Analisis Manajemen Risiko Imbal Hasil Te
Analisis Manajemen Risiko Imbal Hasil Te
Dosen Pembimbing
Disusun oleh :
Assalamualaikum wr.wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya atas tersusunnya makalah ini dalam mata kuliah Manajemen Risiko yang
membahas mengenai “Analisis Manajemen Risiko Imbal Hasil Terhadap Bagi Hasil Di
Perbankan Syariah “.
Makalah ini saya tulis ditujukan sebagai informasi media pembelajaran kepada seluruh
pembaca agar dapat memahami hal hal yang berhubungan dengan manajemen risiko imbal
hasil terhadap bagi hasil di perbankan syariah.
Saya sebagai penulis sekaligus mahasiswa, menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah yang saya tulis ini. Oleh karena itu dengan tantangan terbuka saya menerima
dan mengharapkan saran serta kritik dari pembaca agar terciptanya kesempurnaan makalah
saya selanjutnya.
Akhir kata saya sebagai penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.
Wassalamualaikum.wr.wb
9
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Metode Penulisan 3
BAB II Pembahasan
Manajemen Risiko dalam Perbankan Syariah 4
Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk Risiko Imbal Hasil......................8
Penetapan Peringkat Risiko Inheren Dalam Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil......................8
Kesimpulan.........................................................................................................................................11
Daftar Pustaka...................................................................................................................................12
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah investasi yang
dilakukan oleh para investor dengan tujuan untuk mendapatkan hasil atau imbal hasil
lebih besar yang mungkin mereka dapatkan. Dengan adanya kegiatan investasi maka akan
terjadi kondisi perekonomian yang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di negara
tersebut. Sayangnya tidak semua orang yang mengetahui dan menjadi investor karena
keterbatasan modal, sehingga orang yang ingin ikut melakukan kegiatan investasi dapat
melakukan dengan berbagai cara dengan menempatkan dana mereka di sektor tabungan
ataupun deposito di bank. Dana yang dihimpun oleh bank akan dikelola dengan cara
menyalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana dan bank memperoleh
imbalan atas hasil yang di kerjakan oleh pengelola dana.
Pertumbuhan bank konvensional sangat cepat dan menyebar keseluruh dunia namun
demikian ada sebagian masyarakat dunia terurama umat islam yang tidak setuju dengan
kegiatan yang dilakukan oleh bank konvensional yang menerapkan bunga didalamnya.
Penyebabnya adalah ajaran islam melarang keras mengambil sedikitpun bunga atas
pinjaman yang mereka berikan dan berinvestasi dalam kegiatan usaha yang haram, kedua
hal tersebut yang belum dapat diakomodir oleh bank konvensional yang ada.
Pada tahun 1963 Mit Ghamr Mesir berdirilah Bank Syariah pertama di dunia yang
menerapkan ajaran ajaran islam dalam melakukan kegiatan usahanya. Setelah berdirinya
bank syariah pertama didunia maka pada tahun 1970-an bank syariah mulai berkembang
di dunia, dan muncul sebagai alternatif dari jasa perbankan yang sudah ada di masyarakat
dunia.
Di Indonesia pertumbuhan bank syariah diawali dengan berdirinya PT. Bank Muamalat
Indonesia (BMI) yang didirikan pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi
pada 1 Mei 1992. Pemerintah Indonesia sangat mendukung hadirnya perbankan syariah
ini. Hal ini ditujukan dengan terbitnya Undang-Undang No.7 Tahun 1992 dan PP No.72
Tahun 1992 yang menguatkan dasar hukum kegiatan operasional bank syariah di
Indonesia sebagai tanda awal dimulainya era sistem perbankan ganda di Indonesia. Pada
tahun 1998 terjadi perubahan UU No.10 Tahun 1998, yaitu berdasarkan undang undang
tersebut bank umum konvensional diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Bank Syariah juga mempunyai kendala risiko dalam kegiatan
usahanya , yang membedakan dengan Bank Konvesional adalah adanya risiko imbal
hasil. Imbal hasil sangat mempengaruhi nasabah DPK , apalagi jika tingkat suku bunga
lebih besar dibandingkan bagi hasil di perbankan syariah. Ini akan membuat nasabah akan
menarik dananya dan memungkinkan untuk pindah ke bank konvensional.
Untuk itu penulis ingin menjelaskan bagaimana cara mengelola risiko imbal hasil dengan
melihat sumber sumber yang ada.
