Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DOSA-DOSA BESAR
DAN CARA MENGHINDARINYA.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Disusun oleh

KELOMPOK 2

RATNA WIDIYANINGRUM
SITI SILPIYAH
LINDA MELINDA
DEVI YULIYANI
LISA KUMAR CHOTIPAH
SARMANI

KELAS : XI AP 5

SMKN 5 KAB TANGERANG


. Alamat : JL. IR. SUTAMI KM.1,2 MAUK TANGERANG, RT 14/02, Ds. Mauk Barat,
Ds./Kel Mauk Barat, Kec. Mauk, Kab. Tangerang, Prop. Banten. Kode Pos : 15530. Telepon :
(021) 59330830. Fax : (021) 59330830. Email : smkn5kabtangerang@yahoo.com. Website :
http://site.smkn5kabtangerang.sch.id.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam, dengan judul “Dosa-Dosa Besar dan Cara
Menghindarinya”.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya Makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik. Oleh karena itu, sudah seharusnya kami
mengucapkan terima kasih kepada:
Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif.
Akhir kata penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Tangerang, 09 April 2018

Tim Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1. Latar belakang.....................................................................................................1

1.2. Maksud dan tujuan.............................................................................................2

1.3. Metode penelitian...............................................................................................2

1.4. Ruanglingkup......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1. Pengertian Dosa besar.......................................................................................3

2.2. Macam-macam dosa besar..............................................................................4

2.3. Cara menghidari perbuatan dosa besar 17

BAB III PENUTUP...................................................................................................................18

3.1. Kesimpulan 18

3.2. Saran dan kritik 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap kebaikan memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya


dengan kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka
pahalanya di sisi Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih
rendah, maka pahalanya pun seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap
kejahatan yang mudharatnya lebih besar, maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar
yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat. Adapun kejahatan yang
mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa kecil yang
dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam hari ini adalah umat yang jaraknya
paling jauh dari Nabi, dan telah diketahui bahwa kondisi sekarang secara umum
benar-benar telah jauh dari tuntunan yang dibawa oleh Rasulullah. Secara kualitas
maupun kuantitas tidak didapatkan pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh
manusia di sepanjang masa yang lebih parang dari zaman ini, bahkan dosa-dosa besar
sudah menjadi aktivitas rutin sehari-hari. Ini dikarenakan yang berbuat dosa besar
tidak mengerti hukum dan akibatnya, dan ada pula yang telah mengerti namun
meremehkannya, padahal jelas bahwa semua dosa besar merupakan penyebab siksa
dan ancaman di akhirat yang tidak seorangpun mengetahui kedahsyatannya kecuali
Allah SWT. Oleh karena itu harus adanya penerangan atau pengetahuan mengenai
dosa-dosa besar yang harus dihindari karena madharatnya yang begitu besar

danupaya tidak terjerumus dalam murka Allah dan laknat-Nya yang mengerikan,
naudzu billah himindzalik.
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan Pembuatan makalah ini adalah :


Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Agama Islam. Dapat mengetahui
dampak dari dosa besar, dan berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari,Sebagai Referensi Pembelajaran tentang Dosa-dosa Besar.

1.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Studi Pustaka, yaitu mencari referensi


dan materi pada buku dan Al-Qur’an. Tidak hanya itu kami juga mencari bahan dan
sumber-sumber dari media massa elektronik yaitu internet.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian disajikan meliputi pengertian, dampak dan cara
menghindari dosa-dosa besar dipaparkan secara jelas dan sederhana dan dapat
dipertanggung jawabkan karna dengan landasan Al-Qur’an dan Hadist yang Shahih.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dosa Besar

Kata dosa berasal dari bahasa sansekerta, yang dalam bahasa Arabnya di sebut
az-zanbu, al-ismu, atau al-jurmu. Menurut istilah utama ulama fukaha, dosa adalah
akibat tidak melaksankan perintah Allah SWT yang hukumnya wajib dan
mengerjakan larangan Allah yang hukumnya haram.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa [4]:3 :”menjauhi dosa-dosa besar yang
telah dilarang bagimu untuk mengerjakannya, maka Kami hapuskan dosa-dosamu
yang kecil dan Kami masukkan kamu kedalam tempat yang mulia (Surga)”.

