Perubahan ion fero menjadi feri pada
proses oksidasi akan menimbulkan
perubahan warna, mis. vivianit
Fe3(PO4)2 8H2O ketika baru ditambang
tidak berwarna, tetapi setelah kontak
dengan udara (teroksidasi) menjadi
berwarna biru tua atau hijau tua.

Ion-ion atau kelompok ion yang dapat menimbulkan warna khas pada
mineral disebut khromofor (chromophores).

Page  25
Warna Gores / Warna Serbuk (Streak)

Warna Gores (streak) adalah warna mineral dalam bentuk tepung


(serbuk). Warna Gores dapat diperoleh melalui penghancuran,
pengikiran, atau penggoresan mineral pada keping porselen gores putih
(streak plate). Warna gores suatu mineral dianggap sebagai salah satu
unsur pemeri/penciri yang baik, karena lebih kostan dari warna
mineralnya.

MineralAzurit
yang tembus cahaya (transparant dan translucent) mempunyai
warna gores berwarna putih;
mineral berwarna gelap dengan kilap non-logam memberikan warna
gores yang lebih terang dari warna mineralnya,
sedangkan mineral dengan kilap logam kadang-kadang mempunyai
warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya.

Page  26
 Warna serbuk : memiliki warna yang
konstan, diamati dengan cara
menggoreskan mineral pada “streak
plate” atau dengan cara
menggerusnya. Kekerasan streak
plate H~ 61/2

Page  27
Warna streak sangat bermanfaat dalam identifikasi mineral logam

Contoh : ada 2 jenis mineral


hematit (Fe2O3), yaitu:
• Hematit berwarna abu
kehitam-hitaman
(spekularit) dengan kilap
logam
• Hematit earthy/granular
berwarna merah
Namun warna gores (streak)
mineral hematit tetap sama,
yaitu merah.

Page  28
Belahan (Cleavage) dan Pecahan (Fracture)
Fracture adalah sifat fisik suatu mineral yang mempunyai kecenderungan
untuk pecah tidak beraturan (setelah melalui batas-batas elastis dan plastis).
Cleavage adalah sifat fisik suatu mineral yang mempunyai kecenderungan
untuk membelah atau pecah sepanjang bidang tertentu yang searah dengan
kohesi terkecil. Belahan ini umumnya sejajar dengan permukaan kristal.
Sifat belahan dinyatakan dengan :
- sempurna (perfect) mineral yang mudah terbelah melalui bidang belah
nya dan sukar terbelah memotong bidang belah nya,
misal : kalsit, muskovit.
- baik (good) mudah terbelah melalui bidang belah nya, tetapi
masih dapat terbelah memotong bidang belah nya,
misal : felspar
- jelas (distinct) dapat terbelah dengan mudah melalui bidang
belahnya, tetapi dapat juga pecah dengan mudah
melalui arah-arah lain,
misal : skapolit (scapolite)
- tidak jelas (indistinct) kemungkinan untuk pecah (fracturing) sama dengan
kemungkinan untuk membelah (ceavage).

Page  29
Belahan dapat dipakai untuk menentukan sistem kristal suatu
mineral
 mineral dengan satu belahan tidak
mungkin bersistem kristal isometrik,
 mineral dengan tiga arah belahan
yang tidak sama satu sama lainnya
mungkin mempunyai sistem kristal
orthorhombik, monoklin, atau triklin;
sedangkan jika ketiga arah tersebut
saling tegak lurus, maka sistem
kristalnya adalah orthorhombik.
 tiga belahan yang sama
menunjukkan kubus (belahan
membentuk sudut 90o), prisma
heksagonal (belahan sudut 60o),
atau rhombohedral. - empat belahan yang sama
menunjukkan oktahedral atau
kadang- kadang tetragonal
maupun orthorhombik bipiramidal.
- enam belahan yang sama adalah
dodekahedral.
Page  30
Belahan