9
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah dalam mata kuliah Manajemen Risiko dengan judul
Analisi Manajemen Risiko Imbal Hasil Terhadap Bagi Hasil Di Perbankan Syariah, yaitu:
C. Metode Penulisan
1. Sumber Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode qualitative research dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini penulis mengambil sumber penulisan dengan menggunakan studi
kepustakaan (library researc) serta merujuk kepada artikel, buku-buku, internet, dan
berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data-data tersebut penulis lebih
mengacu kepada data-data dari internet dan buku-buku,
karena keterbatasan penulis dalam mencari data-data yang srcinal.
2. Objek Penulisan
Objek penulisan yang disusun oleh penulis adalah Analisis Management Risiko Imbal
Hasil Terhadap Bagi Hasil di Perbankan Syariah, serta melalui objek sumber yang ada
di bank Syariah Mandiri (BSM).
9
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen. Rabu, 28/01/2018
2
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 ttg penerapan manajemen risiko
3
M. Nafarin. Penganggaran Perusahaan Edisi 3.Jakarta.Salemba empat.2007.hal:408
9
Risiko dapat dibedakan atas dua kelompok besar yaitu risiko yang sistematis
(systematic risk), yaitu risiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau situasi
tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan kebijakan
ekonomi pemerintah, perubahn situasi pasar, situasi krisis atau resesi, dan sebagainya
yang berdampak pada kondisi ekonomi secara umum; dan Risiko yang tidak
sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang unik, yang melekat pada suatu
perusahaan atau bisnis tertentu saja.Macam-macam Risiko yang dihadapi oleh Bank
adalah sebagai berikut:
1. Risiko LikuiditasRisiko likuiditas pasar dimana risiko yang timbul karena bank tidak
mampu melakukan offsetting tertentu dengan harga karena kondisi likuiditas pasar
yang tidak memadai atau terjadi gangguan dipasar. Risiko likuiditas pendanaan
dimana risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan assetnya atau
memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.
2. Risiko Pasar
Risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti: suku bunga, nilai
tukar, hargha equity dan harga komoditas sehingga nilai portofolio/asset yang dimiliki
bank menurun.
3. Risiko Kredit
Dimana risiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak lain(nasabah/debitur)
dalam memenuhi kewajibannya.
4. Risiko Operasional
Risiko akibat kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan
menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan.
5. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan timbul sebagai akibat tidak dipatuhinya atau tidak dilaksanakannya
peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku atau yang telah ditetapkan
baik ketentuan internal maupun eksternal.
6. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah terkait dengan risiko bank yang menangtgung kerugian sebagai
akibat adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis. Kelemahan
ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat
syahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
7. Risiko Reputasi
9
Risiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan
usaha bank atau karena adanya persepsi negatif terhadap bank.
8. Risiko Strategik
Risiko yang timbul karena adanya penetapan dan pelaksanaan strategi usaha bank
yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya bank terhadap perubahan-perubahan eksternal.4
Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah
kaena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyalur dana ,
yang dapat mempengaruhi perilaku nasabaj dana pihak ketiga.
Risiko akibat bank ikut menanggung kerugian nasabah yang dibayai dalam
pembiayaan bagi hasil berbasis bagi hasil.4
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011, risiko imbal hasil ini timbul
antara lain karena adanya tingkat perubahan perilaku nasabah dana pihak ketiga bank
yang disebabkan oleh perubahan ekspetasi tingkat imbal hasil yang diterima dari
bank. Perubahan ekspetasi dapat memicu perpindahan dana dari Bank kepada Bank
lain.
24
PBI No.12/23/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
9
yang dibayarkan bank kepada nasabah kaena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyalur dana , yang dapat mempengaruhi perilaku nasabaj dana pihak
ketiga. Risiko ini muncul akibat adanya perubahan perilaku nasabah dana pihak ketiga
yang dipengaruhi oleh perubahan ekspetasi atas tingkat bagi hasil yang bank berikan .
Perubahan ekspetasi ini dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal misalkan penurunan dari nilai saham bank syariah ( jika sudah
go public) atau penurunan nilai rasio kecukupan modal. Sedangkan contoh dari faktor
eksternal seperti naiknya imbal hasil yang ditawarkan bank syariah lain atau naiknya
tungkat suku bunga yang ditawaran oleh bank konvensional.
