Anda di halaman 1dari 14

TEORI AKUNTANSI

BAB 12 : Pengungkapan dan Sarana Interpretif

Disusun Oleh :
Wahyu Rahman Triyanto NIM : 01118005
Frastian Ali NIM : 01118003

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

TAHUN 2021
KONSEP PENGUNGKAPAN
Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan,
dan secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam roses akuntansi, yaitu
penyajian informasi dalam bentuk statemen keungan.
Terdapat beberapa sumber yang mengemukakan pengertian pengungkapan, diantaranya
adalah Evans (2003). Dia menyatakan bahwa pengertian dari pengungkapan adalah Penyediaan
informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas
statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan.
Pengertian pengukapan oleh Evans ini terbatas hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan
keuangan, pernyataan manajemen atau informasi di luar ingkup pelaporan keuangan tidak
termasuk.
Semantara itu, Wolk, Tearney, dan Dodd memasukkan pula statemen keuangan
segmental dan statemen yang merfleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.
Mereka menyatakan bahwa pengungkapan berkaitan dengan informasi baik dalam statemen
keuangan maupun komunikasi tambahan termasuk catatan kaki, peristiwa-peristiwa setelah
tanggal statemen, diskusi dan analisis manajemen, prakiraan keuangan dan operasi, dan
statemen keuangan tambahan yang meliputi pengungkapan segmental dan informasi pelengkap
lebih dari kos historis (Suwardjono 2005).
Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang
dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal. Hal ini sejalan dengan gagasan
FASB dalam rerangka konseptualnya.
Masalah teoritis yang terdapat di dalam pengungkapan adalah sebagai berikut:
1. Untuk siapa informasi diungkapkan?
2. Mengapa pengungkapan harus dilakukan?
3. Seberapa banyak dan informasi apa yang diungkapkan?
4. Bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi?
A. PIHAK YANG DI TUJU
Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan piha yang
dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka.
Pengungkapan menuntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula
penyampaian informasi kualitatif atau non- kualitatif karena pihak yang dituju lebih luas dan
model pengambilan keputusannya kurang dapat diidentifikasi, pengungkapannya cenderung
untk meluas dan jarang menjadi sempit.

B. FUNGSI DAN TUJUAN


Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yag dipandang perlu
untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan berbeda-beda (investor dan kreditor tidak homogen). Pasar modal
yang merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat maka pengungkapan dapat
dibagi menjadi beberapa tujuan, yaitu:
a) Melindungi
tujuan melindungi dilandasi alasan bahwa tidak semua pemakai informasi mampu memperoleh
ataupun mengolah data maka diperlukannya perlindungan. Dengan kata lain, tujuan ini
menyebabkan tidak adanya manajemen yang kurang adil dan kurang terbuka.
b) Informatif
tujuan informatif dilandasi alasan bahwa pengungkapan untuk menyediakan informasi yang
membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai dan untuk tujan pengawasan oleh
badan kepemerintahan yang khusus ditujukan pada Badan Pengawas melalui formulir yang
harus diisi dan diserahkan pada saat laporan tahunan dan kuartalan.
c) Kebutuhan Khusus
tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan melindungi dan tujuan informatif terkait apa yang
harus diungkapkan pada publik dan apa yang bermanfaat bagi pemakai.
C. KELUASAN DAN KERINCIAN PENGUNGKAPAN
Keluasan dan kerincian pengungkapan ini membahas terkait seberapa banyak informasi
yang darus diungkapkan disebut dengan tingkat pengungkapan (leves of disclosure). Evans
(2003) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu:

a) Tingkat Memadai ( adaquate disclosure)


tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen keuangan (statemen keuangan : salah satu
bentuk ringkasan untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit yang dapat dipandang
sebagai keputusan stategik) secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan
pengambilan keputusan yang diarahkan.
b) Tingkat Wajar atau Etis ( fair or ethical dsclosure)
tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan
informasional yang sama sehingga tidak ada satu pun pihak merasa tidak mendapat informasi
dan merasa diuntungkan.
c) Tingkat Penuh (full disclosure)
tingkat yang menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan
pengambilan keputusan yang terarah.
Tingkat pengungkapan memang harus tepat karena terlalu banyak informasi atau pun terlalu
sedikit informasi sama-sama tidak menguntungkan. Dengan demikian dalam penentuan
seberapa luas pengungkapan harus dilakukan lebih banyak problematik / masalah dibanting
informasi mana yang tidak akan diungkapkan

