Anda di halaman 1dari 5

RESUME SEKS EDUCATION

1. Pengertian seks education


Pendidikan tingkah laku yang baik, menjunjung tinggi nilai-nilai Kemasyarakatan serta
membantu seseorang menghadapi persoalan hidup Yang berpusat pada naluri seks yang
timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman manusia yang normal.
2. Manfaat seks education
a. Membuka fikiran anak terhadap masalah seksual
b. Menghapus rasa ingin tahu anak terhadap hal yang tidak sehat
c. Mengerti dan memahami peran dari jenis gender
d. Menyadarkan anak terhadap hal yang akan timbul dari seks bebas
e. Menyadarkan anak tentang fungsi seksualnya
f. Menciptakan rasa percaya diri anak
3. Tujuan seks education

Secara garis besar, pendidikan seks diberikan sejak usia dini (dan pada usia remaja) dengan tujuan
menurut (Michael Reiss: 2006), sebagai berikut:

a. Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa pubertas, dan
kehamilan.
b. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan
c. Mengurangi rasa bersalah,rasamalu, dan kecemasan akibat tindakan seksual
d. Mencegah remaja perempuan dibawah umur dari kehamilan
e. Mendoronghubungan yang baik
f. Mencegah remaja di bawah umurterlibat dalam hubungan seksual (sexualintercourse)
g. Mengurangi kasus infeksi melalui seks
h. Membantu anakmuda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan dimasyarakat.
4. Seks education sesuai perkembangan usia

Seks education sesuai usia perkembangan nya pun berbeda-beda yaitu :

a. Balita
tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti
menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta
cara melindunginya.
b. usia sekolah mulai 6-10 tahun
bertujuan memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perernpuan),
menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan
benar agar terhindar dari kuman dan penyakit. Sedangkan usia menjelang
remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan masa pubertas
dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuh.
c. Usia menjelang remaja
bertujuan untuk menerangkan masa Pubertas dan karakteristiknya, serta
menerima perubahan dari bentuk tubuh.
d. Usia pranikah
Bertujuan untuk membekali pasangan yang ingin menikah tentang
hubungan seks yang sehat dan tepat.
e. Usia setelah menikah
Bertujuan memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas
dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stress.
5. Landasan seks education
Secara filosofis, pendidikan seks sebagaimana dikemukakan Murtada Mutahhari (1982: 62),
bahwa seksualitas merupakan takdir kawni yang Mengacu pada dorongan seks yang telah
diletakan pada watak alami manusia. Landasan yuridis pendidikan seks mengacu pada
beberapa hal yaitu:
1) UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 menyatakan bahwa: setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan.
2) Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat (1)
menyatakan bahwa: Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi.
3) Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3
menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta Peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

6. Cara penyampaian seks education


Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu/malu, isi
uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak,
seolah-olah bertujuan agara anak tidak akan bertanya lagi, dangkal/mendalamnya isi
uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.

RESUME VINELAND TEST

1. Pengertian vineland test


Adaptasi adalah suatu proses yang kontinu, yang dimulai sejak anak dilahirkan. Kematangan
sosial merupakan suatu evolusi perkembangan perilaku, dimana nantinya Seorang anak
dapat mengekspresikan pengalamannya secara utuh dan dia belajar secara bertahap untuk
meningkatkan kemampuannya untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan
bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Suatu skala pengukuran yang baik untuk
kembangan sosial adalah skala sosial dari Vineland dari Vineland (Vineland (Vineland Social
maturity scale ).

Vineland Social Maturityscale (VSMS) adalah Suatu skala pengukuran yang baik untuk
perkembangan sosial. Alat ukur ini dikembangkan oleh Edgar Arnold Doll pada tahun 1935.
Menurut Doll (1965), bahwa VSMS (Vineland Social Matutty Scale) adalah skala yang
menggambarkan beberapa aspek khusus terhadap kemampuan yang memiliki kebutuhan
yang berguna. Vineland Social Maturityscale (VSMS) terdiri dari daftar pertanyaan yang
masing-masing Terdiri dari sejumlah indikator yang menggambarkan tentang perkembangan
sosial individu. Pada tes ini diperlukan jawaban atau informasi yang
Dapat dipercaya dari orang tua anak, mengenai perkembangan anaknya mulai dari tahun-
tahun pertama sampai pada saat tes dilakukan. Alat tes ini mengkategorikan kemampuan
motorik perkembangan sosial anak dari lahir sampai dewasa. Kualitas hasil pemeriksaan
tergantung pada kemampuan si penguji dan ayah atau ibu yang memberikan jawaban.
Kegunaan sekala ini adalah tes psikologi anak yang mengalami deviasi dalam
perkembangannya.
2. Cara melakukan vineland tes
Pelaksanaan vineland test ini bisa dilakukan dengan cara mengukur suatu skala
perkembangan pada anak, vineland test ini adalah tes yang dipercayai orang tua untuk
mengetahui perkembangan anaknya mulai dari umur 0-dewasa. Vineland test ini adalah
salah satu pemeriksaan kemampuan motorik dan perkembangan sosial anak.
3. Aspek-aspek vineland rest
Ada beberapa aspek yang berperan terhadap kesiapan seorang anak berkebutuhan
khusus dalam memasuki bangku sekolah seperti yang dikemukakan oleh
Doll (1965) yaitu kematangan sosial mencakup beberapa aspek :
a. Self -help general (SHG) : eating and ressing oneself (Mampu menolong dirinya
sendiri : makan dan berpakaian sendiri)
b. Self -help eating (SHE) : the child can feed himself (Mampu makan sendiri)
c. Self -held dressing (SHD) : the child can dress himself (Mampu berpakaian
sendiri)
d. Self-direction (SD) : the child can spend money and assume responsibilities
(Mampu memimpin dirinya sendiri : misalnya mengatur keuangannya dan
memikul tanggung jawab sendiri)
e. Occupation (O) : the child does things for himself, cus things, use a pencil, and
transfer objects (Mampu melakukan pekerjaan untuk dirinya, menggunting,
menggunakan pensil, memindahkan benda-benda)
f. Communication ( C ) : the child talks, laughs, and reads (Mampu berkomunikasi
seperti berbicara, tertawa, dan membaca)
g. Locomotion (L) : the child can move about where he wants to go (Gerakan
motorik : anak mampu bergerak kemanapun ia inginkan)
h. Socialization (S) : the child seeks the company of others, engages in play, and
competes (Mampu bersosialisasi : berteman, terlibat dalam permainan dan
berkompetisi)
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Sosial
Menurut Gunarsa (1991:90) ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
perbedaan antara keterampilan dan kematangan sosial seseorang anak dengan
lainnya, yaitu :
a. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial,dan
emosi.
b. Faktor biologis, pengalaman belajar, kondisioning frustasi dan konflik
c. Keadaan lingkungan, terutama dalm hal ini adalah lingkungan rumah dan
keluarga.
d. Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama.
e. Keadaan fisik dan faktor keturunan, konstitusi fisik meliputi sistem syaraf,
kelenjar otot-otot serta kesehatan dan penyakit.
5. Mengapa harus dilakukan vineland rest ?

