Askep Gerontik Arison
Askep Gerontik Arison
ARISON NAU
NIM: 62502820
KUPANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan penuliskemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya penulistidak akan sanggup untuk
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehatNya,
baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
menyelesaikan pembuatan laporan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik atau saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini
nantinya menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyakkesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................................3
C. Manfaat............................................................................................................................3
A. Konsep Lanisa....................................................................................................................4
B. Konsep lansia sebagai populasi beresiko...........................................................................5
C. Konsep penyakit Hipertensi...............................................................................................6
D. Konsep teori asuhan keperawatan gerontik......................................................................6
A. Pengkajian........................................................................................................................15
B. Diagnosa..........................................................................................................................27
C. Intervensi.........................................................................................................................27
D. Implementasi...................................................................................................................28
BAB IV Pembahasan.....................................................................................................................
BAB V Penutup.............................................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Lanjut usia menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Penduduk lanjut usia terus mengalami
peningkatan seiring kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya
angka harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Populasi penduduk dunia saat ini
berada pada era Ageing population dimana jumlah penduduk yang berusia lebih dari 60
tahun melebihi 7% dari total penduduk.
Seseorang yang sudah lanjut usia akan mengalami masalah kesehatan. Masalah
ini berawal dari kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh
menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang
sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut
usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia,
osteoporosis (Kholifah, 2016).
1
Menurut WHO (2014) stroke ditandai adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain veskuler. Menurut American Heart Assosiation(AH,2015),angka kejadian
stroke pada seseorang dengan usia 60-79 tahun yang menderita stroke pada perempuan
5,2% dan laki-laki sekitar 6,1%, Prevelansi pada usia lanjut semakin meningkat dan
bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari usia seorang 80 tahun keatas dengan angka
kejadian stroke pada laki-laki sebanyak 15,8% dan pada perempuan sebanyak
14%,Prevalensi angka kematian yang terjadi di Amerika di sebabkan oleh stroke dengan
populasi 100.000 pada perempuan sebanyak 27,9% dan pada laki-laki sebanyak 25,8%,
sedangkan di Negara Asia angka kematian yang diakibatkan oleh stroke pada perempuan
sebanyak 30% dan pada laki-laki sebanyak 33,5% per 100.000 populasi (AHA, 2015)
Menurut WHO (World Health Organization, 2012) angka kematian akibat stroke
sebesar 51% di seluruh dunia di sebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, di
perkirakan sebesar 16% kematian stroke di sebabkan karena tingginya kadar glokosa.
kesehatan yaitu pada usia 75 tahun keatas (43,1) dan terendah pada kelompok usia
dari awalnya tahun 2013 yang hanya 7% penderita stroke pada tahun 2018 menjadi
Nusa Tenggara Timur menempati urutas ke-12 dengan pravalensi stroke 66.695
2
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat:
1.3. Manfaat
1. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi
2. Bagi Profesi Perawat Karya ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan kontribusi
3. Bagi Penderita stroke Karya ilmiah akhir ners ini sebagai informasi keperawatan
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
3
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler (Fatmah, 2010).
Usia lanjut (Lansia) adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh
semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh
siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya.
[ CITATION Set17 \l 1033 ]
Usia lanjut (Lansia) sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia
lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah
kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap
dalam jangka waktu beberapa decade.
4
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
d. Menurunnya proporsi protein diorak, otot, ginjal, darah dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
2 Sistem persyarafan
a. Berat otak menurun 10-20% (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
b. Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khusunya dengan stress.
c. Mengecilnya saraf panca indara
d. Mengurangnya penglihatan, pendengaran, mnegecilnya saraf penciuman dan
perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhdapa suhu dingin.
e. Kurang sensitive terhadap sentuhan.
3 Sistem pendengaran
a. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi atau suara-suara nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b. Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stress.
4 Sistem penglihatan
a. Stringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. Kornea
lebih berbentuk sferis (bola).
b. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap.
d. Hilangnya daya akomodasi.
e. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.
f. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala
2.2. .KONSEP STROKE
5
2.2.1 Definisi
2.2.2 Klasifikasi
2.2.3 Etiologi
Stroke di bagi menjadi dua jenis yaitu Stroke iskemik dan Stroke hemorogik.