D. KENDALA PENGUNGKAPAN
Kendala dalam pengungkapan adalah seberapa banyak informasi yang jarus
diungkapkan dan tujuan dari pengungkapan itu sendiri, berikut tinjauan kendalanya:
a. Tujuan
bila dilihat dari tujuaannya dimana harus melindungi berarti pengugkapan harus jelas, lebih
rinci, dan lebih luas, sehingga dapat dipastikan bahwa akan banyak informasi yang
diungkapankan
b. Kos (nilai buku)
bila dilihat dari kosnya maka informasi harus berjumlah sedikit daripada yang di sediankan
sehingga akan kesulitan menentukan manfaat.
c. Kelebihan Informasi
penyediaan informasi yang melebihi kemampuan pemakai untuk mencernanya secara efektif
karena makin banyak informasi tidak selalu baik kalau pemakai tidak dapat mengolah dan
memanfaatkan informasi tersebut.
d. Keengganan Manajemen
pengungkapan informasi sangat berharga bagi perusahaan dalam usaha mengetahui kondisi
persaingan, maka kaerena itu perusahaan enggan untuk mengungkapkan informasi privatnya.
e. Pengungkapan Wajib
pengungkapan ini harus dipertimbangkan atas dasar apakah informasi yang sama sebenarnya
dapat diperoleh pemakai dari sumber lain ( secara online melalui internet ).

Epstein dan Pava dalam Evans (2003) menghasilkan temuan yang dapat menjadi pertimbangan
penyusun standar untuk menentukan tingkat pengungkapan yang sebenarnya tidak perlu
diungkapkan sebagai berikut:

a. Investor mendasarkan keputusan investasinya dalam perspektif jangka panjang


b. Pengaruh pialang terhadap keputusan makin berkurang
c. Pemegang saham berkeyakinan bahwa laporan tahunan makin bermanfaat disbanding
sebelumnya
d. Laporan arus kas lebih penting bagi para pemakai daripada laporan laba rugi
e. Pendapat auditor makin bermanfaat disbanding sebelumnya
f. Diskusi dan analisis manajemen kurang bermanfaat

E. PENGUNGKAPAN SUKARELA
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa
yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Teori signaling
melandasi pengungkapan sukarela ini. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapakan
informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang
saham khusunya kalau informasi tersebut merupakan berita baik. Dengan kesediaan
manajemen dalam pengungkapan sukarela ini, tingkat pengungkapan wajib yang dapat
ditetapkan dapat diarahkan ke tingkat wajar atau bahkan memadai tidak perlu penuh
(Suwardjono 2005).
F. REGULASI PENGUNGKAPAN
Dalam pengungkapan perlu adanya regulasi (regulasi : peraturan / hukum yang mengatur
perilaku) dengan alasan:

1) Penyalahgunaan ( abuse) dan Kecurangan (fraud)Eksternalitas (externalities) atau


aktivitas saling mempengaruhi untuk mendapat keuntungan
2) Asimetri Informasi ( information asymmetry) / salah satu pihak dari suatu transaksi
memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya.
3) Keengganan Manajemen (management reluctance) / tidak mengungkapkan informasi

G.YANG PERLU DIUNGKAPKAN


Pengungkapan meliputi statemen keuagan itu sendiri dan semua informasi pelengkap.
Dengan kata lain, apa yang diungkapkan Berkaitan dengan berbagai proposal tentang
komponen-komponen yang harus disampaikan. Dalam pengungkapan informasi kepada pihak
lain, terdapat beberapa model yang dapat digunakan, yaitu model Inti, model FASB, model
Komite Jenkins, model William, dan peraturan SEC/BAPEPAM (Suwardjono 2005).Untuk
tujuan pelaporan keuangan, Hendriksen dan Van Breda (1992) menunjukkan beberapa pos
laporan atau jenis informasi yang memerlukan pengungkapan yaitu:
a. Penjelasan kualitatif
b. Prakiraan keuangan
c. Kebijakan akuntansi
d. Perubahan akuntansi
e. Peristiwa pascapelaporan
f. Segmen usaha