U dapat mengetahui perkembangan pada anak. Vineland test ini juga bertujuan untuk
mengukur perbedaan individual, mengukur penyimpangan yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi masalah kelemahan mental, kenakalan anak – anak dan mengetahui
kemampuan bersosialisasi pada satu tahun pertama tersebut adalah : mendekati orang-
orang yang dikenal dan minta diperhatikan sedangkan kemampuan berkomunikasi adalah :
mendekat atau tertawa, berbicara atau meniru suara – suara dan mengikuti petunjuk atau
perintah yang sederhana.

6. Bagaimana cara menentukan sistem penilaian vineland rest?


Test VSMS yaitu dengan meneliti dan menjelaskan atau makna dari bagian yang sekecil –
kecilnya. Pencatatan Harus menggunakan pertimbangan sendiri seperti variasi atau
pengganti keadaan atau perilaku yang menyenangkan atau memuaskan kebutuhan atau
keperluan utama dari tiap – tiap bagian termasuk pertimbangan kepedulian subyek
harus dicatat atau direkap secara singkat (Doll,1965).
Selanjutnya Doll (1965:10-13) menyatakan bahwa penelitian yang aktual adalah
sebagai berikut:
a. Nilai (+)
Jika kelihatan jelas inti butir tersebut terpenuhi dan merupakan kebiasaan yang
dilakukan tanpa paksaan atau secara intensif, atau tidak hanya terjadi pada keadaan
kasus saja.Uuraian diatas disimpulkan bahwa subjek mendapatkan nilai +1 (satu) tiap
nomor bila subjek mampu melakukan kebiasaan atau menyelesaikan masalah secara
memuaskan.
b. Nilai Setengah (½)
Diberikan bagi butir-butir pemeriksaan yang transisional atau yang kadang-kadang
dilakukan tetapi tidak selalu berhasil. Perfomans semacam ini harus bukan dilakukan
sepintas. Skor ini dihitung setengah kredit. Skor ini dapat menunjukkan adanya :
Perasaan malu, tidak perduli, tidak adanya imbalan, ketergantungan, tidak adanya
perjuangan menuntut hak
Isolasi, tidak adanya kesenangan, atau adanya dominasi orang tua
Adanya bahaya dalam lingkungan yang khusus dan lain-lain.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa subjek mendapatkan nilai setengah bila dalam
mengerjakan atau menyelesaikan masalah tersebut masih ada ketidakmandirian,
ketidaknyamanan, kehilangan percaya diri, yang sebenarnya subjek mampu
mengerjakannya.
c. Nilai Negatif (-)
Diberikan bagi butir yang belum berhasil dilakukan sama sekali, jarang, dan di
bawah tekanan ekstrim yang tidak biasa, dilaksanakan subyek secara keseluruhan.
Pencatat harus menunjukkan adanya dua skor minus beruntutan untuk aspek
tetentu yang dihentikan pemeriksaannya. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa
subjek mendapat nilai negatif (-1) bila subjek tidak dapat melakukan atau
mengerjakan masalah paling sedikit dua kali berturut-turut.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, dkk.( 2014). Konsep Dasar Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka
Ulwan, Abdullah Nasih 2011. Ada Apa dengan Seks?: Cara Mudah dan Benar Mengenal
Seks, Alih Bahasa Imam Ghazali Masykur. Jakarta: Gema Insani Press.
Baraja, Abu Bakar. (2008). Psikologi Perkembangan : Tahap dan Aspek-Aspeknya, mulai
Dari 0 Tahun sampai Akil Baligh. Jakarta : Studia Press.
Doll, E. A. (1965). Vineland social maturity scale. Manual of Directors Minessota:
American Duidance Service, Inc.

Anda mungkin juga menyukai