Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

MANAJEMEN RESIKO BISNIS

STUDI KASUS PT.TELKOM Tbk

Dosen Pengapu : Dr. Hj. Atiqi Chollisni, SE,.M.M

Disusun Oleh

SARIMAN

(1516030036)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI SYARIAH ISLAMIC


VILLAGE

2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. W

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “MANAJEMEN RESIKO
BISNIS”. Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah
pemahaman serta wawasan baik secara teoritis maupun aplikasi terhadap investasi
wakaf.

Dalam penulisan makalah kali ini kami banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ingin mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Kedua orang tua serta segenap keluarga tercinta yang telah


banyak memberikan semangat, dorongan, dan motivasi.
2. Ibu Dr. Hj. Atiqi chollisni, SE,. MM. selaku dosen mata kuliah
manajemen resiko bisnis.
3. Teman-teman lainnya yang banyak membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari jika makalah yang disajikan ini belumlah sempurna.
Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

WassalamualaikumWr. Wb

Tangerang, 30
Desember 2017

Penulis

Sarima\\
\DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang................................................................................................................ 1

BAB II RANGKA TEORI II

Menurut teori.................................................................................................................. 4

BAB III

1. Manajemen resiko .............................................................................................. 5


2. Sasaran manajement resiko ................................................................................ 6
3. Kategori resiko ................................................................................................... 7
4. Resiko spekulatif ................................................................................................ 7
5. Resiko murni ...................................................................................................... 8
6. Mengidentifikasi resiko...................................................................................... 9
7. Menganalisa resiko............................................................................................. 10
8. Monitoring resiko dan evaluasi .......................................................................... 11
9. Konsep resiko ..................................................................................................... 11
10. Faktor penyebab resiko ...................................................................................... 12
11. Sumber penyebab resiko .................................................................................... 14
12. Mengevaluasi resiko........................................................................................... 14
13. Mengangani resiko ............................................................................................. 14
14. Memantau resiko ................................................................................................ 15
15. Nebgjinybujasujab resiko ................................................................................... 16
16. Cara pengendalian resiko ................................................................................... 16
BAB IV ANALISIS KASUS

1. Kasus manajemen resiko (pt Telkom ).....................................................................18


2. Profil perusahan........................................................................................................18
3. Visi dan misi.............................................................................................................20
4. Tujuan.......................................................................................................................20
5. Sasaran......................................................................................................................20
6. Pendahuluan..............................................................................................................21
7. Penilaian kualitatif....................................................................................................21
8. Penulaian kuantitatif.................................................................................................23
9. Resiko kerusakan property........................................................................................30
10. Resiko regulasi dan hukum.......................................................................................34
11. Resiko perubahan tingkat suku bunga......................................................................37
BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan...............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA

\
BAB I

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan

sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan

orang.Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun

organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak

kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan

sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-

resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan

kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi.Sebagaimana kita pahami dan sepakati

bersama bahwa tujuan berwirausaha adalah membangun dan memperluas

keuntungan kompetitif dalam organisasi.

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak

dapat dilepaskan dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha

atau perusahaan biasanya berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non

usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko (2010)menyatakan

bahwa, resiko usaha adalah resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan

untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi

pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko lainnya yang

tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang

atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau

merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan

kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity),

sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan

disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,

manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik,

maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya

manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.

Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang

dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang

merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan

keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat

kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat

hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan

membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya

adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau

sekecil apapun hal itu dianggap resiko.

Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu

karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu

kejadian di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran.

Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat

asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi,

maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak
langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa

bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya

pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas

yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan

dengan partner bisnis tersebut.

Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen

resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi

lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance,

mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan

asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making

dari manajemen puncak.

BAB II

KERANGKA TEORI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat

yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu

perbuatan atau tindakan. Resiko dalam Webster’s Desk Dictionary resiko

didefinisikan sebagai suatu potensi adanya kehilangan (Iban Sofyan, 2004)

Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi

prosedur untuk mengelola suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan

antisipasi atas semakin kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan

yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi

(Kasidi, 2010).

Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah

kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat

menimbulkan kerugian. Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya

peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan, namun penyimpangan ini

baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).

Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010)

Resiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian (loss).

Sehingga dari beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat diambil

kesimpulan bahwa resiko adalah sesuatu yang belum pasti namun apabila

tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kerugian bagi usaha

tersebut.

BAB III

PEMBAHASA

N
A. Manajement Resiko

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen

resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola

ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas

manusia termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi untuk

mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan

pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil

antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari

resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau

semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus

pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti

bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).

Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen

semua wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya

dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju

keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus

dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi

resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan

(sustainable) organisasi.Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan

downside dari semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi

organisasi.Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses,


mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin

keseluruhan sasaran organisasi.

Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan

mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi

dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya

ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode

yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di

masa lalu, masa kini dan masa depan.

Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi

dengan kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa

manajemen senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu

strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian tugas dan

tanggung jawab serta kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu

organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja memandang manajemen

resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.Manajemen resiko mendukung

akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward,

mempromosikan efisiensi operasional dari semua tingkatan.

B. Sasaran Manajement Resiko

Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi

resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih

pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.Hal ini dapat berupa

berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi,


manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen

resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas

manajemen resiko (manusia, staff, organisasi).

C. Kategori Resiko

Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :

1. Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau

dikurangi melalui suatu diversifikasi atau tindakan pencegahan

dan penanggulangan resiko.

2. Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau

dikurangi melalui diversifikasi, biasanya berhubungan dengan

pasar atau kejadian yang dapat secara sistematis akan

mempengaruhi posisi pasar (Iban Sofyan, 2004)

Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua

yakni :

1. Resiko spekulatif

Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan

yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan

kerugian.Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko

bisnis (business risk).Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu

tempat menghadapi dua kemungkinan.Kemungkinan pertama investasinya


menguntungkan atau malah investasinya merugikan.Resiko yang dihadapi

seperti ini adalah resiko spekulatif.

2. Resiko Murni

Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat

merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.

Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita

kebakaran, maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.

Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian

kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan

kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud

tertentu.Resiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan

atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu

cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian

besarnya kerugian dapat diminimalkan.itu sebabnya resiko murni kadang

dikenal dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).

Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni adalah

kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih terdapat

kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni tidak dapat

kemungkinan untung.

Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan.Artinya

ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun


merugikan.Jika kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu

bersifat spekulatif.Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko

murni, yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai

kemungkinan keuntungan.Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko

murni dan tidak menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko

spekulatif memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut.

Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara

penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial,

resiko fisik, dan resiko ekonomi.

Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau

ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:

1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan

2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri

D. Mengidentifikasi Resiko

Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan

secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang

potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist

untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial.

Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist

adalah; kerugian hak milik (property losses), kewajiban mengganti kerugian

orang lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel losses).


Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan

menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.

Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan

dinamis, maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk

mengeksplorasi semua segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)

2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)

3. Metode peta aliran (flow-chart)

4. Inspeksi langsung pada objek

5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan

6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu

7. Analisis lingkungan

E. Menganalisa Resiko

Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah

pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya

kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan

probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan

nalar dan pengalaman.Beberapa resiko memang mudah untuk diukur,

namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang

sangat jarang terjadi.Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk

menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat


memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen

resiko.

Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan

terjadi suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk

beberapa resiko tertentu.Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan

(severity) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial.

F. Monitoring Resiko Dan Evaluasi

Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko

merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek.Namun,

manajemen resiko tidaklah berhenti sampai di sini saja. Praktek,

pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan

dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah

penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi

resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang

telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun

berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi maka respon yang dipilih

akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

G. Konsep Resiko

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena

kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan

terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan


atau merugikan.Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan

dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam

pencapaian tujuan dan sasaran organisas

Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin,

peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer

resiko dapat mempelajari kemungkinan tentang hazard. Oleh karena itu,

keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerja sama

yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan.

