172 555 1 PB
172 555 1 PB
2, April 2018
Yushak Soesilo
Program Studi Teologi Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta
yushak@sttintheos.ac.id
Abstract
The Pentecostal Movement is a Christian movement that puts the power and work of the Holy
Spirit at the first place. This movement sought to bring back the biblical Christianity as
experienced by the early church. As the early church experienced a rapid growth of new
souls, so it is with today's Pentecostal churches. The problem that arises is often in the effort
to win the soul there is a dichotomy between power ministry, as emphasized by the
Pentecostal movement, with social action. Some churches emphasize only one aspect of the
ministry. Through a structural analysis approach to Acts 2: 41-47 the researcher seeks to find
the ideal formulation in an attempt to win souls as in the experience of the early church.
Through this approach the result is that the power ministry and social action must be carried
out by the church at the same time and in balance that ultimately make the effort to win souls
effectively.
Keywords: pentecostalism; semiotics; structural analysis; social action; the acts of the
apostles
Abstrak
Gerakan Pentakostalisme adalah gerakan orang Kristen yang mengutamakan kuasa dan karya
Roh Kudus. Gerakan ini berusaha untuk mengembalikan kekristenan yang Alkibiah
sebagaimana yang dialami oleh gereja mula-mula. Sebagaimana gereja mula-mula yang
mengalami pertumbuhan jiwa baru yang pesat, demikian halnya dengan gereja-gereja
Pentakosta masa kini yang juga mengalaminya. Permasalahan yang muncul adalah seringkali
dalam usaha untuk memenangkan jiwa ada dikotomi antara pelayanan dengan kuasa,
sebagaimana yang ditekankan oleh gerakan Pentakostalisme, dengan aksi sosial. Beberapa
gereja menekankan hanya pada satu segi dari pelayanan tersebut. Melalui pendekatan analisis
struktural terhadap Kisah Para Rasul 2:41-47 peneliti hendak mencari formulasi yang ideal
dalam usaha untuk memenangkan jiwa sebagaimana pengalaman gereja mula-mula. Melalui
pendekatan tersebut diperoleh hasil bahwa pelayanan kuasa dan aksi sosial harus dijalankan
oleh gereja secara bersamaan dan seimbang yang pada akhirnya membuat usaha untuk
memenangkan jiwa berlangsung secara efektif.
Kata Kunci: pentakostalisme; semiotika; analisis struktural; aksi sosial; kisah para rasul
dirayakan sebagai hari pengucapan syukur Alkitabiah sebagaimana yang dialami oleh
3
kepada Tuhan atas panen yang melimpah. gereja mula-mula. Gerakan
bahasa Yunani pente yang berarti lima, dan pada terhadap pribadi dan karya Roh
Paskah. Pada hari tersebut orang Israel Pentakostalisme memiliki ciri khas
sehingga disebut sebagai “pesta penuaian” dengan kuasa, yaitu pelayanan yang
(Im. 23:15-21; Ul. 28:26-31). Dalam menekankan pada kuasa Roh Kudus
tonggak berdirinya gereja, yang dalam melalui pemberitaan Injil dengan semangat
dan kuasa Roh Kudus.
setiap misinya mengandalkan kuasa Roh
Kudus. Permasalahan yang muncul dalam
gerakan, atau aliran dan ajaran karya Roh membuat dikotomi antara penginjilan
Kudus seperti pada hari Pentakosta di dengan aksi sosial. Ada yang lebih
Yerusalem. 1
Gerakan Pentakostalisme menekankan pada penginjilan sehingga
dalam bentuk kata, frase, kalimat, maupun 44. Dan semua orang yang telah menjadi
dalam bentuk gagasan/ inplisit. percaya tetap bersatu, dan mereka
Tujuan dari metode semiotik ini memiliki semua kesamaan,
adalah untuk mendapatkan makna selain 45. dan selalu ada dari mereka yang
11
daripada prosedur penafsiran. Prinsip menjual sebidang tanah dan harta milik,
penting dalam semiotik ini adalah bahwa dan membagikannya kepada semua orang
harus berangkat dari teks, menganalisa sesuai dengan keperluan masing-masing.
teks, dan kemudian menerapkan kembali 46. tiap-tiap hari mereka bertekun dengan
hsil analisa tersebut ke dalam teks, di mana sehati dalam Bait Allah, dan mereka
metode di dalam menganalisa tersebut memecahkan roti dari rumah ke rumah,
bukanlah secara eksplisit muncul dari saling berbagi makanan dengan sukacita
permukaan teks namun hanya ada di dalam dan tulus hati
12
pikiran penganalisa. Apa yang tidak 47. mereka memuji Allah, dan mereka
nampak dari permukaan teks tersebut mendapatkan kasih semua orang. Dan tiap-
kemudian dibawa kepada makna yang tiap hari Tuhan menambahkan kepada
terang.13 gereja orang-orang yang diselamatkan.
