Disusun oleh:
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa
yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Standard Operating Prosedure Pengolaan Gudang.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait pengertian Standarsd Operating Procedur dan hal yang ada dalam
Standarsd Operating Procedur Pengolaan Gudang. Tak lupa dengan seluruh
kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta saran
yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
29 September 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Pengertian Standard Operating Procedure..................................................2
2.2 Standar Operating Prosedure (SOP) Pengelolaan Gudang.........................3
2.2.1 Perencanaan Kebutuhan Obat............................................................3
2.2.2 Permintaan Obat...............................................................................10
2.2.3 Penerimaan Obat..............................................................................11
2.2.4 Penyimpanan Obat...........................................................................12
2.2.5 Pendistribusian Obat dan BMHP.....................................................16
2.2.6 Pencatatan, Pelaporan, Pengarsipan.................................................17
2.2.7 SOP Penyimpanan Obat Emergency................................................18
2.2.8 SOP Penyimpanan Dan Distribusi Reagen......................................19
2.2.9 SOP Penanganan Obat ED...............................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan.............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
SOP yang digunakan, yaitu jumlah keputusan yang akan diambil dan
jumlah langkah yang akan dilakukan dalam suatu proses.
2.2 Standar Operating Prosedure (SOP) Pengelolaan Gudang
2.2.1 Perencanaan Kebutuhan Obat
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan
harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
1. Tujuan Perencanaan Obat
a. Prakiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan.
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
2. Pedoman Perencanaa Pedoman
Adapun yang menjadi pedoman dalam perencanaan
pengadaan obat yaitu DOEN, formularium rumah sakit, standar
terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku; data catatan
medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus
penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, serta
rencana pengembangan.
3. Kegiatan Pokok Perencanaan Kebutuhan Obat
Kegiatan pokok dalam perencanaan pengadaan obat
a. Seleksi/ perkiraan kebutuhan, meliputi memilih obat yang
akan dibeli dan menentukan jumlah obat yang akan dibeli.
b. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
4. Metode-Metode Dalam Perencanaan Obat
1) Metode Konsumsi
3
Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi
obat tahun sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi. Langkah-langkah metode konsumsi yaitu :
a. Langkah Evaluasi
1) Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu
2) Evaluasi suplai obat periode lalu.
3) Evaluasi data stock, distribusi, dan penggunaan obat
periode lalu
4) Pengamatan kecelakaan dan kehilangan obat
b. Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang
dengan memperhatikan :
1) Perubahan populasi cakupan pelayanan
2) Perubahan pola morbiditas
3) Perubahan fasilitas pelayanan
c. Penerapan perhitungan:
1) Penetapan periode konsumsi
2) Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu
3) Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan
4) Lakukan koreksi terhadap stock out
5) Hitung lead time untuk menentukan safety stock.
d. Rumus Metode Konsumsi (yang telah disederhanakan)
CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock
Keterangan :
1) CT = Kebutuhan per periode waktu
2) CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
3) T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
4) SS = Safety Stock
CONTOH PERHITUNGAN:
Salah satu RS di Kalimantan tengah yang berada di
sampit (RS. Murjani) membeli RL (infus Ringer Laktat)
sebanyak 2000 infus dengan pembelian setiap 2 bulan
sekali. Karena pabrik obat tidak ada di Pulau Kalimantan,
4
sehingga infus dibeli dari Surabaya dengan lead time
(waktu tunggu) sekitar 3 minggu (21 hari), sedangkan sisa
stock di RS. Murjani hanya ada 1000 infus. Harga infus
adalah Rp. 12.000/satuan, maka hitunglah berapa infus RL
yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan
untuk membeli sediaan infus tersebut ?
Sebelum memasukkan data ke dalam rumus
metode konsumsi, terlebih dahulu di hitung SS (safety
stock) nya dengan :
5
4) Pencatatan data morbiditas yang baik tidak
diperlukan.
2) Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data
jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar
pengobatan yang ada. Langkah-langkah perencanaan
dalam metode ini adalah sebagai berikut:
a. Susun daftar masalah kesehatan atau penyakit utama
yang terjadi
b. Lakukan pengelompokkan pasien, misal: Pengumpulan
dan pengolahan data dilakukan dengan cara :
1) Anak 0-4 tahun
2) Anak 5-14 tahu
3) Wanita 15-44 tahun
4) Laki-laki 15-44 tahun
5) Orang tua > 45 tahun
c. Prinsip penggolongan umur harus sesederhana
mungkin
d. Tentukan frekuensi tiap penyakit per periode
e. Sususn standar terapi rata-rata/ terapi ideal
f. Dengan mengetahui data epidemiologi, estimasikan
tipe dan frekuensi pengobatan yang diperlukan
Contoh : untuk kasus diare, estimasikan : 90% kasus
diberi oral dehidrasi, 10% kasus diberi cairan
intravena, 5% kasus perlu metronidazole untuk amuba,
10% kasus perlu antibiotik untuk disentri, basiler dan
kolera.
g. Susun daftar obat yang dikuantifikasikan
h. Hitung jumlah episode pengobatan untuk setiap
penyakit
i. Hitung safety stock atau jumlah obat diperkirakan
hilang.
6
j. CT = (CE x T) + SS – Sisa Stock
Keterangan :
1) CT = Kebutuhan per periode waktu
2) CE = Perhitungan standar pengobata
3) T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun
4) SS = Safety Stock
CONTOH PERHITUNGAN:
Kalimantan tengah merupakan wilayah yang
masih banyak terdapat hutan yang lebat, sehingga
pasien gigitan ular di wilayah sampit saja cukup tinggi.
RS. Murjani dalam setiap bulannya menerima pasien
gigitan ular sebanyak 5 orang/ bulan. Standar
pengobatan untuk gigitan ular, yaitu :
1) Antibisa ular diberikan 2 botol untuk 1 hari, terapi
selama 3 hari
2) Asam traksenamat diberikan 3 x Injeksi 500 mg,
selama 3 hari
3) Ketorolac injeksi 3% diberikan 2 ampul untuk 1
hari, selama 3 hari
4) Cefotaxim injeksi diberikan 2 x injeksi 1 g, selama
3 hari
Obat-obatan untuk terapi gigitan ular
tersebut hanya tersisa 1 di RS, sedangkan
pembelian setiap 1 bulan sekali dengan lead time
(waktu tunggu) 1 minggu (7 hari). Harga untuk 1
kali pemberian standar pengobatan gigitan ular
adalah Rp. 600.000, maka hitunglah berapa obat
dalam standar terapi yang harus dibeli dan
anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli
persediaan tersebut ?
1) Antibisa ular = 2 botol x 3 hari = 6 botol x 5 pasien
= 30
7
2) Asam traksenamat = 3 ampul x 3 hari = 9 ampul x
5 pasien = 45
3) Ketorolac inj. 3% = 2 ampul x 3 hari = 6 ampul x 5
=30
4) Cefotaxim inj = 2 ampul x 3 hari = 6 ampul x 5
pasin =30, Sehingga rata-rata standar pengobatan
(CE) = 30
Sama seperti metode konsumsi, untuk
melakukan perhitungan terlebih dahulu dihitung
Safety stock, yaitu :
8
Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu
sama.
Dapat terjadi kekurangan obat karena ada
wabah atau kebutuhan insidentil tidak
terpenuhi.
Variasi obat terlalu luas.
3) Metode Kombinasi
Metode kombinasi merupakan kombinasi metode
konsumsi dan metode epidemiologi. Metode kombinasi
berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana
telah mempunyai data konsumsi yang jelas namun kasus
penyakit cenderung berubah (naik atau turun). Gabungan
perhitungan metode konsumsi dengan koreksi
epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu prediksi
(boleh prosentase kenaikan kasus atau analisa trend).
Metode kombinasi digunakan untuk obat & alkes yng
terkadang fluktuatif, maka dapat menggunakan metode
konsumsi dengan koreksi-koreksi pola penyakit,
perubahan, jenis/ jumlah tindakan, perubahan pola
peresepan, perubahan kebijakan pelayanan kebijakan.
a. Rumus metode kombinasi
C kombinasi = (CA + CE) x T + SS – Sisa stock
Keterangan :
CE = Perhitungan standar pengobatan
CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
T = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)
SS = Safety Stock
CONTOH PERHITUNGAN:
Murjani setiap tahunnya pasti ada pasien
menderita DBD (deman berdarah), diprediksi ada
sebanyak 100 pasien. Penanganan pasien DBD tersebut
dengan diberikan infus RL (500 cc) 20 tetes/ menit
9
selama 5 hari. Konsumsi RL setiap bulan adalah 5000
infus, dengan lead time (waktu tunggu) ½ bulan,
sehingga hitunglah berapa RL yang harus disediakan
rumah sakit agar tidak terjadi kekosongan?
