Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN

“STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN”

DISUSUN OLEH :

 APRILIA INDRIANI (2015201002)


 AULIA SEKAR ANDINI (2015201004)
 DARRISNA WIRANDA (2015201008)
 KARMILA SAPUTRI (2015201042)
 MUTIARA (2015201037)
 NURIMA YUDANTI (2015201044)
 RAFIKA MAHERA (2015201024)
 SHERINA AYUNI (2015201028)
 SYAHDA ELSAVIRA (2015201034

DOSEN PENGAMPU : IMELDA FITRI SST.M.Keb

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN pada
Program Studi Sarjana KebidanandanProfesi dengan ini penulis mengangkat
judul “STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN”.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

Pekanbaru, 06Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………...…………...............…............................................................i
Daftar Isi ………………………………………………..........................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………...…………................................................1
1.2 Rumusan Masalah ………….....……………….................................................1
1.3 TujuanPenulisan………………………………………………...........………...1
1.4 Manfaat………………………………………………………………............…1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Standar Pelayanan Kebidanan Dasar..................................................................2

2.1.1 Pengertian Standar............................................................................................2

2.1.2 Syarat Standar pelayanan kebidanan...............................................................2


2.2 Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan.......................................................2

2.3. Standar asuhan kebidanan...................................................................................3

2.3.1 STANDAR PELAYANAN UMUM...............................................................3

2.3.2 STANDAR PELAYANAN ANTENATAL...................................................4

2.3.3 STANDAR PELAYANAN PERSALINAN..................................................7

2.3.4 STANDAR PELAYANAN NIFAS................................................................8

2.3.5 STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN


NEONATAL.............................................................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat
dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien. penyedia layanan
kebidanan, penunjang layanan kebidanan, ataupun manajemen organisasi layanan
kebidanan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing
masing

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Kebidanan Dasar?
2. Apa saja Syarat Standart Kebidanan Dasar ?
3. Ada Berapa macam Pengenalan Standar Pelayanan kebidanan?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami apa yang di maksud dengan Standar Pelayanan Kebidanan Dasar?
2. Untuk mengetahui apa saja Syarat Standart Kebidanan Dasar ?
3. Untuk mengetahui ada berapa macam Pengenalan Standar Pelayanan kebidanan?

1.3 Mamfaat
Untuk mengetahui apa-apa saja standar dari pelayaan kebidanan.
untuk menambah wawasan kepada mahasiswa bidan yang lain yang nantinya harus
dimengerti dan dilakukan sebagai peran dan fungsi bidan . Kita berharap sebagai bidan
patuhilah tugas-tugas sebagai peran bidan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Standar Pelayanan Kebidanan Dasar

2.1.1 Pengertian Standar

Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat
pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan
minimal. Menurut Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang penampilan
atau nilai dinginkan yang mampa dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan Pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut musukan, proses keluaran budeme
sistem Layanan kesehatan Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi
untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem,
baik pasien. penyedia layanan keschatan. penunjang layanan kesehatan, ataupun
manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalum
menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

Kadang-kadang standar layanan kesehatan itu diartikan sebagai petunjuk połaksanaan,


protokol, dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Standar Prosedur Operastonal
(SPO) adalah pernyataan tentang harapan bagaimana petugas kesehatan melakukan
suatu kegiatan yang bersifat administratif

2.1.2 Syarat Standar pelayanan kebidanan

a Dapat diobservasi dan diukur b. Realistik

c. Mudah dilakukan dan dibutuhkan d. Jelas

e. Masuk akal f. Mudah dimengerti

g. dapat dicapai h. Absah

i. Meyakinkan j. Mantap. spesifik.

2.2 Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)

2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

3. Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)

4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

2
2.3 Standar asuhan kebidanan

2.3.1 Standar pelayanan umum

A. STANDAR 1: Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat.tujuannya :

1) Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan


yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab

2) Bidan memberikan penyuluhan dan naschat kepada perorangan, keluarga dan


masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan
dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan
mendukung kebiasaan yang baik.

3) Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang
sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-
alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.

4) Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai dengan
kebutuhan.

B. STANDAR 2 : Pencatatan dan pelaporan.tujuannya :

1) Mengumpulkan mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan


penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja

2) Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan


seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah
kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu
hamil bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan
kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader
untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan
dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan, ibu dalam masa nifas.dan bayi
baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan
menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan

3) Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik

4) Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.

5) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan


pelayanan kebidanan.

6) Adanya kebijakan nasional setempat untuk mencatat semua kelahiran dan


kematian ibu dan bayi.

3
7) Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.

8) Bidan bekerja sama dengan kader tokoh masyarakat dan memahami masalah
kesehatan setempat.

9) Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS
KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan
memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.

10) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan
tersebut diatas

11) Pemerataan ibu hamil.

12) Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus
dan jadwal kerjanya setiap hari.

13) Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk
mempelajari hasil kerjanya.

14) Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan pelayanan.
Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi pentig
dalam pelaporan

15) Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal,
waktu dan paraf

2.3.2 STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

A. STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL

Tujuannya :

1. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara


berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur

2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan


secara dini dan teratur serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil

3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan


16 minggu

4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu
hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan
secara dini dan teratur
4
5. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk
menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga
maupun masyarakat

B. STANDAR 4: PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL


Tujuannya:

1) Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi


kehamilan 2) Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal

3) Biden juga harus mengenal kehamilan rest kelainan khususnya anemia, kurang
gizi, hipertensi, PMS infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan olch puskesmas

4) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan

5) Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan


komplikasi kehamilan

6) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda baluya kehamilan
dan tahu apa yang harus dilakukan

7) Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan

8) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk


penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan kehamilan
(kartu ibu)

9) Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

C.STANDAR PELAYANAN 5: PALPASI ABDOMINAL Tujuannya

1.Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan


letak, posisi dan bagian bawah janin Pernyataan standar: Bidan melakukan
pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk
memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa
posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

Hasilnya : Perkiran usia kehamilan yang lebih baik Diagnosis dini kehamilan letak,
dan merujuknya sesuai kebutuha Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain
serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan Bidan telah di didik tentang prosedur
palpasi abdominal yang benar

5
D. STANDAR 6: PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN Tujuannya
:Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut
yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung
Pernyataan standar Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan Bidan
mampu :

1) Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan

2) Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia

3) Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik

4) Tersedia tablet zat besi dan asam folat

5) Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )

6) Obat cacing

7) Menggunakan KMS ibu hamil buku KIA , kartu ibu

8) Proses yang harus dilakukan bidan: Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada
kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah Ilgropada kehamilan
termasuk anemia, dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi,
misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat,
segera rujuk ibu hamil untuk pemer dan perawatan Sarankan ibu hamil dengan
anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan

E. STANDAR 7: PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Tujuan : Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan Pernyataan standar: Bidan menemukan secara
dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala
pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya
Hasilnya Ibu liamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai
dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi
Persyaratannya : Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan seca teratur,
pengukuran tekanan darah Bidan mampu Mengukur tekanan darah dengan benar
mengenali tanda-tanda preckimpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan
melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan

F.STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN

Pernyataan standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih
dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di canakan dengan baik
Prasyarat:

6
1) Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir
kehamilan

2) Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi


persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit

3) Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman
bersih

4) Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia

5) Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan persalinan


yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT steril

6) Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika terjadi
kegawat daruratan ibu dan janin

7) Menggunakan KMS ibu hamil buku KIA kartu ibu dan partograf

8) Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama
kehamilan

3. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN

A.STANDAR 9: ASUHAN PERSALINAN KALA SATU


tujuan : Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi Pernyataan
standar Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan
kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung
Hasilnya :
1) Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu
bia diperlukan
2) Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih
3) Berkurangnya kematian kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

B. STANDAR 10: PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN


Tujuannya :
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi Pernyataan
standar Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap Persyaratan:
1) Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan
aman
3) Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril

7
4) Perlengkapan alat yang cukup

C.STANDAR 11: PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III

Tujuan : Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek
kala 3, mencegah ntoni uteri dan retensio plasenta

Pernyataan standar : Bidan melakukan penanganan tali pusat dengan benar untuk
membantu pegeluaran plasenta dan selaput ketuban dengan lengkap.

