Anda di halaman 1dari 51

UPAYA PENANGANAN DEPRESI POST PARTUM MELALUI

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU DI WILAYAH


WONOGIRI

Proposal Studi Kasus

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

APRILIA TRI UTAMI


19039

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI
2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Studi Kasus dengan judul “UPAYA PENANGANAN DEPRESI POST


PARTUM MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH WONOGIRI”,telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Progam DIII Keperawatan Akademi
Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri

Disusun Oleh :

APRILIA TRI UTAMI


19039

Pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

2
1. LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA PENANGANAN DEPRESI POST PARTUM MELALUI


PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL DI WILAYAH
WONOGIRI

Disusun Oleh :
APRILIA TRI UTAMI
19039

Studi Kasus ini diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal:

Susunan Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Mengetahui,
Direktur Akper GSH Wonogiri

Kristiana Puji P, S,Kp.,M,Kes


NIDN: 0604017202

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal karya tulis
ilmiah yang berjudul “UPAYA PENANGANAN DEPRESI POST PARTUM
MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH WONOGIRI” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian
ini,diantaranya:

1. Kristiana Puji P , S.Kp.,M.Kes selaku Direktur Akademi


Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri.
2. Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
pengarahan dan petunjuk serta motivasi dalam penyususnan
Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan petunjuk serta motivasi dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh dosen pengajar Akademi Keperawatan Giri Satria
Husada Wongiri yang memberikan bantuan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kedua Orang, dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan
dukungan moral maupun material,doa dan motivasi dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teman-teman seperjuangan semoga masa yang telah kita lewati
menjadi sejarah kenangan yang tidak terlupakan dan menjadi
keluarga besar Akademi Keperawatan Giri Satria Husada
Wonogiri.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisanini masih dari kata


sempurna oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Wonogiri, Februari
2021

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Studi Kasus
D. Manfaat Studi Kasus
E. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan dan teori konsep
B. Kerangka teori
C. Kerangka konsep
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain
B. Tempat dan waktu
C. Subjek / partisipan
D. Metode pengumpulan data dan instrumen Studi Kasus
E. Metode Uji Keabsahan Data
F. Metode Analisis Data (Domain Analisis)
G. Etika Studi Kasus
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Depresi postpartum adalah timbulnya masalah psikologis pada


seorang wanita setelah melahirkan serta adanya berbagai macam potensi
stres selama waktu kehamilan hingga proses melahirkan. Seorang wanita
pada saat masa kehamilan dan selama melahirkan kemungkinan lebih
condong mengalami stres yang cukup besar dikarenakan keterbatasan
kondisi fisik yang dapat membuatnya harus membatasi aktivitas..
(Rahayu1, Febri Tri, 2020). Depresi postpartum menjadi masalah
kesehatan maternal yang serius, diketahui bahwa angka kematian maternal
saat ini juga disebabkan oleh angka bunuh diri pada ibu postpartum,
dalamyaitu sebesar 59% dari kasus bunuh diri ibu adalah karena psikosis
atau depresi. Prevalensi depresi potspartum dapat berbeda-beda di tiap
negara, pada negara maju angka depresi postpartum dari 1,9%-82,1%,
sedangkan untuk negara berkembang angka kejadian sekitar 5,2%-74,0%.3
Pada Skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) di Kanada
masih menunjukan angka yang sangat tinggi yaitu sebanyak 29%. Di
Qatar angka kejadian depresi postpartum yakni sebanyak 18%- 36%,
sedangkan prevalensi di negara Asia berkisar 21.8%. (Sukma & Revinel,
2020). Pasca melahirkan merupakan masa pulih Kembali setelah
persalinan, yang dimulai dari persalinan selesai sampai alat- alat
kandungan kembali seperti sebelum melahirkan. Pasca melahirkan
merupakan fase transisi, yang dapat menyebabkan beberapa ibu
mengalami krisis kehidupan, dimana setelah melahirkan ibu akan
mengalami beberapa perubahan fisik dan psikologi. Perubahan fisik antara
lain ialah, perubahan organ-organ reproduksi dan perubahan tubuh lainya

6
seperti pinggul membesar, flek hitam dibagian perut (Stretc mark),
payudara membengkak, kaki bengkak, Varises, kenaikan berat badan.
Sehingga upaya perawat maupun keluarga sangat diperlukan, untuk
kemampuan ibu beradaptasi dalam perubahan fisik saat pasca melahirkan.
Dan juga perubahan psikologi antara lain kecemasan meningkat, perasaan
murung, ingin menyakiti diri sendiri dan bayi, tidak mampu merawat bayi,
tidak mampu menyusui dan juga stress. Beberapa ibu yang tidak mampu
menyesuaikan perubahan psikologi dapat mengalami stress yang
signifikan dan berkembang menjadi baby blues.(Ratulangi, 2019)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan


postpartum adalah partus lama, paritas, peregangan uterus yang
berlebihan, oksitosin drip, anemia, dan persalinan dengan tindakan. Partus
lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan
lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama dapat menyebabkan terjadinya
inersia uteri karena kelelahan pada otot - otot uterus sehingga rahim
berkontraksi lemah setelah bayi lahir (Satriyandari & Hariyati, 2017)

Pada masa nifas terjadi perubahan psikologis yang dapat


mengganggu kesehatan jiwa. Pada masa ini, ibu akan mengalami proses
adaptasi psikologis, yaitu suatu proses penerimaan peran baru sebagai
orangtua yang dialami oleh seorang wanita. Apabila fase ini tidak dapat
dilewati dengan baik, maka seorang ibu dapat mengalami gangguan
depresi postpartum. Kasus depresi postpartum sudah banyak dilaporkan
dengan tingkat insiden yang bervariasi WorldHealth OrganizationWHO
(Organization, 2018) menyatakan tingkat insiden kasus depresi potpartum
yang berbeda di beberapa negara seperti di Kolombia (13.6%), Dominika
(3%), dan Vietnam(19,4%). Soep melaporkan hasil penelitian dari O’Hara
dan Swain bahwa kasus depresi postpartum masih banyak terjadi di
beberapa negara maju seperti di Belanda (2%-10%), Amerika Serikat (8%-
26%), dan Kanada (50%-70%). Sedangkan di Indonesia sendiri, insiden
kasus depresi postpartum bervariasi yaitu di Bandung mencapai 30% ,

7
Medan mencapai 48,4% , Jatinegara dan Jakarta mencapai 76%
(Kusumastuti, 2019).

Depresi postpartum merupakan gangguan mood setelah melahirkan


yang merefleksikan disregulasi psikologikal yang merupakan tanda dari
gejala-gejala depresi mayor. Penelitian lain mengatakan bahwa depresi
pasca melahirkan yang berat kira-kira terjadi pada 25% ibu yang baru
pertama kali melahirkan dan 20% pada ibu yang melahirkan anak
selanjutnya, depresi pasca persalinan yang parah ini dialami sekitar 3000
ibu di Amerika Serikat setiap tahunnya. Sebuah review yang luas pada 59
studi didapat bahwa 13% dari primipara mengalami depresi postpartum
selama 12 minggu pasca melahirkan.5 Angka(Kusuma, 2017)

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis memilih penelitan dengan


judul “Perbedaan Tingkat Depresi Postpartum pada Primipara Berdasarkan
Faktor Usia di Wonogiri” agar dengan mengetahui faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya depresi postpartum terutama faktor usia, dapat
menekan angka kejadian depresi postpartum itu sendiri

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
Bagaimana upaya penanganan depresi post partum melalui pendidikan
kesehatan pada ibu di wilayah wonogiri?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi postpartum pada


primipara usia muda, usia ideal, dan usia tua.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan


depress postpartum.