William mengusulkan suatu model pengungkapan yang disebut model pelaporan alternative
lima-lapis yaitu:

a. Lapis pertama, pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan yang sama dengan model
yang sekarang berlaku.
b. Lapis kedua, pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan tetapi bermasalah dalam hal
reliabilitas pengukuran seperti nilai merek dagang.
c. Lapis ketiga, pos-pos yang tidak begitu memenuhi kriteria reliabilitas dan definisi seperti
misalnya kepuasan konsumen.
d. Lapis keempat, pos-pos yang memenuhi kriteria pengukuran, keterandalan, dan
keberpautan tetapi tidak memenuhi definisi elemen seperti angka sensitivitas-risiko.

e. Lapis kelima, pos-pos yang tidak memenuhi definisi elemen dan juga tidak dapat diukur
secara terandalkan seperti kapital intelektual karyawan.

H. METODE PENGUNGKAPAN
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi
disajkan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang
berpaut. Motode ini biasanya ditentkan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan
lain.Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain:

1) Pos statemen keuangan


pos statemen keuangan sesuai dengan standar tentang definisi, pengukuran, penilaian, dan
penyajian yang meliputi neraca, laba-rugi, perubahan ekuitas, dan aliran kas. ( PSAK no 1
pasal 39 dan 44)

2) Catatan Kaki (footnotes)


metode pengungkapan untuk informasi yang tidak praktis atau tidak memenuhi kriteria untuk
disajikan dalam bentuk elemen statemen keuangan. Catatan kaki harus diberi indeks yang jelas
dan teratur sehingga memudahkan pengacuan. Hendriksen dan van Breda (1992) merinci yang
diungkapkan dalam catatan kaki yaitu:
 perubahan metode
 hak kreditor atas aset tertentu
 aset / kewajiban bergantung
 pembatasan atas pembayaran
 transaksi yang mempengaruhi modal saham dan hak pemengang saham
 kontrak eksekutori
 pihak yang mempunyai hubungan istimewa Catatan kaki

memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Mengungkapkan informasi nonkuantitatif tanpa harus mengganggu penyajian utama


dalam laporan keuangan
2. Mengungkapkan kualifikasi dan pembatasan pos-pos tertentu dalam laporan keuangan
3. Mengungkapkan rincian pos-pos tertentu yang dianggap penting tanpa mendistraksi
jumlah total suatu pos atau tanpa mengganggu susunan penyajian pos-pos dalam laporan
4. Mengungkapkan hal-hal yang bersitfat kuantitatif atau deskriptif yang tidak memenuhi
criteria pengakuan tetapi penting untuk disampikan atau yang mempunyai arti penting
sekunder
5. Mempertahankan laporan keuangan sebagai ciri utama laporan keuangan dengan ringkas
dan jelas meskipun catatan kaki merupakan bagian integralnya.