Dari ayat di atas, jelas terdapat dua macam dosa, yakni dosa besar dan dosa
kecil. Jelas pula bahwa Allah SWT berjanji bahwa jika seorang hamba menjauhkan
diri dari dosa-dosa besar, maka Allah SWT memaafkan kesalahan/dosa kecil yang
pernah dilakukannya. Haruslah kita ingat bahwa terdapat prasyarat untuk
terpenuhinya (janji Allah SWT itu) yakni, semua yang fardlu (wajib) seperti halnya
shalat, zakat, dan puasa, harus tetap dikerjakan dengan tertib dan teratur, sambil terus
berusaha menjauhi dosa-dosa besar, sebab meninggalkan yang fardlu itupun
tergolong melakukan dosa besar. Jadi, jika seorang hamba melaksanakan semua yang
diwajibkan (fardlu) dan meninggalkan perbuatan dosa besar maka Allah SWT akan
memaafkan dosa-dosa kecilnya.
Ulama fukaha sepakat bahwa dosa besar adalah dosa yang pelakunya di
ancam dengan hukuman dunia, azab di akhirat dan di laknat oleh Allah SWT dan
rasulullah SAW. Contoh dosa yang diancam dengan hukuman dunia, seperti

mencuri, korupsi, merampok dan membunuh. Contoh dosa yang diancam dengan
siksa diakhirat, seperti kemunafikan, kekafiran dan lalai menjalankan sholat.
Menurut para ulama, dosa besar adalah dosa yang akibat buruknya atau
kerusakan yang ditimbulkannya cukup besar, selain merugikan orang lain dan
merugikan diri sendiri. Perilaku dosa besar juga tidak akan disenangi oleh
masyarakat dan akan mengalami ketidak tenangan jiwa.

2.2. Macam-macam Dosa Besar

Sebagai Muslim, lazim untuk meneliti apa saja yang termasuk dosa-dosa
besar supaya bisa untuk menjauhinya. Disebutkan dalam Shahih Muslim dengan
Syarah an-Nawawi jilid II halaman 86, seorang ulama ahli tafsir Imam Abul Hasan
al-Wahidiy dan lainnya mengatakan : "Menurut pendapat yang shahih ; batasan dosa
besar itu tidak diketahui secara pasti. Bahkan di dalam syari’at ada beberapa jenis
perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa besar, dan ada juga beberapa
jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa kecil, dan ada beberapa
jenis perbuatan maksiat lainnya tanpa ada penjelasan. Artinya, ini mencakup dosa-
dosa besar maupun dosa-dosa kecil. Hikmah dari tidak adanya penjelasan tersebut
ialah, supaya seseorang tetap menahan diri jangan sampai melakukan semuanya,
karena dikhawatirkan jangan-jangan hal itu termasuk dosa-dosa besar. " Para Ulama
berbeda pendapat untuk menentukannya. Ada yang berpendapat bahwa dosa-dosa
besar itu ada tujuh, berdasarkan sabda nabi yang diriayatkan oleh Al-bukhari
(2766.5764). muslim (89), Abu awanah (1/54) dan an-Nasa’i (6/257) dari Abu
Hurairah.

Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad SAW. dimana beliau bersabda:
“Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan.”Para sahabat bertanya: ”Wahai
Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu?” Beliau menjawab:
“Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh
Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat
pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang
selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).”

A. Syirik.

Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah


dengan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci,
Maha Tunggal, Tempat Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa.
Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah
SWT tidak akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Dalam QS An-Nisa
[4]: 48 Allah SWT berfirman:

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar.

Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan bahwa kemusyrikan terdiri dari dua


bentuk, yaitu

1. Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah bentuk
dosa yang paling besar.
2. Syirik kecil, yaitu memperhatikan selain Allah di samping memperhatikan-
Nya juga dalam beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (Al-Ashfahani, hlm.
266)
Adanya kemusyrikan dalam kategori musyrik kecil bukan karena beban
dosanya yang rendah, tetapi kemusyrikan ini merupakan bentuk kemusyrikan yang
seringkali terabaikan atau tidak terasa dalam perwujudannya. Tentang kemusyrikan
ini, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan
menimpa kalian adalah musyrik yang paling kecil, yakni ria.” (Muttafaq ‘Alaih)

B. Sihir

Artinya: “Akan tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir pada
manusia” (QS. Al- Baqarah [2]:102).
Dalam mengajarkan sihir kepada manusia setan tidak mempunyai maksud
kecuali agar ia menjadi musyrik.
Sihir mengakibatkan penyesatan aqidah, baik dari sisi penyebabnya maupun
dari sisi perolehannya. Para ulama telah bersepakat atas pengharaman sihir,
pembelajaran dan pengajarannya. Bahkan Imam Malik, Imam Ahmad, dan
sekelompok para sahabat dan para tabiin berpendapat bahwa saling berbagi sihir
termasuk bagian kekufuran yang pelakunya harus mendapat hukum eksekusi
(dibunuh) dari hadist yang diriwayatkan oleh at-tirmidzi (485). Demikian juga upaya
mempelajari dan mengajarkan sihir kepada orang lain, karena hal itu termasuk
wasilah yang akan menjadi jalan terwujudnya sihir tersebut.
Abdullah bin mas’ud meriwayatkan, “sesungguhnya Ruqa, Tamaim. Dan tiwalah
itu termasuk syirik”.

Tamaim adalah sesuatu yang dikalungkan oleh orang-orang jahil pada leher
mereka. Mereka menyangka benda itu dapat menangkal ‘ain.
Tiwalah adalah salah satu jenis sihir yang mengguna-gunai orang dan bermaksud
agar mencintainya.

C. Membunuh (Manusia).

Membunuh ada dua macam yaitu membunuh terhadap dirinya sendiri (bunuh
diri) dan membunuh terhadap orang lain. Kedua-duanya termasuk dosa besar.
Membunuh diri sendiri yang menjadi sasaran adalah dirinya sendiri seperti gantung
diri, minum obat nyamuk, terjun ke jurang dan dengan cara apapun hukumnya adalah
haram dan dosa besar. Firman Allah SWT dalam surat Annisa ayat 29: artinya: “Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (Q.S. An Nisa (4) : 29).
Sedangkan membunuh orang lain yaitu membunuh dan sasarannya adalah
orang lain misalnya faktor dendam, faktor persaingan dalam usaha dan lain
sebagainya. Yang jelas bunuh membunuh adalah dilarang oleh Allah SWT .
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Annisa (4): 93 :
Artinya: “ Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja,
maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baguinya”.

D. Memakan Riba.

Ada 4 macam riba.

1. Riba fadhl, yaitu tukar-menukar dua barang yang sejenis yang timbangan
atau takarannya tidak sama.
2. Riba Qardl, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan
bagi yang meminjamkan.
3. Riba Yad, yaitu jual beli yang tidak secara tunai karena adanya
penangguhan pembayaran. Dalam hal ini penjual menetapkan harga yang
berbeda antara harga yang tunai dan yang kredit. Perbedaan inilah yang
disebut riba. Beda halnya jika memang si penjual ingin melakukan
penjualan hanya dengan kredit maka tidak ada perbedaan harga.
4. Riba Nasi’ah, yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak
sejenis yang pembayarannya diisyaratkan lebih, dengan diakhiri dan
dilambatkan oleh yang meminjamkan.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba


dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (ali’ Imran :130)
Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang
memakan harta riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia
lebih pantas untuk mendapat siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak demikian,
ketika orang lain berada dalam kesulitan, kefakiran, pailit dalam ekonomi, padahal
dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk mengeluarkan shadaqah, sementara
pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan kemelaratan orang lain dengan
menambah beban pembayaran utang berlipat ganda dan dalam tempo yang terus-
menerus.
Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan,
menghilangkan nilai-nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari pribadi
para pelakunya. Dengan demikian, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw melaknat
praktik riba dengan berbagai faktor pendorong dan pelakunya, baik yang memakan
harta riba, yang menjadi penulis dalam transaksinya maupun yang menjadi saksi
dalam proses transaksi riba tersebut.

E. Memakan Harta Anak Yatim.

Ketika seorang anak menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh orangtuanya,
Islam menganjurkan agar kaum muslimin, terutama kaum kerabatnya, dapat menjaga
dan mengurus harta mereka yang diperolehnya melalui proses pewarisan. Pengurusan
harta anak yatim ini terus berlangsung sampai usia anak ini menjadi dewasa
sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah
(dewasa). Kemudian jika menurut pendapat mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan

janganlah kamu memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan
(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanja¬kannya) sebelum mereka dewasa.
Siapa saja (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim) dan siapa saja yang miskin, maka bolehlah ia memakan
harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada
mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi
mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS An-Nisa
[4]: 6)
Tatkala seorang pengurus, tidak mampu menjaga dirinya dari memakan harta
anak yatim, maka Allah SWT mengancam mereka dengan ancaman yang sangat
besar sesuai dengan QS An-Nisa [4]: 10.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim


secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”

F. Menuduh Wanita Berbuat Zina.

Menuduh berzina kepada wanita yang menjaga kehormatan dan wanita itu adalah
orang yang terjaga keimanannya yaitu menuduh berzina wanita yang baik-baik, yang
lurus, yang telah berkeluarga, yang berstatus merdeka, dan yang beriman. Predikat-
predikat tersebut tercakup dalam pengertian sifat terhormat. Dan pada hakekatnya,
seorang wanita itu terhormat karena Islam, ia menjaga kesucian, menikah, dan
berstatus merdeka.
Dalam surat an-Nur (24) : 23 Allah berfiman:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik,


yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat,
dan bagi mereka azab yang besar”.
G. Berpaling dari Perang.

Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi
orang-orang kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh perbuatan yang
akan membinasakan karena menimbulkan dua bahaya:
1. Akan menghancurkan semangat kaum muslimin
2. Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin
Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan
semakin berani memerang kaum muslimin.
Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk
bergabung dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang
dikepung oleh musuh dan akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh musuh.
Maka ia bergerak (mundur) untuk membantunya, maka hal ini tidak apa-apa, karena
larinya menuju batalyon tersebut sangat menguntungkan.

Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang.
Contohnya seperti seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki
senjata atau untuk memakai baju besinya dan lain-lain yang termasuk dalam
kepentingan berperang dan perbuatan ini tidak apa-apa.
Terkecuali apabila jumlah musuh (kafir) jumlahnya lebih dari dua kali lipat
jumlah muslim. Apabila tidak lebih maka Allah SWT mewajibkan muslim untuk
tidak melarikan diri. Sesuai dengan QS Al-anfal :66.

Artinya: “Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah


mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus
orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir;
dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar.”
H. Durhaka pada Orang Tua.

Artinya: ”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.(QS. Al-israa [17]:23)

Dalam ayat diatas menerangkan tentang keharusan berbuat baik terhadap


orang tua(berbakti). Maksud dari berbakti adalah Setiap anak wajib taat kepada
kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka selama bukan
untuk kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT.
Menurut Ibn Abas, dalam Al-Qur’an ada tiga hal yang selalu dikaitkan
penyebutannya dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dan lainnya, yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan
zakat, bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua. Hal ini menandakan
bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah SWT.