Page  31
Belahan merupakan refleksi struktur dalam suatu
mineral
 Belahan merupakan refleksi struktur
dalam suatu mineral, hal ini
tergantung dari ikatan dalam atom
yang membentuk mineral tersebut.
 Contoh :
 Grafit memiliki struktur
layer/berlembar, karbon atantar pada
lembaran diikat oleh ikatan kovalen, Grafit
sedangkan ikatan antar lembar hanya
Ikatan van der Waals yang lemah,
sehingga memiliki belahan sempurna
sejajar lembarannya
 Mika dan talk serupa dengan grafit.
Ikatan pada lembaran kuat,
sedangkan ikatan antar lembaran
hanya dihubungkan oleh ion K yang Mika
lebih lemah, akibatnya terbentuk
belahan yang sempurna sejajar
Page  32 lembaran
Parting

 Beberapa mineral dapat


menunjukkan gejala parting
yang mirip dengan cleavage,
yaitu mineral membelah melalui
bidang-bidang lemah yang
sejajar dengan bidang kristal ,
akibat dari: deformasi , kembar,
exsolusi lamelar , yang saling rhombohedral parting pada korundum
muncul sebagai criss-crossing berwarna
sejajar . Seringkali dipertegas lebih pucat
kenampakannya dengan gejala
awal aterasi.

Garnet seharusnya tidak memiliki belahan, namun


pada kristal di atas terdapat parting akibat tekanan
Page  33
Pecahan / Fracture

Kecenderungan mineral pecah tidak beraturan, misalnya :


{Conchoidal (permukaan pecahan menyerupai bagian dalam kulit
kerang/ sama dengan pecahan kaca )
{Fibrous/splintery
{Hackly (permukaan pecahan tajam-tajam)
{Uneven atau irregular (tidak jelas/tidak beraturan)

Page  34
Conchoidal Fracture:
permukaan pecahan menyerupai kulit kerang

Page  35
Splintery

Actinolite, a type of amphibole

Page  36
Fibrous/splintery

Page  37
Hackly

Native copper

Page  38
Kekerasan (Hardness)
Secara umum kekerasan mineral diartikan sebagai daya tahan mineral
terhadap goresan (scratching). Tahun 1822 Mohs (sarjana mineralogi Australia)
menyusun Skala Kekerasan Relatif mineral.

SKA NAMA talc gypsum


LA MINERAL quartz
1 talk orthoclase

2 gipsum
3 kalsit
calcite topaz
4 fluorit
apatite
5 apatit
6 orthoklas
7 kuarsa diamond
fluorite
8 topas
9 korundum
10 intan corundum

Page  39
Moh’s Scale Versus Absolute Hardness

Setiap mineral dengan


skala Mohs yang lebih
tinggi dapat menggores
mineral-mineral dengan
skala Mohs yang lebih
rendah.

Secara kuantitatif
interval skala tersebut
hampir sama besar,
hanya pada korundum
dan intan mempunyai
interval skala yang lebih
besar dari interval-
interval lainnya.

Page  40
Pengukuran sederhana kekerasan suatu mineral dapat dilakukan dengan
mengacu pada kekerasan kuku (H=2,5) dan pisau lipat (H=5,5)
sebagai berikut :
mineral dengan H=1 mempunyai rasa lemak bila diraba,
H=2 dapat digores dengan kuku,
H=3 dapat dipotong dengan pisau,
H=4 agak mudah digores dengan pisau,
H=5 agak sukar digores, dan
H>6 tidak dapat digores dengan pisau bahkan dapat
menggores kaca.