Manajer resiko dapat menggunakan tenaga pihak luar untuk proses

mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi, broker, atau konsultan

manajemen resiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, di mana mereka

membatasi proses hanya pada resiko yang diasuransikan saja. Dalam hal ini

diperlukan strategi manajemen untuk menentukan metode atau kombinasi

metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi

a. Faktor Penyebab Resiko

Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya

(hazards). Banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan

contoh-contoh bencana yang secara langsung dapat menimbulkan kerugian.

Sementara bahaya terbagi atas beberapa jenis :

1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas

bangunan suatu perusahaan,


2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau

ketidakdisiplinan.

3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati

ataupun kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu

perusahaan.

4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat

mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.

Selain resiko yang di atas ada juga bahaya resiko lain yakni bahaya

resiko moral. Contohnya pada kasus akibat moral dari para pegawai suatu

badan/perusahaan misalnya yang terjadi pada kasus Citibank Indonesia yang

terlibat pada permasalahan penggelapan dana nasabah. Akibatnya bank

tersebut tidak hanya menderita kerugian finansial, tapi juga resiko reputasi,

bahkan kepatuhan. Resiko reputasi dan kepatuhan lebih membahayakan

keberlangsungan perusahaan daripada resiko finansial. Ketidakpercayaan

masyarakat terhadap bank akan membuat bank tersebut kehilangan dana

karena masyarakat akan menarik kembali seluruh dana yang telah tertanam

di bank tersebut karena takut akan mengalami kerugian besar. Dana-dana

yang ditarik tersebut sebenarnya digunakan untuk menjalankan kegiatan

perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah dana dan ketidakinginan

masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut dapat terancam

likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan intervensi dengan

menutup bank.
b. Sumber Penyebab Resiko

Sumber resiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :

1. Resiko Sosial, resiko ini berasal dari masyarakat. Artinya tindakan

orang-orang menciptakan penyimpangan yang dapat merugikan.

Misalnya : pencurian, huru-hara, peperangan.

2. Resiko Fisik, berasal dari fenomena alam dan sebagian tingkah laku

manusia. Kebakaran adalah penyebab utama cidera fisik, kematian

maupun kerusakan harta.

3. Resiko ekonomi, misalnya inflasi, resesi, fluktuasi dan harga.

H. Mengevaluasi Resiko

Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka

disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko

tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam

resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas

untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas

resiko, maka perlu disusun peta resiko.

I. Menangani Resiko

Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana

tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan

personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara


menangani resiko berupa memindahkan resiko melalui asuransi dan kontrak kerja

kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan

cara menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada pada

proses bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai

lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi.

Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan

manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih

rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian

resiko.

Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani

dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama

resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa

yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang

ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah

mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk

meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang

bertanggung jawab melakukannya.

J. Memantau Resiko

Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko

baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko,

dan cara penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi

masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya.
K. Mengkomunikasikan Resiko

Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan

resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap

aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan

manajemen resiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang

berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari internal perusahaan

(manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah

daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan konsumen air

bersih).

L. Cara Pengendalian Resiko

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko

ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya

1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian

tanggung jawab dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang

terkait. Misalnya seperti Dewan Komisaris, Direksi, Risk & Capital

Committee (RCC), unit risk management dan unit business yang telah

berinteraksi dan bersinerji secara optimal.

2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko,

dan digunakan sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan

perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau

melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.


3. mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus

melakukan persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang

menjadi penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis terkait kepatuhan

pegawai.

4. menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan

pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan

limit resiko likuiditas, merancang analisis scenario dan contingency plan,

penetapan strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana yang

cukup di pasar (Masyhud Ali, 2006).


BAB IV

ANALISIS KASUS

A. Kasus Manajemen Risiko ( PT Telkom)

Setiap perusahaan pasti memiliki risiko dalam menjalankan kinerja

perusahaanya, salah satu risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah risiko

kredit. Risiko kredit adalah risiko yang dihadapi sebuah perusahaan karena

pendanaan eksternal yang diusahakan oleh perusahaan.