Abu hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah bersabda; “Empat orang yang


dipastikan oleh Allah tidak akan dimasukkan ke surga dan tidak pula dapat
mengenyam kenikmatannya: pecandu arak, orang yang makan harta riba, orang yan
makan harta anak yatim secara zhalim, dan orang yang durhaka kepada orang tua
kecuali jika mereka bertaubat”.

I. Meninggalkan Shalat.
Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak
akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh,
maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun”.
(QS. Maryam [19]:59-60)

Ibnu abbas berkata, “makna dari menyia-nyiakan salat bukalah


meninggalkanya sama sekali tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya”.
Imam para tabi’in, said bin musayyib berkata,” apabila orang itu
mengakhirkan waktu salat dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini, tidak
bertaubat dan mati maka Allah menjanjikan baginya Ghayy yaitu lembah di neraka
jahannam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya”.
Jika begitu beratnya hukuman bagi orang yang melalai kan shalat apalagi bagi
orang yang meninggalkan salat dengan sengaja dan selalu disebutkan bahwa salat
adalah tiang agama.

Dari Buraidah dan Syaikh Al-Albani, Rasululah bersabda,”sesungguhnya


ikatan (pembeda) antara kita dengan mereka adalah shalat, barangsiapa
meninggalkannya, maka telah kafirlah dia”.

J. Berbuat Zina.
Dosa Zina itu tidak sama, Allah SWT. Berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Israa [17]:32)
Ayat diatas menjelaskan untuk menjahuhi zina karena zina itu perbuatan yang
kezi dan terhina. Hukuman bagi perempuan dan laki-laki (belum menikah) yang
berzina adalah didera sebanyak 100 kali. Dan apabila yang melakukan zina adalah
perempuan dan laki-laki yang sudah menikah meskipun 1 kali maka hukumannya
adalah di dera sampai mati.
Diriwayatkan oleh abu Nu’aim bahwa nabi telah menyampaikan bahwa iblis
menyebar parea tentaranya ke muka bumi, berkata, “siapa diantara kalian yang
menyesatkan seorang muslim akan aku kenakan sebuah mahkota di kepalanya. Siapa
yang paling besar fitnahnya paling dekatlah kedudukannya kepadaku.” Salah satu
tentara menghadap, “ aku akan terus menggoda si fulan sampai ia mau menceraikan
istrinya”. Iblis berkata, “aku tidak akan memberikan mahkota sebab pasti nanti ia
menikah lagi dengan yang lain”. Tentara yang lain menghadap, “ aku akan terus
menggoda si fulan sampai menanamkan permusuhan diantara saudaranya”. Iblis
berkata, “aku tidak akan memberikan mahkota sebab suatu saat mereka akan
berdamai lagi”. Tentara yang lain menghadap, “ aku akan terus menggoda si fulan
sampai dia berzina”. Iblis berkata, “wah bagus sekali itu” lalu iblis memakaikan
mahkota di atas kepalanya.

K. Kesaksian Palsu

Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Riyadhus Shalihin mencantumkan “Bab


