Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

“INSTRUMEN PENELITIAN: TES dan ANGKET”

DISUSUN OLEH :
1. SHEILA SAGITA (A1C117009)
2. MIRNAWATI (A1C117011)
3. Rd. ABDURRAHMAN (A1C1170)

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Yusnidar, M.Si
M. Haris Effendi Hsb, S.Pd., M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan dengan judul “Instrumen Penelitian : Tes Dan
Angket”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jambi,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Instrumen

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk


mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara ini dilakukan
untuk memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan
kesimpulan penelitian yang objektif pula (Purwanto dalam firdaos, 2016).

Instrumen artinya adalah alat, Instrumen penelitian adalah alat yang dibuat
dan disusun mengikuti prosedur langkah-langkah pengembangan instrumen
berdasarkan teori serta kebutuhan penelitian lalu digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Dengan kata lain instrumen dapat disebut sebagai alat pengumpul
data (Adip, 2017).

Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu


suatu penelitian. Karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat
ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping
prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Menurut Kothari (2004: 73) hal ini
mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data,
sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai
dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta
atau keadaan sesungguhnya di lapangan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data suatu penelitian
yang dibuat berdasarkan prosedur penelitan.

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh


data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan
insfromasi dilapangan. Tetapi perlu disadari bahwa dalam penelitian kuantitatif,
membuat intsrumen penelitian, menemukan hipotesis dan pemilihan teknik
statistika adalah termasuk kegiatan yang dibuat secara intensif, sebelum peneliti
memasuki lapangan atau laboratorium.

Ada lima media pengumpul data dalam proses penelitian, kelima media
tersebut dapat dipilih satu macam atau gabungan antara dua media tersebut
tergantung pada data yang diharapkan oleh para peneliti. Kelima media
pengumpul data tersebut yaitu: Tes, angket (kuisioner), observasi, wawancara dan
dokumentasi. Pada penelitian kuantitatif umumnya media (instrumen) yang
digunakan yaitu tes dan angket (kuisioner).

2.2 Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan-


pertanyaan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh orang yang diuji untuk waktu tertentu, dengan tujuan untuk megukur
kemampuan tertentu dari orang yang diuji (Amirono, 2016).

Tes adalah teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,


pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh
responden (Arifin, 2011).

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, ditanggapi, atau


tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk
mengukur sejauh mana seorang siswa menguasai pelajaran yang disampaikan
terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan (Sudaryono, 2013).

Menurut Margono (2005), tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang


diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Pesrsyaratan pokok bagi tes adalah
validitas dan reliabilitas. Hal ini akan dibicarakan dalam uraian berikutnya. Dua
jenis tes yang sering dipergunakan sebagai alat pengukur adalah:

a. Tes lisan yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadannya dari jawaban yang diberikan
secara lisan pula.
b. Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis
tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang
diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan kedalam dua bentuk
berikut ini:
1. Tes essay (essay test)
Tes essay yaitu tes yang menghendaki agar test memberikan jawaban
dalam entuk uraian atau kaimat-kalimat yang disusun sendiri. Menurut
Amirono ( 2016), tes ini memungkinkan semua peserta didik menjawab
secara bebas. Dalamtes essay dituntut kemampuan peserta didik umtuk
menggeneralisasi gagasannya melalui bahasan tulisan, sehingga tipe essay
tes lebih bersifat power tes. Bentuk essay tes dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Pertanyaan bebas
Bentuk pertanyaan diarahkan pada pertanyaan bebas dan jawaban tes
tidak dibatasi, tergantung pada pandangan peserta.
b. Pertanyaan terbatas
Pertanyaan pada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.
Pembatasan dapat dilihat dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang
jawabannya/ dan indikatornya.
c. Pertanyaan terstruktur
Merupakan bentuk antara soal-soal objektif dan essay. Soal dalam,
bentuk ini merupakan serangkaian jawaban singkat sekalipun bersifat
terbuka dan bebas jawabannya.