B. Profil Perusahaan

TELKOM, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki

pemerintah, merupakan perusahaan penyedia layanan telepon tidak bergerak

terkemuka di Indonesia.Sementara itu, anak perusahaan yang mayoritas

sahamnya dikuasai TELKOM, PT Telekomunikasi Seluler (“Telkomsel”),

merupakan perusahaan operator layanan telepon seluler yang terbesar di

Indonesia.TELKOM menyediakan beragam layanan telekomunikasi

lainnya, termasuk interkoneksi, jaringan, data, internet, serta layanan terkait

lainnya.Tujuannya adalah untuk memberikan layanan jaringan

telekomunikasi yang handal serta layanan telekomunikasi dan informasi

berkualitas tinggi.

Pada tanggal 14 Nopember 1995, Pemerintah melakukan penjualan

saham TELKOM melalui penawaran saham perdana (Initial Public


Offering) di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (keduanya telah

melebur menjadi Bursa Efek Indonesia pada bulan Desember 2007). Saham

TELKOM juga tercatat di NYSE dan LSE dalam bentuk American

DepositaryShares (“ADS”) dan ditawarkan pada publik di Bursa Efek

Tokyo dalam bentuk Public Offering Without Listing. TELKOM saat ini

merupakan salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di

Indonesia, dengan nilai kapitalisasi diperkirakan mencapai sekitar

Rp190.512,0 miliar per 31 Desember 2009. Pemerintah memiliki hak

52,47% dari keseluruhan saham TELKOM yang dikeluarkan dan beredar.

Pemerintah juga memegang saham Dwiwarna TELKOM, yang memiliki

hak suara khusus dan hak veto atas hal-hal tertentu.

Sampai dengan 31 Desember 2009, sebagian besar dari saham biasa

TELKOM dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya

dimiliki oleh pemegang saham publik. Saham TELKOM diperdagangkan di

Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”),

London Stock Exchange (“LSE”) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa

tercatat). Harga saham TELKOM di BEI pada akhir Desember 2009 adalah

Rp9.450 dengan nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun

2009 mencapai Rp190.512 miliar atau 9,43% dari kapitalisasi pasar BEI.
C. Visi Dan Misi

Visi

 Menjadi perusahaan InfoComm terkemuka di kawasan regional

Misi

 Memberikan pelayanan terbaik, berupa kemudahan, produk, dan jaringan

berkulitas dengan harga kompetitif

 TELKOM akan mengelola bisnis melalui praktik-praktik terbaik dengan

mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan

teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling

menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis

D. Tujuan

Menciptakan posisi unggul dengan memperkokoh bisnis legacy dan

meningkatkan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan

industri pada tahun 2015.

E. Sasaran

 Upaya untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan dan marjin laba

yang berkelanjutan

 Upaya untuk menciptakan nilai tambah (value creation) bagi segenap

stakeholder

 Upaya untuk mencapai kualitas unggul (quality excellence) dari segi

produk dan layanan


F. Pendahuluan

Setiap perusahaan pasti memiliki risiko dalam menjalankan kinerja

perusahaanya, salah satu risiko yang akan dihadapi perusahaan adalah risiko

kredit. Risiko kredit adalah risiko yang dihadapi sebuah perusahaan karena

pendanaan eksternal yang di usahakan oleh perusahaan.

Dalam pengukuran risiko kredit kita membagi ke dalam penilaian risiko

kredit secara kualitatif, dan penilaian risiko kredit secara

kuantitatif.Penilaian kualitatif pada risiko kredit berkaitan dengan

penggunakan kerangka 3R dan 5C.Sedangkan penilaian kuantitatif pada

risiko kredit yaitu dengan menggunakan analisis kuantitatif untuk mengukur

risiko kredit. Ada beberapa metode penilaian kuantitatif, yaitu model

scoring kredit, RAROC, yield income, mortality rate, credit metrics, dan

kerangka opsi.

G. Penilaian Kualitatif

Penggunaan penilaian kualitatif risiko kredit berdasarkan 3R dan 5C

adalah sebuah usaha pendekatan untuk mendapatkan nilai pengukuran risiko

kredit yang dialami oleh perusahaan..