RL (20 tts/menit) = 1 mL/menit x 60 menit
= 60 mL/jam x 24 jam
= 1440 mL/hari : 500 mL
= 2,88 botol = 3 botol/hari
RL yang dibutuhkan = 3 botol/hari x 5 hari x 100
pasien = 1500 botol RL
C kombinasi= (CA + CE) x T + SS – Sisa stock
= (5000 + 1500) x 1 bulan + 3250 – 5000
= 4750 botol RL
2.2.2 Permintaan Obat
Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah proses kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas dan Sub Unit Layanan.
Tujuannya adalah Sebagai pedoman petugas apotek dalam melakukan
permintaan obat dan bahan medis habis pakai.
Kebijakan, Surat Keputusan Kepala Puskesmas Malawei No: P-
MLW/VIII/SK/APT/2/2017/002 tentang Penyediaan Obat Yang
Menjamin Ketersediaan Obat di Puskesmas Malawei.
Langkah-langkah :
1. Petugas apotek menentukan jenis obat dan bahan medis habis pakai
yang akan digunakan.
2. Petugas apotek menentukan jumlah dari masing-masing obat dan
bahan medis habis pakai yang akan digunakan.
3. Petugas apotek mencatat pada kolom permintaan LPLPO
4. Petugas apotek meminta persetujuan kepada Kepala Puskesmas
untuk lembar permintaan obat yang telah dibuat.
5. Petugas apotek mengumpulkan LPLPO Puskesmas ke Instalasi
10
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu LPLPO Puskesmas
dikumpulkan sebelum tanggal 05 bulan berikutnya.
Unit terkait :
a. Gudang Obat
b.Apotek
Dokumen terkait :
a. LPLPO Puskesmas
b.LPLPO Sub Unit Layanan
2.2.3 Penerimaan Obat
Penerimaan barang farmasi adalah bagian dari pengelolaan barang
farmasi yang berfungsi menerima obat dan alat kesehatan melalui
panitia penerima (tim penerima dan pemeriksa barang) sesuai
spesifikasi yang tertera pada surat pesanan.
1. Tujuannya : melaksanakan penerimaan barang farmasi yang
meliputi obat dan alat kesehatan berdasarkan surat pesanan dan
sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada surat pesanan.
2. Kebijakan : setiap penerimaan barang farmasi digudang farmasi
dilaksanakan berdasarkan surat pesanan.
3. Prosedur :
a. Tim penerima dan pemeriksa barang farmasi menerima dan
memeriksa barang sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada
Surat Pesanan (SP), yang meliputi: Nama dan jenis barang,
Nomor batch, Merk, Jumlah, Harga, Kemasan dan kualitas
barang, Tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun atau sesuai
kesepakatan
b. Tim penerima dan pemeriksa barang menandatangani faktur
atau bukti pengiriman barang dan membuat berita acara
penerimaan barang.
c. Bila terjadi ketidakcocokan antara barang yang dipesan dengan
barang yang datang, tim berhak meretur barang.
d. Tim penerima dan pemeriksa barang farmasi menyerahkan
barang farmasi yang telah diterima dan diperiksa kepada
11
petugas gudang farmasi beserta salinan faktur atau bukti
pengiriman barang
e. Petugas gudang farmasi menerima barang farmasi dari tim
penerima dan pemeriksa barang serta melakukan fungsi
penyimpanan.
f. Tim penerima dan pemeriksa barang farmasi melakukan
pengarsipan faktur dan/atau bukti pengiriman barang.
g. Unit terkait : Gudang Farmasi, Tim Penerima dan Pemeriksa,
Tim Pengadaan dan Pembelian .
2.2.4 Penyimpanan Obat
Penyimpanan Sediaan Farmasi merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya
adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia dapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bentuk dan jenis sediaan;
2. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
3. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
4. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan tempat penyimpanan Sediaan
Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi.
Prosedur Penyimpanan Obat sebagai berikut :
1. Pada faktur yang telah dicek, masukkan jumlah, nomor batch dan
tanggal kadaluarsa sediaan farmasi didalam komputer.
2. Simpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada
lemari yang sesuai dengan suhu penyimpanan, penggolongan obat
berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetis.
3. Untuk obat-obatan Askes diletakkan pada rak tersendiri.
12
4. Untuk OWA dan OTC, berikan label harga terlebih dahulu
sebelum memasukkannya ke etalase.
5. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
mengikuti penyimpanan berdasarkan prinsip FEFO dan FIFO.
6. Penyimpanan bahan baku obat dalam wadah yang sesuai,
memberikan etiket yang berisi nama bahan baku, nomor batch dan
tanggal kadaluarsa.
7. Penyimpanan bahan baku obat disendirikan antara bahan baku
dalam dan bahan baku luar.
8. Khusus narkotika dan psikotropika, setiapkaryawan hendaknya
mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan obat.
9. Sediakan tempat khusus untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang rusak, near ED maupun ED.
10. Kembalikan sisa obat yang tidak jadi dipakai ketempat semula.
Pelaksanaan FEFO adalah penanganan penyimpanan dan
penggunaan obat dengan metode First Expired-date First Out (obat
dengan waktu kadaluwarsa yang lebih pendek digunakan lebih
dahulu). Sedangkan pelaksanaan FIFO adalah penanganan
penyimpanan dan penggunaan obat dengan metode First In First
Out (obat yang diterima lebih dahlu digunakan lebih dahulu). Kartu
Stok (kendali) adalah kartu yang digunakan untuk mencatat jenis
dan jumlah obat serta daftar mutasi obat.
Tujuan Prosedur Penyimpanan Obat, dibuat untuk :
1. Menjamin sediaan farmasi disimpan ditempat yang aman,
terhindar dari kerusakan, kehilangan, dan pencurian.
2. Mempertahankan kualitas sediaan farmasi selama
penyimpanan.
3. Mengatur sediaan farmasi supaya pencarian lebih mudah dan
cepat
4. Pengawasan stock lebih mudah
1) Penyimpanan Bahan Baku Obat
13
1. Bahan baku yang diterima diinput jumlah, nomor batch
dan tanggal kadaluarsanya di komputer sesuai dengan
faktur yang telah dicek.
2. Penyimpanan bahan baku obat dalam wadah yang
sesuai, memberikan etiket yang berisi nama bahan
baku, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
3. Penyimpanan bahan baku obat disendirikan antara
bahan baku dalam dan luar serta bahan baku cair dan
padat
4. Lemari penyimpanan bahan baku obat harus tertutup
rapat.
2) Penyimpanan OTC dan OWA
1. Obat OTC dan OWA yang diterima diinput jumlah,
nomor batch dan tanggal kadaluarsanya di komputer
sesuai dengan faktur yang telah dicek.
2. Berikan label harga terlebih dahulu sebelum
memasukkannya ke etalase.
3. Obat disimpan di dalam rak etalase.
4. Obat ditata berdasarkan:
a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, yaitu obat yang
masa kadaluarsanya paling cepat habis diletakkan di
paling depan. Obat yang masa kadaluarsanya paling
lama diletakkan di paling belakang.
b. Penyusunan nama obat berdasarkan aspek
farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetik.
c. Khusus obat-obat yang memerlukan suhu rendah,
disimpan di dalam kulkas di ruang penyimpanan. Di
dalam kulkas harus terdapat termometer yang dicek
secara berkala.
3) Penyimpanan Obat Keras
14
1. Obat keras yang diterima diinput jumlah, nomor batch
dan tanggal kadaluarsanya di komputer sesuai dengan
faktur yang telah dicek.
2. Obat disimpan di dalam rak di ruang penyimpanan.
3. Jumlah maksimal masing-masing merk obat yang
diletakkan di rak penyimpanan adalah 3 box, 3 botol,
atau 3 tube, selebihnya ditaruh di rak paling atas
(gudang).
4. Obat ditata berdasarkan:
a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, yaitu obat yang
masa kadaluarsanya paling cepat habis diletakkan di
paling depan. Obat yang masa kadaluarsanya paling
lama diletakkan di paling belakang.
b. Penyusunan nama obat berdasarkan aspek
farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetik.
c. Obat-obat Askes disimpan dalam rak tersendiri
5. Khusus obat-obat yang memerlukan suhu rendah,
disimpan di dalam kulkas yang mempunyai termometer
yang dicek secara berkala.