Menurut Sudijono dalam Amirono (2016), tes uraian ( essay tes), yang
sering juga dikenal dengan istilah tes subyektif, adalah salah satu jenis tes
hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan sebagai
berikut:
a) Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki
jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup
panjang.
b) Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada test untuk
memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan,
membedakan, dan sebagainya.
c) Jumlah butir soalnya umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima
sampai sepuluh butir.
d) Pada umumnya butur-butir soal diawali dengan kata-kata: jelaskan,
mengapa, bagaimana, atau kata-kata lain yamg serupa dengan itu

2. Tes objektif
Tes objektif adalah suatu tes yang disusun dimana setiap pertanyaan
tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih. Tes ini dapat
menghasilkan skor yang konstan, tidak tergantung pada siapapun yang
memberi skor, karena pemberi skor tidak dipengaruhi oleh sikap
subjektifitas. Tes objektif diberi kedalam beberapa bentuk berikut ini:
a. Tes betul-salah (true false items)
Rumus untuk mencari skor akhir bentuk benar-salah ada 2 macam, yaitu:
a) Dengan denda

S = R -W
Dengan pengertian:
D = skor yang diperoleh
R = right (jawaban yang benar)
W = wrong (jawaban yang salah)

Contoh:
Jumlah soal tes = 20 buah
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A
adalah:
16 – 4 = 12
Dengan menggunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan
seorang siswa memperoleh skor negatif.
b) Tanpa denda
Rumus:

S=R
Yang dihitung hanya yang betul (untuk soal yang tidak dikerjakan
dinilai 0).

b. Tes pilihan ganda (multiple choice items)


c. Tes menjodohkan (matching items)
Contoh:
“pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada
lajur kanan dengan cara menempatkan huruf yang terdapat di muka
pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan di lajur kanan.”
a) Transmigrasi.......... 1. masuknya penduduk dari negara lain
b) Imigrasi................. 2. pindahnya penduduk di negara lain
c) Emigrasi................ 3. pindahnya penduduk antar pulau satu negara

Contoh:
“Disebelah kiri terdapat nama kota. Disebelah kanan terdapat nama
provinsi. Coba isi titik-titik yang tersedia disebelah kiri dengan huruf
didepan nama provinsi dimana kota tersebut berada,”
1. Cirebon.................. a. Sumatera Utara
2. Demak.................. b. Nusa Tenggara Barat
3. Pasuruan............... c. Kalimantan Timur
4. Lubuklinggau........ d. Kalimantan Barat
5. Depok.................... e. Jawa Barat
6. Singaraja................ f. Sulawesi Utara
7. Balikpapan............. g. Jawa Tengah
8. Martapura............... h. Nusa Tenggara Timur
9. Gorontalo................ i. Sulawesi Tengah
10. Ende........................ j. Kalimantan Selatan
k.Daerah Istimewa
Yogyakarta

l. Jawa Timur
m. Bengkulu
n. Daerah Khusus Ibukota
Jakarta

Cara mengelolah skor: dihitung

S=R
Artinya skor terakhir dihitung jawaban yang benar saja.

d. Tes melengkapi (completion items)


Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas
kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian
yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan
pengertian kita minta dari murid.
Contoh:
 Columbus menemukan benua Amerika pada tahun..........
 Air akan membeku pada suhu ............. derajat Farenheit

Ada juga completon test yang tidak membentuk kalimat-kalimat pendek


seperti diatas, tetapi merupakan kalimat-kalimat berangkati dan memuat
banyak isian.

Contoh:

 Di mulut, makanan dikunyah dan diampur dengan .............. (1) yang


mengandung .............. (2) berguna untuk menghancurkan .............. (3)
kemudian ditelan melalui .............. (4) masuk ke .............. (5) disini di
campur lagi dengan .............. (6) .............. dan seterusnya.