Teks Kisah Para Rasul 2:41-47 Perikop Kisah Para Rasul 2:41-47
menerima perkataan itu memberi diri yang ditandai dengan adanya inklusio,
dibaptis dan ditambahkan kepada mereka yaitu ayat 41 dan 47b, yang dalam kedua
kira-kira tiga ribu jiwa ayat pembuka dan penutup tersebut sama-
para rasul dan dalam persekutuan, dan jumlah jiwa setelah peristiwa Pentakosta di
11
Jean Calloud, “A Few Comments on Structural
Semiotics: A Brief Review of A Method and Some
Explanation of Procedures,” Semeia 15 (1979): 51–
82.
12
Ibid.
13
Ibid.
dengan intesitas yang semakin meningkat. yang dikaruniakan melalui Roh Kudus
Ayat 41 menyajikan fakta bertambahnya yang diterima telah membuat suatu
jiwa dalam satu hari, sedangkan dalam ledakan jumlah orang percaya dan secara
ayat 47c menyajikan pertambahan jiwa dinamis terus bekerja untuk menambahkan
setiap harinya. Naiknya intesitas tersebut jiwa-jiwa baru.18
merupakan suatu hal yang lazim dalam Korespondensi antara B dan B’
sastra Ibrani, dimana kesamaan yang dengan mudah dapat terlihat melalui kata
ditemukan dari parallel dari dua bagian “bertekun” (proskarterou/ntej) yang
tidaklah berarti sepenuhnya sama, namun terdapat di dalam kedua bagian tersebut,
selalu bagian pertama lebih kecil yang juga menggunakan tensis participle
intensitasnya dibandingkan bagian kedua present pada kedua bagian tersebut.
17
atau sebaliknya. Kenaikan intensitas Sebagaimana bagian A/A’, kata “bertekun”
tersebut dapat diartikan sebagai suatu cara juga mengalami perluasan, di mana jika
dari penulis untuk menyampaikan suatu pada B hanya menggunakan kata
kemajuan yang bersifat dinamis. “bertekun” saja, maka pada B’ diperluas
Pada hari Pentaskosta jumlah orang dengan menambahkan frase “setiap hari”
yang menjadi percaya dan dibaptis (KaqV h`me,ran) dan juga frase “dengan
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (ay. 41). sehati” (o`moqumado.n). Kenaikan intensitas
Jumlah jiwa yang diselamatkan kemudian atau perluasan yang digunakan juga dalam
tidak berhenti bertambah atau bahkan bagian B/B’ tersebut kembali menekankan
berkurang, sebaliknya secara dinamis pada sifat dinamis yang bersumber dari
berkembang hingga tiap-tiap hari kuasa yang diperoleh pada hari Pentakosta
bertambah jumlah orang yang tersebut.
diselamatkan (ay. 47c). Lukas B dan B’ juga parallel dalam
menempatkan kedua ayat ini sebagai gagasannya mengenai dua relasi, yaitu
bingkai dari narasinya tentang kehidupan relasi horizontal dan relasi vertical. Relasi
jemaat yang ada di Yerusalem. Melalui vertical berhubungan dengan ketekunan
bingkai tersebut Lukas hendak jemaat di Bait Allah, dalam pengajaran
menyampaikan bahwa hidup jemaat mula-
mula yang ideal tersebut tidaklah terlepas 18
Yohanes Asin, “KARUNIA-KARUNIA ROH
KUDUS SEBAGAI FAKTOR PENDORONG
dari peristiwa Pentakosta. Kuasa (du,namij) (PROMOTING FACTOR) PERTUMBUHAN
GEREJA,” Jurnal Antusias 1, no. 3 (September 1,
17
Temper Longman III, Bagaimana Menganalisa 2011): 101–108, accessed February 25, 2018,
Kitab Mazmur, 5th ed. (Malang: Literatur SAAT, http://sttintheos.ac.id/e-
2007), 115-116. journal/index.php/antusias/article/view/78/77.
21
Nur Budi Santosa, “Peran Roh Kudus Dalam
Pelaksanaan Pendidikan Kristen,” Jurnal Antusias 2018, http://sttintheos.ac.id/e-
2, no. 2 (September 1, 2012): 105–118, accessed journal/index.php/dunamis/article/view/101/97.