Finger Nail (H = 2.5) Penny (H = 3) Knife Blade (H = 5.5)

Page  41
Cara menguji kekerasan

1. Pilih permukaan yang segar


(jangan yang lapuk)

Contoh: Alat uji


2. Pegang sampel dan gores dengan
benda yang kekerasannnya
diketahui. Jika alat uji lebih keras
dari sampel yang diuji maka akan
terdapat jejak goresan pada
sampel uji

3. Contoh: jika sampel tidak dapat


dogores dengan uang tembaga
(H=3.5) tapi dapat digores dengan
pisau (H=5), maka kekerasan sampel uji
mineral tsb sekitar 4.
Kemungkinan mineral yang diuji
adalah Fluorit
Page  42
Ditinjau dari hubungannya dengan struktur kristal, kekerasan merupakan daya tahan
struktur kristal terhadap deformasi mekanis (mechanical deformation).
Hubungan antara kekerasan dan struktur kristal dapat dinyatakan sebagai berikut.
Kekerasan akan makin besar apabila :
1. atom-atom/ion-ion makin kecil
- isomorf kalsit (CaCO3, trigonal, H=3) dan magnesit (MgCO3, trigonal, H=4,5)
Ca dan Mg mempunyai jari2 0,99Å dan 0,66Å.
- hematit (Fe2O3, H=6, jari2 Fe2+=0,74Å) dan korundum (Al2O3, H=9, jari2 Al3+=0,51Å)
2. valensi/muatan makin besar
kalsit dan soda niter (NaNO3) mempunyai struktur yang sama (trigonal-rhombohedral,
jari2 Na+=0,79Å Ca2+=0,99Å) karena valensi Ca > Na  Hkalsit=3 dan Hsoda niter=2
3. packing density makin besar
- polimorf kalsit (CaCO3; trigonal; BJ=2,71; H=3) dan aragonit (CaCO3;
orthorhombik; BJ=2,93; H=4),
- polimorf kuarsa (SiO2; trigonal; BJ=2,65; H=7) dan tridimit (SiO2; heksagonal;
BJ=2,65; H=6,5).

Kekerasan mineral berubah menurut arah sumbu kristalografinya


misal permukaan belahan (100) mineral kyanit
arah sumbu-c kekerasannya H=4,5
arah sumbu-b kekerasannya H=6,5.

Permukaan (111) kristal intan merupakan permukaan terkeras yang diketahui manusia.
Page  43
Sifat Kemagnetan Beberapa mineral di alam
seperti magnetit (Fe3O4),
pyrotit (Fe1-xS), dan
polimorf magnetit bersifat
ferro magnetik.
Kadang-kadang magnetit
dan maghemit (dianggap
polimorf Fe2O3) dapat
berbentuk magnet alam
magnetite pyrrhotite
yang dikenal sebagai
Semua mineral sebenarnya sudah dipengaruhi lodestone.
oleh magnet bumi. Mineral yang bersifat sedikit
ditolak oleh magnet disebut diamagnetis,
(contoh: bismut), sedangkan yang sedikit ditarik
oleh magnet dikatakan paramagnetis, al:
•hematit (Fe2O3),
•franklinit (Zn, Mn,Fe)(Fe,Mn)2O4
Umumnya jika mineral paramagnetik dipanaskan,
sifat magnetiknya akan meningkat

Semua mineral yang mengandung besi bersifat


paramagnetis, tetapi ada juga mineral seperti beril
[Be3Al2(SiO3)6] dapat juga bersifat paramagnet beryl

Page  44
Pemanfaatan sifat magnet pada pengolahan bahan
galian atau mineral dressing). Berdasarkan sifat-sifat magnetis ini dapat
dilakukan pemisahan mineral-mineral
paramagnetis dengan mineral-mineral
diamagnetis, atau bahkan antar mineral
paramagnetis dengan cara melalukan
mineral tersebut pada sebuah medan
magnet yang diatur kekuatannya dengan
alat elektromagnet
(prinsip ini dipakai pada pengolahan bahan
galian atau mineral dressing).

Page  45
Pemanfaatan sifat magnet dalam eksplorasi mineral
Sifat-sifat magnetis mineral yang mempengaruhi medan
magnet bumi telah banyak dimanfaatkan dalam eksplorasi
mineral. Penyelidikan dengan menggunakan alat
magnetometer ini sangat berguna untuk mencari cebakan
bijih, untuk mengetahui perubahan-perubahan jenis batuan,
dan untuk mengikuti formasi-formasi batuan yang
mempunyai sifat magnetis tertentu, baik dilakukan di darat
ataupun secara cepat dengan mempergunakan pesawat
udara.