Jawaban-jawaban tidak perlu dituliskan ditempat yang dikosongkan,


sebab cara demikian akan menyukarkan pemeriksa. Tetapi sediakanlah
tempat tersendiri dengan nomor urut kebawah. Oleh karena itu dalam
membuat soal, tempat-tempat isian harus diberi nomor seperti diatas.

Contoh tempat jawaban:


1. ..............
2. ..............
3. ..............

Cara scoring:
S=R
(sama dengan bentuk matching (tes menjodohkan))

e. Tes jawaban singkat (short answer items)


Soal bentuk jawaban singkat adalah yang menuntut peserta tes
untuk memberikan jawaban singkat, berupa kata prase, nama tempat,
nama tokoh, lambang, atau kalimat yang sudah pasti. Bentuk soal
jawaban singkat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik yang
sangat sederhana.
Contoh:
 Kemampuan menyebutkan metode atau prosedur
1) Alat apakah yang digunakan untuk menentukan sebuah benda
bermuatan negatif atau posetif? (elektroskop)
2) Alat apa yang digunakan untuk mengukur suhu suatu benda?
(termometer)
3) Alat apakah yang digunakan untuk melihat benda-benda besar
tetapi jauh jaraknya? (teleskop)
 Kemampuan melengkapi persamaan
1) Mg + HCl MgCl2 + H2
Mg +2HCl MgCl2 + H2
2) Al + HCl AlCl3 + 3H2
Mg + 6HCl 2AlCl3 + 3H2

(Sudaryono, 2013).
Dilihat dari tingkatannya tes dapat diklasifikasikan menjadi dua tes baku dan
tes buatan peneliti sendiri. Tes baku adalah tes yang dipubikasikan dan telah
disiapkan oleh para ahli secara cermat sehingga norma-norma perbandingan,
validitas, reliabilitas dan petunjuk pemberian skornya telah diuji dan disiakan. Tes
buatan sendiri, agar dapat digunakan sebagai sebagai alat pengukuran perlu
diperhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Tes harus valid


Tes disebut valid apabila tes tersebut benar-benar dapat mengungkap aspek
yang diselidiki secara tepat, dengan kata lain harus memiliki tingkat ketepatan
yang tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang hendak diukur.
2. Tes harus reliabel
Tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut ampu memberikan hasil yang relatif
tetap apabila dilakukan secara berulang pada kelompok individu yang sama.
Dengan kata lain tes itu memiliki tingkat ketepatan atau tingkat ketetapan yang
tinggi dalam mengungkap aspek-aspek yang henddak diukur.
3. Tes harus objektif
Tes dikatakan objektif apabila dalam memberikan nilai kuantitatif terhadap
jawaban, unsur subjektifitas penilai tidak ikut mempengaruhi.
4. Tes harus bersifat diagnostik
Tes bersifat diagnostik apabilates memiliki daya pembeda dalam arti mampu
memilah-milah invidu yang memiliki kemampuan yang tinggi sampai dengan
angka yang terendah dalam aspek yang akan diungkap. Untuk itu harus
dilakukan perhitungan tingkat kesukaran butir tes dan analisis butir tes.
Tingkat kerukaran berupa indeks P=100 dari 1 butir tes yang termudah sampai
indeks P=0,00 dari satu item tes yang tersukar. Keadaan ini harus terssebar
sedemikian rupa didalam tes. Penyebarannya disarankan sebagai berikut: 20%
butir tes yang sukar, 50% butir tes yang kesukarannya sedang, dan 30% butir
tes yang mudah.
5. Tes harus efisien
Tes yang efisien yaitu tes yang mudah cara membuatnya dan mudah pula
penilaiannya.
Agar butir-butir tes memenuhi persyaratan yang dikehendaki, maka butir tes
objektif disusun harus memenuhhi konstruksi berikut ini:

a. Syarat bagi pembuat tes


Pembuat tes harus berusaha memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang akan di tes
2. Memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam teknik konstruksi tes
3. Memiliki kemampuan merumuskan buah pikiran secara teliti, singkat dan
jelas.