 Return;

 Repayment Capacity;

 Risk Bearing Ability.

 Character;

 Capacity;

 Capital;

 Collateral;

 Condition.

Secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa penilaian secara kualitatif ini

di dasarkan pada pencintraan terhadap perusahaan di dalam hal ini PT.

Telkom dalam perspektif 3R ataupun 5C.

Pedoman 3R

 Return (pendapatan) yaitu menilai apakah PT.Telkom mempunyai

pendapatan yang memadai dalam mencukupi atau melunasi hutang dan

bunganya.

 Repayment Capacity (kemampuan mengembalikan pinjaman) yaitu menilai

apakah PT. Telkom mempunyai kapasitas/kemampuan dalam

mengembalikan pinjaman dan bunganya pada saat jatuh tempo.

 Risk-bearing Ability yaitu menilai kemampuan PT. Telkom dalam

menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan

penggunaan kredit.
Pedoman 5C

 Character yaitu penilaian kualitatif atas kemauan peminjam untuk

memenuhi kewajiban hutangnya dan bunganya.

 Capacity yaitu penilaian kualitatif atas peminjam untuk melunasi kewajiban

hutangnya melalu pengelolaan perusahaannya dengan efektif dan efisien.

 Capital yaitu penilaian kualitatif posisi keuangan perusahaan (peminjam)

secara keseluruhan.

 Collateral yaitu penilaian kualitatif aset yang dijaminkan (dijadikan agunan)

untuk suatu pinjaman.

 Condition yaitu penilaian kualitatif tentang sejauh mana kondisi

perekonomian akan mempengaruhi kemampuan mengembalikan pinjaman.

H. Penilaian Kuantitatif

Model Skoring Kredit

Model Diskriminan Altman

Analisis diskriminan pada dasarnya ingin melihat apakah suatu perusahaan

sebaiknya dimasukkan ke dalam kategori tertentu. Sebagai contoh, misalkan

kita mempunyai dua kategori yaitu perusahaan yang mengalami kegagalan

bayar dan yang tidak mengalami kegagalan bayar. Yang pertama kali

dilakukan adalah mengestimasi persamaan diskriminan, yaitu dengan

menggunakan variabel dependen (tidak bebas) yang bersifat kategori, yaitu


gagal bayar dan tidak gagal bayar, dan menggunakan rasio-rasio keuangan

sebagai variabel tidak bebas.

Persamaan model diskriminan altman dijabarkan sebagai berikut:

Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5

Dimana: X1 = modal kerja / total aset

X2 = laba yang ditahan / total aset

X3 = laba sebelum bunga dan pajak / total aset

X4 = nilai pasar saham / nilai buku saham

X5 = penjualan / total asset

Cut off rate model diskriminan altman berdasarkan nilai pasar:

Keterangan

Nilai model pasar

Batas tidak bangkrut

2,99

Batas

rawan 2,99-

1,81

Batas bangkrut

1,81
Hasil perhitungan nilai rasio keuangan PT Telkom:

X1 =

Modal Kerja

16,186,024

0.17

Total Aset

97,559,606

X2 =

Laba yang Ditahan

= 36,467,205

= 0.37

Total Aset

97,559,606

X3 =

EBIT = 24,349,361

= 0.25

Total Aset

97,559,606
X4 =

Nilai Pasar Saham

9,450

31.16

Nilai Buku Saham

303.24

X5 =

Pendapatan

64,596,635

0.66

Total Aset

97,559,606

Cut off rate model diskriminan altman berdasarkan nilai pasar:

Keterangan

Nilai model pasar


Batas tidak bangkrut

2,99

Batas

rawan 2,99-

1,81

Batas bangkrut

1,81

Hasil perhitungan nilai rasio keuangan PT Telkom:

