Tim Redaksi:
Mohammad Saleh Tjan
Hanum Aryani, S.H
Wijaya Kusuma, M.H
Mohammad Imam Santoso, S.IP
Hartoto Adi Mulyo, S.Pi
Dhenok Panuntun Trisuci Asmawati, M.H
Sugeng Raharjo, S.T
Yustina Setiarini, S.Tp
Ary Daniyulianti, S.H
Rr. Anna Sekar Wulanningrum, S.H
Nurul Luthfiana Shinta Arifin Putri, S.IP
Anwar Masduki, M.A
Diterbitkan Oleh:
Lembaga Ombudsman
Website: http://www.lo-diy.or.id
Email: ombudsman.jogja@gmail.com
Daftar Isi
Editorial 1
Fokus 1
Kepercayaan Publik Terhadap Lembaga Ombudsman DIY
M. Saleh Tjan 4
Fokus 2
Audit Sosial Sebagai Model Integrasi Peningkatan Pemahaman
dan Sensivitas Kewargaan terhadap Pelayanan Publik; Kasus 24
Pemberdayaan di Desa Siap Bangun Kawasan Kampus
Drs. Idham Ibty, M.AP
Fokus 3
Pelayanan Publik Yang Ramah Anak di Bidang Pendidikan
Sutrisnowati, S.H., M.H., M.Psi 51
Fokus 4
Investasi Bodong: Akar Masalah dan Solusi Pencegahannya
Hanum Aryani, S.H 69
Fokus 5
Realita Program Rumah Murah Bersubsidi
Hartoto Adi Mulyo, S.Pi 85
Fokus 6
Membangun Desa Tanggung Jawab Siapa? (Refleksi catatan
akhir Komisioner LO DIY 2015-2017) 103
Mohammad Imam Santoso, S.IP
Fokus 7
Refleksi Pengelolaan Tenaga Kerja: Antara Profit dan Ethics
Dr. Nur Wening,S.E., M.si., CHRA 125
Biodata 138
Editorial
Pembaca budiman,
Puji dan syukur senantiasa tercurah kepada Alloh Tuhan Yang
Maha Esa Jurnal Lembaga Ombudsman DIY edisi 22 tahun 2017 dapat
kembali hadir dihadapan pembaca sekalian. Jurnal kali ini mengangkat
tema mengenai Refleksi Akhir Tahun Periode IV LO DIY. Perjalanan
Lembaga Ombudsman DIY telah mencapai usianya yang ke 12 tahun,
usia yang cukup panjang dalam perjalanannya mendorong
perwujudan pelayanan publik yang baik dan praktek tata kelola usaha
swasta yang beretika. Pada awal lahirya Lembaga Ombudsman DIY,
lembaga ini terdiri dari dua lembaga yakni LOD dan LOS. Sama-sama
lembaga pengawasan independen yang dibentuk oleh Gubernur DIY
namun memiliki ruang berbeda dalam kewenangannya. LOD memiliki
kewenangan dalam melakukan pengawasan pada pelayanan publik
yang dilakukan oleh pemerintah daerah sementara LOS berada pada
sisi pengawasan praktek tata kelola usaha bidang swasta di DIY. Pada
tahun 2014 melalui Peraturan Gubernur No. 69 Lembaga Ombudsman
Daerah dan Lembaga Ombudsman Swasta digabung menjadi satu
dengan nama Lembaga Ombudsman DIY. Maksud dan tujuan dari
penggabungan tersebut ialah untuk mengefektif-efisienkan masyarakat
dalam melakukan pengaduan baik pada ranah pemerintahan maupun
sektor usaha swasta melalui satu pintu, sementara tujuan disisi lain
tentu saja efektivitas anggaran daerah.
Redaksi
Abstrak
1 Komisioner (Wakil Ketua Bidang Aparatur Pemerintah Daerah) Pemerintahan) Lembaga Ombudsman
DIY
A. Latar Belakang
Lembaga Ombudsman Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (LOD DIY) Yogyakarta didirikan oleh Pemerintah Provinsi
DIY. Gagasannya diawali oleh Pusat Studi Hak Asasi Manusia
Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII) Yogyakarta didukung oleh
Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia
(Partnership for Governance Reform in Indonesia) Indonesia. Semangat
yang dikembangkan sangatlah sederhana, yaitu bagaimana
membentuk pemerintahan yang bersih dengan kinerja dan watak yang
transparan serta memiliki akuntabilitas publik. Langkah pertama
pengembangan LOD DIY dimulai dimana PUSHAM UII
menyelenggarakan penelitian untuk mengetahui penilaian masyarakat
atas kinerja birokrasi di Yogyakarta. Hasil penelitian dan sosialisasi
mengerucut pada simpulan Ombudsman daerah diperlukan dan
dibutuhkan masyarakat. Untuk mengkristalkan gagasan, pada
September 2003 diselenggarakan workshop yang melibatkan
partisipasi eksekutif daerah, parlemen daerah, pemuka masyarakat,
pemikir/akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat/masyarakat
sipil. Pada tanggal 10 Juni 2004, ditandatangani kesepakatan bersama
antara Pemprov DIY dengan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,
dengan muatan bahwa kedua lembaga sepakat untuk saling
mendukung untuk pelembagaan Ombudsman sektor publik yang
kemudian disebut sebagai Lembaga Ombudsman Daerah, serta
kegiatan lain dalam rangka tata pelayanan publik di bidang hukum,
B. Rumusan Masalah
Aduan serta laporan masyarakat yang begitu banyaknya masuk ke
Lembaga Ombudsman DIY menunjukkan masih perlunya perbaikan
Pemerintah Daerah terutama kabupaten/kota serta institusi swasta
dalam melakukan pelayanan publik kepada masyarakat di DIY. Titik
utama masalahnya adalah tidak ada langkah konkrit dan terpadu
untuk mencegah proses terjadinya maladministrasi serta pelanggaran
etika usaha swasta di masing-masing sektor pelayanan publik di dalam
pemeritahan maupun usaha swasta. Selain itu pemberian sanksi yang
tegas terhadap penyelenggara pelayanan publik yang ketahuan
melakukan maladminstrasi ataupun praktik bisnis yang tidak beretika
sangat diperlukan demi terwujudnya pelayanan publik prima di DIY.