Catatan kaki juga memiliki kelemahan yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Catatan kaki sering dilewati oleh pembaca karena memuat banyak kalimat daripada
angka sehingga memerlukan ketekunan
2. Catatan kaki kurang menjelaskan artinya
3. Kompleksitas perusahaan cenderung menempatkan catatan kaki menjadi fokus pelaporan
daripada statemen keuangan. Maka penggunaan secara berlebih akan menjadi
penghambat.
4. Catatan kaki digunakan untuk menyajikan suatu informasi substitusi sebagai pos
statemen keuangan
5. Catatan kaki dapat membingungkan pembaca bila isinya tidak sesuai dengan apa yang
telah disajikan.
3) Penjelasan Dalam Kurung
metode ini digunakan untuk makna suatu istilah, menunjukkan suatu unsur, penilaian alternatif,
dan acuan.
contoh:
Sediaan barang (pasar Rp 550.000)..............................................................Rp 500.000
Utang obligasi (Rp 50.000 jatuh tempo )
4) Istilah Teknis
Istilah teknis yang tepat harus digunakan secara konsisten untuk nama pos, elemen, judul, atau
subjudul karena merupakan objek penting dalam akuntansi.
Di Indonesia, istilah teknis perlu diterjemahkan untuk keperluan pelaporan dalam bahasa
Indonesia dan pendidikan. Karena standar akuntansi akan digunakan sebagai acuan baik
bagi penyusun laporan maupun oleh pembelajar akuntansi, penyusun standar harus
menciptakan istilah dengan penuh kecermatan dan mendidik para anggota profesi tentang
istilah teknis tersebut. Oleh karena itu, penyusun standar harus mempunyai pengetahuan
dasar tentang bahasa (Inggris dan Indonesia) agar istilah tidak diciptakan dengan perasaan
dan telinga saja tetapi dengan kaidah yang tepat.
5) Lampiran
lampiran berisikan rincian, statemen tambahan (supplementary statements), daftar rincian, atau
semacamnya. Lampiran ini digunakan untuk menambah informasi lebih dari yang dimuat
dalam stattemen keuangan
6) Komunikasi manajemem
komuikasi manajemen secara resmi dapat disampaikan bersamaan dengan penerbitan laporan
tahunan dalam bentuk surat, berikut macam-macam surat atau laporan secara resmi yaitu:
a. Surat ke pemegang saham yang memuat tanggapan atau penjelasan umum direksi
tentang apa yang telah tercapai dan upaya apa saja yang telah dilakukan serta apa yang
akan dilakukan terkait misi dan visi perusahaan.
b. Laporan dewan komisaris berisi pandangan umum tentang kinerja manajemen secara
keseluruhan, berisi persetujuan dewan komisaris terhadap statemen keuangan yang
disajikan manajemen, usulan terkait deviden, dan usulan lain yang sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan.
c. Laporan direksi yang memuat penjabaran lebih lanjut dari surat ke pemegang saham,
yaitu menguraikan perubahan-perubahan penting dalam posisi keuangan dan hasil
operasi tahun berjalan dibanding tahun sebelumnya.
d. Diskusi dan analisis manajemen (DAM) yaitu penjelasan manajemen dengan analisis
terhadap operasi perusahaan tahun berjalan berbanding tahun sebelumnya
Diskusi dan analisis manahemen berisi hal-hal sebagai berikut:

i. Analisis tentang perubahan hasil operasi terutama laba atau rigi, laba kotor penjualan,
dan biaya administrasi.
ii. Analisa tentang likuiditas, sumber pendanaan, penggunaan pinjaman, serta analisis
investasi.
iii. Harapan manajemen masa dating tentang konsisi politik, sosial, dan ekonomi dan hal-hal
yang mungkin terjadi akibat ketidakpastian kondisi sekarang.
iv. Tanggapan dan harapan manajemen kejadian atau perubahan nonfinansial yang
memengaruhi operasi manajemen.
v. Rencana-rencana perubahan kejadian penting di masa datang.
vi. Rencana pengeluaran capital serta riset dan pengembangan.
vii. Analisis laporan keuangan yang diwujudkan dalam bentuk rasio dan tren beserta
7) Catatan dalam laporan auditor
Pengungkapan yang dinilai auditor telah memadai dan wajar sesuai PABU secara otomatis
akan tercermin dalam statemen keuangannya. Pengungkapan oleh auditor berkaitan
dengan hal:
a. Perubahan akuntansi dan konsistensi
b. Keraguan tentang kelangsungan perusahaan
c. Persetujuan atas penyimpangan dari PABU
d. Penekanan suatu hal dalam statemen atau kejadian
e. Pengaitan nama auditor dengan statemen keuangan takauditan
f. Statemen keuangan komparatif yang salah satu diaudit auditor lain.
g. Pembatasan lingkup audit dan independensi auditor
SARANA INFERPRESTASI
Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif dalam tataran praktis untuk
menambah kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui media
statemen keuangan. Sarana interpretif dalam tataran praktis mengandung pengertian bahwa
butir-butir pengungkapan telah diakui sesuai dengan standar akuntansi yang mengaturnya
sehingga sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan itu sendiri.
Dalam tataran praktis, terdapat suatu rerangka atau struktur akuntansi pokok (basic
accounting structure) atau pelaporan keuangan pokok (financial reporting proper) yang
membatasi pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan. Tanpa rerangka pokok tersebut
akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan, dilampirkan, atau dimasukkan dalam
pelaporan keuangan. Rerangka pokok juga diperlukan untuk membatasi tanggungjawab auditor dalam
menetapkan kewajaran statemen keuangan. Pelaporan keuangan pokok itu sendiri diartikan sebagai
pelaporan yang langsung ditentukan oleh standar akuntansi atas dasar pertimbangan keterandalan
dan keberpautan (Suwardjono 2005).