Page  46
Sifat Kelistrikan
Berdasarkan sifat listriknya mineral dapat dibagi atas mineral konduktor dan
mineral non konduktor . Mineral konduktor terdiri dari mineral-mineral yang
mempunyai ikatan logam, sedangkan mineral nonkonduktor memiliki ikatan
kovalen atau ionik. Native metal (Au, Cu, Pt dll) bersifat konduktor, mineral
sulfida semikonduktor, sedangkan mineral lainnya non konduktor.

Konduktivitas listrik suatu mineral sangat tergantung dari arah kristalografinya


(mis. konduktivitas hematit pada arah tegak lurus sumbu-c besarnya dua kali
dari konduktivitas pada arah yang sejajar sumbu-c.

Pada beberapa mineral non konduktor dapat diinduksikan muatan listrik


dengan jalan mengadakan perubahan temperatur (pyroelectricity) atau
memberikan tekanan terarah (piezoelectricity).

Gejala piroelektrisitas dapat diperlihatkan pada cooling crystal yang ditaburi


tepung belerang (S) dan timbal (Pb) yang terlebih dahulu diberi muatan listrik
(melalukan pada kain sutra). Partikel belerang yang bermuatan negatif
menempel pada ujung kristal positif sedangkan partikel timbal yang bermuatan
positif tertarik pada ujung kristal yang negatif.
Page  47
Sifat Kelistrikan

Sifat piezoelektrisitas ditemukan oleh Piere dan Jacques Curie (1881) ketika
mengobservasi kristal kuarsa yang diberi tekanan terarah, yang ternyata
menjadi bermuatan positif dan negatif pada ujung-ujung sumbu-a nya. Tahun
berikutnya G. Lippman mengemukakan, bahwa kristal kuarsa akan mengalami
perubahan mekanis jika dipengaruhi oleh medan listrik (hal ini dibenarkan oleh
Curie). Penyelidikan terus dikembangkan pada pemancaran dan penerimaan
gelombang suara di dalam air memakai pelat kuarsa, sifat ini kemudian
digunakan pada radio yaitu melalukan suatu medan listrik bolak-balik pada
pelat kuarsa yang dipotong, diletakkan, dan diukur sedemikan rupa sehingga
memberikan resonansi yang sesuai dengan frekuensi getaran mekanik alam
(frekuensi pancaran dan penerimaan dapat dikontrol kestabilan dan
kecepatannya).

Secara teoritis setiap zat yang tidak mempunyai pusat simetri akan bersifat
piezoelektris. Mineral kuarsa umum digunakan karena memiliki sifat kimia dan
fisika yang stabil, elastisitas tinggi, dan mudah diperoleh.

Page  48
Sifat Permukaan Mineral
Permukaan kristal atau material kristalin dapat merepresentasikan
pertumbuhan kristal, belahan, fractura atau parting.

Sifat permukaan mineral yang penting dalam bidang teknik antara lain adalah
sifat kebasahan relatif (wetability) permukaan mineral. Menurut sifat ini mineral
dibagi dalam dua kelompok :
- mineral-mineral lyophyle, yaitu mineral-mineral yang dapat dengan mudah
dibasahi air,
- mineral-mineral lyophobe, yaitu mineral-mineral yang tidak dapat dengan
mudah dibasahi air.

Pada umumnya mineral-mineral dengan ikatan ion bersifat lyophyle, sedangkan


yang mempunyai ikatan logam atau ikatan kovalen bersifat lyopho

Page  49
Sifat Permukaan Mineral
Pemakaian utama perbedaan sifat permukaan mineral adalah dalam teknologi
pengolahan bahan galian (mineral dressing) yang dikenal sebagai floatasi.
Flotasi terutama dipakai untuk memisahkan mineral-mineral sulfida yang
umumnya bersifat lyophobe dari mineral-mineral gangue (kuarsa, kalsit, dll.)
yang bersifat lyophile.