6
1 Stroke iskemik atau Non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah
penggumpalan.
Menurut Amin (2015) manifestasi klinis yang ada pada penderita Stroke
yaitu mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-tiba hilang rasa kepekaan,
bicara pelo atau cadel, gangguan bicara, gangguan penglihatan, mulut mencong
atau tidak simetris ketika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat,
vertigo, penurunan kesadaran, proses kencing terganggu dan mengalami
gangguan fungsi otak
2.2.5 Patofisiologis
7
dikarenakan ada penimbunan tersebut, pembuluh darah menjadi infark dan
iskemik. Dimana infark adalah kematian jaringan dan iskemik adalah kekurangan
suplai O2. Hal tersebut dapat menyebabkan arterosklerosis dan pembuluh darah
menjadi kaku. Arterosklerosis adalah penyempitan pembuluh darah yang
mengakibatkan pembekuan darah di cerebral dan terjadi lah Stroke non
hemoragik. Pembuluh darah menjadi kaku, menyebabkan pembuluh darah mudah
pecah dan mengakibatkan Stroke hemoragik.
Dampak dari Stroke non hemoragik yaitu suplai darah kejaringan cerebral
non adekuat dan dampak dari Stroke hemoragik terdapat peningkatan tekanan
sistemik. Kedua dampak ini menyebabkan perfusi jaringan cerebral tidak adekuat.
Pasokan Oksigen yang kurang membuat terjadinya vasospasme arteri serebral dan
aneurisma. Vasospasme arteri serebral adalah penyempitan pembuluh darah arteri
cerebral yang kemungkinan akan terjadi gangguan hemisfer kanan dan kiri dan
terjadi pula infark /iskemik di arteri tersebut yang menimbulkan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik. Aneurisma adalah pelebaran pembuluh
darah yang disebabkan oleh otot dinding di pembuluh darah yang melemah hal
ini membuat di arachnoid (ruang antara permukaan otak dan lapisan yang
menutupi otak) dan terjadi penumpukan darah di otak atau disebut hematoma
kranial karena penumpukan otak terlalu banyak, dan tekanan intra kranial
menyebabkan jaringan otak berpindah/ bergeser yang dinamakan herniasi
serebral.
2.2.6 Komplikasi
1 Hipoksia serebral.
8
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan
kejaringan. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi
yang adekuat ke otak. Pemberian oksigen berguna untuk mempertahankan
hemoglobin serta hematokrit yang akan membantu dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan.
2 Penurunan aliran darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integrasi pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat cairan intravena,
memperbaiki aliran darah dan menurunkan viscositas darah. Hipertensi
atau hipotensi perlu di hindari untuk mencegah perubahan pada aliran
darah serebral dan potensi meluasnya area cidera.
3 Embolisme serebral
Terjadi setelah imfak miokard atau vibrilasi atrium. Embolise akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran
darah ke serebral. Distritmia dapat menimulkan curah jantung tidak
konsisten, distritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
segera di perbaiki.
2.2.7 Pemeriksaan penunjang
1 Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab Stroke secara spesifik misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
2 Scan Tomografi Komputer (CT-Scan)
Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli
serebral, dan tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli serebral, dan
tekanan intracranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung
darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan
intracranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus thrombosis
disertai proses inflamasi.
9
4 Ultrasonografi Doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis atau
aliran darah timbulnya plak dan arteriosklerosis).
5 Elektroensefalogram (EEG)
Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
6 Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada thrombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarachnoid.
7 Pemeriksaan laboratorium rutin
Berupa cek darah, Gula darah, Urine, Cairan serebrospinal, AGD,
Biokimia dara dan elektrolit.
2.2.8 Penatalaksanaan
Penderita Stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses
rawat jalan di luar rumah sakit, memerlukan perawatan dan pengobatan terus
menerus sampai optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada
Stroke non hemoragik dibedakan menjadi:
1 Pengobatan umum
Untuk pengobatan umum ini dibedakan menjadi 5B , yaitu :
1.) Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru cukup
baik.Fungsi paru sering terganggu karena curah jantung yang kurang,
maka jantung harus dimonitor dengan seksama. Pengobatan dengan
oksigen hanya perlu jika kadar oksigen dalam darah berkurang.