C. Tinjauan Pustaka
Akar sejarah perkembangan Ombudsman modern dapat dilacak
dari istilah “justitie ombudsman” (Ombudsman for justice) di Swedia yang
didirikan pada tahun 1809. Institusi Ombudsman mulai menyebar ke
negara-negara lain pada abad ke dua puluh, yaitu ketika negera-negara
Skandinavia mulai mengadopsinya: Finlandia pada 1919, Denmark
(1955) dan Norwegia (1962). Popularitas institusi Ombudsman
4 https://www.saldiisra.web.id/index.php/21-makalah/makalah1/304-ombudsman-dalam-bingkai-
ketatanegaraan-ri-sejarah-pembentukan-dan-tantangan-kedepan.html, diunduh tanggal 25
september 2017
E. Tujuan Kajian
Tujuan kajian yang akan dicapai dalam naskah ini adalah dapat
mengidentifikasi capaian kinerja LO DIY berdasarkan laporan
monitoring dan evaluasi LO DIY akhir periode tahun 2017. Dari
capaian kinerja selama masa jabatan tahun 2015 sampai akhir tahun
2017, dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan publik
terhadap LO DIY.
F. Manfaat Kajian
Kajian ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah beserta semua
stakeholder maupun shareholder di DIY sebagai pertimbangan untuk
perbaikan kebijakan menyangkut pemenuhan hak warga negara
mendapatkan pelayanan publik prima di DIY. Sebagai media
G. Metode
Metode dalam penulisan kajian ini menggunakan analisa deskriptif
serta kajian literatur dan peraturan perundang-undangan yakni
Peraturan Gurbernur. Beberapa dokumen dan data capaian kinerja LO
DIY dijadikan gambaran mengenai kondisi nyata permasalahan
pelayanan publik di DIY dan perkembangannya dari tahun ke tahun.
Paparan dalam literatur dan Peraturan Gubernur dipadu dengan
data empirik laporan monitoring dan evaluasi Lembaga Ombudsman
DIY, kemudian akan dianalisa dan menghasilkan kesimpulan, saran
serta rekomendasi untuk bahan pengambilan kebijakan lebih lanjut
oleh seluruh stakeholder.
H. Isi /Pembahasan
Tahun 2015, LO DIY telah menerima aduan serta laporan dari
masyarakat sejumlah 251 kasus baru. Hal ini memperlihatkan
peningkatan pada tahun 2016 yang berjumlah 283 laporan aduan.
Sedangkan per akhir triwulan III tahun 2017, aduan masyarakat sudah
mencapai 278 laporan dan diprediksikan akan terus bertambah
melebihi 300 laporan pada akhir tahun 2017. Total laporan aduan yang
masuk adalah 812 laporan dari masyarakat DIY. Hal ini
menggambarkan tingkat kenaikan dari tahun ke tahun serta
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini semakin baik.
Evaluasi laporan masyarakat dari periode 2015-2017 menunjukkan
kasus di sektor swasta paling dominan diadukan. Bahkan di tahun
2017 jumlahnya melonjak drastis mencapai 63, 67% daripada tahun
I. Penutup
Kesimpulan yang dapat diambil dari paparan kajian di atas adalah
masih banyaknya aduan masyarakat terhadap pelayanan publik di DIY
yang mengalami grafik kenaikan dari tahun ke tahun. Hasil monitoring
dan evaluasi LO DIY menunjukkan juga tingkat kepercayaan publik di
DIY terhadap keberadaan lembaga ini sangatlah besar. Dari capaian
kinerja, jumlah kasus yang terus-menerus mengalami kenaikan, serta
dari kontribusi semua golongan, lapisan masyarkat dari berbagai
Daftar Pustaka
Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2014
https://www.saldiisra.web.id/index.php/21-makalah/makalah1/304-
ombudsman-dalam-bingkai-ketatanegaraan-ri-sejarah-
pembentukan-dan-tantangan-kedepan.html, diunduh tanggal 25
september 2017
Abstrak
A. Pendahuluan
Kecenderungan Risiko
Pemberdayaan
Kebijkan/Program Pemberdayaan
Pemberdayaan
C. Penutup
Konsepsi pengukuran keberhasilan layanan pemberdayaan melalui
pendekatan audit sosial dapat dilakukan untuk mengevaluasi beberapa
layanan pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. Audit sosial
dapat memperlihatkan hasil tentang manfaat dari keberhasilan satuan
kerja layanan, lembaga/dinas atau kegiatan/program terhadap respon
yang muncul sebagai akibat pencapaian tujuan pelayanan lembaga
tersebut. Hal itu bisa menjadi alat penilaian secara terpadu berdasar
pandangan para pihak berkepentingan. Audit sosial dapat menjadi
alternatif upaya menjawab keterbukaan, partisipasi dan akuntabilitas
publik berdasar kepuasan stake holder dan staf, sekaligus mempelajari
persoalan yang sebenarnya dan alternatif solusinya sehingga menjadi
rekomendasi perbaikan bagi para pihak terkait. Hal ini juga sekaligus
dapat menjadi alat efektif bagi Ombudsman DIY untuk
mengembangkan lebih lanjut baik program, maupun penggunaan alat
audit sosial ini untuk kasus-kasus pengaduan terhadap layanan publik
lainnya.