X1 =

Modal Kerja

16,186,024

0.17

Total Aset

97,559,606

X2 =

Laba yang Ditahan

36,467,205

=
0.37

Total Aset

97,559,606

X3 =

EBIT

24,349,361

0.25

Total Aset

97,559,606

X4 =

Nilai Pasar Saham

9,450

31.16

Nilai Buku Saham

303.24
X5 =

Pendapatan

64,596,635

0.66

Total Aset

97,559,606

Perhitungan nilai Z PT Telkom dengan menggunakan model diskriminan

sebagai berikut:

Z = 1,2 (0,17) + 1,4 (0,37) + 3,3 (0,25) + 0,6 (31,16) + 1,0 (0,66)

= 0,204 + 0,518 + 0,825 + 18,696 + 0,66

= 20,903

Dari hasil perhitungan nilai Z diatas, PT Telkom memiliki nilai Z sebesar

20,903 dimana nilai ini lebih besar dari batas tidak bangkrut yaitu 2,99. Hal

ini mencerminkan bahwa perusahaan memiliki risiko bangkrut yang sangat

kecil, bahkan nyaris tidak ada karena nilai Z PT Telkom terpaut jauh dengan

batas tidak bangkrut model diskriminan Altman berdasarkan nilai pasar.

Artinya kinerja keuangan PT Telkom selama tahun 2009 cukup bagus dan

PT Telkom mampu meyakinkan para investor mengenai risiko gagal bayar

yang nyaris tidak ada atau sangat kecil sekali.


I. Risiko Kerusakan Properti

Tidak dapat dipungkiri bahwasannya setiap usaha mengandung risiko yang

kadang tidak sedikit.Dalam hal ini, PT Telkom, Tbk juga memiliki risiko

kerusakan properti atas properti/aset mereka. Karena PT Telkom, Tbk

bergerak dalam bidang layanan jaringan informasi dan telekomunikasi,

maka risiko kerusakan properti lebih dititikberatkan pada risiko kerusakan

infrastruktur jaringannya karena apabila ada satu kerusakan saja yang

terjadi, maka akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kepuasan

pelanggan terhadap PT Telkom, Tbk dan hal tersebut juga akan berdampak

pada profitabilitas perusahaan. Risiko ini akan muncul akibat sistem dan

teknologi informasi (hardware, software, network, orang dan proses) yang

tidak efektif untuk mendukung kebutuhan informasi saat ini dan yang akan

datang secara efisien. Macam-macam risiko kerusakan properti yang

mungkin dihadapi oleh manajemen disajikan dalam tabel berikut.

Risiko

Dampak

Kurang baiknya manajemen operasional, jaringan, dan sistem database

Besar

Kurang baiknya kualitas jaringan atau teknologi yang sudah usang

Sangat Besar
Kurangnya perawatan atau lalai dalam mengelola infrastuktur jaringannya

Besar

Kerusakan pada infrastruktur jaringan yang disebabkan bencana alam atau

kejadian tidak terduga lainnya

Sangat Besar

Hilangnya beberapa infrastruktur jaringan karena pencurian

Sangat Besar

Jangka waktu operasi satelit yang terbatas

Besar

Ledakan permintaan yang berlebihan sehingga mengakibatkan sistem cepat

error dan rusak

Besar

Penjelasan :

Risiko pertama, terdapat beberapa risiko kerusakan properti yang

mungkin akan dihadapi oleh PT Telkom, Tbk seperti tampak pada tabel

diatas. Dimulai dari kurang baiknya manajemen operasional, jaringan, dan

sistem database yang memiliki dampak besar bagi kinerja layanan

perusahaan karena apabila tata pengelolaan manajemen operasional,


jaringan, dan sistem database kurang baik, maka akan mengakibatkan

pelayanan yang diberikan menjadi kurang maksimal. Jika infrastruktur

jaringan tidak dikelola dengan baik, lama-kelamaan hal tersebut akan

mengakibatkan beberapa infrastruktur ada yang error atau mungkin rusak

sehingga akan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk

memperbaikinya. Namun, risiko ini masih bisa dihindari asalkan ada

manajemen operasional, jaringan, dan database yang baik.