8
b. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan
depresi postpartum setelah diberikan penkes.

c.Menganalisis perbedaan tingkat penetahuan sebelum dan sesudah


dilakukan penkes pencegahan depresi postpartum

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan psikiatri tentang perbedaan tingkat depresi
postpartum pada primipara usia muda, usia ideal, dan usia tua.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan untuk ibu hamil dan melahirkan dalam rangka
menekan angka kejadian depresi postpartum.
b. Sebagai masukan untuk pertimbangan perlunya diadakan
penyuluhan tentang depresi postpartum.
c. Agar dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pengaruh usia primipara terhadap depresi
postpartum.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk kedalam ruang lingkup penelitian
keperawatan maternitas. Penelitian ini tentang pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap upaya penanganan depresi post partum yang dilakukan
pada bulan februari – maret 2021 yang menjadi sujek dalam penelitian ini
adalah 3 orang responden yang telah menandatangani informed consent
dengan usia 22-30 tahun. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu hamil di
wilayah Wonogiri

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Teori Medis
a) Konsep post partum

Definisi

Depresi post partum adalah suatu kondisi kesehatan mental


yang mempengaruhi 340 j uta orang di seluruh dunia.
Depresi post parturn adalah masalah besar kesehatan yang
mempengaruhi hingga 13% dari semua ibu-ibu baru di

10
seluruh dunia dengan sebagian besar kasus dimulai dalam 3
bulan pertama periode setelah melahirkan, depresi post partum
diduga berasal dari perubahan neuroendokrin seperti stress
karena kehamilan, kecenderungan kepribadian, serta kombinasi
banyak faktor sosial budaya seperti harga diri, pengalaman
rnelahirkan, dukungan, dan pelayanan.(Deni Maryani, 2015)

Depresi postpartum sering terjadi pada masa adaptasi


psikologis ibu masa nifas, walaupun insidensinya sulit untuk
diketahui secara pasti namun diyakini 10-15% ibu melahirkan
mengalami gangguan ini. Menurut penelitian, anak dari ibu yang
mengalami depresi postpartum dapat mengalami gangguan
perilaku pada usia tiga tahun, artinya pada usia tiga tahun dapat
dideteksi adanya perilaku yang berbeda dibandingkan dengan anak
seusianya(Ariyanti et al., 2016)

Depresi postpartum adalah suatu gangguan mood yang


terjadi setelah melahirkan. Gangguan ini biasanya terjadi sekitar 2-
6 minggu setelah melahirkan. Penelitian membuktikan bahwa
angka kejadian depresi postpartum adalah 1 sampai 2 dari 1000
kelahiran dan 25% ibu yang baru pertama melahirkan mengalami
depresi pasca melahirkan yang berat dan pada ibu yang melahirkan
anak selanjutnya sekitar 20%. Gejala dari depresi postpartum
meliputi mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan atau senang
dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi
fisik atau pelambatan psikomotor, lemah, merasa tidak berguna,
susah konsentrasi, bahkan keinginan untuk bunuh diri.(Sari, 2020)

1. Etiologi

Berbagai faktor fisiologis dan psikososial diteliti dapat


menjadi penyebab dari depresi postpartum (Sari, 2020). Beberapa

11
hal yang diduga menjadi etiologi depresi postpartum antara
lain:

a. Neurologipostpartum

Depresi postpartum secara mekanisme biologi berhubungan


dengan adanya gangguan depresif mayor. Secara umum,
depresi berintegritas dengan penyakit pada sirkuit neuron dengan
ditandai adanya pengurangan volume otak. Pengurangan ini terjadi
pada seseorang yang mengalami gejala depresi mayor. Semakin
lama seseorang mengalami gejala tersebut, maka akan semakin
berkurang volume otaknya. Jumlah yang berkurang yaitu protein
otak yang berfungsi mencetuskan pertumbuhan neuron dan formasi
sinaps. Adanya stres dan depresi dapat mengurangi jumlah protein
otak tesebut. Penelitian juga menunjukkan bahwa setelah
dilahirkannya plasenta pada saat persalinan maka kadar estrogen
dan progesterone plasma dari sang ibu mulai turun secara drastis.
Kedua hormon tersebut memilki efek neural pada konsentrasi
psikologis. Maka dari itu, dengan adanya penurunan drastic dari
hormon tersebut dapat berefek pada psikologis.

b. Gangguan Autoimun

Selama persalinan, seorang ibu terpapar berbagai anti


genfetal. Suatu penelitian menduga bahwa akibat adanya
paparan tersebut berefek pada kondisi psikologis ibu. Seorang ibu
menjadi cenderung emosional yang diduga asalnya dari gangguan
autoimun tersebut.

c. Gangguan Tidurdan Ritme Sikardian

Ketika seorang ibu melahirkan maka ia akan mengalami


masa adaptasi untuk perannya yang baru. Dengan adanya peran
baru tesebut, seorang ibu menjadi kekurangan waktu tidurnya
karena harus menjaga bayinya. Aktivitas itu cenderung membuat

12
ibu menjadi kelelahan atau fatigue sehingga bias memicu
terjadinya depresi. Kurangnya waktu tidur menyebabkan hormon
tidur yang dihasilkan dikelenjar pineal otak menjadi berkurang.
Hormon tersebut adalah hormone melatonin. Terganggunya
produksi hormon tersebut merupakan kontributor terhadap depresi
postpartum.

2. Patofisiologi
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu masa nifas
terjadi karena beberapa hal yaitu pengalaman selama melahirkan,
tanggung jawab peran sebagai ibu, adanya ang- gota keluarga baru
(bayi) serta peran baru sebagai seorang ibu. Jenis persalinan
berpengaruh terhadap risiko depresi postpartum hal ini dikarenakan
oleh pengalaman ibu pada saat melahirkan, trauma fisik yang
didapatkan pada saat persalinan akan mempengaruhi psikologis
ibu(Ariyanti et al., 2016).

3. Tanda dan gejala


Depresi postpartum merupakan gangguan mood yang
terjadi setelah melahirkan. Gangguan ini merefleksikan disregulasi
psikologikal yang merupakan tanda dari gejala-gejala depresi
mayor. Depresi postpartum biasanya dialami oleh ibu setelah 4
minggu melahirkan. Tanda-tanda yang menyertainya adalah
perasaan sedih, menurunnya suasana hati, kehilangan minat dalam
kegiatan sehari-hari, peningkatan atau penurunan berat badan
secara signifikan, merasa tidak berguna atau bersalah, kelelahan,
penurunan konsentrasi bahkan ide bunuh diri. Pada kasus yang
berat depresi dapat menjadi psikotik, dengan halusinasi, waham dan
pikiran untuk membunuh bayi. Diketahui sekitar 20–40% wanita
melaporkan adanya suatu gangguan emosional atau disfungsi
kognitif pada masa pascapersalinan Gejala tersebut antara lain
gangguan nafsu makan, agitasi fisik atau pelambatan psikomotor,