Apabila mencermati hasil telaah ini, maka kritik terhadap penilaian
pelayanan publik dengan audit sosial ini menunjukkan adanya
kesenjangan yang ada pada pendekatannya dengan kehendak warga.
Kesan terlalu rumit dan lama prosesnya perlu dicarikan solusi
tersendiri. Hal itu dikarenakan dapat menjadi telaah mendalam yang
menyertakan bahasan faktor-faktor penentu untuk mengurangi
ketidakadilan dalam kinerja pelayanan publik sesuai kebutuhan para
pihak berkepentingan, terutama dengan dasar keberhakan warga. Pada
sisi lain, solusi untuk mencegah terjadinya beragam permasalahan
kecurangan sampai korupsi, timbulnya kerugian harta benda maupun
korban meninggal, malpraktik atau maladministrasi sebagai bobot
risiko yang tinggi perlu telaah sistem mitigasi risiko yang belum ada
modelnya.
Daftar Pustaka
1. Buku dan Jurnal
Asshiddiqie, J. 2011; Pesan Konstitusional Keadilan Sosial; Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional di Universitas
Brawijaya. Malang, 12 April, 2011
Fukuyama, F.; (1999). Social Capital And Civil Society. The Institute
Of Public Policy George Mason University. October 1, 1999.
Prepared For Delivery At The IMF Conference On Second
Generation Reforms. Diunduh dari James S. Coleman.
Social Capital In The Creation Of Human Capital. The
America Journal Of Sociology, Vol. 94. Suplement:
Organization And Institutions: Sociological And
Economic Approaches To The Analysis Of Social
Structure.
2. Dokumen Publik
UUD 1945
Abstraksi
A. Pendahuluan
Pelayanan publik menurut Agung Kurniawan (2005) adalah
pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sementara Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
mendefinisikan pelayanan publik sebagai kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan publik
berkualitas adalah hak warga negara, tak terkecuali anak. Anak
merupakan generasi penerus dan potensi bangsa, untuk itu perlu
dilindungi dan dipenuhi hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan
berkembang dalam suatu lingkungan yang layak. Lingkungan yang
layak ini berupa lingkungan publik (dimasyarakat), lingkungan privat
B. Permasalahan
LO DIY sebagai lembaga pengawas independen yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun 2014, menerima
berbagai kasus sehubungan penyelenggaraan pelayanan pendidikan.
Kasus yang diterima LO DIY selanjutnya dilakukan serangkaian tindak
lanjut berupa klarifikasi, koordinasi, investigasi, pencermatan dan
pengkajian secara mendalam holistik dan berkelanjutan sehingga
memunculkan rekomendasi-rekomendasi agar pelayanan publik
berkualitas ramah terhadap anak khususnya dibidang pendidikan
benar-benar menjadi hak warga negara (anak). Sehingga pertanyaan
yang akan dibahas pada tulisan ini adalah: “Bagaimana upaya
mewujudkan pelayanan publik yang ramah di bidang pendidikan?”
C. Pembahasan
Ada banyak faktor mengapa pelayanan publik belum ramah anak,
salah satu faktor yang menjadi penyebab lambatnya proses
optimalisasi pelayanan publik adalah kurangnya kesadaran pemberi
pelayanan terhadap tugas sejatinya sebagai pelayan masyarakat.
Pemberi pelayanan acapkali melupakan hakikat keberadaannya untuk
memberikan pelayanan prima bagi masyarakat (anak) yang merupakan
perwujudan kewajiban sebagai pemberi layanan kepada masyarakat.
cerdas dan cemerlang. Disatu sisi telah muncul berbagai regulasi yang
menjamin terpenuhinya hak-hak anak, salah satunya adalah hak atas
pelayanan publik ini. Akan tetapi pada tataran implementasi, masih
dibutuhkan langkah/keberpihakan yang tegas, konkrit, terstruktur dan
berkesinambungan demi terwujudnya lingkungan yang ramah anak
baik di lingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Lingkungan
yang ramah anak sama dengan pelayanan publik yang ramah anak.
Oleh karena itu dibutuhkan langkah-langkah konkrit, terstruktur dan
berkelanjutan dari semua pihak terutama adalah pemerintah untuk
mewujudkan lingkungan pendidikan yang ramah anak ini.
E. Penutup
Penyelenggaraan pelayanan publik yang ramah anak bidang
pendidikan adalah manifestasi pelaksanaan kewajiban penyelenggara
pemerintahan dalam upaya pemenuhan hak-hak anak. LO DIY sebagai
pengawas independen kinerja pelayanan publik baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun usaha swasta merupakan bentuk
kehadiran pemerintah terhadap warganya yang sedang punya
masalah. Oleh karena itu kehadiran LO DIY merupakan
kontrol/penyeimbang antara pemberi pelayanan dan penerima
pelayanan dalam rangka perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik
dan bersih serta tata kelola usaha swasta yang beretika dan
bekelanjutan. Harapannya melalui berbagai proses perbaikan terhadap
pelayanan dasar bidang pendidikan ini pelayanan publik berkualitas
yang ramah anak benar-benar menjadi hak warga negara (dalam hal ini
adalah anak).
Daftar Pustaka
Hamka. 2005. Manajemen Stratejik dan Manajemen Kinerja Pada Sektor
Publik. Jurnal Administrasi Publik 1(4): 175-187.