Risiko kedua, kurang baiknya kualitas jaringan atau ada teknologi yang

usang memiliki dampak yang sangat besar bagi kinerja layanan

perusahaan.Kurang baiknya kualitas jaringan bisa disebabkan karena

manajemen pengelolaan jaringan dan sistem database yang buruk atau

teknologinya yang sudah ketinggalan jaman sehingga berdampak pada

layanan perusahaan secara keseluruhan karena PT Telkom bergerak dalam

bidang jasa informasi dan telekomunikasi sehingga selalu dituntut untuk

menjaga kualitas jaringannya. Risiko ini dapat dihindari dengan cara selalu

melakukan perawatan/penggantian berkala pada infrastruktur jaringannya

untuk menjaga kualitasnya.

Risiko ketiga, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kurangnya

perawatan pada infrastruktur jaringannya atau lalai dalam mengelola

infrastruktur jaringan dapat menyebabkan infrastruktur tersebut cepat rusak

sehingga layanan komunikasi dan informasi menjadi tidak optimal.Risiko


ini dapat dihindari dengan melakukan perawatan berkala dan selalu bersikap

hati-hati dan waspada supaya tidak lalai untuk mencegah kerusakan pada

infrastruktur jaringannya.

Risiko keempat, risiko kerusakan yang disebabkan karena bencana alam

atau kejadian tidak terduga lainnya seperti sabotase, terorisme, atau aksi

demo massa yang mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur jaringan

tidak mudah untuk diprediksi. Namun, hal ini dapat diantisipasi dengan

menyiapkan infrastruktur cadangan atau dana cadangan untuk kerusakan

tersebut. Risiko ini memiliki dampak yang sangat besar karena PT Telkom

tidak dapat memprediksi bencana alam atau kejadian tak terduga seperti apa

yang akan menyebabkan gangguan/kerusakan pada infrastrukturnya.

Terlebih lagi jika manajemen tidak menyiapkan langkah antisipasi, maka

akan menimbulkan masalah yang cukup serius bagi kinerja perusahaan

tersebut.

Risiko kelima, risiko ini juga tidak dapat diprediksi karena pencurian dapat

dilakukan kapan saja sehingga manajemen PT Telkom perlu menyiapkan

langkah antisipasi guna menghindari kerugian yang lebih besar dari risiko

tersebut.

Risiko keenam, satelit merupakan salah satu properti penting yang harus

dijaga kinerja dan kemampuannya karena satelit berfungsi sebagai jembatan


penghubung komunikasi antar wilayah di muka bumi ini.Apabila tidak ada

satelit, maka mustahil komunikasi jarak jauh dapat dilakukan. Namun, aset

penting ini juga memiliki batas usia maksimum penggunaannya sehingga

manajemen perlu menyiapkan satelit pengganti guna menjaga kualitas

layanannya. Risiko ini termasuk risiko yang dapat diprediksi sebelumnya.

Risiko ketujuh, risiko ini sebenarnya dapat dicegah sebelumnya apabila

manajemen telah menyiapkan langkah preventif guna mengantisipasi

ledakan permintaan yang tinggi akibat gencarnya promosi.

Risiko Regulasi dan Hukum

Risiko ini dapat terjadi karena adanya perubahan regulasi atau hukum dari

regulator atau pemerintah yang dapat mengancam posisi kompetitif dan

kemampuan perusahaan untuk menjalankan bisnis secara efisien, demikian

juga dengan kebijakan internal perusahaan yang selalu berubah-ubah.

Termasuk di dalamnya ketidakpatuhan dalam standar industri. Macam-

macam risiko regulasi dan hukum yang mungkin dihadapi oleh manajemen

disajikan dalam tabel berikut.


Risiko

Dampak

Batasan-batasan dalam industri yang menyebabkan kehilangan peluang dan

pendapatan

Besar

Perubahan regulasi pemerintah

Besar

Kehilangan lisensi

Sangat Besar

Sengketa dalam perjanjian kontrak

Besar

Tindakan manajemen yang melanggar aturan

Besar

Penjelasan:

Risiko pertama, batasan-batasan dalam industri yang menyebabkan

kehilangan peluang dan pendapatan dapat berdampak pada keuntungan yang

dihasilkan dan strategi yang diterapkan akan berubah. Risiko ini tidak dapat

dihindari karena merupakan kebijakan pemerintah dalam menentukan


batasan-batasan industri sehingga manajemen harus menyiapkan langkah

antisipasinya.