b. Petunjuk umum menyusun butir tes objektif


1. Setiap pertanyaan bentuk objektif hendaknya didahului oleh petunjuk
tentang cara mengerjakan.
2. Pergunakan istilah dan menyusun kalimat yang sesuai dengan tingkat
kemampuan teste.
3. Hindarkan pertanyaan-pertanyyan yang mengandung lebih dari satu
pengertian atau dapat diartikan bermacam-macam
4. Pertanyaan-pertanyaan jangan diambil lagsung dari apa yang tertulis
didalam buku bacaan atau bahan pelajaran, karena hal itu akan melatih
ingatan saja dan ukuran mendorong teste untuk berpikir.
5. Harus juga dijaga jangan sampai pertanyaan yang satu mempermudah
pertanyaan yang lain.
6. Urutan-urutan jawban yang salah dan yang betul jangan mengikuti suatu
pola tertentu yang tetap, misal, dalam ragam benar-salah urutan jawaban
yang betul jangan B;S, B;S dan seterusnya, atau dalam ragam pilihan
ganda, jangan A, B, C, D, A, B, C, D, dan seterusnya.
7. Jangan sampai pertanyaan yang satu tergabung pada pertanyaan yang lain
sehingga apabila teste tidak dapat menjaawab yang satu maka tidak akan
dapat menjawab yang lain.
8. Tes objektif harus mengevaluasikan tujuan-tujuan pengajaran yang sudah
ditetapkan.
9. Butir-butir tes hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga teste yang
sudah mencapai tujuan pengajaran akan dapat menjawab dengan benar.
10. Butir tes harus memiliki discriminatori power untuk membedakan teste
yang sudah mencapai tujuan pengajaran dari yang belum mencapai
tujuan itu.
11. Petunjuk tes dan butir-butir tes harus sedemikian rupa sehingga teste tahu
dnegan segera apa yang dikerjakan.
12. Tes harus dipersiapkan sebaik-baiknya.
13. Teste harus diberikan kesempatan yang cukup untuk persiapan
menghadapi tes.
14. Waktu untuk mengerjakan tes harus cukup karena pada dasarnya tes
objektif bukan “speed test” tetapi “power test”.
15. Untuk diskriminatori purpouse,butir-butir tes yang jumlahnya memadai
itu sebaiknyaterdiri dari butir-butir yang relatif mudah sampai yang
relatif sukar.
16. Tes hendaknya meliputi semua aspek penting dari bahan yang diajarkan.
17. Jawaban-jawaban yang benar hendaknya tersebut pada huruf atau nomor
option yang berbeda-beda tidak membentuk.
18. Untuk tes pilihan ganda, option-option hendaknya jelas, benar atau salah
benar dan hanya satu yang benar.

Contoh pengembangan instrument tes yaitu dapat dilihat pada jurnal


pengembangan instrument tes diagnostik kesulitan belajar kimia SMA kelas xi
semester I dengan menggunakan model teslet yang ditulis oleh kusumaningrum,
dkk tahun 2015 yaitu:
Instrumen tes diagnostik yang telah disusun berjumlah 40 butir soal pilihan ganda
bertingkat (teslet) dengan materi yang dipergunakan adalah Termokimia.
Karakteristik butir soal instrumen tes diagnostik model teslet yang dihasilkan
memiliki validitas isi pada rentang 0,76≤ CV≤ 1, reliabilitas 0,85; tingkat
kesukaran berada pada rentang 0,09≤ TK≤ 0,85, daya beda pada rentang 0,05≤
DB≤ 0,68; kunci jawaban 75% sudah

2.3 Angket / Kuisioner


Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Anggraini, 2015).
Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau
pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden
secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Arifin, 2011).
Angket atau kuisioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data
secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden)
(Sudaryono, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahawa
angket merpakan suatu media pengumpul data yang berisikan serangkaian
pertanyaan atau pernyataan untuk mengumpulkan data atau informasi dari
responden yang dijawabnya secara tertulis sesuai dengan pendapatnya.
Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan
jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Disamping itu responden mengetahui informasi tertentu yang diminta. Angket
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: angket terbuka dan tertutup.