Peraturan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Abstraksi
1 Komisioner Lembaga Ombudsman DIY (Ketua Bidang Pelayanan dan Investigasi) Periode 2015-2018
A. Pendahuluan
Belum tuntas segala urusan dengan First Travel, pada bulan
Agustus 2017 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Satuan Tugas
Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang
Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi (Satgas
Waspada Investasi) memerintahkan UN Swissindo untuk mengakhiri
kegiatannya karena dianggap sebagai salah satu kegiatan fiktif. 2 Jika
First Travel mengiming-imingi masyarakat dengan biaya umroh yang
sangat murah, UN Swissindo menawarkan bantuan kepada
masyarakat untuk membayarkan hutang mereka dengan memberikan
cek yang mereka klaim bisa dicairkan ke Bank Mandiri. 3 Lebih jauh,
jika korban First Travel kebanyakan adalah individu, korban dari UN
Swissindo adalah lembaga keuangan semacam BPR/KPR yang
2Dipna Videlia Putsanra, UN Swissindo dihentikan karena tidak berizin, www.tirto.id, tanggal 24 Agustus
2017, link: https://tirto.id/un-swissindo-dihentikan-karena-tak-berizin-cvhC, diakses pada 17
September 2017. Lihat juga siaran pers dari OJK yang berjudul Satgas Waspada Investasi Hentikan
Kegiatan UN Swissindo, www.ojk.go.id, tanggal 24 Agustus 2017, link:
http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-Satgas-Waspada-
Investasi-Hentikan-Kegiatan-UN-Swissindo.aspx,diakses pada 17 September 2017.
3Yantina Debora, Mengapa Penipuan First Travel dan UN Swissindo BisaTerjadi? www.tirto.id, tanggal 28
4Rizki Caturini, Satgas OJK Setop 11 Aktivitas Investasi Ilegal, www.kontan.co.id, link:
http://nasional.kontan.co.id/news/satgas-ojk-setop-11-aktivitas-investasi-ilegal, diakses pada 17
September 2017.
5 Galvan Yudistira, Ini Empat Modus Baru Investasi Bodong Temuan OJK, www.kontan.co.id, tanggal 09
dalam Workshop ”Etika Bisnis Dilanggar, Investor Terkapar: Studi Kasus Maraknya Bisnis Abal-
Abal Penghimpun Dana Masyarakat, LO DIY, 31 Agustus 2017.
B. Pembahasan
1. Investasi Bodong dan Teori Perilaku Konsumen
Investasi bodong, secara sederhana, adalah investasi yang tidak
mematuhi aturan hukum yang berlaku, atau menyalahgunakan
wewenangnya untuk mengumpulkan dana dengan
membelanjakannya pada hal lain yang jauh dari tujuan
7 Lihat Nando Mantulangi, Kajian Hukum Investasi Dan Perlindungan Terhadap Korban Investasi Bodong, Jurnal
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017, h. 108-115
8 Daniel Szabo, 2017, Fraud Smarts: Fraud Prevention Handbook, 2 nd Printing, Southbury CT: eFraud
Prevention, LLC
9 Arlina Nurbaity Lubis, Isfenti Sadalia dan Khaira Amalia Fachrudin, Model Perilaku Investor Kota Medan
Berdasarkan Strategi Pemasaran, Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Volume 17, Nomor 4,
Desember 2013, h. 413 – 429
10 Dwita Ariani, 2015, Your Money Your Attitude, Jakarta: Transmedia Pustaka
11 Like Soegiono, Endang Haryani dan Titin Pranoto, 2011, Investment Scam in Indonesia (Case Study: Erni
Fashion), Researchers World-Journal of Arts Science and Commerce, Vol. -I, Issue -1, January 2011.
12 Husain Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: Gramedia dan JBRC, h. 49-50.
13 Ibid, h. 50
14 Ibid
15 Ujang Sumarwan, 2011, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Jakarta: PT. Ghalia
Indonesia. Lihat juga Luthfi Asshiddieqy, Tinjauan Hukum Tentang Perlindungan Konsumen Dalam
Perjanjian Pembiayaan Konsumen Setelah Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion, Edisi 5, Volume 2, Tahun 2014.
dipercaya. Akan tetapi, hal ini juga menjadi titik lemah dari
perilaku konsumen yang cenderung tidak independen dan
mendasarkan diri, biasanya secara membabi buta pada
pandangan orang yang ia anggap kapabel. Kasus terkait
investasi gagal Ustad Yusuf Mansur16, contohnya, menjadi
pelajaran penting bahwa konsumen perlu bersikap kritis
terhadap pandangan orang lain sehingga tidak berbuntut
pidana.
Selain itu, Al-Tamimi17 juga mengemukanan bahwa faktor-
faktor yang paling berperan dalam mendorong seseorang untuk
berinvestasi adalah berjumlah 6. Keenamnya adalah adanya
keinginan untuk memperoleh pendapatan, ingin cepat kaya,
pemasaran saham, performa terkini dari perusahan pialang,
perusahaan pemerintah dan struktur pasar yang rapi. Hal ini
mengindikasikan bahwa faktor berinvestasi juga
mempertimbangkan trend dan kondisi terkini yang mustahil
untuk tidak dipertimbangkan.
2. Peran OJK dan PR Besar Pemerintah
Dalam konteks keindonesiaan, peran penting pemerintah dapat
dikaji dari eksistensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai satu-
satunya lembaga negara berwenang yang konsen dengan isu
jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan berfungsi untuk
menjamin kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat
terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel, mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.18
16 Dian Kurniawan, Kasus Dugaan Penipuan Investasi Yusuf Mansur Masuk Penyidikan, 9 September 2017,
www.liputan6.com, link: http://regional.liputan6.com/read/3087840/kasus-dugaan-penipuan-
investasi-yusuf-mansur-masuk-penyidikan , diakses pada 18 September 2017.
17 Hussein A. Hassan Al-Tamimi, 2006, Factors Influencing Individual Investor Behavior: An Empirical study of
19 Dian Husna Fadlia dan Yunanto, Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dalam Perlindungan Hukum Bagi
Investor Atas Dugaan Investasi Fiktif, Jurnal Law Reform, Volume 11, Nomor 2, Tahun 2015, h.
207-215
20 Ikhsan Fajri, Sistem Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Dalam
21 Financial literacy tepatnya diartikan sebagai “the ability to use knowledge and skills to manage one’s
financial resources effectively for lifetime financial security.” Lihat Justine S. Hastings, Brigitte C.