D.STANDAR 12 : PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN


MELALUI EPISIOTOMI

Tujuan : Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-


tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum Pernyataan
standar Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

4. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS

A. STANDAR 13: PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Tujuan : Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan
serta mencegah hipotermi. hipokglikemia dan infeksi Pernyataan standar Bidan
memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pemafasan spontan
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau
merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani
hipotermia

B. STANDAR 14: PENANGANAN PADA 2 JAM PERTAMA SETELAH


PERSALINAN

Tujuan : Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan
sayang bayi, memulai pemberian IMD Pernyataan standar Bidan melakukan
pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah
persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

C .STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA


NIFAS

Tujuan Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif Pernyataan standar Bidan memberikan
pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
ke duu dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan

8
ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB

5.STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

Kedaruratan Obstetrik adalah suatu keadaan klinik yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kesakitan yang berat bahkan kematian ibu dan janinnya. Secara umum
terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir,yaitu (1)perdarahan
(2)infeksi, sepsis (3)hipertensi, preeklampsia, eklampsia (4) persalinan macet
(distosia). Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung,
sedangkan ketiga penyebab lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa
nifas
Setiap kehamilan berpotensi mengalami risiko kedaruratan. Pengenalan kasus
kedaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat dan tepat
dapat dilakukan. Mengingat klinis kasus kedaruratan obstetri yang berbeda-beda
dalam rentang yang cukup luas, setiap kasus sebaiknya ditangani seyogyanya kasus
gawat darurat lewat triase awal, sampai pemeriksaan menunjukkan bahwa kasus
tersebut bukan kedaruratan. Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan
permasalahan utama (diagnosis) dan tindakan pertolongan harus dilakukan dengan
cepat, tepat, dan segera mungkin.
Ulasan berikut akan membahas pengelolaan kasus terkait perdarahan post partum,
ruptura uteri dan distosia bahu serta hipertensi dalam kehamilan, dalam ini
preeklampsia/eklampsia.
Kata Kunci : Kedaruratan, obstetrik, perdarahan, distosia, preeklampsia
Disajikan pada Simposium “Clinical Emergencies” dalam rangka Dies Natalis FK
Unsrat 2015

KEDARURATAN OBSTETRIK
Kedaruratan obstetrik adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu
dan bayinya 1,2 Jenis-jenis kedaruratan obstetri yang dibahas yakni1
1. Pendarahan Pasca Salin (PPS)
2. Ruptur uteri
3. Distosia Bahu
4. Hipertensi Dalam Kehamilan
Perdarahan Pasca Salin (PPS)
Perdarahan pasca salin merupakan penyebab penting kematian maternal meliputi 1⁄4
dari seluruh kematian di dunia.3 Menurut WHO, perdarahan pasca salin
diklasifikasikan sebagai perdarahan pasca Salin dini (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500
ml dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir) dan perdarahan pasca salin lanjut

9
(perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml setelah 24 jam pertama persalinan). Berdasarkan
jumlah perdarahan, dibagi menjadi perdarahan pasca salin minor (jumlah perdarahan
antara 500-1000 ml tanpa tanda syok secara klinis) dan perdarahan pasca salin mayor
(jumlah perdarahan > 1000 ml atau <1000 ml dengan disertai tanda syok).4 Penyebab
PPS adalah satu atau lebih dari 4 faktor yakni tonus, tissue, trauma, dan trombin.5
Atonia Uteri merupakan penyebab utama PPS dini. Penatalaksanaan PPS disingkat
dengan istilah HAEMOSTASIS.5,6
H – ask for Help
A – Assess (vital parameters, blood loss) and resuscitate
E – Establish the cause, ensure availability of blood
M – Massage uterus
O – Oxytocin infusion
S – Shift to theatre/anti-shock garment – bimanual compression
T – Tamponade test
A – Apply compression sutures
S – Systematic pelvic devascularisation
I – Interventional radiologist – if appropriate, uterine artery embolisation
S – Subtotal/total abdominal hysterectomyRuptura Uteri
Ruptura uteri terjadi jika terdapat robekan dinding uterus saat kehamilan atau
persalinan.7 Kasus ini merupakan keadaan emergensi obstetri yang mengancam
nyawa ibu dan janin. Ruptura uteri dapat bersifat komplit atau inkomplit. Disebut
ruptura uteri komplit apabila robekan yang menghubungkan rongga amnion dan
rongga peritoneum sehingga semua lapisan dinding uterus terpisah. Sedangkan ruptur
uteri inkomplit terjadi jika rongga abdomen dan rongga uterus masih dibatasi oleh
peritoneum viserale. Bila terjadi ruptur uteri total maka biasanya akan berakibat fatal
bagi ibu dan janin.8
Faktor risiko terjadinya ruptura uteri adalah adanya riwayat ruptura uteri sebelumnya,
riwayat seksio sesarea atau histertektomi, riwayat reseksi kornu pada kehamilan
ektopik, riwayat perforasi uterus, kuretase, overdistensi uterus, kehmailan multifetus,
polihidramnion, persalinan dengan forceps atau vakum, plasenta akreta, dan partus
macet.8
Tanda dari ruptur uteri berupa kematian janin, syok hipovolemik, atau perdarahan
pervaginam. Secara umum diagnosis ruptur uteri ditegakkan dengan ditemukannya
Van Bandl Ring yang semakin tinggi, segmen bawah uterus menipis, nyeri abdomen,
his kuat terus menerus, dan tanda gawat janin. Manajemen yang dilakukan setelah
terjadi ruptura uteri adalah mengatasi syok dengan resusitasi cairan/transfusi darah,
tindakan operatif (histerorafi atau histerektomi), dan pemberian antibiotika.1
Distosia Bahu
Distosia bahu adalah suatu keadaan gawat darurat yang tidak dapat diprediksi dimana
kepala janin sudah lahir tetapi bahu terjepit dan tidak dapat dilahirkan.
Diagnosa :
1. Kepala janin lahir tetapi bahu tetap terjepit kuat didalam vulva
2. Dagu mengalami retraksi dan menekan perineum
3. Traksi pada kepala gagal untuk melahirkan bahu yang terjepit dibelakang