13
lemah, menurunnya konsentrasi, dan adanya keinginan bunuh diri.
Ibu juga sering merasakan insomnia meskipun bayinya telah
tertidur. Gejala-gejala tersebut harus ada sepanjang hari dan terjadi
seminimalnya selama dua minggu(Sari, 2020).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Postpartum terjadi pada ibu yang baru saja melahirkan
dengan gejala-gejala seperti nyeri, mudah merasa lesu, capek,
malas, kurang tidur, disertai perasaan khawatir, cemas, dan tegang.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa gejala postpartum
merupakan hal yang wajar terjadi pasca melahirka. Gejala tersebut
harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya depresi
postpartum. Beberapa penelitian mengungkap faktor faktor yang
menyebabkan terjadinya postpartum. Seperti pada Amalia
menyatakan bahwa kerentanan biologis, psikologis, kondisi
stressful, kurangnya dukungan sosial, merupakan faktor yang
berkontribusi menyebabkan terjadinya postpartum(Tyarini &
Resmi, 2020).
5. Akibat
Dampak negatif dari depresi postpartum tidak hanya
dialami oleh ibu, namun dapat berdampak pada anak dan
keluarganya juga. Ibu yang mengalami depresi tersebut, minat dan
ketertarikan terhadap bayinya dapat berkurang. Ibu menjadi kurang
merespon dengan positif seperti pada saat bayinya menangis,
tatapan matanya, ataupun gerakan tubuh. Akhirnya ibu yang
mengalami depresi postpartum tidak mampu merawat bayinya
secara optimal termasuk menjadi malas memberikan ASI secara
langsung(Sari, 2020).
6. Penatalaksanaan
Dalam menatalaksana ibu dengan depresi postpartum,
butuh penanganan secara luas baik dengan diberikannya terrapin
non-farmakologis dan farmakologis. Melalui terapi

14
nonfarmakologis, yaitu terapi psikologis, ibu dapat menemukan
cara tepat untuk menghadapi gejala depresi tersebut, mengatasi
gangguan yang muncul, atau berpikir positif ketika situasi sedang
tertekan. Tatalaksana dalam perawatan depresi postpartum
bervariasi tergantung dengan tingkat keparahan dari gejalanya,
termasuk kemampuannya untuk merawat dan berinteraksi dengan
bayu yang baru lahir. Jika baru terjadi gejala ringan atau sedang
maka dapat dikelola dalam perawatan primer terdekat namun lebih
baik jika langsung dirujuk ke bagian psikiatrik untuk mencegah
komplikasi yang lebih parah, terutama ketika ibu sudah memiliki
pikiran untuk mencelakai atau membahayakan diri sendiri dan
orang lain. Namun dalam melakukan perawatan depresi postpartum
dapat terjadi beberapa kendala bagi sebagian orang, seperti
masalah keuangan, transportasi, dan penitipan anak. Untuk wanita
dengan gejala ringan, intervensi psikososial yang dapat diberikan
contohnya ialah meningkatkan dukungan, seperti dukungan dari
teman sebaya dan konseling yang dilakukan oleh praktisi kesehatan
yang professional. Intervensi tersebut merupakan lini pertama
dalam perawatan depresi postpartum(Sari, 2020).

1. Konsep Pendidikan Kesehatan


a. Pengertian
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang
diharpkan oleh pelaku pendidikan.Berdasarkan pengertian
tersebut,pendidikan mengandung tiga unsur,yaitu input (sasaran
dan pelaku pendidikan),proses (upaya yang direncanakan),dan
output (perilaku yang diharapkan).
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis dan bukan hanya proses pemindahan materi dari individu
ke orang lain dan bukan seperangkat prosedur yang akan

15
dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai (Induniasih &
Ratna, 2019).
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah
perilaku individu atau masyarakat di bidang
kesehatan.Namun,perilaku mencakup hal yang luas sehingga
perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga rumusan
tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci menjadi beberapa
hal.Tujuan Pendidikan Kehatan ada tiga,yaitu:
1. Menjadikan kesehahatan sebagai sesuatu yang bernilai di
masyarakat.Oleh karena itu,pendidik kesehatan harus bertanggung
jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat sehingga menjadi
kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang telah ada.Kadang kala pemanfaatan
sarana pelayanan yang sudah ada dilakukan secara berlebihan dan
bahkan justru sebaliknya,seperti saat kondisi sakit tetatpi tidak
menggunakan sarana kesehatan yang ada denngan semestinya
(Induniasih & Ratna, 2019).

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat umum
dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan, kelompok tertentu
(seperti:perempuan, pemuda, remaja, dan lembaga pendidikan),
dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan,baik sebagai ilmu
maupun seni,sangatlah luas karena mencakup segi kehidupan
masyarakat.Notoatmojo menyebutkan bahwa ruang lingkup
pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan berdasarkan beberapa

16
hal,yaitu aspek kesehatan,tatanan atau tempat pelaksanaan,dan
tingkat pelayanan.Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk
topik ruang lingkup pendidikan kesehatan (Induniasih & Ratna,
2019).
d. Berdasarkan Aspek Kesehatan

Berdasarkan aspek kesehatan,terdapat dua aspek lagi


didalamnya,yaitu (a) aspek promotive serta (b) aspek pencegah dan
penyembuhan.Pertama,aspek promotive menjadikan kelompok
orang sehat atau sekitar 80-85% populasi menjadi sasaran
pendidikan kesehatan.Derajat kesehatan dinilai cukup dinamis
walaupun dalam kondisi sehat tetapi perlu di tingkatkan dan dibina
kesehatanya.

Kedua,aspek pencegahan dan penyembuhan.Dalam aspek


ini,upaya pendidikan kesehatan mencakup tiga upaya atau
kegiatan,yaitu pencegahan tingkat pertama (primer),pencegahan
tingkat kedua (sekunder) dan pencegahan tingkat krtiga (tersier)

Di pencegahan tingkat pertama,sasaran pendidikan adalah


kelompok yang memiliki resiko tinggi,seperti ibu hamil dan
menyusui,perokok obesitas,dan pekerja seks.Tujuan upaya
pendidikan ini adalah untuk menghindarkan mereka dari penyakit
dan tidak jatuh sakit.Sasaran tingkat pencegahan kedua adalah
penderita penyakit kronis seperti asma,DM,dan TBC.Tujuanya
adalah agar penderita penyakit tersebut mempunyai kemampuan
pencegah penyakit yang di deritanya semakin bertambah parah.

Pencegahan tingkat ketiga menempatkan kelompok pasien


yang baru sembuh sebagai sasaran pendidikan.Tujuanya adalah
agar dapat memungkinkan penderita segera pulih kembali dan
mengurangi kecacatan seminimal mungkin.

e. Berdasarkan Tatanan Atau Tempat Pelaksanaan

17
Ruang lingkup berdasarkan tatanan atau tempat
pelaksanaan dibagi menjadi lima yaitu tatanan
keluarga,sekolah,tempat kerja,tempat umum,fasilitas pelayanan
kesehatan.Di tatanan keluarga,sasaran utamanya adalah orang
tua.Tatanan sekolah menjadikan guru sebagai sasaran
utama.Ditatanan tempat kerja,pemilik pemimpin,atau manajer
menjadi sasaran pendidikan kesehatan.Di tatanan tempat
umum,para pengelola tempay umum menjadi sasaran
utamanya.Terakhir,di fasilitas pelayanan kesehatan,sasaran
utamanya adalah pimpinan fasilitas kesehatan

f. Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Ruang lingkup dan sasaran pendidikan kesehatan


berdasarkan tingkat pelayanan sesuai dengan konsep five levels of
prevention.Kelima hal tersebut adalah healthpromotion
(peningkatan kesehatan), specific protection (perlindungan
khusus), early diagnosis and prompttreatment (diagnosis dini dan
pengobatan segera), disability limitation (pembatasan
kemungkinan cacat),dan rehabilitation (rehabilitas).

g. Tahap Tahap Kegiatan

Perlu diketahui bahwa mengubah perilaku seseorang


tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.Oleh sebab
itulah,kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ilmiah
melalui beberapa tahap kegiatan, yaitu tahap sensitisasi, publisitas,
edukasi, dan motifasi. Berikut adalah penjelasan kelima tahap
tersebut.