Madrian dan William L. Skimmyhorn, Financial Literacy, Financial Education, and Economic
Outcomes, The Annual Review of Economics, 2013, vol. 5, h. 349
22 Hastings, Madrian dan Skimmyhorn, h. 351-357.
23 Ibid
C. Penutup
Berbicara tentang investasi bodong, kita tidak bisa meninggalkan
pemahaman bahwa persoalan itu terjadi dikarenakan adanya
kebohongan yang didengungkan oleh pihak pengelola serta sikap para
investor itu sendiri yang cenderung kurang memahami secara
komprehensif terkait investasi yang mereka lakukan. Kebohongan para
investor sebenarnya bisa diminimalisir melalui peran aktif pemerintah
melalui lembaga yang konsen, salah satunya adalah OJK (Otoritas Jasa
Keuangan). OJK mempunyai fungsi preventif dan represif dengan
27 Ibid
28 Hastings, Madrian dan Skimmyhorn, h. 359-361
Daftar Pustaka
Al-Tamimi, Hussein A. Hassan, 2006, Factors Influencing Individual
Investor Behavior: An Empirical study of the UAE Financial Markets,
The Business Review 5(2).
Fadlia, Dian Husna dan Yunanto, Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Dalam Perlindungan Hukum Bagi Investor Atas Dugaan Investasi
Fiktif, Jurnal Law Reform, Volume 11, Nomor 2, Tahun 2015, h.
207-215
Sutedi, Adrian, 2014, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta: Raih
Asa Sukses
Yudistira, Galvan, Ini Empat Modus Baru Investasi Bodong Temuan OJK,
www.kontan.co.id, tanggal 09 September 2017, link:
http://investasi.kontan.co.id/news/ini-empat-modus-baru-
investasi-bodong-temuan-ojk, diakses pada 17 September 2017.
Abstrak
1 Komisioner Lembaga Ombudsman DIY (Ketua Bidang Monitoring dan Evaluasi) Periode 2015-2018
A. Latar Belakang
Presiden Joko Widodo mencanangkan program sejuta rumah di
seluruh wilayah Indonesia. Hingga saat ini program tersebut masih
berjalan. Dalam kunjungannya ke Balikpapan, Kalimantan Timur,
Kamis 13 Juli 2017, Presiden meninjau proyek rumah murah dengan
DP 1 persen yang berlokasi di Kecamatan Balikpapan Utara,
Balikpapan, Kalimantan Timur. Menurut Presiden, sebanyak 500 unit
rumah tapak telah dibangun diproyek perumahan bernama Pesona
Bukit Batuah ini dari total target 4000 unit rumah. Presiden
menekankan, program serupa juga ada dan akan dilaksanakan di
berbagai kota di Indonesia. Sementara itu, untuk mengurangi adanya
penyimpangan, Presiden menegaskan bahwa akan dilakukan
pengecekan yang menyeluruh kepada pembeli proyek rumah murah
tersebut agar penerimanya merupakan masyarakat yang memang
membutuhkan. Terkait kualitas rumah yang dipertanyakan, Presiden
Jokowi memastikan bahwa setiap unit yang dibangun layak huni.
Dalam proyek pengadaan rumah murah ini, pemerintah bekerja sama
dengan Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai Bank BUMN yang
khusus bergerak di bidang kredit kepemilikan rumah. Untuk
menyukseskan Program Sejuta Rumah yang diusung Pemerintah sejak
bulan April 2015, hingga Juni 2017, Bank BTN telah menyalurkan
kredit perumahan untuk sekitar 1,44 juta unit dengan nilai total Rp156
triliun2. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 64
Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah yang telah ditandatangani pada tanggal 29
Desember 2016 oleh Presiden Joko Widodo.
Tahun 2015, LO DIY telah menerima aduan masyarakat sejumlah
251 kasus baru. Hal ini memperlihatkan peningkatan pada tahun 2016
yang berjumlah 283 kasus aduan baru. Sedangkan per akhir bulan
Agustus tahun 2017, aduan masyarakat sudah mencapai 230 kasus. Hal
ini menggambarkan tingkat kenaikan dari tahun ke tahun serta
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini semakin baik. Dari
jumlah total aduan di tahun 2015-2016, pelanggaran etika bidang usaha
swasta menduduki peringkat pertama dengan presentase 48% di tahun
2015 serta 49% di tahun 2016 (peringkat kedua bidang pemerintahan
dan peringkat ketiga sektor BUMN maupun BUMD). Tingginya
pelanggaran etika usaha oleh perusahaan maupun instansi swasta
disebabkan kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip etika bisnis
yang baik dan berkelanjutan. Pada tahun 2017 ini, terjadi lonjakan
kasus yang cukup drastis dari tahun-tahun sebelumnya (tahun 2015
sebanyak 18 kasus, tahun 2016 ada 17 kasus saja) untuk bidang
properti/perumahan dengan jumlah aduan yang masuk sebesar 27
kasus (dan masih ada kemungkinan bertambah sampai akhir tahun
2017). Pelaporan kasus dibidang properti didominasi oleh penawaran
program rumah murah bersubsidi di berbagai tempat di DIY, dari
daerah Godean, Sleman, Bangunjiwo dan Piyungan Bantul, sampai
dengan Wonosari Gunungkidul. Beberapa aduan sudah ditindaklanjuti
dengan melakukan klarifikasi dan investigasi. Beberapa ditemukan
pengembang yang tidak mempunyai legalitas dan baru mengurus
2 http://ksp.go.id/presiden-jokowi-resmikan-proyek-rumah-dp-1-persen-di-kalimantan-timur/, diunduh
tanggal 13 September 2017
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penyimpangan dan indikasi penipuan terhadap iklan
serta promosi penjualan rumah murah bersubsidi yang banyak
ditemukan di DIY berkembang dengan mengambil celah terhadap
kebijakan dan regulasi yang kurang dipahami, serta ketidaktegasan
Pemerintah Pusat serta Pemerintah Daerah terutama Kabupaten/Kota
menyingkapi praktik-praktik bisnis yang tidak beretika tersebut. Titik
utama masalahnya adalah tidak ada langkah konkrit untuk mencegah
praktik-praktik penyimpangan tersebut serta pemberian sanksi yang
tegas terhadap oknum pengembang yang melakukan praktik bisnis
yang tidak beretika dengan mencatut program subsidi rumah murah
dari pemerintah yang diperuntukan untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR).