1. Bentuk angket berstruktur atau angket tertutup


Angket berstruktur atau angket tertutup yaitu angket yang menyediakan
beberapa kemungkinan jawaban. Pada angket tertutup pertanyaan atau
pernyataan sudah disusun secara berstruktur disamping ada pertanyaan pokok
atau pertanyaan utama, juga ada anak pertanyaan atau sub pertanyaan. Dalam
angket tertuutp, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah memiliki
alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden.
Dengan kata lain, angket berstruktur adalah angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu
jawban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan
tanda silangg (X) atau tanda checklist (√). Responden tidak bisa memberikan
jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban.
Bentuk angket berstruktur terdiri atas tiga bentuk: (a) bentuk jawaban tertutup,
yaitu angket yang setiap pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternatif
jawaban, (b) bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban terakhir
diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada responden untuk menjawab secara bebas dan, (c) bentuk jawaban
bergambar, yaitu angket yang memberikan jawaban dalam bentuk gambar.
Contoh: Cara memberikan tanda silang (X)
(1) Apakah saudara pernah mempraktekkan materi Diklat Teknologi
Informasi yang menunjang tugas di kantor saudara?
a) Pernah
b) Tidak pernah
Jika pernah, materi apa saja yang saudara praktekkan terutama
dalam menunjang pekerjaan saudara?
a) Kertas Kerja Perorangan (KKP)
b) Manajemen Sumber-daya Manusia
c) System Informasi Manajemen
d) Simulasi dan Kertas Kerja Tema (KKT)

Contoh kuesioner dengan empat jawaban alternatif.


(2) Untuk menambah pengalaman dalam bidang praktik saya mengikuti
kursus-kursus?
a) Sering sekali
b) Sering
c) Pernah
d) Tidak pernah
Untuk jawaban yang dibuat secara ordinal maka empat alternatif jawaban
tersebut sudah menunjukkan jawaban ordinal. Apabila peneliti hendak
menggunakan instrumen dengan interval maka dapat menambahkan
informasi pembobot misalnya, jawaban sering kali=4; sering=3; pernah=2;
tidak pernah=1.

2. Angket tidak berstruktur atau angket terbuka


Angket tidak berstruktur atau angket terbuka yaitu bentuk angket yang
memberikan jawaban secara terbuka dimana responden secara bebas menjawab
pertanyaan tersebut. Kuesioner dengan item terbuka biasanya dibuat oleh
peneliti dengan menggunakan pertanyaan seperti apakah, mengapa, kapan,
bagaimana, dan siapa. Dari pertanyaan tersebut responden diminta menjawab
secara jelas dan singkat pada ruang jawaban yang telah disediakan.
Contoh:
1) Apakah anda dapat menerima tugas-tugas yang diberikan oleh bapak atau
ibu guru?
2) Tugas-tugas macam apakah yang pada umumnya memberatkan anda
dalam mengikuti mata pelajaran tetrsebut?
Dalam kuesioner ini peneliti memnyediakan kolom jawaban dalam setiap
item percobaan dengan maksud agar para responden dapat memberikam
informasi yang seluas-luasnya terhadap pertanyaan yang telah direncanakan.
Cara ini dikatakan cukup efektif, karena responden dapat memberikan
jawabannya sesuai dengan yang mereka pikirkan sehingga mereka dapat
memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

3. Angket kombinasi berstruktur dan tak berstruktur


Sesuai dengan namanya, maka pertanyaan dalam kuesioner ini disatu sisi
memberikan alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden tetapi dilain
pihak juga memberi kebebasan kepada responden untuk menjawab secara
bebas lanjutan dari jawaban yang sebelumnya.