1. Tahap pertama atau tahap sensitasi


Kegiatan di tahap ini adalah pemberian informasi untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarkat terhadap adanya hal-hal
penting yang berkaitan dengan kesehatan,seperti kesadaran

18
terhadap adanya pelayanan kesehatan,fasilitas kesehatan,dan
kegiatan imunisasi.Kegiatan di tahap ini tidaklah dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan tidak mengarah pada
perubahan sikap serta tidak atau belum bermaksud untuk
mengubah perilaku tertentu.Kegiatan di tahap ini hanya sebatas
pemberian informasi tertentu untuk merangsang masyarakat
terhadap perilaku kesehatan dan bentuk kegiatanya adalah radio
spot,poster,selebaran,dan lain-lain.
2. Tahap kedua atau tahap publisitas
Tahap ini menjadi kelanjutan dari tahap sensitasi yang
memiliki tjuan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jenis
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti di
puskesmas, posyandu, polindes, dan pustu.
3. Tahap ketiga atau tahap edukasi

Tahap edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan


pengetahuan,mengubah sikap,dan mengarahkan perilaku yang di
inginkan oleh kegiatan tersebut. Cara yang di gunakan di tahap ini
adalah dengan kegiatan belajar-mengajar. Pada tahap ini,penting
dilakukan peragaan ataupun demonstrasi perilaku kesehatan.

4. Tahap terakhir atau tahap motivasi

Tahap ini memiliki makna bahwa setelah mengikuti


pendidikan kesehatan,baik individu maupun masyarakat,harus
mampu mengubah perilaku sehari-hari sesuai dengan perilaku yang
di anjurkan.Kegiatan-kegitan di atas dilakukan secara berurutan
dan bertahap.Oleh sebab itulah,pendidikan kesehatan harus
menguasi ilmu komunikasi untuk tahap sensitasi dan pubsitas serta
menguasi ilmu belajar untuk melaksanakan pendidikan kesehatan
pada tahap edukasi dan motifasi.

h. Perencanaan Progam Pendidikan Kesehatan

19
Perencanaan progam adalah kegiatan utama dalam usaha
kesehatan masyarakat. Pendidikan kesahatan menjadi cara yang
tepat membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka
kerjakan sendiri dan bagaimana mengerjakanya untuk mencapai
derajat kesehatan yang lebih baik. Berikut adalah langkah-langkah
perencanaan yang dapat di terapkan oleh para pendidik kesehatan.

1. Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran


Sebelum melaksanakan proses belajar mengjar,sebaiknya
kita mengidentifikasi aspek epidemologi dan aspek perilaku
sasaran sehubungan dengan penyakitnya.Langkah ini bertujuan
untuk menemukan garis batas antara perilaku yang akan di ajarkan
selanjutnya dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus.
2. Menentukan identitas pelajaran

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan di langkah kedua


ini. Pendidik kesehatan harus mengetahui dan mengidentikasi area
dan pesan pokok atau topik yang akan di berikan.Pendidikan juga
harus memahami siapa sasaran dari kegiatan ini karena sasaran
dapat berupa individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat.
Berikutnya, tempat, waktu, serta hari dan tanggal pelaksanaan
kegiatan tersebut.

3. Pendidik kesehatan harus mengetahui dan menentukan tujuan


Ada dua tujuan,yaitu tujuan instruksional umum/tujuan
umum dan tujuan instruksional khusus/tujuan khusus.Tujuan
umum adalah tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan
setiap pokok bahasan atau satuan bahasan tertentu dalam suatu
bidang studi.Bloom membagi tujuan umum menjadi tiga domain
menurut kemampuan,yaitu domain kognitif,domain
psikomotor,dan domain afektif.
Domain kognitif mencakup tingkat kemampuan
rendah,seperti mengingat,memahami,dan menerapkan serta tingkat

20
kemampuan tinggi misalnya menganalisis,mensintesis,dan
mengevaluasi.Domain psikomotor contohnya antara lain
kemampuan meniru,melakukan suatu gerak,memanipulasi
gerak,merangkai berbagai gerakan,dan mendemonstrasikan.
Ada beberapa factor yang harus di perhatikan dalam
merumuskan tujuan umum.Pertama,berorientasi dan menunjang
tujuan pendidikan.Kedua,berdasarkan karakteristik tujuan khusus
sasaran,yang artinya harus sesuai dengan kemampuan.Ketiga,
mengembangkan kemampuan, ketarampilan, dan sikap
sasaran.Keempat,menggambarkan perilaku yang harus di
tampilkan.Kelima,harus didorong pokok bahasan dan pokok bahan
yang akan dikuasai sasaran.
Berikutnya adalah tujuan khusus.Tujuan khusus ini harus
dibuat sehingga dapat menggambarkan tinggah laku sasaran yang
dapat diamati dan dapat diukur oleh pemberi materi.Selain
itu,dapat berguna pula untuk membantu dan mempermudah
pemberi materi menentukan tercapai atau tidaknya tujuan.Tujuan
khusus juga harus jelas rumusanya,konkret,dapat diamati,dan dapat
diukur.Tujuan khusus harus di rumuskan dan memenuhi beberapa
syarat berikut.
a. Tujuan khusus harus menggunakan istilah atau kata kerja
operasional,seperti di bawah ini:
1) Menyebutkan,mengucapkan,mengatakan;
2) Menjelaskan,memilih,dan mengubah;
3) Membedakan,menulis,dan membaca;
4) Membandingkan;
5) Menganalisis,memperkirakan,dan mengevaluasi;
6) Mengganti,memperbaiki,memasang,dan menjalankan;
7) Membuat grafik dan membuat pola;
8) Mengerjakan;
9) Mengatur dan menyusun.

21
b. Tujuan khusus harus dalam bentuk hasil belajar.
c. Tujuan khusus berbentuk tingkah laku sasaran.
d. Tujuan khusus meliputi satu jenis kemampuan.

Menggunakan istilah ABCD untuk menjelaskan empat unsur


atau komponen yang harus dipenuhi sehingga tujuan khusus dapat
dirumuskan.Istilah ABCD adalah
audience,behavioral,condition,dan degree.Audience artinya
sasaran.Behavioral adalah perilaku spesifik yang diharapkan
dilakukan sasaran selesai proses belajar mengajar.Condition
maksudnya adalah syarat atau keadaan yang harus dipenuhi atau
dikerjakan oleh sasaran saat tes,bukan saat belajar.Degree berarti
tingggkat keberhasilan yang harus dipenuhi dalam mencapai
perilaku tersebut.Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas
minimal dari yang di tetapkan,misalnya paling lambat dua
minggu,minimal 900%,minimal 1,5m,paling sedikit 80%
benar,dengan benar,dan tanpa membuat kesalahan.

4. Menentukan isi atau materi

Komponen isi atau materi dan bahan pelajaran yang akan


disampaikan kepada sasaran,misalnya untuk mencapai tujuan
intruksional khusus syarat yang harus dicapai,antara lain
berorientasi pada tujuan khusus,dan harus disusun berdasarkan
masing-masing tujuan khusus.