6. Khusus obat-obatan los yang masuk dan keluar dicatat
di kartu stok obat per botol.
4) Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
1. Narkotika dan psikotropika yang diterima diinput
jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsanya di
komputer sesuai dengan faktur yang telah dicek.
2. Kemudian obat disimpan di dalam lemari khusus
narkotika dan psikotropika.
3. Obat ditata berdasarkan:
a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, yaitu obat yang
masa kadaluarsanya paling cepat habis diletakkan di
paling depan. Obat yang masa kadaluarsanya paling
lama diletakkan di paling belakang.
15
b. Penyusunan nama obat secara alfabetik, yaitu obat
dengan awalan huruf A diletakkan di sebelah paling
kiri. Obat dengan awalan huruf Z diletakkan di
sebelah paling kanan.
4. Narkotika dan psikotropika yang masuk dan keluar
dicatat di kartu stok obat
5. Kartu stok obat dimasukkan ke dalam setiap box atau
diikat dengan botol dan harus selalu tersimpan di dalam
lemari
6. Lemari harus selalu terkunci, kunci disimpan
olehApoteker yang diberi kewenangan.
2.2.5 Pendistribusian Obat dan BMHP
Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sub unit. Menurut Permenkes nomor 72
Tahun (2016) Ruang distribusi harus cukup untuk melayani seluruh
kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai Rumah Sakit.
Prosedur
1. Sub unit menyetor permintaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) dengan menggunakan format LPLPO atau buku amprag
2. Petugas gudang menyediakan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) sesuai permintaan
3. Petugas menyerahkan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
ke Sub unit
Sistem distribusi obat di rumah sakit, dibagi menjadi :
1. Sentralisasi
Dilakukan oleh IFRS ke semua tempat perawatan penderita
di rumah sakit tanpa adanya cabang dari IFRS di tempat
perawatan.
16
1) Individual prescription atau resep perseorangan yakni order
atau resep ditulis oleh dokter untuk tiap pasien. Obat yang
diberikan sesuai dengan resep.
2) Total ward floor stock atau persediaan ruang lengkap,
semua perbekalan farmasi yang sering digunakan dan
dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan.
Hanya digunakan untuk kebutuhan darurat dan bahan dasar
habis pakai
2. Desentralisasi
Dilakukan oleh beberapa depo/satelit IFRS di rumah sakit
1) UDD : perbekalan farmasi dikandung dalam kemasan unit
tunggal, disispensing dalam bentuk siap konsumsi, tersedia
pada ruang perawatan pasien
2) One Daily Dose mirip indvidual prescribing namun
diberikan untuk sehari sesuai dengan dosisnya, Kelebihan :
Mengurangi resiko biaya obat.
2.2.6 Pencatatan, Pelaporan, Pengarsipan
Yaitu rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) secara tertib, baik obat dan bahan
medis habis pakai yang diterima, disimpan , didistribusikan dan
digunakan di puskesmas dan sub unit pelayanan lainnya.
Tujuan
1. Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan,
persediaan, pengeluaran / penggunaan dan data mengenai waktu
dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.
2. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah
dilakukan
3. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
4. Sumber data untuk membuat laporan.
Prosedur :
17
1. Setiap obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang
diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam buku
penerimaan dan Kartu Stok.
2. Laporan Pemakaian dan Permintaan dibuat berdasarkan Kartu
Stok Obat dan Catatan harian penggunaan Obat.
3. Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO Sub Unit,
LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Instalasi farmasi
Kabupaten, Unit pelayanan farmasi Dinas Kesehatan dan satu
rangkap sebagai arsip Puskesmas.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi :
1. Pencatatan Penerimaan Obat
1) Formulir Penerimaan Obat
Merupakan dokumen pencatatan mengenai datangnya obat
berdasarkan pemberitahuan dari panitia pembelian.
2) Buku harian penerimaan barang
Dokumen yang memuat catatan mengenai data
obat/dokumen obat harian.
2. Pencatatan Penyimpanan
Kartu persediaan obat/barang.
3. Pencatatan Pengeluaran
a. Buku harian pengeluaran barang
Dokumen yang memuat catatan pengeluaran baik tentang
data obat, maupun dokumen catatan obat
4. Pelaporan
1) Laporan mutasi barang
Laporan berkala mengenai mutasi barang dilakukan
triwulan, persemester ataupun pertahun.