Risiko imbal hasil serupa dengan risiko tingkat suku bunga yang terdapat di bank
konvensional . Namun terdapat perbedaan antara risiko imbal hasil dengan risiko tingkat
suku bunga yang ada di bank konvensional, sebagaimana yang terdapat dalam tabel
berikut.5
Bank Syariah harus memiliki sistem yang tepat untuk identifikasi dan pengukuran faktor
yang bisa meningkatkan risiko imbal hasil ini. Ketika dilakukan kalkulasi tingkat
35
M.Nur Rianto Al – Arif. Management risiko bank syariah. Jakarta. UIN Press.2015, hal:179
9
pengembalian bank syariah harus memakai metode gapping untuk alokasi posisi ke dalam
time band untuk membagi jatuh tempo dalam tanggal repricing . Tingkat aset yang tetap dan
mengembang oleh bank syariah harus diklasifikasikan sesuai dengan tanggal piutanggnya
karena kembalian piutang ini mempresentasikan dana investasi mudharabah secara langsung
dan memiliki keuntungan pemilikan dari aset. Arus kas yang aktual mengindikasikan gap
pada time band yang ada, mempengaruhi kembalian pada periode itu. Bergantung dari
kompleksitas dan sifat dari operasi usaha. Bank syariah dapat menggunakan teknik dari
simple gap sampai simulasi yang mahir untuk pendekatan yang digunakan dapat diterima di
estimasi pada periode pendapatan masa depan , keberagamannya dan pendapatan akan
memberikan hasil pada beragam tingkatan kembalian yang diharapkan nasabah mudharabah.
Proses pengukuran adalah penting untuk melihat potensi ancaman yang ada dan material
serta dapat memberikan dampak pada posisi neraca. Bank syariah akan memastikan apakah
mereka memahami karakteristik yang berbeda dari posisi neracanya pada mata uang yang
berbeda dimana mereka beroperasi.
Bank syariah harus menghitung jatuh tempo behavioral kontraktual dari transaksi dalam
penilaian eksposur risiko ini, yang dalam konteks lingkungan dimana mereka beroperasi dan
perubahan kondisi pasar, contohnya ialah pembiayaan lebih awal dari nasabah mudharabah ,
dan transaksi ijarah.
Dibeberapa negara bank syariah memberikan rebat pada beberapa transaksi . Bank syariah
harus mampu menggunakan teknik neraca untuk meminimalisir eksposur menggunakan
beberapa strategi sebagai berikut :
Menentukan rasio laba pada masa depan dibandingkan dengan ekspetasi kondisi
pasar
Menggunakan instrument baru yang sesuai syariah
Menerbitkan sekuritisasi tranches yang sesuai dengan aset yang diizinkan dalam
ketentuan syariah.6
Konsekuensi dari risiko imbal hasil adalah risiko displaced commercial. Bank Syariah
mungkin berada dibawah tekanan untuk membayar kembalian di atas rata-rata dari
46
Ibid. Hal: 184-187
9
tingkat pendapatan yang dibiayai dari dana pemegang rekening investasi bagi hasil yang
kinerja asetnya berkinerja dibawah pesaing. Bank Syariah dapat memutuskan untuk
menggunakan bagian haknya untuk membagi seluruh share dan mudharib untuk
menguntungkan pemegang rekening investasi sebagai keputusan komersil.
Dasar dari itu , perlu ditentukan dan didefinisikan secara jelas dan prosedurnya disetujui
oleh direksi. Profit Equalisation Reserve ( PER ) menurut The Accounting and Auditing
Organisation for Islamic Finansial Institution ( AAOIFI ) adalah sebagian dari pendapatan
kotor dari pendapatan murabahah yang dikelurkan, sebelum mengalokasikannya ke
bagian mudharib dengan tujuan untuk memberikan return/hasil yang lebih merata kepada
pemilik rekening dengan pemegang saham. Sementara itu , Investment Risk Reserve(IRR)
adalah sebagian dari pendapatan investor yang disesuaikan dengan cara mengurangi
bagian dari pendapatan mudharib yang bertujuan untuk menutupi kerugian pada masa
yang akan datang pada investasi yang dibiayai dengan skema pembiayaan berbentuk bagi
hasil.
Akad berbasis syirkah berpotensi memberikan imbal hasil yang fluktuatif. Untuk itu,
guna menjaga agar bagi hasil yang diperoleh nasabah Investment Account Holder (IAH)
menjadi tidak fluktuatif sekaligus mencegah terjadinya displayed commercial risk ,
9
terdapat rekomendasi agar bank islam mempraktikkan konsep Profit Equlization Reserve
(PER) dan Investment Risk Reserve (IRR).