Ada beberapa hal dan pertanyaan yang harus diperhatikan


oleh pendidik kesehatan saat membuat materi atau bahan
pelajaran.Berikut adalah pertanyaan yang harus dipenuhi dalam
penyajian materi:”Apakah materi sesuai dengan tujuan?”,”Apakah
materi tersebut paling tepat?”,”Apakah relavan dengan
sasaran?”,”Apakah cenderung membedakan ras dan jenis

22
kelamin?”,”Apakah mudah dimengerti?”,”Apakah informasi yang
disampaikan tepat dan valid?”,dan”Apakah memuat iklan?”.

5. Kegiatan belajar mengajar


Kegiatan belajar mengajar ini adalah kegiatan belajar yang
dilakukan oleh sasaran dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh
pendidik kesehatan selama proses pengjaran berlangsung.Dalam
kegiatan belajar mengajar,harus diperhatikan bahwa kegiatan yang
disusun harus dapat menggambarkan metode dan media yang
digunakan,materi atau isi,dan aktivitas lain yang diperlukan.
Kegiatan mengajar harus sesuai dan berhungan dengan
kegiatan belajar.Misalnya,jika guru menjelaskan,sasaran diminta
untuk memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang
penting atau jika guru memeragakan sesuatu dan sasaran
mengamati.Pembuatan matriks biasanya dapat digunakan untuk
mempermudah pembuatan.
6. Menentukan metode
Penggunaan metode untuk semua bahan tentunya tidak akan
sama.Berikut adalah beberapa pertimbangan untuk menentukan
metode harus sesuai dengan: (1) tujuan dan dapat mempercepat
pencapaian tujuan,(2)bahan dan materi yang akan di ajarkan,(3)
alat yang tersedia,(4) jumlah sasaran,(5) mendorong tingkat
sasaran aktif belajar,(6) waktu dan kondisi saat proses belajar
berlangsung,seperti jam terakhir,suasana gelap,dan lingkungan
bising.
7. Alat dan sumber pelajaran
Alat belajar,media atau alat peraga adalah alat bantu yang dapat
diggunakan untuk memperlancar jalanya pengajaran sehingga
materi dapat dengan mudah dipahami oleh sasaran.Alat peraga ini
bisa berupa poster,gambar,dan lain lain.Sumber belajar berarti
sumber atau tempat materi yang akan diberikan dapat diperoleh

23
pendidik kesehatan.Sumber belajar dapat diperoleh dari wawancara
dengan ahli ataupun dari literature- literature terkait.
8. Menentukan evaluasi
Tahap terakhir ini terkadang terlupakan.Evaluasi atau penilaian ini
adalah kegiatan yang berupa pengecekan atau upaya mengontrol
sehingga tujuan tercapai.Hal-hal yang dievaluasi adalah semua
proses mulai dari prosedur (selama sebelum atau setelah
pembelajaran),jenis(tertulis atau lisan),hingga bentuk(esai tertutup
atau terbuka,pilihan ganda,dan sebab akibat).Rumusan evaluasi
dibuat dalam bentuk butir pertanyaan dan jumlah minimalnya sama
dengan rumusan tujuan khusus.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien
(Prof. Dr. Nursalam, n.d.)

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Sari, 2020) Suatu diagnosis keperawatan adalah evaluasi
wanita dengan kemungkinan depresi postpartum membutuhkan
anamnesis yang cermat untuk memastikan diagnosis,
mengidentifikasi apakah ada gangguan lainnya, dan mengelola
masalah medis dan psikososial yang terkontribusi didalamnya.
Sekitar 70% dari ibu yang baru melahirkan memiliki gejala
depresi ringan yang umumnya akan memuncak pada rentang 2
hinggan 5 hari setelah melahirkan. Gejala tersebut biasanya mulai
mereda secara spontan dalam waktu 2 minggu, namun jika tidak
terdeteksi dengan cepat dan terlambat ditangani, dapat berkembang
menjadi depresi yang disebut depresi postpartum.

24
Diagnosa Keperawatan yang di peroleh untuk post partum normal
menurut Nanda,2015-2017 adalah :
a) Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan.
b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan
prosespersalinan.
c) Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
d) Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolitberhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
e) Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon
hormonalpsikologis,proses persalinan dan proses melelahkan.
f) Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayiberhubungan
dengan kurang sumber informasi
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia,
fisik,psikologis), kerusakan jaringanTujuan dan kriteria hasil
Noc : tingkatan nyeri , control nyeri, tingkat kenyamanan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien tidak
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), Tanda vital dalam
batas normal, Tidak mengalami gangguan tidur. Nic : lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi, Observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan, Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan, Kurangi faktor prespitasi nyeri, Ajarkan teknik non
farmakologi ( napas dalam, relaksasi distraksi, kompres

25
hangat/dingin ),Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri dan Monitor
vital sign
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang cara
perawatan vulva.
Noc : status imun, pengetahuan tentang kontrol infeksi dan kontrol
resiko, Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
pasien tidak mengalai infeksi dengan kriteria hasil :Klien bebas dari
tanda gejala infeksi, Menunjukan kemampuan untuk mencegah
timbulnya gejala infeksi,Menunjukan perilaku hidup sehat. Rencana
tindakan yang akan di lakukan berdasarkan Nic : pertahankan aseptif
batasi pengunjung bila perluCuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan,Gunakan alat pelindung diri, Berikan terapi antibiotik,
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal,Monitor adanya
lukaAjarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan darah dan intake ke oral
Noc : - keseimbangan cairan, hidrasi, Status gizi : intake makanan dan
cairan Kriteria hasil : Mempertahankan urin output dengan usia dan BB,
tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan. Rencana tindakan berdadarkan Nic:
timbang popok/ pembalut bila di perlukan, Monitor status dehidrasi,
Monitor tanda vital, Monitor status cairan yang masuk dan keluar,
Pemberian cairan IV monitor adanya tanda gejala kelebihan volume
cairan.
d. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis,proses persalinan dan proses melelahkan
Noc : tingkatkan kenyamanan, tingkatkan pola istirahat dan tidur
kriteriahasil yang akan di capai : Jumlah jam tidur dalam batas normal,
Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat, Mengidentifikasikan hal-hal
yang meningkatkan tidur. Rencana tindakan berdasarkan Nic :

26
menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat, Ciptakan lingkungan yang
nyaman, Kolaborasikan pemberian obat tidur, Diskusikan dengan
pasien dan keluarga teknik tidur pasien, Monitor atau catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari dan jam.
e. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Noc : pola pernapasan tidak efektif dan Menyusui terganggu dengan
Kriteria hasil :Kemantapan pemberian ASI bayi : perlekatan bayi yang
sesuai dan proses menghisap dari payudara ibu, Kemantapan pemberian
ASI ibu : kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat dengan tepat
pada saat menyusui, Pengetahuan pemberian ASI : tingkat pemahaman
yang tunjukan untuk mengenal laktasi dan pemberian makan bayi
melalui proses pemberian ASI. Rencana tindakan berdasarkan Nic :
mengevaluasi pola menhisap/ menelan bayi, Tentukan keinginan dan
motivasi ibu untuk menyusui, Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat
menyusui, Kaji kemampuan bayi menghisap secara refleks, Pantau
ketrampilan ibu dalam menempelkan bayi ke putting
f. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang mengenai sumber informasi
Noc :pengetahuan proses penyakit, Pengetahuan perilaku kesehatan
dengan kriteria hasil :Pasien dan keluarga menyatakan pemehaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan, Pasien
dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara
benar, Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di
jelaskan secara benar. Rencana tindakan berdasarkan Nic :kaji tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga, Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat, Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan yang tepat.