C. Tinjauan Pustaka
Rumah merupakan kebutuhan primer atau mendasar selain pangan
(makan) dan sandang (pakaian). Selain itu rumah dapat memberikan
rasa aman dan memberikan perlindungan bagi penghuninya dari
gangguan lingkungan sekitar. Menurut Yuwono (2009)3, rumah
memberikan rasa aman dan memberi perlindungan dari lingkungan
sekitar. Selain memastikan bahwa penghuninya tetap sehat dan
produktif, sebuah rumah yang baik berkontribusi terhadap
keberlangsungan sebuah rumah tangga serta pembangunan ekonomi
3 Yuwono, Budi. 2009. Perumahan bagi Kaum Miskin di Kota-Kota Asia, UNESCAP
dan sosial sebuah negara. Rumah juga merupakan investasi yang baik,
dan pemilik rumah dapat menggunakan aset tersebut sebagai bentuk
tabungan. Rumah adalah aset penting bagi pemiliknya, karena dapat
digunakan sebagai alat untuk menghasilkan pendapatan di dalam
sebuah industri rumah tangga dan juga sebagai jaminan untuk
peminjaman uang.
Hak untuk bertempat tinggal juga telah dicantumkan di beberapa
deklarasi internasional penting, seperti Deklarasi Vancouver 1976
tentang Permukiman Penduduk menyatakan bahwa “tempat tinggal
dan pelayanan yang layak adalah hak dasar manusia, sehingga
merupakan kewajiban pemerintah untuk memastikan ketersediaan
kedua hal tersebut bagi setiap warganya melalui pendampingan
langsung, ataupun program berbasis komunitas atau aksi swadaya
yang lebih terarah”. Sedangkan Pasal 25 dari Deklarasi Universal Hak-
Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa: “setiap orang berhak atas taraf
hidup yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan atas dirinya dan
keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan”. Sedangkan di
Indonesia peraturan hukum terkait kewajiban pemerintah dalam
penyediaan prasarana, sarana dan utilitas umum rumah umum dan
rumah komersil terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan Menteri
Perumahan Rakyat RI No. 3 Tahun 2014 tentang Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, Peraturan Menteri Perumahan Rakyat RI No.
4 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, Peraturan Menteri Perumahan Rakyat RI No.
5 Tahun 2014 tentang Proporsi Pendanaan Kredit Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera, dan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun
2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
serta peran yang dilakukan oleh Pemerintah Perumahan dalam
penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum. Jadi merupakan
D. Tujuan Kajian
Tujuan kajian yang akan dicapai dalam naskah ini adalah dapat
mengidentifikasi penyimpangan dan indikasi penipuan terhadap
penawaran penjualan rumah murah bersubsidi yang ditemukan di DIY
berdasarkan aturan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (UU PKP) yang
mengatur harus tentang syarat-syarat pembangunan perumahan,
diantaranya: legalitas pengembang, kejelasan soal status tanah, izin
penetapan lokasi dari instansi terkait (sesuai dengan Rencana Detail
Tata Ruang / RDTR), harus ada IMB, serta sarat-sarat lain sesuai aturan
yang berlaku di Pusat maupun daerah. Terakhir, kajian ini diharapkan
dapat menilai kontribusi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
terhadap amanah dan penegakan konstitusi Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat”.
E. Manfaat Kajian
Kajian ini dapat digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sebagai pertimbangan untuk perbaikan kebijakan menyangkut
pemenuhan hak warga negara mendapatkan tempat tinggal dan
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sebagai media komunikasi
publik, kajian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dalam
mengetahui dan memahami penyimpangan dan indikasi penipuan
terhadap penawaran penjualan rumah murah bersubsidi yang ada di
DIY. Secara strategis, kajian ini diharapkan menjadi awal dari
perbaikan dan perubahan kebijakan terhadap pemenuhan kebutuhan
F. Metode
Metode dalam penulisan kajian ini menggunakan analisa deskriptif
serta kajian literatur dan peraturan perundang-undangan. Beberapa
dokumen dan data pemerintah dijadikan gambaran mengenai kondisi
nyata kebutuhan hunian/pemukiman dan perkembangannya dari
tahun ke tahun.
Paparan dalam literatur dan peraturan perundang-undangan
dipadu dengan data empirik laporan investigasi lembaga Ombudsman
DIY, kemudian akan dianalisa dan menghasilkan kesimpulan, saran
serta rekomendasi untuk bahan pengambilan kebijakan lebih lanjut
oleh seluruh stakeholder.