4. Angket semi terbuka


Angket yang memberikan kebebasan kemungkinan menjawab selain dari
alternatif jawaban yang sudah tersedia.

2.3.1 Syarat membuat angket yang baik


Menurut Sukardi (2003), untuk memperoleh item angket yang baik, peneliti
hendaknya memperhatikan beberapa butir penting, ketika membuat item-item
tersebut. Beberapa butir penting tersebut adalah:
1. Setiap item harus dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak mempunyai arti
yang meragukan.
2. Peneliti hendaknya menghindari pertanyaan atau pernyataan ganda dalam
suatu item
3. Item pertanyaan atau pernyataan berkaitan dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan dalam penelitian.
4. Bahasa yang digunakan hendaknya mengandung bahasa yang baku.
5. Penelitian hendaknya tidak terlalu udah menggunakan item-item negatif
atau item yang menjebak responden.
6. Penelitian hendaknya membangun item angket yang terarah dalam kisi-kisi
kerja atau framework permasalahan.
Menurut Arifin (2011), langkah-langkah dalam penyusunan angket:

1. Menyusun kisi-kisi angket.

Contoh:

No Masalah Tujuan Indikator Sumber Data Nomor Angket


.

2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan,


berstruktur atau tak berstruktur. Setiap pertanyaan dan jawaban harus
menggambarkan atau mencerminkan data yang diperlukan. Pertanyaan
harus diurutkan, sehinngga antara pertanyaan yang satu dan yang lainnya
terdapat kesinambungan.
3. Membuat pedoman atau petunjuk caa menjawab pertanyaan, sehingga
memudahkan responden untuk menjawabnya.
4. Jika angket sudah tersusun dengan baik, maka perlu dilaksanakan uji coba
dilapangan, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya.
5. Angket yang sudah diuji cobakan dan terdapat kelemahan perlu direvisi
baik dari bahasa pertanyaannya maupun jawbannya.
6. Menggandakan angket sesuai dengan banyaknya jumlah responden.

2.3.2 Keunggulan Dan Kelemahan Angket


Menurut Sukardi (2003), ada beberapa keunggulan dari penggunaan angket
atau kuesioner diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat mengungkapkan pendapat atau tanggapan seseorang baik secara
individu maupun kelompok terhadap permasalahan.
2. Dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan waktu
yang relatif singkat.
3. Tetap terjaganya objektivitas responden dari pengaruh luar terhadap suatu
permasalahan yang diteliti.
4. Tetap terjaganya kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan
pendapat pribadi.
5. Karena diformat dalam bentuk surat, maka biaya lebih murah.
6. Penggunaan waktu yang lebih fleksible sesuai dengan waktu yang telah
diberikan peneliti.
7. Dapat menjaring informasi dalam skala luas dalam waktu cepat.

Kelemahan dari kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Peneliti tidak dapat melihat reaksi responden ketika memberikan informasi


melalui isian kuesioner.
2. Responden tidak memberikan jawaban dalam waktu yang telah ditentukan.
3. Responden memberikan jawaban secara asal-asalan.
4. Kembalinya kuesioner bergantung pada kesadaran responden dalam
menjawab dan mengantar lewat kantor pos.

Contoh pengembangan instrument penilaian dengam menggunakan metode


pengumpulan data angket yaitu dapat dilihat pada jurnal pengembangan
instrumen penilaian aspek psikomotorik pada praktikum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi kelas xi ipa sma negeri 3 pontianak

terlihat bahwa persentase dari respon observer sebesar 94,44 sedangkan untuk respon
guru adalah 90,27 dan didapatkan rata-rata respon adalah 92,35 sehingga dinyatakan
responden memberikan respon positif terhadap instrumen penilaian psikomotorik yang
dikembangkan. Berdasarkan aspek kevalidan, dan kepraktisan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa instrumen penilaian aspek psikomotorik telah layak digunakan pada
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Anda mungkin juga menyukai