2.) Blood
a. Tekanan darah
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan
darah ke otak.Pada fase akut pada umumnya tekanan darah
meningkat dan secara spontan akan menurun secara gradual.
Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan
perfusi yang justru menambah iskemik lagi.
10
b. Komposisi darah
Kadar Hb dan glukosa harus di jaga cukup baik untuk metabolisme
otak.Bila terdapat polisitemia harus di lakukan hemodilusi.
Pemberian infuse glukosa harus di hindari karena akan menambah
terjadinya asidosis di daerah infark yang mempermudah terjadinya
edem dan karena hiperglikemia menyebabkan perburukan fungsi
neurologis dan keluaran. Keseimbangan elektrolit harus di jaga.
c. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus di perhatikan. Hindari terjadinya
obstipasi karena akan membuat lansia gelisah. Nutrisi harus cukup,
bila perludiberikan melalui nasogastic tube
d. Bladder
Miksi dan balance cairan harus di pehatikan. Jangan sampai terjadi
retensio urine. Bila terjadi inkontinensia, untuk laki-laki harus di
pasang kondom kateter,kalau wanita harus di pasang kateter tetap
e. Brain
Edema otak dan kejang harus di cegah dan di atasi.Bila terjadi
edema otak, dapat di lihat dari keadaan penderita yang mengantuk,
adanya bradikardiatau denganpemeriksaanfunduskopi, dapat di
berikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat
di berikan diphenylhydantion atau carbamazepine
2 Pengobatan khusus
penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan terapi tidak dapat berfungsi
oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang harus di
11
maka aliran darah tersebut harus di perbaiki.
3 Terapi farmakologi
1.) Trombolisis
Satu-satunya obat yang di akui FDA sebagai standar adalah pemakaian
r- TPA ( recombinant- Tissue plasminogen Activitor) yang di berikan
pada penderita Stroke iskemik dengan syarat tertentu baik intravena
maupun arterial dalam waktu kurang dari 3 jam setelah onset Stroke.
2.) Antikoagulan
Obat yang di berikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine).
menimbulkan embolus.
250 mg.
4.) Neuroprotektor
12
cascade.Obat-obat ini misalnya puracetam, citikolin, nimodipin,
pentoksifilin.
13
(2017) tentang Pengaruh Pemberian Terapi Rom (Range Of Motion)
Terhadap Penyembuhan Penyakit Stroke disimpulkan bahwa
pemberian terapi rom dapat membantu penyembuhan terhadap
penyakit stroke.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Format Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK
14
Nama : Tn. T.R
No RM :
Umur : 74 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Tarus
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan terakhir : Petani
GENOGRAM
Keluhan utama saat ini:
Pasien mengatakan sudah 2 tahun tidak dapat beraktivitas sebagaimana biasanya, fisik
lemah.
Riwayat kesehatan keluarga
Tn. T.R mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit Stroke seperti
dirinya.
Riwayat Alergi
Tn. T.R mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan yang dikonsumsi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Keadaan umum Tn. T.R tampak bersih dan rapi
a) Nyeri :
Tn, T. R mengatakan sakit punggung karena banyak tidur.
b) Status gizi : BB saat ini : 65 kg TB: 158 cm BMI:
c) Personal Hygine: Tn, T. R mengatakan ia mandi 1 kali dalam sehari yaitu pada
waktu siang hari, keramas 2 kali dalam seminggu degan menggunakan shampo.
1. Sistem persepsi sensori
a. Pendengaran
Tn, T. R tidak memiliki gangguan pendengarannya baik di telinga sebelah kiri
maupun telinga sebelah kanan
b. Penglihatan
Tn, T. R tidak memiliki gangguan fungsi penglihatan, untuk membaca klien
tidak menggunakan kacamata.
c. Pengecap/Penghidu
15
Tn, T. R tidak memiliki gangguan pada indra pengecap atau penghidunya
karena Tn, T. R masih dapat membedakan bau-bauan dan juga dapat
membedakan rasa dari makanan. Mulut tampak bersih, gigi sebagaian sudah
jatuh.
d. Peraba
Kulit tampak keriput, turgor kulit kurang dari 2 detik, tidak ada lesi, capiraly
reptil kurang dari 2 detik dan tidak ada gangguan pada fungsi indra peraba.