10
symphisis pubis.
Penatalaksanaan :
1. Ask for Help
2. Episiotomi
3. Posisikan ibu :
a. Lakukan Manuver McRobert
b. Perasat Masanti
c. Manuver Wood corkscrew

d. Manuver Rubine1,2
e. Perasat dan tindakan lanjutan lain seperti pengeluaran lengan posterior,
kleidotomi bahkan simfisiolisis
Pengawasan harus dilakukan akibat trauma yang ditimbulkannya terhadap ibu & bayi.
Hipertensi dalam Kehamilan1
Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi kehamilan setelah kehamilan 20
minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari : edema,
proteinuria, atau kedua-duanya. Yang merupakan kegawatdarutan adalah
preeklampsia dan eklampsia. Komplikasi preeklampsia berat yang umumnya dapat
dijumpai pada kehamilan lebih dari 20 minggu yaitu bila dijumpai :
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diastolik > 110 mmhg
2. Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam
3. Gangguan cerebral atau visual
4. Edema
5. Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
6. Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
7. Trombositopeni
8. Pertumbuhan janin terhambat
9. Peningkatan serum kreatinin
Permasalahan yang ditemukan terutama berkaitan dengan Preeklampsia Berat, apalagi
yang onset dini maupun Eklampsi. Kondisi lain yang sering menyulitkan termasuk
Sindroma HELLP, Edema Paru, Krisis Hipertensi dan IUGR.
Apabila ditemukan kejang pada keadaan ini (eklampsia), maka penanganan yang
diberikan berupa
1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diazepam, dengan risiko
terjadinya depresi neonatal.
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker
oksigen, oksigen)

3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma


4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko
aspirasi 6. Berikan O2 4-6 liter/menit

11
Pengelolaan umum
1. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
antara 90-100 mmHg
2. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
3. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, enzim hati, dan profil metabolik
4. Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) dosis initial 4 gr diberikan dalam 20 menit,
dilanjutkan dosis maintenance 6 gr dalam cairan Ringer Laktat 500 ml.
5. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
6. Infus cairan dipertahankan 1.5 – 2 liter/24 jam
7. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
8. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
9. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan
tanda
adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan
diuretik
(mis. Furosemide 40 mg IV)
10. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi
setelah 7
menit, kemungkinan terdapat koagulopati
Pasien yang diberi cairan perlu dievaluasi input dan outpus. Pulse oxymetry dan
auskultasi penting dilakukan khususnya pada pasien dengan hipertensi kronis, fungsi
ginjal abnorma, dan solutio plasenta. Pemberian MgSO4 dilanjutkan sedikitnya 24
jam pascasalin atau setelah kejang terakhir atau keduanya. Jika terjadi insufisiensi
ginjal, kurangi MGSO4 dan rasio pemberian cairan. Setelah persalinan, obat
antihipertensi oral dapat diberikan untuk memelihara sistolik < 155 mmHg dan
diastolik <105 mmHg. Dapat diberikan setiap 6 jam atau nifedipine 10 mg setiap 6
jam. Nifedipine oral serta diuretik diberikan pascasalin dan pemberiannya bersamaan
dengan MgSO4 tidak memberikan resiko efek samping. Diuretik oral diberikan jika
ingin meningkatkan diuresis