Risiko kedua, perubahan regulasi pemerintah juga merupakan risiko yang

tidak bisa diprediksi.Risiko ini memiliki dampak yang cukup besar pada

kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan sehingga ketika

risiko ini terjadi, manajemen diharapkan untuk menyesuaikan dengan

regulasi yang baru secepatnya dan sebaiknya menyiapkan strategi cadangan

untuk berjaga-jaga apabila regulasi pemerintah berubah lagi.

Risiko ketiga, risiko kehilangan lisensi memiliki dampak yang sangat

besar pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Namun, risiko ini kecil

kemungkinannya terjadi karena biasanya perusahaan akan segera

mendaftarkan lisensinya begitu usaha telah berjalan.

Risiko keempat, risiko ini memiliki dampak yang besar bagi perusahaan.

Masalah sengketa dalam perjanjian kontrak dengan pihak lain dalam bentuk

kerjasama maupun ijin penggunaan aset/lahan untuk mendirikan tower

apabila tidak segera diselesaikan, maka akan menimbulkan masalah

berkepanjangan yang bisa menyebabkan kinerja perusahaan menurun.

Risiko ini dapat dicegah apabila kedua belah pihak dalam perjanjian saling

mematuhi aturan yang ada.


Risiko kelima, tindakan manajemen yang melanggar aturan akan

menyebabkan terganggunya kinerja perusahaan baik sebagian maupun

secara keseluruhan. Risiko ini dapat dicegah dengan selalu mematuhi

peraturan yang ada dan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan

perusahaan.

Risiko Perubahan Tingkat Suku Bunga

Risiko

Dampak

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dapat memengaruhi tingkat suku

bunga

Besar

Kebijakan internal perbankan tentang tingkat suku bunga

Besar

Jangka waktu yang lama membuat perubahan tingkat suku bunga semakin

sering

Besar

Timbul gap yang cukup besar antara pendapatan bunga dan biaya bunga

akibat perubahan tingkat suku bunga

Besar
Risiko tingkat suku bunga ini merupakan risiko terkait dengan kesehatan

finansial perusahaan.Adanya risiko Tingkat Suku Bunga merupakan salah

satu indikasi bahwa PT. Telkom menggunakan pendanaan atas investasi dan

operasionalnya dengan modal yang berasal dari luar (external capital).

Dengan demikian akan merubah struktur modal dari perusahaan. Indikasi

yang dari modal yang didapatkan dari luar berupa hutang merupakan salah

satu sebab berubahnya struktur modal perusahaan. Dengan struktur modal

yang berubah seiring dengan bertambahnya utang perusahaan maka akan

menambah biaya kebangkrutan perusahaan walaupun taxshield nya

bertambah. Biaya kebangkrutan merupakan salah satu sebab perusahaan

sedang mengalami financiadistress.

Risiko Tingkat suku bunga ini dapat dilihat dengan mengetahui utang

perusahaan dan membandingkanya dengan modal sendiri perusahaan yang

terhubung dalam struktur modal.Dengan melihat perbandingan antara

keduanya, maka kita bisa melihat bagaimana perusahaan tersebut

mempunyai risiko perubahan tingkat suku bunga yang besar atau rendah.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko

adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk

strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.

Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen

semua wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya

dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju

keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus

dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi

resiko
DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia.org

http://jiscinfonet.ac.uk/infokits/risk-management

http://vibiznews.com

AS/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management,

Joint Technical Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.

Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway

Commission. What is COSO: Background and Events Leading to Internal

Control-Integrated Framework. 1992

Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December

1997 The Institute of Internal Auditors. Internal C

Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey,

1978

Sumber :https://ibnuhaya.blogspot.com/2012/06/contoh-kasus-manajemen-

risiko-pt-telkom.html

Anda mungkin juga menyukai