23
March 4, 2018, http://sttintheos.ac.id/e- Nur Budi Santosa, “Pelayanan Sosial Sebagai
journal/index.php/antusias/article/view/36/35. Konteks Refleksi Aktivitas Misiologi,” Jurnal
22
Daniel Sutoyo, “Allah Memanggil Umat-Nya Antusias 2, no. 4 (December 1, 2013): 126–137,
Untuk Menjadi Gereja Yang Tekun Berdoa accessed March 5, 2018, http://sttintheos.ac.id/e-
Menurut Kisah Para Rasul 4: 23 – 31,” DUNAMIS: journal/index.php/antusias/article/view/28/27.
24
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 Daniel Sutoyo, “Gaya Hidup Gereja Mula-Mula
(September 1, 2016): 52–73, accessed March 4, Yang Disukai Dalam Kisah Para Rasul 2:42-47
tidak digunakan dalam Kisah Para Rasul kla,sei tou/ a;rtou tidak dapat dilepaskan
selain dalam 2:44 dan 4:32. Penggunaan dari ekaristi apabila melihat konteks
kata tersebut dalam kitab lainnya dapat peristiwa kebangkitan Kristus dalam Lukas
ditemukan dalam hubungannya dengan 24:35. Dengan menggunakan pilihan kata
pengumpulan bantuan bagi orang-orang yang sama Lukas tentu hendak
miskin (bd. Rm. 15;26; 2 Kor. 8:4; 9:13). menyampaian pesan teologis yang sama
Dengan demikian dapat disimpulkan diantara kedua praktik tersebut.
bahwa bentuk persekutuan yang Praktik “memecahkan roti” tersebut
dipraktikkan oleh jemaat mula-mula bukanlah merupakan bentuk aktivitas
bukanlah sekedar kesatuan dalam suatu makan bersama, namun adalah merupakan
kelompok karena adanya kesamaan minat bagian pembukaan dari makan bersama
atau tujuan, namun suatu kesatuan yang dan sekaligus suatu pernyataan kasih
didasari oleh kasih dan kemurahan hati. dalam makan bersama. 25 Pada akhirnya
Relasi horizontal yang kedua praktik ini menjadi suatu tradisi baru yang
ditunjukkan dengan ketekunan dalam diperkenalkan oleh gereja untuk
memecahkan roti (th/| kla,sei tou/ a;rtou). mengekspresikan kasih dalam
Kata kla,sei (memecahkan) hanya hubungannya dengan kasih agape Kristus.
digunakan dalam ayat ini dan dalam Lukas Praktik koinwni,a dan kla,sei tou/ a;rtou
24:35. Dalam Lukas 24:35 Yesus adalah dua hal yang berbeda dalam
memecahkan roti di rumah murid yang ada kesamaan. Berbeda dalam bentuknya
di Emaus, dalam konteks jamuan makan kegiatannya, namun sama dalam faktor
yang mereka berikan kepada Yesus. pendorongnya, yaitu kasih dalam
Dengan demikian, tradisi “memecahkan persekutuan dengan Kristus. Inilah yang
roti” yang dilakukan oleh jemaat mula- menjadikan dua praktik tersebut sejajar
mula ini tidaklah sama dengan Perjamuan dalam strukturnya.
Kudus. Memecahkan roti dalam konteks Sebagaimana bagian A mengalami
Perjamuan Kudus sebagaimana yang kenaikan intensitas pada bagian A’,
digunakan dalam Lukas 22:19 adalah demikian juga dengan B’ (ay. 46 – 47b)
dengan kata kla,w. Namun demikian adalah merupakan perluasan dari B. Selain
meskipun bukanlah Perjamuan Kudus, th/| perluasan dengan penambahan frase
25
Bagi Gereja Masa Kini,” Jurnal Antusias 3, no. 6 F.F. Bruce, The Acts of the Apostles: The Greek
(December 1, 2014): 1–31, accessed March 6, Text with Introduction and Commentary, 3rd ed.
2018, http://sttintheos.ac.id/e- (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing
journal/index.php/antusias/article/view/7/6. Company, 1990), 132.
“setiap hari” (KaqV h`me,ran) dan juga frase aktivitas spiritual maupun aktivitas social
“dengan sehati” (o`moqumado.n), B’ juga adalah dua hal yang sejajar, yang memiliki
diperluas pada bagian-bagiannya. Struktur nilai yang sama. Keduanya secara dinamis
B’ dapat disusun sebagai berikut: harus selalu berjalan seiring tanpa ada
a : dalam Bait Allah batasan periode. Objek keterangan pada
b : dan memecahkan roti dari rumah ke setiap bagian B’ juga menggunakan kata
rumah, berbagi makanan dalam benda singular, yang semakin menegaskan
sukacita kesatuan di antara dua jenis kegiatan
a’ : dan dengan tulus hati mereka memuji tersebut.