G. Isi/Pembahasan
Tahun 2017 ini, LO DIY menerima banyak aduan masyarakat untuk
bidang properti/perumahan dengan jumlah aduan yang masuk sebesar
27 kasus (dan masih ada kemungkinan bertambah sampai akhir tahun
2017). Jumlah ini melonjak drastis dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya (tahun 2015 sebanyak 18 kasus, tahun 2016 ada 17 kasus
saja). Pelaporan kasus di bidang properti didominasi oleh penawaran
program rumah murah bersubsidi di berbagai tempat di DIY, dari
daerah Godean, Sleman, Bangunjiwo dan Piyungan Bantul, sampai
dengan Wonosari Gunungkidul. Beberapa aduan sudah ditindaklanjuti
dengan melakukan klarifikasi dan investigasi. Beberapa ditemukan
pengembang yang tidak mempunyai legalitas dan baru mengurus
perizinan di kabupaten setempat. Dari beberapa penyimpangan
tersebut, ada modus yang sama yakni hampir semua mencatut
6 Lembaga Ombudsman Swasta. 2013. Pedoman Tata Kelola Usaha Beretika, LOS DIY
F. Penutup
Kesimpulan yang dapat diambil dari paparan kajian di atas adalah
masih adanya kelemahan dalam pengawasan dan penindakan yang
memberi kesempatan kepada oknum pengembang abal-abal
melakukan penyimpangan dan indikasi penipuan terhadap penjualan
rumah murah bersubsidi yang ditemukan di DIY. Hasil investigasi LO
DIY mungkin hanyalah satu dari sekian banyak permasalahan
perumahan bersubsidi di Indonesia, yang tidak tuntas karena kurang
tegasnya pemerintah dalam menegakkan aturan dan sanksi bagi
siapapun penyelenggara perumahan yang melakukan pelanggaran
maupun penyimpangan.
Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui informasi
tentang rumah subsidi. Padahal, Program Sejuta Rumah sudah
memfasilitasi masyarakat agar bisa memiliki hunian pribadi dengan
harga terjangkau dan proses mudah. Namun, tampaknya proses
sosialisasi mengenai rumah murah harus dilakukan lebih gencar lagi
agar lebih tepat sasaran. LO DIY memberikan saran dan rekomendasi
kepada masyarakat DIY untuk melakukan langkah-langkah berikut
Daftar Pustaka
http://ksp.go.id/presiden-jokowi-resmikan-proyek-rumah-dp-1-persen-
di-kalimantan-timur/, diunduh tanggal 13 September 2017
A. Pendahuluan
Kemiskinan sudah sejak lama menjadi permasalahan bagi negara-
negara di dunia, baik negara maju maupun negara yang sedang
berkembang. Seperti halnya negara berkembang lainnya, Indonesia
meletakkan kemiskinan sebagai persoalan yang perlu penanganan
komprehensif bagi pembangunan nasional. Diberlakukannya kebijakan
otonomi daerah yang sifatnya desentralisasi tahun 2001 lalu melalui
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan kemudian direvisi menjadi
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pemerintah daerah telah memiliki
kewenangan lebih luas untuk mengendalikan pembangunan di
daerahnya masing-masing. Pendekatan pembangunan yang dipakai
kemudian berubah, yang awalnya meletakkan masyarakat sebagai
obyek pembangunan sekarang berubah menjadi subjek sekaligus obyek
dari pembangunan. Untuk itu, berbagai kebijakan pengentasan
kemiskinan dilaksanakan dengan prinsip desentralisasi, yaitu
kebijakan pengentasan kemiskinan yang memberikan kepercayaan
1 Komisioner Lembaga Ombudsman DIY (Ketua Bidang Sosialisasi, Kerjasama dan Pengutan Jaringan)
Periode 2015-2018
B. Persoalan
Pandangan umum tentang desa saat ini adalah sebuah wilayah
yang berada di pinggiran atau pedalaman, jauh dari fasilitas umum,
kumuh, miskin, dan tertinggal. Sebagian anggapan itu bisa dibenarkan.
Data buku indeks pembangunan desa (IPD) 2014 yang diprakarsai oleh
Kementerian Perencanaan Pembanguna Nasional dan Badan Pusat
ada aturan yang jelas dan tidak bertentangan dengan hukum yang
berlaku. Ketiga, masyarakat mulai harus pintar memilih pemimpin
yang akan memandu mereka menuju kesejahteraan sesuai amanah
dana desa ini lahir. Keempat, wajib meningkatnya sumber daya manusia
yang “menjabat” di desa, dengan kemampuan, pengalaman dan jiwa
“muda” dari para pamong desa yang berjiwa pamomong, bukan bersifat
memerintah dan dominan “ otoriter “.
D. Penutup
Pola pembangunan desa yang awalnya dijalankan sepenuhnya oleh
pemerintah, diubah menjadi pembangunan yang digagas desa itu
sendiri. Dengan diubahnya peranan desa serta ditingkatkannya alokasi
dana desa, diharapkan kesenjangan desa kota akan semakin berkurang
dan desa akan semakin mandiri dalam pembangunannya.
Lahirnya dana desa melalui UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
mengoptimalkan paradigma baru tentang pembangunan desa secara
mandiri, partisipatif, transparan dan akuntabel. Tapi jangan lupa
pembangunan desa bukan hanya tanggungjawab para pamong di balai
desa, namun tangung jawab semua warga desa. Selain itu BPD harus
optimal bersama LKD (Lembaga Keswadayaan Desa ) lainnya.
Sehingga irama pembangunan dapat terjaga dan tetap amanah,
ditambah lagi tidak ada berita pemuda desa harus keluar dari desa,
malah kedepan membangun desa dan berkarya di desa, karena negeri
ini lahir dari Desa…..Merdeka!
Daftar Pustaka
Kementerian Keuangan RI | Ministry of Finance of Republic of
Indonesia. http://www.kemenkeu.go.id/Page2/rincian-dana-
transfer-ke-daerah-dan-dana-desa-apbn-p-tahun-anggaran-2015.
Accessed 22 April, 2016.
Abstrak
1 Komisioner LO DIY periode 2014-2018; Dosen Tetap FEB Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)
A. Pengantar
Berbisnis secara etis sekaligus mencari profit maksimal dapat
dilakukan dengan melalui berbagai proses yang bukan instan. Oleh
karenanya banyak pelaku bisnis yang meninggalkan etika bahkan
moral dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari
nilai dan norma moral yang diterima umum dalam masyarakat bahkan
lebih cenderung memikirkan bisnis daripada etis untuk memperoleh
keuntungan maksimal. Etika terhadap karyawan, terhadap
masyarakat, terhadap pemerintah bahkan terhadap diri sendiri.