Page  50
Proses Flotasi

Page  51
Proses Flotasi

Page  52
Proses Flotasi

Page  53
Sifat Radioaktivitas
Radioaktivitas suatu mineral dihubungkan dengan adanya unsur
uranium dan thorium yang terkandung di dalam mineral tersebut
(beberapa unsur lain seperti kalium dan rubidium dapat juga
memperlihatkan radioaktivitas lemah bila diukur dengan alat yang
peka).

Atom-atom uranium dan thorium terurai (desintegrasi) dengan


kecepatan tetap tanpa dipengaruhi suhu, tekanan, maupun sifat
persenyawaan yang mengelilinginya. Desintegrasi ini disertai dengan
tiga jenis radiasi yaitu radiasi sinar alfa, yang terdiri dari inti atom
helium bermuatan positif; radiasi sinar beta yang terdiri dari elektron
bermuatan negatif; dan radiasi sinar gamma yang berbentuk sinar-X.

Radioaktivitas dapat diketahui dengan cara mendeteksi radiasi yang


dipancarkan, baik dengan melihatnya pada sebuah film (effect on
photo- graphic film), maupun dengan alat geigercounter atau
scintillometer.
Page  54
Sifat Radioaktivitas

Timbal (lead) merupakan hasil desintegrasi uranium dan thorium sebagai


berikut :
U238 menjadi Pb206 + 8 He4
U235 menjadi Pb207 + 7 He4
Th232 menjadi Pb208 + 6 He4.

Kecepatan reaksi-reaksi tersebut di atas telah diketahui, sehingga umur


radioaktif mineral dapat dihitung apabila kandungan uranium, thorium, dan
timbal diketahui dan selain itu harus diperhatikan, bahwa mineral
termaksud sebelumnya tidak mengandung timbal (primary lead) serta tidak
mengalami alterasi maupun pelindian (leaching). Suatu spesimen segar
(fresh) yang mengandung mineral-mineral radioaktif dapat sangat berguna
bagi penentuan umur spesimen termaksud.

Prospeksi mineral-mineral radioaktif biasanya dilakukan dengan memper-


gunakan Scintillometer dan Geigercounter.

Page  55
Keliatan (Tenacity)

Tenacity adalah tingkat ketahanan suatu mineral terhadap


deformasi mekanis atau disintegrasi jika di bengkokan, dipotong,
digerus atau dipatahkan atau dirobek. Sifat-sifat ini dapat
dibedakan menjadi :
a. getas (brittle), hacur berkeping –keping jika dipukul dengan palu
(contoh: kuarsa )
b. Lentur (elastic), dapat dilengkungkan dan dapat kembali ke
posisi semula (contoh: lempeng mika yang tipis)
c. Liat (flexible), dapat dilengkungkan tapi tidak dapat kembali ke
posisi semula (contoh: lempeng gypsum yang tipis)
d. Malleable, dapat ditempa menjadi lembaran (contoh: emas,
perak dll)
e. Sectille, dapat dipotong dengan pisau/benda tajam (contoh:
gypsum)
f. Ductille, dapat ditarik menjadi kawat (contoh: emas, perak dll)
g. Tough : sulit untuk dipecahkan ( jadeite dalam bentuk masif-
polikristalin Jade )

Page  56
Luminescence
 Emisi cahaya akibat reaksi dengan sinar UV
(ultraviolet light),(X-rays atau electrons).

 Jenis cahaya tsb di atas memiliki kemampuan


mengeksitasi elektron yang sensitif dalam struktur
mineral. Elektron tsb dapat tereksitasi, loncat ke
orbital yang lebih tinggi, kemudian kembali lagi ke
orbital asal dengan melepaskan sejumlah energi
dalam bentuk emisi cahaya, sehingga warna
mineral kelihatan berpendar

 fluorescence : emisi hanya terjadi ketika mineral


disinari saja

 phosphorescence : emisi masih berlanjut


beberapa saat walau penyinaran telah dihentikan

Page  57
Mineral yang memiliki kemampuan berfluoresen:

 Warna fluoresen mineral Fluorit (CaF2): biru. Biasanya terjadi


akibat adanya substitusi sejumlah kecil Ca oleh unsur rare-earth

 Kalsit dapat berfluoresen dengan warna: merah, pink, atau kuning.