4. Implementasi keperawatan

27
Implementasi dapat disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses
keperawatandimana perawat menilai kembali keefektifan dan
keberhasilan atas tindakan yang telah di berikan kepada pasien

2. Keaslian penelitian
a. Pada penelitian oleh (Ariguna Dira & Wahyuni, 2016) ini
menggunakan rancangan penelitian deskriftif cross – sectional non -
eksperimental, dengan pengambilan data melalui wawancara secara
langsung dengan menggunakan sarana kuesioner. Penelitian ini
dilakukan di Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar, Puskesmas
Pembantu Dauh Puri dan bidan praktek swasta di kota Denpasar selama
kurun waktu 2 bulan. Pada penelitian ini menggunakan 44 orang
sampel melebihi 1 orang dari total minimal sampel. Kriteria inklusi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di di
Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar, UPT Puskesmas Denpasar
Selatan/BKIA Pekambingan dan bidan praktek swasta di kota
Denpasar, yang mampu berkomunikasi secara verbal dan bersedia
menjadi responden. Tahap pertama dimulai dengan pengambilan data
ibu yang pernah melahirkan di Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar,
Puskesmas Pembantu Dauh Puri dan bidan praktek swasta di kota
Denpasar. Tahap kedua melakukan kunjungan rumah ke ibu yang
melahirkan di Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar, Puskesmas
Pembantu Dauh Puri dan bidan praktek swasta di kota Denpasar yang
datanya sudah diperoleh sebelumnya. Diakhiri dengan tahap analisis
data yang telah diperoleh
b. (Wijaya, 2017) melakukan penelitian tentang hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat depresi pada ibu post partum di Poliklinik
obsgyn RSUD DR. MOEWARDI Surakarta. Desain penelitian yang

28
digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan Cross
Sectional teknik sampling yang digunakan adalah Quota sampling. Dan
didapatkan 57 responden dengan kriteria yang ditentukan.teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data yang
digunakan adalah uji koreksi rank spearman. Hasil penelitian
didapatkan bahwa dimana semakin tinggi usia ibu maka tingkat
depresinya cenderung semakin meningkat.

29
30
31
ETIOLOGI DEPRESI
C. Kerangka Teori POSTPARTUM

DPP KURANG INFORMASI DEFISIT PENGETAHUAN

PERUBAHAN
PSIKOLOGIS

TAKING IN TAKING HOLD LETTING GO

PENURUNAN PENURUNAN NAFSU PENURUNAN MERAWAT


DUKUNGAN MAKAN DIRI
KELUARGA

NAFSU MAKAN
BERKURANG DEFISIT MASUKNYA
PERAWATAN KUMAN
DIRI
MENARIK DIRI
INTAKE BERKURANG
RESTI
INFEKSI
ISOLASI SOSIAL -PENURUNAN BB PENURUNAN ASI
-KULIT KASAR
KETIDAKEFEKTIFAN
MENYUSUI
NUTRISI KURANG DARI
32
KEBUTUHAN
D. Kerangka Konsep

Pendidikan Kesehatan
Pencegahan depresi post
partum

Tingkat Pengetahuan Tentang


Pencegahan depresi post
partum

Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan


Baik Cukup Kurang

33
Depresi post partum

Ibu setelah melahirkan

34
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus


Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus, merupakan rancangan penelitian
yang mencakup satu unit yang terdiri dari satu klien, keluarga dll. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kejadian-kejadian kasus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun
tindakan dan reaksi kusus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu, meskipun dalam
bentuk tunggal, namun analisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas
(Sutianingsih, 2019). Pada studi penelitian ini menggunakaan subjek ibu hamil di selogiri
dengan resiko tinggi kehamilan.

B. Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang dijadikan sasaran penelitian. Variabel dibagi
menjadi variable bebas dan variabel terikat (Donsu, 2016).
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel bebas adalah veriabel yang menjadi penyebab terjadi variabel terikat
(Donsu, 2016). Variabel independen pada penelitian ini adalah efektifitas penkes
tentang resiko tinggi kehamilan.
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
Variabel terikat, atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebes (variabel independent) (Donsu, 2016). Variabel dependen pada penelitian
ini adalah tingkat pengetahuan tentang resiko tinggi kehamilan.

C. Batasan Istilah/ Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan variabel operasional yang dilakukan penelitian
berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional ditentukan berdasarkan
parameter ukuran dalam penelitian. Definisi operasional mengungkapkan variabel dari skala
pengukuran masing-masing variabel tersebut (Donsu, 2016).

Tabel 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala


35
data
Variabel Usaha yang Waktu pemberian : Observasi
independen : dilakukan Durasi : 20 menit
penkes resiko dalam Media yang
depresi menangani digunakan : leaflet
postpartum masalah resiko Metode : ceramah
tinggi depresi dan diskusi
postpartum Pemberian penkes
sesuai SAP
variebel Suatu Kriteria Kuisioner
dependen : tingkatan Pengetahuan
tingkat pengetahuan seseorang dapat
pengetahuan tentang diketahui dan
tentang resiko masalah diinterpretasikan
epresi resikodepresi dengan skala yang
postpartum postpartum bersifat kualitatif,
yaitu:
1. Baik, bila
subyek
menjawab benar
76%-100%
seluruh
pertanyaan.
2. Cukup, bila
subyek
menjawab benar
56%-75%
seluruh
pertanyaan.
3. Kurang, bila
subyek
menjawab benar
<56% seluruh
pertanyaan.

36
D. Tempat danWaktu Studi Kasus
Dijelaskantentangtempat Studi Kasus dan waktu pengambilan data. Dalam bentuk
jadual studi kasus (mulai dari penyusunan proposal sampai pembuatan laporan hasil studi
kasus).
1. Lokasi
Penelitian akan mengambil lokasi di desa giriwono Wonogiri
2. Waktu
Waktu pengambilan data studi kasus ini adalah bulan maret sampai mei 2021.

E. Subjek Studi Kasus/Partisipan


Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memiliki resiko
tinggi pada kehamilanya di wilayah selogiri.
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang sudah ditentukan oeh peneliti sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini
ibu hamil dengan resiko tinggi kehamilan.
2. Sempel
Sempel merupakan bagian dari jumlah populasi. Sempel dalam penelitian ini adalah 5
orang. Dengan syarat :
a. Bersedia menjadi responden
b. Ibu hamil dengan resiko tinggi kehamilan
c. Ibu hamil berdomisili di selogiri
3. Kriteria inklusif dan eksklusif
a. Kriteria inklusif merupakan kriteria yang menentukan subjek penelitian mewakili
sempel penelitian yang memenuhi kriteria sempel. Kriteria inklusif dalam penelitian
ini adalah :
1) Ibu hamil dengan resiko tinggi kehamilan.
2) Usia di atas 25 tahun.
3) Jenis kelamin wanita.
b. Kriteria eksklusif merupakan kriteria yang menentukan subjek penelitian yang tidak
dapat mewakili sebagian sempel, karena tidak memenihu syarat sebagai sempel.
Kriteria eksklusif dalam penelitian ini adalah :
1) Tidak bisa membaca.

37
2) Usia diatas 65 tahun..
3) Tidak kooperatif/ tidak bersedia menjadi responden.

F. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen studi kasus


1. Metode Pengumpulan Data(Data Primer dan Data Sekunder)
Tekhnik pengumpulan data :
Analisis data adalah bagian yang penting dalam pengolahan data. Sebelum menarik
suatu kesimpulan, hasil analisis yang masih aktual terlebih dahulu harus diinterpretasikan
dan diberi makna oleh peneliti. Hasil analisis biasanya dibandingkan dengan hipotesis
penelitian (kalau ada), kemudian dibahas dengan menghubungkannya dengan hasil
penelitian lain serupa atau terdahulu, kemudian diberi kesimpulan.
a. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, observasi, dan dokumentasi).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yang diawali dengan
kegiatan memeriksa validitas data yang masuk, mengklasifikasi data dan jawaban
menurut kategori masing-masing sehingga memudahkan dalam pengelompokan data,
memproses data agar dapat dianalisis, pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-
entry (memasukkan) data hasil pengisian kuisioner ke dalam master tabel atau database
komputer, pengecekan kembali data yang sudah di entry dan melakukan koreksi bila
terdapat kesalahan, dan yang terakhir memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.
b. Mereduksi Data
Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan
satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokan menjadi data subjektif dan objektif,
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan dengan
nilai normal.
c. Penyajian Data
Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, dan teks naratif.
Kerahasiaan klien dijaga dengan cara mengaburkan identitas diri klien.
d. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan pelaku kesehatan. Data yang

38
dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi (Lusiana, 2019).
2. Instrumen studi kasus
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Kuesioner yang digunakan
untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah kuesioner tertutup. Kuesioner ini bersifat
tertutup karena responden hanya menyentang jawaban yang diangap benar atau salah sesuai
dengan pendapatnya. Pernyataan disusun berdasarkan kisi-kisi yang diambil sari sumber
teori tentang kehamilan beresiko. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negatif (unfovarable) dengan pilihan benar dan salah. Pernyataan positif
(favorable) jika benar mendapat skor 1 dan jika salah mendapat skor 0. Sedangkan
pernyataan negatif (unfovarable) jika benar mendapat skor 0 dan 37 jika salah mendapat
skor 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang
dianggap benar.
Instrumenstudikasus atau alat yang didutuhkan dalam penelitian ini :
a. Materi penyuluhan kesehatan tentang resiko tinggi kehamilan pada ibu hamil.
b. Lembar satuan acara penelitian.
c. Leaflet tentang resiko tinggi kehamilan.
d. Pedoman wawancara.
e. Kuisioner tingkat pengetahuan resiko tinggi kehamilan.

G. Metode Uji KeabsahanData


Ujikeabsahandatadimaksudkan dengan mengambil data baru (here and now) dengan
menggunakan instrument pengkajian yang sesuaisehinggamenghasilkandatadengan
validitastinggi jika sudah melaksanakan prosedur tindakan sesuai SOP/ Instruksi
kerja.Yaitumenggunakan klien, perawat, keluargaklien
sebagaisumberinformasi,sumberdokumentasidll, bisa menggunakan triangulasi.
1. Kredibilitas (Keterpercayaan Data)
Kredibilitas data atau ketepatan dan keakurasian suatu data yang dihasilkan dari studi
kualitatif menjelaskan derajat atau nilai kebenaran dari data yang dihasilkan termasuk
proses analisis data tersebut dari penelitian yang dilakukan. Suatu hasil penelitian dikatakan
memiliki kredibilitas yang tinggi atau baik ketika hasil-hasil temuan pada penelitian
tersebut dapat dikenali dengan baik oleh para partisipannya dalam konteks sosial mereka.
2. Transferabilitas atau Keteralihan Data (Applicability, Fittingness)

39
Seberapa mampu suatu hasil penelitian kualitatif dapat diaplikasikan dan dialihkan
pada keadaan atau konteks lain atau kelompok atau partisipan lainnya merupakan
pertanyaan untuk menilai kualitas tingkat keteralihan atau transferabilitas. Penilaian
keteralihan suatu hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh para pembaca. Istilah
transferabilitas dipakai pada penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep generalisasi
yang digunakan pada penelitian kuantitatif.
3. Dependabilitas (Ketergantungan)
Dependabilitas memertanyakan tentang konsistensi dan reliabilitas suatu instrumen
yang digunakan lebih dari sekali penggunaan. Masalah yang ada pada studi kualitatif
adalah instrumen penelitian dan peneliti sendiri sebagai manusia yang memiliki sifat-sifat
tidak dapat konsisten dan dapat diulang. Antara peneliti satu dengan peneliti lainnya
memiliki fokus-fokus penekanan yang berbeda dalam menginterpretasikan dan
menyimpulkan hasil temuannya, sekalipun menggunakan sampel dan lokasi yang sama.
4. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas menggantikan aspek objektivitas, pada penelitian kuantitatif, namun
tidak persis sama arti dari keduannya, yaitu kesediaan peneliti untuk mengungkap secara
terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya. Cara peneliti mengintepretasikan,
mengimplikasikan, dan menyimpulkan konfirmabilitas temuannya dapat melalui audit trial
dan menggunakan teknik pengambilan sampel yang ideal. Peneliti mengenali
pengalamannya dan pengaruh subjektif dari interpretasi yang telah dibuatnya, sehingga
pembaca mengetahui proses refleksivitas yang dibuat peneliti. Selanjutnya, untuk
memperoleh hasil penelitian kualitatif yang objektif, peneliti perlu menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan cara memaksimalkan variasi sampelnya, cara ini dapat
mengurangi bias hasil penelitian (Lusiana, 2019).

H. Metode Analisis Data (Domain analisis)


Analisa data dilakukan sejak penelitia di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai
dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,
selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini
pembahasan. Teknik analisi yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari
peneliti yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh
peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan

40
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi
dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :
1. Pengumpulan data
Dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokementasi. Hasil ditulis dalam
bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam brntuk transkip. Data yang dikumpulkan
terkait dengan data pengkajian, dignosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu
dalam bentuk transkip. Data yang terkumpul kemudian dibuat koding yang dibuat oleh
peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik penelitian yang diterapkan. Data
obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai
normal.
3. Penyajian data
Penyajian data yang disajikan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan metode induksi(Sutianingsih, 2019).

I. Etika Studi Kasus


Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian antara lain :
1. Informed consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek harus mendapatkan
secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu
dicantumkan bahwa data yang di peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan
ilmu.
2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberokan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan
mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama (aninymity).
3. Confidentiality (rahasia), kerahasiaan yang diberikan kepada responden dijamin oleh
peneliti (Sutianingsih, 2019).

41
DAFTAR PUSTAKA

Ariguna Dira, I., & Wahyuni, A. (2016). Prevalensi Dan Faktor Risiko Depresi Postpartum Di Kota Denpasar
Menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale. E-Jurnal Medika Udayana, 5(7), 5–9.

Ariyanti, R., Nurdiati, D. ., & Astuti, D. . (2016). Depresi Postpartum Pada Ibu Nifas. Kebidanan Dan
Keperawatan, 12(2), 123–128.
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/jkk/article/download/304/150

Deni Maryani. (2015). LATIHAN FISIK UNTUK MENCEGAH DEPRESI POST PARTUM.pdf. In Proceding Book (Vol.
2, Issue 2).

Donsu, jenita doli tine. (2016). metodologi penelitian keperawatan (1st ed.). pustaka baru press.

42
Induniasih, & Ratna, W. (2019). Promosi Kesehatan : Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. In Promosi
Kesehatan (1st ed.). PUSTAKA BARU PRESS.

Kusuma, P. D. (2017). Karakteristik Penyebab Terjadinya Depresi Postpartum. Jurnal Keperawatan


Notokusumo, V(1), 36–45. http://jurnal.stikes-notokusumo.ac.id/index.php/jkn/article/view/59/47

Kusumastuti. (2019). Efektivitas Massage Terapi Effleurage Guna Mencegah Kejadian Depresi Postpartum Pada
Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah Kesehatan, XII(I), 451–457.

Lusiana, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Iskemik Pada Ny. D Dan Tn. K Dengan Masalah
Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun2019.
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER.

Organization, W. H. (2018). WHO recommendations for the prevention of postpartum haemorrhage. Geneva,
Switzerland: Author, 10, 1–6. http://scholar.google.com/scholar?
hl=en&btnG=Search&q=intitle:WHO+Recommendations+for+the+Prevention+of+Postpartum+Haemorrha
ge#0

Prof. Dr. Nursalam, M. N. (n.d.). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Salemba
Medika.

Rahayu1, Febri Tri, P. F. (2020). Hubungan Kepribadian dengan Tingkat Depresi Ibu Postpartum di Puskesmas
Trauma Center Samarinda. 2(1), 256–261.

Ratulangi, U. S. (2019). Dukungan Suami Dengan Kejadian Depresi Pasca Melahirkan. Jurnal Keperawatan, 7(2).

Sari, R. A. (2020). Literature Review: Depresi Postpartum. Jurnal Kesehatan, 11(1), 167.
https://doi.org/10.26630/jk.v11i1.1586

Satriyandari, Y., & Hariyati, N. R. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum.
Journal of Health Studies, 1(2), 49–64. https://doi.org/10.31101/jhes.185

Sukma, F., & Revinel, R. (2020). Masalah Menyusui sebagai Determinan Terjadinya Risiko Depresi Postpartum
pada Ibu Nifas Normal. Jurnal Bidan Cerdas, 2(3), 121–131. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i3.69

Sutianingsih. (2019). Asuhan keperawatan pada klien cerebrovaskuler accident ( cva ) bleeding / stroke
hemoragik dengan masalah keperawatan kerusakan integritas kulit di ruang hcu melati rsud bangil
pasuruan. PROGRAM STSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG.

Tyarini, I. A., & Resmi, D. C. (2020). Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020 Jurnal Ilmiah Kesehatan 2020. 48–55.

Wijaya, B. A. (2017). Depresi Pada Ibu Postpartum Di Poliklinik.

43
44
Lampiran 1

PERMOHONAN

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Akademi Keperawatan Giri Satria Husada
Wonogiri:

Nama : Aprilia Tri Utami

NIM : 19039

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul ” Upaya Penanganan Depresi Post Partum
Melalui Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Di Wilayah Wonogiri ”.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini saya meminta kesediaan saudari untuk menjadi
responden dengan mengisi formulir yang diberikan dengan benar dan sukarela. Identitas dan jawaban
saudari akan saya jaga kerahasiaannya.

Atas kehadiran dan bantuan saudari saya sampaikan terima kasih.

Hormat Saya,

(...................................)

Lampiran 2

45
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
(Informed Consent)

Yang bertanda-tangan dibawah ini,


Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka saya
bersedia/tidak bersedia* untuk berperan serta sebagai responden. Apabila sesuatu hal
yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan bertanggung jawab atas
pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian hari.

Selogiri, Maret 2021


Yang Menyatakan

(...........................)
Keterangan :
*)Coret yang tidak perlu

46
Lampiran 3

JADWAL PELAKSANAAN STUDI KASUS


2021
N
Kegiatan Mare
O Februari April Mei Juni Juli
t
Pembuatan
1
Proposal
Uji
2
Proposal
Pengambilan
3
Data
Pengolahan
4
Data
Analisa
5
Data
Pembuatan
6
Laporan
Uji Sidang
7
KTI

47
Lampiran 4

KUESIONER

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG RESIKO DEPRESI POST PARTUM DI


WILAYAH WONOGIRI
PETUNJUK PENGISIAN

Mohon dijawab pada kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda (√) pada kotak jawaban yang
Anda pilih

A. Data Umum

No Responden:

Umur :

1. Pendidikan terakhir

Tidak sekolah

SD

SMP/MTS

SMA/MA

Akademi/ Perguruan Tinggi

2. Pekerjaan

PNS

Wiraswasta

Petani/buruh

Tidak bekerja

Lain-lain

3. Jumlah anak : orang

48
Lampiran 5

EDINBURGH POSPARTUM DEPRESSION SCALE (EPDS)

Petunjuk kuesioner

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab dengan kondisi anda saat ini dengan
memberi tanda silang (X).

2. Jumlah pernyataan ada 10 item dengan empat pilihan jawaban.

3. Kode pilihan S = Sering , KK = Kadang-kadang , SJ = Sangat Jarang dan TP = idak Pernah

No Pernyataan S KK SJ TP

1 Saya las tertawa saat melihat kejadian yang lucu

2 Saya dapat memandang kehidupan dimasa depan dengan penuh


harapan

3 Saya merasa tidak berguna karena sesuatu kesalahan dimasa lalu

4 Saya tertarik dan tidak cemas terhadap sesuatu untuk alasan yang
tepat

5 Saya merasa gugup dan takut serta alasan karena alasan


yang tidak baik sesuatu

6 Saya merasa yang paling benar karena sesuatu hal

7 Saya merasa tidak bahagia sehingga membuat saya sulit untuk tidur

8 Saya merasa sedih

9 Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga membuat saya menangis

49
10 Saya merasakan sesuatu kegagalan atau kerugian

Lampiran 6

Skala Dukungan Sosial suami

Petunjuk Kuesioner

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab dengan kondisi anda saat ini dengan
memberi tanda silang (X).

2. Jumlah pernyataan ada 40 item dengan empat pilihan jawaban.

3. Kode pilihan SS=Sangat Sering , S= Sering, TS= Tidak Sering, STS= Sangat Tidak Sering

No Pernyataan SS S TS STS
1 Suami saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa
yang sedang saya ceritakan
2 Suami menegur bila saya salah dalam mengurus anak
3 Suami membantu mempersiapkan peralatan mandi anak
4 Ketika saya curhat keadaan saya, suami tidak pernah
memberikan nasehat kepada saya
5 Suami kurang memberikan perhatian kepada saya
6 Suami mendorong saya untuk merealisasikan ide-ide saya
7 Suami tidak pernah membantu saya saat merawat bayi
8 Suami saya membelikan buku-buku cara merawat bayi
9 Suami saya meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah
saya

10 Suami jarang memberikan nasehat saat saya membutuhkan


11 Suami membantu bersih-bersih rumah
12 Ketika saya mendapatkan masalah, suami tidak pernah
memberikan solusi kepada saya
13 Suami tidak memberikan perhatiaannya kepada anak
50
14 Saat saya berhasil melakukan sesuatu, suami memberikan
pujian
15 Akhir-akhir ini suami jarang membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah
16 Suami sering memberikan nasehat kepada saya
17 Suami menghibur saya saat sedih
18 Suami jarang memberikan pujian kepada saya
19 Saat saya lapar, suami menyiapkan makanan untuk saya
20 Suami tidak mau mencarikan informasi tentang perawatan
bayi

51

Anda mungkin juga menyukai