Oleh karenanya, bank syariah akan berupaya menjaga agar imbal hasil yang diperoleh
nasabah IAH tidak terlalu fluktuatif, meskipun bank harus menyisihkan sebagian dari
ekuitasnya untuk menjaga hal tersebut. Dengan demikian PER dan IRR ditujukan untuk
melindungi gerusan pada ekuitas bank syariah yang mungkin timbul akibat upaya bank
syariah untuk tetap mendistribusikan imbal hasil pada nasabah IAH dengan tingkat yang
biasa diperolehnya. Praktik ini dilakukan oleh bank syariah pada saat kondisi bisnis
sedang lesu , dan imbal hasil yang diperoleh dari penyaluran dana sedang menurun.
PER dicadangkan dari total keuntungan sebelum dialokasikan antara pemegang saham ,
nasabah IAH , dan bagian bank atas hasil syirkah. Sementara IRR dicadangkan dari
jumlah keuntungan yang dibagikan kepada IAH , PER lebih ditujukan untuk nasabah IAH
sementara IRR ditujukan untuk menutupi potensi kerugian yang bisa muncul akibat
ruginya proyek yang dibiayai dari dana nasabah IAH tersebut. Pencadangan ini juga
berpengaruh pada nasabah IAH yang menaruh dana dalam jangka pendek atau menaruh
dana dalam periode dimana kinerja sedang baik. Karena pencadangan ini mereka akan
mendapatkan imbal hasil yang lebih rendah dari pada seharusnya diterima jika ada
pencadangan. Bank pun terkena dampak karena labanya akan tergerus oleh pencadangan
ini.
F. Penetapan Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Untuk Risiko Imbal Hasil
Peringkat kualitas yang dibuat oleh Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) harus diterapkan
dalam perbankan syariah, diantaranya sebagai berikut :
9
1. Strong
Kualitas penerapan manajemen risiko imbal hasil sangat memadai. Meskipun terdapat
kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut tidak signifikan sehinnga dapat
diabaikan.
2. Satisfactory
Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil memadai. Meskipun terdapat
kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan pada bisnis normal.
3. Fair
Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil cukup memadai. Meskipun
terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut membutuhkan perhatian
manajemen.
4. Marginal
Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil kurang memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen risiko imbal hasil yang
membutuhkan tindakan korektif segera.
5. Unsatisfactory
Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Imbal Hasil tidak memadai. Terdapat
kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen risiko imbal hasil dimana
tindak penyelesaiannya diluar kemampuan manajemen.
G. Penetapan Peringkat Risiko Inheren Dalam Penerapan Manajemen Risiko Untuk Risiko
Imbal Hasil
1. Low
9
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan
kerugian yang dihadapi tergolong sangat rendah selama periode waktu tertentu
dimasa datang.
2. Low to Moderate
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan
kerugian yang dihadapi tergolong rendah selama periode waktu tertentu dimasa
datang.
3. Moderate
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan
kerugian yang dihadapi tergolong cukup tinggi selama periode waktu tertentu dimasa
datang.
4. Moderate to High
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan
kerugian yang dihadapi tergolong tinggi selama periode waktu tertentu dimasa
datang.
5. High
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan bank, kemungkinan
kerugian yang dihadapi tergolong sangat tinggi selama periode waktu tertentu dimasa
datang.
9
Hasil penelitian masing-masing jenis risiko pada bulan Desember tahun 2014 yang
dilakukan secara self assessment adalah :
Berdasarkan profil risiko tersebut Bank Syariah Mandiri melakukan penguatan pada
manajemen risiko imbal hasil dengan penetapan protokol price pembayaran,
pengembangan fitur step up price dan pengembangan produk dengan reviewable price.7
BAB III
PENUTUP
57
www.syariahmandiri.co.id
9
A. Kesimpulan
Risiko Imbal Hasil ( rate of return risk ) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal
hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah karena terjadi perubahan tingkat imbal
hasil yang diterima bank dari penyalur dana , yang dapat mempengaruhi perilaku
nasabah dana pihak ketiga bank.
Bank Syariah harus memiliki sistem yang tepat untuk identifikasi dan pengukuran
faktor yang bisa meningkatkan risiko imbal hasil ini. Ketika dilakukan kalkulasi
tingkat pengembalian, bank syariah harus memakai metode gapping untuk alokasi
posisi ke dalam time band untuk membagi jatuh tempo dana dalam tanggal repricing .
Tingkat aset yang tetap dan mengambang oleh bank syariah harus diklasifikasikan
sesuai dengan tanggal piutangnya karena kembalian piutang ini mempresentasikan
dana investasi mudharabah secara langsung dan memiliki keuntungan pemilikan dari
aset.
DAFTAR PUSTAKA
9
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
M.Nur Rianto Al – Arif. Management risiko bank syariah. Jakarta. UIN Press.2015, hal:179.
www.ojk.go.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
www.syariahmandiri.co.id