Penyebabnya karena kehadiran Mn atau pengotor organik
(porphyrin)

 Scheelite (CaWO4) memiliki warna fluoresen putih atau putih


kebiru-biruan, namun akan menjadi kekuning-kuningan jika Mo+6
menggantikan W+6. Warna floresennya sering dijadikan test
semikuantitatif penggantian Mo.

 Mineral uranium sekunder dan opal yang mengandung uranium


memiliki warna fluoresen hijau atau hijau-kuning
Page  58
Lampu ultraviolet dan penggunaannya
 Lampu ultraviolet yang digunakan untuk mempelajari fluorescence
mineral harus memenuhi standard scientific grade , memiliki filter
untuk memblokir sinar tampak agar tidak terjadi interferensi saat
observasi.
Ultraviolet Wavelength Ranges

Wavelength Abbreviations

Short-wave 100-280nm SW UVC

Mid-wave 280-315nm MW UVB

Long-wave 315-400nm LW UVA

These wavelength ranges are used for fluorescent


mineral studies and targeted by scientific lamps.

Contoh: mineral spodumene (gem variety kunzite), Foto atas


dengan cahaya normal, foto tengah dengan short-wave dan foto
bawah dengan long-wave ultraviolet.:
• Mineral yang sama dapat memiliki warna fluoresen yang berbeda
• Panjang gelombang UV yang berbeda menghasilkan warna
fluoresen yang berbeda .
• Sebagian individu kristal tidak berpendar walau disinari dengan
UV
Page  59
Bentuk Kristal

Bentuk luar kristal tergantung


simetrinya, dan juga tergantung
kondisi saat pertumbuhan kristal
tersebut

Page  60
Bentuk Kristal dan Habit
 Habit atau perawakan kristal adalah
bentuk khas dari kristal tunggal
maupun kumpulan dari agregat mineral

 Ada kecenderungan mineral untuk


tumbuh membentuk bidang-
bidang/form tertentu lebih sering
ketimbang membentuk form lainnya.
Bentuk form yang sering terlihat pada
suatu mineral tertentu disebut habit

 Jika pertumbuhan mineral tidak


terhambat: maka bentuk geometri
kristal mineral akan teratur/ sempurna,
contoh:
galena kubus
Piritkubus/pyritohedron
Stibnite prismatik

Page  61
Bentuk Kristal dan Habit
 Kristal yang sempurna jarang dijumpai di alam, karena perkembangan bidang kristal
sangat tergantung pada ruang yang tersedia tempat dimana kristal tumbuh.

 Jika kristal tumbuh saling silang menyilang atau dalam lingkungan yang terbatas,
kemungkinan besar tidak akan ada bidang kristal yang dapat berkembang baik.

 Habit yang umum dijumpai pada kristal/kelompok kristal adalah:


– Cubic - bentuk kubus
– Octahedral - bentuk oktahedron
– Tabular -bentuk rectangular, seperti meja
– Equant - jika sisi-sisinya sama panjang.
– Fibrous - menyerabut
– Acicular - menjarum
– Prismatic - memperlihatkan banyak bidang prisma
– Bladed - membilah seperti pisau
– Dendritic – menjari atau beranting
– Botryoidal - membulat halus pada permukaannya/seperti anggur
– Locular/columnar – meniang
– Granular – membutir
– Micaceous- memika/berlembar, dll
Page  62
Menjarum (acicular), Milerite
Menyebar (radial), Atacamite
Menjari (dendritik), psilomelange

Memika (micaceous), Muscovite

Pejal/masif
Membutir, Tenorite Stibarsen

Meniang (lacocular), Natrolite

Page  63

Anda mungkin juga menyukai