Allah Jemaat mula-mula bertekun dengan
b’ : dan mereka mendapatkan kasih semua sehati setiap hari di Bait Allah (evn tw/|
orang i`erw). Lokasi yang menjadi tempat favorit
Tidak jauh berbeda dengan bagian B, pada jemaat tersebut berkumpul di Bait Allah
B’ bagian-bagian kalimatnya ditandai adalah di serambi Salomo.26 Jemaat mula-
dengan kata hubung kai., juga sedikit mula masih beribadah di Bait Suci, di
variasi dengan penggunaan te, di mana mana ibadah mereka berpusat pada
keduanya memiliki pengertian yang sama, Perjamuan Tuhan.27 Bait Suci, terutama di
yaitu “dan”. Serambi Salomo, adalah tempat di mana
Struktur B’ berbeda pola dengan orang-orang biasa mendengarkan
struktur B. Jika B berstruktur kiasme pengajaran para rabi. 28 Demikian halnya
(menyilang), maka B’ berstruktur simetris dengan yang dilakukan oleh para jemaat,
aba’b’. Pola simetris adalah merupakan mereka bertekun di dalam pengajaran para
pola terbuka karena dalam pola tersebut rasul sebagaimana disebutkan dalam ayat
jika digambarkan seperti dua garis yang 42 dan di ayat 46 ini mendapatkan
saling sejajar dan tidak ditemukan deskripsi yang lebih jelas tempat di mana
batasnya, berbeda dengan pola kiasme mereka mendengarkan pengajaran tersebut.
yang mirip dengan suatu bangunan Penyebutan Bait Allah memberikan suatu
berbingkai. Jika pada B pola kiasme penekanan tersendiri mengenai nilai
tersebut bertujuan untuk membingkai relasi
26
horizontal dengan kegiatan relasi vertical Ibid, 133.
27
J.I. Parker, Merrill C. Tenney, and William Jr.
untuk menunjukkan dasar dari kegiatan- White, Ensiklopedi Fakta Alkitab: Bible Almanac-
2, 2nd ed. (Malang: Gandum Mas, 2004), 1123.
kegiatan sosial tersebut, maka pada B’ pola 28
Sutoyo, “Gaya Hidup Gereja Mula-Mula Yang
simetris untuk menunjukkan bahwa baik Disukai Dalam Kisah Para Rasul 2:42-47 Bagi
Gereja Masa Kini.”
spiritual dari pengajaran para rasul antara a dengan a’, antara Bait Allah, yang
tersebut. dikenal dengan ibadah lahiriah dan
Ketekunan berkumpul dalam Bait legalismenya, dengan ibadah yang rendah
Allah (a) tersebut parallel dengan hati di hadapan Allah.
ketekunan dalam memuji Allah (a’). Apabila a/a’ dari bagian B’ adalah
Bagian a’ ini juga merupakan perluasan merupakan parallel yang diperluas dari a/a’
dari bagian a’ pada ayat 42. Jika pada ayat bagian B, maka b/b’ bagian B’ juga
42 jemaat mula-mula bertekun dalam doa- merupakan perluasan dari b/b’ bagian B.
doa, maka a’ pada bagian B’ ini Jika a/a’ berbicara tentang relasi vertical,
memperluasnya melalui pujian kepada maka b/b’ menyajikan fakta relasi
Allah yang dinaikkan dengan tulus hati horizontal. Pernyataan bahwa jemaat
(avfelo,thti kardi,aj aivnou/ntej to.n qeo,n). bertekun setiap hari dengan sehati
Kata “tulus hati” (avfelo,thti kardi,aj) memecahkan roti dari rumah ke rumah,
tersebut sebenarnya dapat diartikan sebagai berbagi makanan dalam sukacita (b) adalah
rendah hati. Memuji Allah dengan perluasan dari bertekun dalam
kerendahan hati adalah merupakan suatu memecahkan roti (b’) pada bagian B (ay.
tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh 42). Sebagaimana dijelaskan sebelumnya
karya Roh Kudus. Tuhan Yesus bahwa praktik memecahkan roti adalah
mengatakan bahwa akan tiba waktunya ceremony pembukaan dari makan bersama,
orang-orang akan menyembah di dalam dan selanjutnya dalam ayat 46 ini
Roh dan kebenaran (Yoh. 4:21-24). Dalam dijelaskan bahwa mereka melakukannya
Roh berarti suatu penyembahan yang secara bergiliran, dari rumah ke rumah.