2. Sistem pernafasan
a. Frekwensi : frekuensi napas Tn, T. R 21x/menit
b. Suara nafas : suara napas Tn, T. R vesikuler
3. Sistem kardiovaskular
a. Tekanan darah : 160/90 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Capillary Refill: <2 detik
4. Sistem saraf pusat
a. Kesadaran : Tn, T. R sadar sepenuhnya (Composmentis)
b. Orientasi waktu : Tn, T. R mengatakan hari ini hari selasa, tanggal 18 dan juga
sekarang sore hari
c. Orientasi orang : Tn, T. R mengenali tetangganya
5. Sistem gastrointestinal
a. Nafsu makan : Tn, T. R mengatakan napsu makannya baik
b. Pola makan : Tn, T. R makan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan
malam. Tn, T. R selalu makan nasi dan selalu menghabiskan makannya.
c. Abdomen :Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada lesi.
d. BAB : Tn, T. R mengatakan ia BAB 2 kali dalam hari
6. Sistem musculoskeletal
a. Rentang gerak : Tn, T. R tidak dapat bergerak secara bebas
b. Kemampuan ADL: Tn, T. R membutuhkan bantuan dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari
7. Sistem integument
Rentang gerak: 5 5
3 5
16
Kulit Tn, T. R tampak keriput, terdapat bintik-bintik hitam atau hiperpigmentasi,
tidak ada luka.
8. Sistem reproduksi: tidak terkaji
9. Sistem perkemihan
a. Pola : Tn, T. R selalu BAK kurang lebih 5 kali dalam sehari
b. Inkontinensi : Tn, T. R mengatakan ia selalu bangun kurang dari 2 kali pada
malam hari untuk BAK
Data Penunjang
17
a. Budaya yang diikuti klien adalah budaya: Tn, T. R mengatakan budaya yang
dikuti saat ini adalah budaya sabu.
b. Keberatan /tidak terhadap budaya yang diikuti: Tn, T. R mengatakan tidak
keberatan dengan budaya yang ikuti olehnya.
c. Cara mengatasi (jika keberatan) .
Spiritual
a. Aktivitas ibadah yang sehari-hari dilakukan : Tn, T. R mengatakan ia sudah jarang
mengikuti ibadat akan tetapi Tn, T. R selalu berdoa setiap hari.
b. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan: Tn, T. R mengatakan sudah tidak
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagaman digereja.
c. Kegiatan ibadah yang saat ini tidak bisa dilakukan : Tn, T. R mengatakan tidak
berpartisipasi dalam kegiatan lansia digereja, ataupun kebaktian utama digereja.
d. Perasaan klien akibat tidak dapat melaksanakan ibadah tersebut : Tn, T. R
mengatakan jika ia tidak pergi ikut beribadah ia merasa bersalah, karena ia
berpikir Tuhan sudah menjaganya.
e. Upaya klien mengatasi perasaan tersebut : Tn, T. R mengatakan ia akan berdoa
dan memohon pengampunan dari Tuhan
f. Apa keyakinan klien tentang peristiwa / masalah kesehatan yang sekarang sedang
dialami : Tn, T. R mengatakan mungkin karena pengaruh usianya yang sudah tua
sehingga ia mengalami sakit seperti sekarang.
2. Format Pemeriksaan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Nama Pasien : Tn, T. R Nama pemeriksa : Arison Nau
Usia pasien : 74 Tahun Tanggal : 18 Mei 2021
Pendidikan : SD Waktu : 17.00 wita
Orientasi Skor
Tertinggi Dicapai
Registrasi Memori
3. Sebut 3 obyek. 3 3
Tiap obyek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama
18
obyek tadi. Nilai 1 untuk setiap nama obyek yang benar. Ulangi
sampai lansia dapat menyebutkan dengan benar. Catat jumlah
pengulangannya.
Bahasa
19
Skor Total 30 29
Interpretasi :
Jumlah respon dijumlahkan dan dikategorikan menjadi :
(1) Skor ≤ 16 : Terdapat gangguan kognitif.
Skore
No Pertanyaan Jawaban
20
1 9. Siapa nama kecil ibu Anda? 1
Penilaian SPMSQ :
(Nilai 1 atau
0)
21
Nilai__0_ dan membersihkan area genital tanpa
bantuan
22
ini dapat dikaji melalui wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia
(Depresion Geriatric Scale).