A.STANDAR 16: PENANGANAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN


PADA TRIMESTER III

Tujuan Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam
trimester 3 kehamilan Pernyataan standar Bidan mengenali secara tepat tanda dan
gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan
merujuknya

B.STANDAR 17: PENANGANAN KEGAWATAN DAN REKLAMSI

12
Tujuan : Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan
memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan
bila ekslampsia terjadi Pernyataan standar: Bidan mengenali secara tepat tanda dan
gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan

C.STANDAR 18: PENANGANAN KEGAWATAN PADA PARTUS LAMA


/MACET
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/macet serta melakukan
penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya
Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya dengan benar
dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi
ibu dan janin/bayinya.
D. STANDAR 20 : PENANGANAN RETENSIO PLSENTA.
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama
termasuk plasenta manualdan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
E. STANDAR 21: PENANGANAN PERDARAHAN POST PARFUM PRIMER
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan post partum primer) dan segera melakukan pertolongan
pertama untuk mengendalikan perdarahan.
F. STANDAR 22 : PENANGANAN PERDARAHAN POST PARFUM
SEKUNDER
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post
partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu,
atau merujuknya.
G. STANDAR 23: PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS.
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta
melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
H. STANDAR 24: PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta
melakukan resusitasi, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan
memberikan perawatan lanjutan

13
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24
Standar Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan kebidanan
juga dapat digunakan untuk:
1. Menilai mutu pelayanan
2. Menyusun rencana diklat bidan
3. Pengembangan kurikulum pendidikan bidan
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai
diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu
standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem
pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Standar pelayanan kebidanan
mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan
2. Melindungi masyarakat
3. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan.
4. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek
sehari-hari.
5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
pengembangan

1.2 Saran

Didalam penulisan makalah tentu saja terdapat banyak kekurangan serta kesalahan yang
berlaku. Penulis sangat mengharapkan kesempurnaan,tetapi kesempurnaan hanya milik
ALLAH. maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari setiap
pembaca yang membangun serta bernilai positif untuk makalah berikutnya. Penulis juga
berharap bahwa makalah ini bisa menjadi pedoman serta dapat dimamfaatkan oleh setiap
pembahaca dan untuk penulis sendiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Emiliano.emilda.2018.standarpelayanankebidanan.academia.edu

Nurfadillah.standar pelayanan kebidanan.8 mei 2018.id.scribd

http://naficun.wordpress com/2013 04/10/24-standar-asuhan-pelayanan-kebidunan/

diunduh tanggal 23 September 2013 Jam 08,12 WIB

https://www.academia.edu/38422223/STANDAR_PELAYANAN_KEBIDANAN_docx

Cunningham FG, Leveno KJ, Bool SL, et al. William Obstetric. Obstetrical Hemorrhage.
McGrawHill Company 23rd Ed. 2010;35:757-803.

Callaghan WM, Creanga AA, Kuklina EV. Severe Maternal Morbidity Among Delivery and
Postpartum Hospitalizations in The United Stase. Obstet Gynecol. 2012;120:1029-36.

Sibai, Baha M. Managemnet of Obstetrics Emergency, Elsevier Saunders. Philadelphia,


2011. 41-60.

Bose P, Regan F, Paterson-Brown S. Improving The Accuracy of Estimated Blood Loss at


Obstetric Haemorrhage Using Clinical Reconstruction. BJOG 2006;113:919-24.

Anderson JM. Prevention And Managemnet of Postpartum Hemorrhage. Am Fam Physician.


2007 Mar 15;75(6):875-882.

6. RCOG Green-Top Guideline No 52. 2009

Walfish M, Nauman A, Wlody D. Maternal Haemorrgahe. Br.J.Anaesh, 2009;103(1):147-

156.

Sibai BM. Evaluation and Management of Antepartum and Intrapartum Hemorrhage. In

Management of Acute Obstetric Emergencies. Elsevier, Philadelpia. 2011; 3:15-40.

15

Anda mungkin juga menyukai