Sarana interpretif adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kebermanfaatan rerangka


akuntansi pokok dengan berbagai usulan untuk mengatasi kelemahan kos historis sebagai basis
penilaian yang tidak hanya diyujukan dalam pelaporan keuangan ekstenal tetapi juga untuk
laporan internal / manajerial.

A. MASALAH YANG TERJADI


Menurut Paton dan Littleton ( 1970) terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
teori ini, yaitu :
1. NILAI DAN KOS
Kos dapat didefinisikan sebagai penghargaan sepakatan pada saat suatu objek diperoleh
dan menjadi data dasar dalam akuntansi, sedangkan nilai didefinisikan sebagai persepsi
terhadap manfaat suatu objek setiap saat dan dinyatakan dalam satuan moneter.
Hal yang menjadi permasalahan adalah, perlukah kos direvisi terus secara periodik?
Karena suatu persepsi selalu berubah dengan berjalannya waktu. Terdapat pro dan kontra
terhadap permasalahan ini. Argumen yang mendukung hal tersebut menyatakan bahwa
keberpautan keputusan sebagai salah satu kualitas informasi baik untuk kepentingan
manajemen maupun pihak luar. Untuk kepentingan manajemen, perhitungan laba tiap perioda
hendaknya mencerminkan dengan jelas perubahan ekonomik penting termasuk rugi dan untung
yang belum terealisasi yang terjadi akibat penurunan dan kenaikan nilai faktor-faktor jasa yang
masih belum digunakan. Untuk kepentingan pihak luar, angka laba yang dihasilkan akan
mendekati laba ekonomik, sehingga neraca akan menunjukkan nilai perusahaan pada saat itu
(Suwardjono 2005).
Argumen yang menyanggah revisi terhadap kos, diantaranya adalah Paton dan Littleton
(1970) yang menyatakan bahwa adanya perubahan nilai tidak berarti bahwa rerangka akuntansi
pokok berbasis kos tidak lagi bermanfaat sehingga harus diganti. Tujuan utama akuntansi
adalah pengukuran laba periodik dengan menggunakan proses menandingkan kos dan
pendapatan secara sistematik. Dengan adanya argumen-argumen berikut maka penggantian
jumlah rupiah tidak berlaku,yaitu:

a. Keterandalan data maka dengan adanya pergeseran data jelas akan mengakibatkan
statemen laba-rugi yang kurang memuaskan dimana auditor tidak memiliki basis kuat
untuk menunjukkan bahwa angka tersebut merupakan kesepakatan yang timbul dari
kontrak sebagai bukti audit.
b. Saling kompensasi antara periode artinya kenaikan atau penurunan saling berkaitan baik
yang terjadi pada tahun berjalan maupun tahun berikutnya.
c. Fluktasi nilai merupakan gejala umum karena perubahan harga tidak segera dan langsung
mempengaruhi jalannya operasi perusahan.
d. Nilai pasar dan posisi keuangan dalam menunjukan harga pasar tersebut dalam tanda
kurung di neraca akhir maka secara cukup menyakinnya tana harus merevisi secara terus
menerus.