2) Laporan Kegiatan Distribusi.
3) Laporan Tahunan
2.2.7 SOP Penyimpanan Obat Emergency
Penyimpanan obat emergency dalam kotak emergency adalah
kegiatan penyimpanan obat-obat tertentu yang dibutuhkan pasien
18
secara tepat, yang dilakukan pada unit tertentu di luar instalasi farmasi
serta disimpan dalam kotak.
Tujuan :
1. Agar dapat menjamin ketersediaan dan keamanan penyimpanan
obat emergency
2. Agar obatemergency dapat selalu tersedia saat dibutuhkan.
Prosedur :
1. Siapkan obat yang akan dsimpan dalam kotak emergency, sesuai
daftar obat emergency.
2. Tempat penyimpanan sesuai dengan jenis obat emergency.
3. Cara penyimpanan:
1) Obat emergensi disimpan dan dikelompokkan sesuai bentuk
sediaan.
2) Obat emergency ditempatkan pada tempat khusus , terlihat jelas
dan mudah di jangkau..
3) Suhu penyimpanan disesuaikan dengan obat jenis obat yang
disimpan.
4) Obat emergency jika dikeluarkan harus diganti dengan jumlah
yang sama.
Refrensi :
1. UU Nomor36Tahun 2009, tentangKesehatan;
2. UU Nomor44Tahun 2009, tentangRumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Men.Kes/SK/II/
2004 Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No.290/MENKES/PER/III/2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No.1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
Dokumen terkait:
1. Kartu Stok Obat
2. Daftar Obat Emergensi Ruangan
19
Unit terkait :
1. Unit gudang obat
2. UGD
3. KIA
2.2.8 SOP Penyimpanan Dan Distribusi Reagen
Penyimpaan dan distribusi reagen adalah merupakan kegiatan
dalam melakukan pengendalian reagen mliputi penerimaan
pemyimpanan dan pendistribuan reagen.
Tujuan :
Untuk mengawasi oprasional Laboratorium agar mendapatkan hasil
yang optimal dan berkualitas
Kebijakan :
SK Kepala Puskesmas
Prosedur :
1. Penerimaan reagensia
a) Petugas Laboratorium memeriksa daftar reagen yang datang.
b) Memeriksa keadaan kemasan reagensia, kemasan riagens
dalam keadaan tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun
robek.
c) Reagen yang datang diperiksa tanggal kadaluarsa.
2. Penyimpanan reagensia
a) Reagensia yang datang diperiksa tanggal kadaluarsa dan
disimpan sesuai prosedur penyimpanan yang tentara dalam
kemasan reagen.
b) Kulkas tempat penyimpanan reagens harus steril.
20
masa simpan obat. Suatu obat yang dalam kondisi baik yaitu tidak
adanya perubahan efek dalam obat tersebut.
Tujuan : Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan
pemusnahan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Prosedur :
1. Melakukan inventarisasi sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai yang akan dimusnahkan
2. Menyiapkan administrasi berupa laporan dan berita acara
pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
3. Menetapkan jadwal dan tempat pemusnahan
4. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai, memuat :
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
b. Nama dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang dimusnahkan
c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan
d. Membuat laporan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai yang ditanda tangani oleh apoteker dan saksi
dalam pelaksanaa pemusnahan.
Unit Terkait :
1. Unit gudang obat
2. Unit apotek.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang
dikemukakan secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari
semua karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Standard
Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujun tertentu,
sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan. Berikut
beberapa manfaat dari SOP : Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari
proses yang dijalankan, Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak
yang bersangkutan, Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, Dapat mengurangi waktu
pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan, Membantu menganalisa
proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi pengembangan
SOP.
Standard Operating Procedure (SOP) Pengolaan Gudang terdiri dari:
1. Perencanaan Kebutuhan Obat
2. Permintaan Obat
3. Penerimaan Obat
4. Penyimpanan Obat
5. Pendistribusian Obat dan BMHP
6. Pencatatan, Pelaporan, Pengarsipan
7. SOP Penyimpanan Obat Emergency
8. SOP Penyimpanan dan Distribusi Reagen
9. SOP Penanganan Obat ED
22
DAFTAR PUSTAKA
23