Larangan Memberikan Kesaksian Palsu.” Penulis menjelaskan bahwa kesaksian
palsu adalah seseorang yang memberikan kesaksian suatu peristiwa yang ia ketahui,
tetapi bertentangan dengan kenyataannya. Seseorang memberikan kesaksian sebuah
kejadian dan ia tidak mengetahui kesaksiannya sesuai dengan fakta yang sebenarnya
atau justru bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Seseorang mengetahui bahwa
kejadian sebenarnya adalah seperti ini, tetapi ia memberikan kesaksian yang tidak
sesuai dengan kenyataannya. Ketiga macam bentuk persaksian ini hukumnya haram
dan seseorang tidak boleh memberikan kesaksian kecuali sesuai dengan fakta yang ia
ketahui dan dengan cara yang benar.
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi SAW. sangat memberi perhatian
besar pada persoalan ini. Hal itu ditunjukan dengan sikap beliau yang sebelumnya
duduk bersandar ketika mengucapkan dosa besar syirik dan durhaka kepada kedua
orang tua, dan beliau duduk tegak ketika mengucapkan tentang perkataan dusta atau
saksi palsu. Alasan perkara ini mendapat perhatian khusus adalah karena perkataan
dusta atau kesaksian palsu sangat mudah terjadi pada manusia, serta sering
diremehkan oleh kebanyakan orang. Adapun syirik dijauhi oleh hati seorang muslim,
sedangkan durhaka kepada kedua orang tua tidak selaras dengan tabiat. Sementara
kepalsuan itu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti permusuhan, dengki dan lain-
lain

2.3. Cara Menghindari Perbuatan Dosa Besar

Menghindari perbuatan dosa besar artinya walaupun ada kesempatan untuk


melakukannya tetapi justeru kita menyingkir dari perbuatan tersebut. Untuk
menghindarinya perlu mengetahui caranya supaya tidak melakukan dosa besar. Yaitu
dengan cara sebagai berikut:
a. Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarub illallah)
b. Menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa apabila melakukan dosa besar
akibatnya sangat fatal yang akan menimpa pada diri sendiri jua
c. Menyadari apabila berbuat dosa besar akan membuat gundah gulana, merasa
selalu bersalah dan jiwa menjadi tergoncang.
d. Disiplin dan khusuk dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT misalnya
menjalankan ibadah shalat, sebagaimana firman Allah yang
e. Meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa setiap amal baik maupun buruk
selalu dicatat oleh malaikat.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun
Rasul-Nya. Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka
terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh
mukminat berzina, membunuh anak karena takut miskin, memakan harta anak yatim,
memakan harta riba, lari dari medan perang, berzina dengan istri tentang dan lainnya.
Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling
besar serta yang paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan
surga bagi orang yang menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka
sebagai tempat kembali. Sesungguhnya tidak ada penolong bagi orang-orang yang
zhalim.
Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan
termasuk dosa yang membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap
keduanya sesuai dengan syariat Islam.
Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan
dapat membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas.
Setiap orang Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar
tersebut, agar tidak mendapat laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya
untuk orang-orang yang menhindarkan diri dari padanya dan Allah menghadiahkan
neraka-Nya untuk orang-orang yang mengerjakannya.

Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa


yang memiliki kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di
masyarakat sangat besar pula. Hal demikian disebabkan karena mafsadat dan
ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa tersebut.
Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosa-
dosa besar itu sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang
membinasakan sesuai dengan sabda Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi dosa-
dosa besar tersebut. Tetapi hal itu disampaikan oleh Rasulullah sebagai bentuk
perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya agar tidak terjerumus kepada dosa-
dosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya seperti ketujuh dosa di
atas.
Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosa-dosa
besar, dosa musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa
besar lainnya. Adapun dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di
atas, tetapi menjadi kriteria dosa besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah
durhaka terhadap orangtua, membunuh anak karena kekhawatiran menambah
kemiskinan, persaksian palsu atau dusta, khianat dalam perkara ghanimah, zina,
mencuri, meminum minuman keras, memisahkan diri dari al-jama’ah, menebar
fitnah, melanggar bai’at, dan tidak membersihkan air kencing.

3.2. Saran dan Kritik

Makalah yang kami sajikan, jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
menerima saran dan kritik yang membangun dan dapat berguna di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin ‘usman, Syamsuddin 2007. Alkabair 70 dosa besar. Solo : Pustaka

Arafah.

Sumber lain:

www.wikipedia.com

www.anne-ahira.com

fdj-indrakurniawan.blogspot.com

www.to-src.com

20

Anda mungkin juga menyukai