1. Apakah pasien sukar tidur atau sering terbangun pada malam hari?
Tn, T. R mengatakan tidak terbangun pada malam hari.
2. Apakah pasien sering mengurung diri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain?
Tn, T. R mengatakan tidak dapat berinteraksi dengan tetangganya karena
keadaan klien yang tidak memungkinkan.
3. Apakah pasien sering mengatakan tidak ada artinya hidup?
Tn, T. R mengatakan hidupnya berarti.
4. Apakah pasien sering mengatakan merasa kesepian?
Tn, T. R mengatakan tidak merasa kesepian karena cucunya selalu ada
bersama-sama dengan Tn, T. R sehingga pasien tidak mengalami kesepian
5. Apakah pasien tidak mampu melakukan aktifitas yang biasa dia lakukan?
Tn, T. R mengatakan sudah tidak mampu melakukan aktivitas sebagaimana
biasanya, dikarenakan kondisi yang alami oleh klien.
6. SKALA DEPRESI GERIATRI
(Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)
23
7. Apakah Anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup 0
Anda?
8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? 0
9. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah daripada pergi 1
keluar untuk mengerjakan sesuatu yang baru?
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan 0
daya ingat Anda dibanding kebanyakan orang?
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini 0
menyenangkan?
12. Apakah Anda merasa tidak berharga? 0
13. Apakah Anda merasa penuh dengan energi/kekuatan? 0
14. Apakah Anda merasa apa yang anda alami sekarang 0
ini/keadaan anda saat ini tidak ada harapan?
15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik 0
keadaannya daripada Anda?
Interpretasi :
Pertanyaan Ya Tidak
24
Apakah lantai licin? 1
Total 6 4
B. Hasil observasi:
C. Risiko rendah : bila < nilai mean (6,33)
D. 1= Risiko Tinggi : bila ≥ nilai mean (6,33)
E. Analisa Data
Data Masalah
DO:
Pergerakan terbatas
Tirah baring
Dibantu untuk berpindah ataupun kekamr mandi.
Fisik lemah
DO:
F. Diagnosis Keperawatan
25
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloasketal dibuktikan
dengan mengeluh sulit bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah
2. Risiko jatuh dibuktikan dengan riwayat jatuh, tampak selalu berpegangan pada
pinnggir tempat tidur, jendela, tembok ketika berpindah tempat
G. Intervensi
26
2. Risiko jatuh Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh (I.14540)
dibuktikan dengan
(L.14138) Observasi
riwayat jatuh, tampak
selalu berpegangan Setelah dilakukan Identifikasi risiko jatuh
pada pinnggir tempat tindakan keperawatan Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh.
tidur, jendela, tembok selama 1x1 jam
Monitor kemampuan berpindah dari
ketika berpindah diharapkan tingkat jatuh tempat tidur ke kursi
tempat menurun dengan
Terapeutik
criteria hasil:
(D0143)) Gunakan alat bantu berjalan (Mis, kursi
1. Jatuh dari tempat roda)
tidur Cukup
menurun (2) Edukasi
2. Jatuh saat berdiri
cukup menurun (2) Anjurkan menggunakan alas kaki yang
3. Jatuh saat berpindah tidak licin.
cukup menurun (2) Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
4. Jatuh saat dikamar keseimbangan tubuh.
mandi (2)
H. Implementasi
27
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
2 Risiko jatuh Jumat 21 mei 1. Identifikasi risiko jatuh S: klien mengatakan
dibuktikan dengan 2021 sudah mulai bisa
2. Identifikasi faktor lingkungan
riwayat jatuh, tampak melakuakan
selalu berpegangan yang meningkatkan risiko pergerakan
pada pinnggir tempat (ektermitas atas
jatuh.
tidur, jendela, tembok mapun bawah)
ketika berpindah 3. Monitor kemampuan O: gerakan terbatas
tempat menurun
berpindah dari tempat tidur ke
TTV:
kursi TD: 160/90 mmHg
N: 80x/ menit
4. Gunakan alat bantu berjalan
RR: 20x/ menit
(Mis, kursi roda) A: masalah
kepeawatan
5. Anjurkan menggunakan alas
gangguan
kaki yang tidak licin. mobilitas fisik
teratasi
6. Anjurkan berkonsentrasi untuk
P: intervensi di
menjaga keseimbangan tubuh. hentikan
28