2. REVISI KOS FASILITAS FISIS


Dalam beberapa hal khusus, penilain kembali fasilitas fisis yang berakibat revisi
terhadap kos tercatat tidak dapat dihindari. Beberpa hal khusus yang menghendaki penilaian
kembali adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan akan dibeli sehingga terjadi penggantian hak milik atau perubahan entitas
yang menghendaki pencatatan aset pada nilai perusahaan baru berdiri
2. Kuasi reorganisasi untuk penyerapan deficit
3. Penggadaian aset yang menghendaki penilaian untuk menentukan nilai gadai
4. Peraturan pemerintah yang mengharuskan revaluasi
5. Terjadinya musibah yang menghendaki penilaian untuk menentukan jumlah ganti
rugi/asuransi
6. Penilaian aset untuk keperluan penentuan nilai asuransi aset
7. Penentuan nilai aset untuk keperluan pajak.
Dalam revisi kos fasiliras fasis terdapat juga pro dan kontra. alasan yang dikemukan oleh
pihak yang mendukung revisi adalah adanya :

1. distorsi informasi ekonomik adalah kos tercatat menghasilkan biaya yang tidak
efektif/tidak bermanfaat secara ekonomik sehingga mendistorsi daya melaba yang
sesungguhnya.
2. distorsi dana penggantian adalah kondisi tingkat harga-harga barang menurun
akuntansi depresiasi atas dasar kos historis cenderung menghasilkan akumulasi dana
yang berlebihan untuk tujuan penggantian.
Disisi lain, alasan-alsan yang dikemukan oleh pihak yang menyanggah revisi adalah
prosedur tidak praktis, penilaian tidak terandalkan, dan depresiasi bukan akumulasi
dana.

3. PENGURANGAN NILAI BUKU FASILITAS FISIS


Berkaitan dengan revisi kos fasiitas fisis adalah pengurangan atau penghapusan sebagian
kos atau nilai buku karena alasan teknis atau ekonomik tertentu dan bukan semata-mata
karena penurunan harga ata devaluasi. Pengurangan dapat dilakukan kalau suatu kondisi
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan aset (asset impairment) untuk
mendatangkan laba atau kas di masa datang.

B. Indikasi Penurunan kemampuan


PSAK No. 48 memberikan pedoman untuk mengidentifikasi adanya penurunan
kemampuan suatu aset. Secara teknis, suatu aset dikatakan mengalami penurunan
kemampuan bilamana nilai tercatat (nilai buku) aset melebihi apa yang disebut jumlah
rupiah atau jumlah terperoleh kembali. Sedangkan secara substantif, pada setiap tanggal
neraca perusahaan harus mempertimbangkan berbagai kondisi eksternal dan internal yang
memberi indikasi bahwa penurunan emampuan telah terjadi (Suwardjono 2005).
C. Pengangguran Sementara
Kalau fasilitas fisis tertentu tidak digunakan karena alasan musim atau lainnya maka
pengangguran sementara fasilitas tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan
pengurangan besar kos aset. Demikian juga halnya dengan pengurangan intensitas
penggunaan sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk pengurangan kos menjadi rugi.

4. KONVERSI KOS KE RUPIAH DAYA BELI


Kos tercatat merupakan jumlah rupiah kesepakatan berbeda dalam dua waktu yang
berbeda maka dinyatakan dalam tingkat harga umum yang berlaku menurut waktu karena
hal ini akan sangat membingungkan apabila pencatatan menurut kos historis yang
diukurdengan daya beli pada saat itu. Maka dengan itu muncullah gagasan untuk
mengkonversi kos tercatat (termasuk depresiasi) menjadi kos yang dinyatakan dalam daya
belli yang berlaku sekarang (current purchasing power).

Fluktuasi nilai atau harga aset tidak dapat disangkali lagi sangat penting yang
tercermin dalam perubahan harga-harga barang secara keseluruhan. Gejala perubahan
tingkat harga lebih berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan perubahan nilai uang
mengakibatkan untung atau rugi yang cukup besar.

Dengan uraian tentang sarana interpretif disimpulkan bahwa rerangka akunansi


pokok memang memiliki kelemahan karena adanya perubahan nilai yang terjadi karena
fluktuasi harga atau karena perubahan daya beli. Buku besar harus tetap dipelihara karena
berisi kos aktual atau historis sedangkan revisi dapat dilakukan dengan menyediakan buku
besar secara terpisah untuk mencatat revisi dan berfungsi sebagai akun penambahan
(adjunct accounts) atau akun penilaian (valuation accounts.).

Anda mungkin juga menyukai