dipimpin oleh Roh Kudus, dan dalam Lebih jauh lagi mereka melakukannya
kebenaran berarti penyembahan yang bukan hanya secara bergiliran namun juga
29 berbagi makanan dengan sukacita.
menghormati Tuhan. Pentakosta telah
mengubah ibadah lahiriah di Bait Allah Berbagi makanan tentu yang
menjadi ibadah dengan doa dan pujian dimaksudkan adalah makan bersama
yang memuliakan Allah. Hal tersebut (communal meal). Makan bersama
sekaligus menjadi parallel yang kontras bukanlah Perjamuan Tuhan, namun benar-
benar adalah makan sebagaimana biasanya
29
Eka Budhi Santosa, “Dinamika Roh Kudus
namun dilakukan bersama-sama dengan
Dalam Ibadah Pentakosta,” Jurnal Antusias 2, no. 1 berbagi makanan yang ada. Yang menarik
(January 5, 2012): 180–202, accessed March 9,
2018, http://sttintheos.ac.id/e- di sini Lukas menambahkan kata
journal/index.php/antusias/article/view/68.
sosial yang tinggi, bukan hanya kepada Frase “setiap jiwa” (pa,sh| yuch/|) memiliki
saudara seiman namun juga kepada semua kesamaan dengan kata vp,n-<ë lk' (Ul.
orang, dengan bertekun di dalam
12:16), yang dalam versi Septuaginta
memberikan sumbangan (koinwni,a).
digunakan juga frase yang sama. Dengan
Pada pusat struktur dari Kisah Para
demikian, frase “setiap jiwa” tersebut
Rasul 2:41-47 (C/C’) ada dua aksi yang
memiliki arti yang sama dengan “setiap
parallel, yaitu aksi dari para rasul yang
orang”. Banyak mujizat dan tanda yang
melakukan banyak mujizat dan tanda, dan
dilakukan para rasul telah menimbulkan
aksi sosial jemaah. Bukan sebuah
rasa hormat dan segan dari setiap orang
kebetulan juga bahwa Lukas menggunakan
kepada mereka.
tensis imperfect di seluruh ayat 43-45
Jemaat juga tidak ketinggalan
tersebut. Tensis imperfect tersebut
untuk menunjukkan aksi nyata mereka
memberikan suatu kesan bawah peristiwa
sebagai orang-orang yang telah menerima
yang terjadi tidak berhenti sampai pada
Roh Kudus. Mereka bersatu dan memiliki
waktu itu saja, namun terus berlangsung.
semua kesamaan (ay. 44). Hal tersebut
Dengan demikian, bagian pusat dari
berarti bahwa mereka hidup sebagai satu
struktur Kisah Para Rasul 2:41-47 hendak
komunitas orang yang percaya sehingga
memberitahukan kepada pembaca bahwa
mereka senantiasa melihat kesamaan-
dampak dari Pentakosta adalah dua aksi
kesamaan yang ada di antara mereka yang
yang tidak terpisahkan, yaitu karunia Roh
kemudian memperkuat kesatuan di antara
(mujizat dan tanda) dan buah Roh
mereka. Ayat 45 kemudian menjadi contoh
(kepedulian sosial, perbuatan baik). Kedua
nyata dari kesatuan mereka, di mana
hal tersebut tidak terpisahkan dan akan
mereka, yang memiliki, menjual tanah
terus berlangsung secara dinamis.
maupun harta milik untuk kemudian
Para rasul mengadakan banyak
hasilnya diberikan kepada mereka yang
mujizat dan tanda (ay. 43) yang kemudian
kekurangan. Tindakan tersebut pada
membuat setiap jiwa menjadi takut. Kata
akhirnya mengatasi kesenjangan sosial
“takut” (fo,boj) tersebut dapat diartikan
sehingga sebagaimana yang disampaikan
juga sebagai “hormat”. Kata fo,boj tersebut dalam ayat 44 mereka memiliki semua
muncul juga beberapa kali dalam Kisah kesamaan. Tidak ada hukum apapun yang
Para Rasul untuk menunjuk kepada reaksi mengatur mereka harus membagi-bagikan
atas kejadian supranatural yang dilakukan harta mereka kepada yang kekurangan.
oleh para rasul (bd. 5:5, 11; 9:31; 19:17).
Mereka tergerak hatinya ketika ada yang melakukan kedua aksi tersebut secara
dalam kekurangan. bersamaan dan seimbang.