Padahal sebenarnya penggunaan etika bisnis mampu memberi
orientasi bagaimana perusahaan dan manajemen bertindak secara tepat
dalam menjalankan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat sekaligus memperoleh keuntungan yang wajar. Misi bisnis
yang berorientasi etika adalah meningkatkan standar hidup
masyarakat, dan membuat hidup manusia menjadi lebih manusiawi
melalui pemenuhan kebutuhan secara etis. Disisi lain pengusaha
berorientasi pada profit tanpa melakukan etika, hal ini keliru sebab
kedua hal tersebut bukan sebuah pilihan namun justru orientasinya
non mutually exclusive bukan mutually exclusive artinya tidak saling
menghilangkan bahkan ada kesejalanan satu dengan lain antara etika
dan profit. Seringkali profit memiliki kecenderungan dipahami bahwa
pengusaha harus menghasilkannya melalui cara apapun. Akhirnya
timbul sikap menghalalkan segala cara untuk menghasilkan profit.
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai etika deskriptif dan berbicara
mengenai fakta seperti apa adanya. Artinya ada kemampuan
mengenali nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang
terkait dengan situasi dan realitas konkret yang membudaya. Etika
deskriptif lebih banyak membahas mengenai kenyataan penghayatan
nilai, tanpa menilai tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini,
dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak
secara etis.
Sedangkan etika normatif berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia, dan
tindakan apa yang harus diambil untuk mencapai apa yang bernilai
dalam hidup ini. Etika normatif lebih banyak membahas mengenai
norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia serta memberi
penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak
sebagaimana seharusnya menurut norma-norma. Etika ini lebih
menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari
yang jelek. Namun secara umum, kedua jenis etika ini pada akhirnya
menuntun manusia untuk mengambil sikap dalam hidup ini. Bedanya,
etika deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang atau sikap yang akan diambil, sedangkan etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakan yang seharusnya diambil.
Rusaknya sebuah citra bisnis justru lebih diakibatkan adanya
pandangan yang salah yaitu pandangan praktis dan bukan pandangan
ideal. Pandangan praktis melihat bisnis sebagai suatu kegiatan profit
making semata, bahkan laba dianggap sebagai satu-satunya tujuan
pokok bisnis. Lain halnya dengan pandangan ideal, yaitu melakukan
kegiatan bisnis karena dilatarbelakangi oleh idealisme yang luhur.
Menurut pandangan ini bisnis adalah suatu kegiatan di antara manusia
lain yaitu bisnis yang berorientasi profit sekaligus etis, yang selama ini
sepertinya sulit dilakukan, sebab kedua hal tersebut lebih sebagai
pilihan orientasi yang mutually exclusive atau saling menghilangkan
dan tidak sejalan satu dengan lainnya. Penelitian yang dilakukan
Caccese (1997) menyebutkan beberapa alasan mengapa banyak
perusahaan yang memiliki orientasi laba (profit driven companies) juga
memiliki perhatian besar terhadap etika bisnis yaitu: (1) adanya
tekanan dari konsumen, (2) kompetisi yang ketat sehingga being ethical
is a clever marketing strategy, (3) perubahan nilai sosial yang lebih
mengutamakan orang baru kemudian keuntungan. Caccese (1997)
mengemukakan bahwa beberapa kasus runtuhnya reputasi perusahaan
karena tindak tidak etis akhirnya mengakibatkan sejumlah kerugian
finansial yang amat besar. Penelitian hampir sama dilakukan oleh Lee
dan Yoshihara (1997) tentang Business ethics of Korea and Japanese
Manager menemukan gambaran yang sangat jelas pandangan pebisnis
tentang pentingnya etika dalam dunia usaha. Artinya sebenarnya
antara profit dengan etik justru harus berjalan bersama-sama.
E. Penutup
Sebaiknya dilakukan regulasi yang mengatur adanya unsur yang
menjamin kode etik dilakukan di perusahaan. Beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain:
Daftar Pustaka
Caccese, Michael,S. (1997). Ethics and Financial Analyst. Journal of
Financial Analysis, Januari/February
Caza, A., Barker, B. A., & Cameron, K. S. (2004). Ethics and ethos: The
buffering and amplifying effects of ethical behavior and virtuousness.
Journal of Business Ethics, 52(2), 169-178.
Piercy, N. F., & Lane, N. (2007). Ethical and moral dilemmas associated with
strategic relationships between business-to-business buyers and sellers.
Journal of Business Ethics, 72(1), 87-102. Retrieved May 14, 2014,
from doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10551-006-9158-6.
Penulis
1. Mohammad Saleh Tjan.
Lahir di Tobelo tanggal 20 Februari 1969. Memiliki pengalaman
pekerjaan di berbagai tempat antara lain sebagai Direktur
Cabang PT Ikhlas BS dan Direktur CV Adhi Putra. Pengalaman
organisasi sebagai Ketua PW Pemuda Muhamadiyah DIY, Ketua
LHSK PW Muhamadiyah DIY dan Wakil Ketua DPD KNPI DIY.
Alumni dari Universitas Ahmad Dahlan Fakultas Pendidikan
dan Fakultas Hukum. Menjabat Komisioner Lembaga
Ombudsman DIY (LO DIY) periode tahun 2015-2018 sebagai
Wakil Ketua Bidang Aparatur Pemerintah Daerah.
2. Drs. Idham Ibty, M.AP
Lahir di Jepara pada 19 September 1964. Alamat Jl. Wonotawang
RT 09 DK II Ngentak Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta.