Anda di halaman 1dari 19

BAB V

TEKNOLOGI PASANGAN BATA ATAU MORTAR

Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat mengetahui teknologi pasangan bata
dan mortar yang baik.

2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menguraikan kembali proses
pemasangan bata dan jenis-jenis mortar yang baik.

5. 1 PENDAHULUAN

Untuk mendirikan dinding dari pasangan bata diperlukan adukan sebagai pengikatnya, baik
aduk pasangan maupun aduk plesteran. Bata merupakan salah satu dari sekian banyak bahan
dinding yang terbaik untuk membuat dinding bangunan. Dinding harus dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat memenuhi syarat – syarat sbb. :

a. Kekuatan untuk menahan beban dari segalanya.


b. Keawetan, tidak ambruk jika dibebani
c. Stabilitas, tetap terjaga sampai umurnya
d. Dapat bertahan terhadap pengaruh cuaca.

Kebutuhan adukan ± 30% dari volume tembok dan yang 70% adalah bahan pembuat
dindingnya, yang banyak dipakai adalah bata merah.

Sifat tembok harus mampu menahan beban gempa (horizontal) dan beban berguna yang
vertikal (berat sendiri maupun beban atap).

Mutu suatu tembok dapat ditentukan berdasarkan 3 faktor yaitu :

a. Sifat dari adukan mortarnya dan bahan adukannya


b. Sifat bata yang dipakai
c. Cara kerja dalam pemasangan batanya
Dalam pekerjaan tembok pasangan bata perlu dilakukan secara hati-hati agar hasilnya baik.
Hasil – hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia atau hasil penelitian dari negara
maju memungkinkan untuk dialihkan atau dipakai, disesuaikan dengan keadaan bahan atau
iklim setempat sehingga dicapai hasil yang memuaskan.

5. 2 ADUKAN

5. 2. 1 Pengertian dan Fungsinya

Adukan (atau juga disebut mortel atau mortar) untuk pasangan bata tersusun dari terutama :
bahan perekat, pasir (agregat halus) dan sejumlah air, sehingga merupakan campuran yang
memiliki kelecakan (konsistensi) yang enak untuk dikerjakan (workable). Suatu adukan
disebut aduk pengisi (grout) bila kandingan airnya sedemikian banyak sehingga campuran
tadi dapat mengalir dengan mudah.

Fungsi dan persyaratan adukan untuk pekerjaan pasangan bata (baik itu bata merah, bata
berlubang, atau bata beton) dan pekerjaan sejenis, harus memiliki sifat – sifat : cukup plastis
dan enak dikerjakan sehingga enak atau mudah dipasang : dapat menghasilkan rekatan atau
peletakan yang baik dari bata yang dipasang dengannya : merekat bata satu dengan lainnya
dengan baik : dapat mengisi celah – celah antara bata dengan rapat dan merata, sehingga
mencegah masuknya air melalui celah bata itu, dan dapat memberikan atau membagikan
kekuatan yang merata, serta sifat tahan lama, sehingga konstruksi pasangan bata yang direkat
dengannya, dapat menahan gaya-gaya vertikal atau horizontal serta tahan pengaruh sekitar di
mana tembok tadi dipakai.

Adukan ini biasanya ada 2 macam tergantung kepada cara / tujuan pemakaiannya, yaitu:

a. Aduk pasangan

yaitu adukan yang dipakai untuk merekat bata untuk membentuk suatu konstruksi
tembok atau sejenis.

b. Aduk plester

yaitu adukan yang dipakai untuk menutup permukaan tembok, atau untuk meratakan
permukaan tembok.
Dua jenis adukan ini dapat dibuat sama, tetapi untuk sesuatu tujuan tertentu tergantung ari
sifat bahan untuk tembok dan atau tujuan pemakaian konstruksi tembok itu, susunan aduk
dapat berbeda.

5. 2. 2 Jenis dan Bahan Adukan

5. 2. 2. 1 Jenis Adukan

Secara umum adukan dapat dibagi menjadi 4 jenis, didasarkan pada campuran jenis
perekatnya, yaitu :

a. Aduk kapur
b. Aduk semen
c. Aduk semen kapur
d. Aduk kapur tras atau aduk kapur pozolan

Di negera yang menggunakan semen khusus untuk pasangan tembok, seperti di Amerika
Serikat dan Canada, dikenal pula adanya aduk semen tembokan (Masonry-cement mortar), di
mana Masonry cement ini sejenis semen yang khusus dibuat untuk aduk pasangan tembok,
(lihat jenis – jenis semen hidrolis).

Seringkah pula orang membedakan jenis aduk menurut sifatnya, misalnya :

a. Aduk rapat air

Yaitu adukan yang sifatnya tidak menyerap air, dipakai untuk menahan jangan sampai
air itu meresap ke dalam bata. Aduk semacam ini disebut juga aduk trass raam, yang
sebenarnya istilah ini berasal dari istilah pada waktu penjajahan Belanda, bagi aduk
yang dipakai di atas pondasi, untuk mencegah merembesnya air naik ke tembok.

b. Aduk biasa

Jenis aduk yang tanpa alat tertentu.

5. 2. 2. 2 Bahan Adukan
a. Perekat

Sebagai bahan perekat yang terbaik pada waktu ini, antara lain semen portland, kapur
padam, atau campuran kapur pozolan.
1. Semen portland

Merupakan jenis perekat yang terbaik pada waktu ini, karena semen portland,
setelah tercampur air, dalam beberapa jam akan mengeras, mengikat butir-butir
agregat, sehingga adukan yang terbuat dari semen portland, pada umumnya
memiliki daya rekat serta kekerasan yang baik. Ada beberapa jenis semen portland,
dari jenis yang umum (jenis I) sampai jenis-jenis yang khusus, (jenis II sampai V).

Semua jenis semen portland ini, dapat dipakai untuk adukan, tetapi karena jenis I
yang paling banyak dibuat oleh pabrik dan dengan sendirinya harganya paling
murah dibanding dengan jenis yang lain, maka pada umumnya pula semen portland
jenis I, terbanyak dipakai untuk adukan. Untuk adukan yang dipakai di tempat
tertentu, misalnya dengan persyaratan tahan sulfat, bila disyaratkan demikian, perlu
dipakai jenis II atau V.

Lain daripada semen portland, di negara yang telah membuatnya dipakai juga
semen-semen lain, misalnya : semen portland, semen terak tanur tinggi, dan semen
khusus untuk adukan, yang disebut Masonry cement (terutama di Amerika Serikat
dan Canada).

Masonry cement ini dibuat, dari campuran klingker semen portland dicampur
dengan batu kapur yang digiling bersama, atau dapat juga dicampur dengan batu
kapur yang digiling bersama, atau dapat juga dicampur dengan jenis pozolan atau
fly-ash.

2. Kapur Padam

Kapur padam sebagai hasil pemadaman dari kapur tohor, merupakan bahan perekat
yang tertua, dipakai untuk adukan.

Mutu kapur padam untuk adukan di Indonesia, disyaratkan harus memenuhi SNI
03-2097-1991. Karena produk kapur padam di Indonesia umumnya dihasilkan dari
industri kecil, pada umumnya kehalusan kapur dan mutunya yang dipadamkan
kering, kurang baik (kasar dan basah). Akibatnya cara pembakaran yang kurang
teliti, sering produk kapur padam di Indonesia mengandung butir – butir kapur
tohor terbakar lewat yang mengakibatkan pop – out, sehingga dapat mengakibatkan
pengembangan dalam adukannya.
Maka cara yang baik, perlu dibuat kapur padam dalam bentuk bubur kental, dengan
menyeduh kapur tohor dengan banyak air. Hasilya akan mendapat bubur kapur
yang halus butirannya. Kapur padam untuk dipakai dalam adukan, sebaiknya telah
dipadamkan setelah berumur paling sedikit 1 hari, jadi jangan segera menggunakan
kapur padam yang baru beberapa jam dipadamkan, yang kemungkinan besar belum
padam sempurna. Karena pengerasan kapur padam pada umumnya lambat, dan
mengeras akibat reaksi dengan C02 dan atau reaksi dengan silika amorph dari
agregat, atau bahan pozolan yang ditambahkan, maka aduk tersebut dari kapur
padam kekuatannya umumnya lebih rendah daripada aduk yang terbuat dari semen.
Adakalanya, aduk yang terbuat dari semen, dicampur pula sedikit kapur padam,
atau aduk kapur dicampur sedikit semen. Penambahan kapur padam sedikit dalam
adukan kapur, dengan maksud menaikkan sifat plastis dan kelecakan adukan, dan
penambahan semen sedikit ke dalam aduk kapur, dengan maksud menaikkan
kekuatan aduknya. Karena sifat kehalusan kapur padam yang lebih tinggi (lebih
halus dari pada kehalusan semen, maka penambahan kapur padam pada adukan
yang terbuat dari semen, membuat adukan lebih plastis dan lecak. (Bandingkan
2
kehalusan semen pada umumnya berkisar antara 3000 atau 4000 cm /gram, dan
2
kapur dalam mencapai lebih dari 6000 cm /gram). Pemakaian kapur hidrolis untuk
bahan perekat dalam adukan akan lebih baik, dibandingkan dengan kapur padam
biasa yang hanya mengeras karena C02. Adukan dibuat dengan kapur padam yang
bersifat hidrolis, kecuali lecak dan plastis adukannya, kekuatannya pun lebih baik,
karena kapur hidrolis, memiliki sifat mengeras seperti semen portland.

3. Pozolan

Pozolan, sebenarnya bukan bahan perekat, karena bahan ini bila sendiri dicampur
dengan air, tidak akan mengeras. Tetapi bahan ini bila dicampur dengan kapur
padam, akan dapat mengeras dalam air. Oleh kerana itu pozolan disebut juga
"bahan tambah hidrolis". Garis besarnya "pozolan" ada dua jenis, yaitu "pozolan
alam" dan "pozolan buatan". Pozolan alam, dihasilkan oleh alam, biasanya hasil
pelapukan dari batuan beku atau batuan vulkanis, termasuk lapukan dari abu
gunung api. Di Indonesia bahan ini dikenal dengan nama "Trass". Bahan ini telah
lama dipakai, sejak sebelum ditemukannya semen portland, atau semen jenis
lainnya. Aduk trass kapur, di Indonesia juga telah banyak dipakai Trass dari
Nagrek, Trass Muria dan Trass Wlingi. Jenis trass ini, banyak ditemukan di daerah
gunung api di Indoesia, dan terutama banyak dipakai di Jabar. Pozolan buatan
merupakan bahan yang dibuat manusia, biasanya hasil bakaran benda tanah. Yang
paling banyak dipakai di Indonesia ialah hasil bakaran tanah liat, atau sisa /
pecahan bata atau genteng, kemudian digiling, dan disebut "Semen Merah". Di
negara lain, jenis pozolan buatan ini, dipakai juga abu terbang, sisa bakaran batu
bara, yag disebut fly-ash atau dibuat dari Terak tanur tinggi yang didinginkan cepat.
Baik pozolan alam atau buatan (atau yang banyak didapat, trass atau semen merah),
yang mutunya baik, ialah yang aktip dapat mengeras bila dicampur dengan kapur
padam dan air, membentuk ikatan komplek, senyawa yang tidak larut dalam air.
Kalsium alumina silikat hidrat. Jadi untuk menilai apakah sesuatu bahan pozolan,
bermutu baik atau tidak baik, tidak dilihat dari wama atau rupanya, melainkan
harus dibuktikan bahwa bahan ini dapat mengeras dengan kapur padam dan air.
Pencampuran pozolan ke dalam aduk kapur, atau aduk semen, akan memberikan
sifat pengerasan adukan itu lebih baik.

b. Agregat

Untuk pembuatan adukan, diperlukan agregat, yang biasanya kita sebut pasir. Karena
ukuran atau ketebalan adukan biasanya ada batasnya (biasanya antara 5 sampai 15 mm,
dengan rata-rata umumnya 10 mm, maka besar butir agregat ini, juga harus dibatasi,
yaitu :

Besar butir agregatnya = 1/5 tebalnya adukan. Jadi bila adukannya setebal 10 mm, besar
butir pasir sebagai agregat 1.5 x 10 mm = 2 mm. Adakalanya didapaatkan atau besar
butir pasir yang ada di pasaran lebih kasar. Keadaan ini perlu dipertimbangkan, dan bila
bagian yang kasar itu melampaui pedoman tersebut di atas, perlu diayak dan dibuat.
Sebagai pedoman mengenai susunan butir agregat untuk adukan, dapat dipakai susunan
butir yang dikemukakan oleh ASTM, sebagai berikut:

Tabel 5. 1 Standar Butir Sesuai ASTM dan Ideal Pemakaian

Lubang ayakan mm Standar ASTM Susunan Butir yang Ideal


Tembus ayakan 4,8 mm 100% 100%
Tembus ayakan 2,4 mm 9 5 -100 97
Tembus ayakan 1,2 mm 6 0 -100 84
Tembus ayakan 0,6 mm 35-70 50
Tembus ayakan 0,3 mm 15-35 27
Tembus ayakan 0,15mm 0-15 6
Apabila susunan butir pasir dihitung atau dipertimbangkan dari Angka kehalusannya
(fineness modules). Sebaiknya angka kehalusan tidak lebih besar dari 2,80 dan yang
ideal berada antar 2,20 - 2,60 dengan besar butir maksimum 2,40 mm. Untuk mendapat
sifat kelacakan atau kemudahan dikerjakan (workability) yang baik, perlu diingat pula
bahwa susunan butir sebaiknya memiliki bagian antara ayakan 0,6 dan 0,3 mm kurang
lebih 15%. Butiran yang halus tembus ayakan 0.15 - 0.074 mm tidak lebih dari 10% dan
butiran yang terlalu mulus (lebih kecil dari 0.074 mm tidak lebih dari 5%. Lain daripada
itu, sifat agregat untuk adukan ini juga harus memenuhi persyaratan kekerasan,
kebersihan, sifat lainnya seperti tercantum dalam syarat standar industri agregat untuk
beton SK SNI S-02-1994-03. Dalam syarat ini, antara lain, agregat harus keras. Untuk
itu, perlu dipilih pasir yang berkadar silika tinggi. Pasir di Indonesia, terutama yang
daerahnya banyak gunung api seperti di Jawa, banyak pasir vulkanisir yang berkadar
silika rendah. Tetapi pasir ini masih mungkin dipakai, asal tidak terlalu lapuk. Apabila
memungkinkan, pilihlah pasir dengan kadar silika lebih dari 80%.

Agregat harus bersih.

Arti bersih di sini, ialah bersih dari zat organik / sisa mahluk hidup, karena benda ini
bila terlalu banyak, akan menganggu daya rekat bahan perekatnya. Demikian pula
agregat harus bersih dari butiran lumpur, yang lebih halus dari 0.074 mm. Butiran
lumpur ini tidak boleh lebih banyak dari 5%. Apabila agregat terlalu banyak
mengandung butir halus maka akan menyebabkan penyusutan yang tinggi, sehingga bila
untuk memelester, maka plesteran akan lekas retak-retak.

c. Air untuk Adukan

Persyaratan yang umum untuk adukan ialah air yang bersih, atau air yang dapat
diminum. Apabila sukar didapatkan air yang demikian, maka dapat dipakai air yang
tidak menurunkan kekuatan adukan lebih dari 10% dibanding dengan adukan yang
dibuat dengan air bersih.

d. Bahan Tambahan
Beberapa bahan tambahan dalam adukan
1 Serbuk halus

Adakalanya untuk membuat adukan lebih lecak dan plastis, dapat ditambahkan
serbuk halus dari abu atau gilingan tanah atau gilingan batu. Jadi fungsi bahan
serbuk tadi sebagai "plastimen". Bila akan menggunakan bahan semacam itu,
sebaiknya diketahui betul akibat sampingan yang mungkin terjadi.

Apabila dengan penambahan bahan serbuk tadi tidak akan memberikan akibat yang
negatip, maka pemakaiannya tidak ada halangannya. Akan lebih baik, sebagai
serbuk plastimen ini, dipakai serbuk dari baru, sehingga tidak menimbulkan retak
susut.

2 Concrete admixtures

Penggunaan concrete admixture seperti misalnya jenis AEA, retarder WRA atau
jenis yang lainnya, di negara barat kadang-kadang dilakukan. Untuk Indonesia,
sebaiknya hal ini tidak dipakai, karena kurang penting. Lain halnya bila untuk
keperluan khusus, misalnya dalam pembuatan beton.

3 Pigmen

Adakalanya untuk membuat aduk terutama aduk plester, diperlukan warna yang
tertentu. Pigmen untuk aduk yang baik adalah pigmen yang terbuat dari oksida
logam, tetapi bukan logam Pb. Untuk pigmen yang hitam dapat dipakai Jelaga
(carbon black).

5. 3 PERBANDINGAN CAMPURAN ADUKAN

Perbandingan campuran bahan adukan yang baik seharusnya dilakukan dalam perbandingan
berat. Bila dilakukan dengan cara ini, kadar bahan-bahan dapat dijaga selalu tetap yang
berarti mutu adukan dapat seragam.

Pencampuran dengan perbandingan berat ini, biasanya hanya dilakukan apabila adukan itu
disajikan sudah lama dalam bentuk campuran siap pakai (ready-mixed), yang dilakukan di
beberapa negara maju. Meskipun orang mengetahui bahwa perbandingan campuran dalam
berat ini lebih baik, tetapi sampai sekarang (meskipun di negara maju), perbandingan
campuran dengan takaran (perbandingan volume) masih banyak dilakukan di lapangan
pekerjaan.

Salah satu penyebab cara ini masih dilakukan ialah karena memang lebih mudah dilakukan di
lapangan, dan pada umumnya pula volume adukan yang dipakai relatip kecil, serta biasanya
bukan merupakan unsur yang terlalu penting di dalam struktur bangunan. Untuk mendapat
adukan yang seragam dengan perbandingan volume, biasanya jumlah bahan perekat tidak
ditakar lagi, tetapi diperhitungkan saja volumenya, untuk suatu berat tertentu.

Sebagai contoh misalnya di Amerika Serikat atau negara yang maju, dipakai sebagai
pedoman, bahwa:

1 zak semen portland, distandarkan beratnya 94 pon, dengan volume diperhitungkan 1 kaki
kubik ( 28,3 liter).

1 zak kapur padam, di standarkan beratnya 50 pon, dengan volume 1 ½ kaki kubik (kurang
lebih 3 5 liter).

Di Indonesia, dimana semen diperdagangkan dalam kantong dengan berat 40 kg dapat juga
diperhitungkan demikian. Berat volume portland, rata-rata dapat dipakai angka 1,25 kg/liter,
jadi 1 zak 40 kg kurang lebih setara dengan 32 liter. Tetapi untuk kapur padam, di Indonesia
belum ada standar kemasannya, dan memperdagangkannya masih diukur (secara perjanjian
3
antara pembeli dan penjual) dalam m , yang cara menakarnya, seringkali tidak baik.

3
Karena kadar air dalam kapur padam di Indonesia pada umumnya tinggi, maka rata-rata 1 m
kapur padam beratnya berkisar antara 600 atau 700 kg. Demikian pula halnya di dalam
perdagangan agregat/pasir yang belum standar, serta pozolan (trass atau semen merah),
sehingga di negara kita ini masih banyak diperlukan penelitian serta standarisasi, untuk hal
tersebut.

Untuk perhitungan perencanaan kebutuhan bahan adukan, cara lama yangmasih berjudul
"Analisa BOW", cara mana telah dipakai sejak masih masa penjajahan Belanda untuk
pelaksanaan pekerjaan sipil.

Di dalam buku ini, dipakai pedoman angka bahan adukan sebagai berikut:

Tabel 5. 2 Perbandingan Kebutuhan Tiap Bahan Baku Adukan

Jenis Bahan Kadar bagian padat tiap bagian bahan Kebutuhan air pengaduk untuk tiap bagian

Kapur padam 0,325 bagian volume 0,225 bagian volume


Semen portland 0,51 bagian volume 0,25 bagian volume
Trass Alam 0,48 bagian volume 0,25 bagian volume
Semen Merah 0,57 bagian volume 0,175 bagian volume
Pasir biasa 0,58 bagian volume 0,175 bagian volume
Berpedoman dengan angka tersebut di atas, misalnya, campuran adukan yang dibuat dengan
perbandingan 1 bagian volume semen portland + 3 bagian volume pasir, akan didapat:

1 x 0,51 + 1 x 0,25 + 3 x (0,58 + 0,075) = 2,725 bagian volume adukan

Dalam penggunaan angka-angka tersebut di atas, sebaiknya perlu diketahui bahwa angka
dapat berubah-ubah, apabila:

a. Cara pengisian tidak seragam


b. Kadar air dalam bahan berubah
c. Kehalusan bahan berubah

Bahan yang halus dan kering, biasanya untuk suatu bagian volume akan lebih kecil,
dibandingkan dengan bahan yang kasar.

5. 4 PERBANDINGAN CAMPURAN BAHAN ADUKAN UNTUK


BERBAGAI TUJUAN

Canpuran adukan terdiri dari bahan perekat dan agregat, berbeda-beda perbandingannya,
tergantung kepada tujuan pemakaiannya di dalam konstruksi. Pada umumnya bila dipakai
bahan perekat semen portland dipakai campuran 1 bagian volume semen + 2 bagian volume
pasir untuk adukan yang tidak rapat air. Standarisasi mengenai campuran adukan ini di
Indonesia dapat dikatakan belum ada, dan penelitian-penelitian di bidang ini masih
dilakukan.

Sebagai pedoman untuk pembuatan campuran bahan adukan untuk konstruksi tembokan atau
pekerjaan plesteran, dalam Buku Peraturan Bangunan Nasional cetakan ke VII1977, lampiran
7, tercantum tabel sebagai berikut:

Tabel 5. 3 Perbandingan Bahan Adukan dalam Volume

Perbandingan bahan dalam volume Tujuan Pemakaian


SP Trass Semen merah Kapur padam Pasir

- - 1 1 1 Aduk perekat:
- - 1 1 2 Pondasi konstruksi berat
- - 1 1 3 Pondasi rumah biasa
- - 2 3 4 Pondasi rumah sederhana
- 1 - 1 3 Dinding rumah
- 1 - 1½ 5 Pondasi rumah
- 2 - 1 - Pondasi rumah sederhana
- 1 - 1 5 Pondasi rumah
1 - - - 2 Trasraam dinding (aduk rapat air)
- - - - 4 Pondasi rumah
Plesteran:
- - - 1 2 Dinding lama atau baru
- - 1 1 1 Dinding baru
1 - - - 2 Transraam / rapat air
1 - - - 3 Untuk lantai
1 - - - 4 Untuk anyaman bambu / kawat
1 1 - - 4 Dekat laut
- 1 - 1 3 Untuk dinding

Dinding tembok batu buatan, sebagai berikut:

Ayat 4.

Aduk pasangan untuk dinding bata tras kapur, sekurang-kurangnya harus mempunyai
kekuatan yang sama dengan batunya, seperti adukan 1 kapur : 5 atau 5 trass, atau 14 SP : 1
Kp : 7 Ps.

Dalam hal dikehendaki pasangan rapat air dapat digunakan adukan 1 Sp : 3 Ps.

5. 5 SIFAT – SIFAT MORTAR

Sifat mortar penting untuk memberikan pasangan bata yang baik antara lain ialah : cukup
lecak, enak dikerjakan, cukup plastis, cukup dapat menahan air (water retentivy), memiliki
kekuatan rekatan yang baik, stabil tidak banyak berubah volumenya, bebas dari sifat yang
menimbulkan cacat warna, cukup fleksibel, tahan lama dan memberikan penampakan yang
baik.

Pada umumnya apabila di dalam pembuatan mortar, dipenuhi syarat-syarat bahan dan cara
mengenakannya, biasanya akan memberikan hasil yang memuaskan. Karena sifat konstruksi
yang dibuat, serta pertimbangan akan biaya pembuatan atau pekerjaan, seringkah pula, tidak
semua jenis mortar perlu memenuhi semua sifat tersebut. Di dalam praktik, biasanya
pemilihan jenis dan atau sifat mortar, disesuaikan dengan keadaan pemakaiannya. Oleh
karena itu perlu dipertimbangkan dalam pemilihan mortar untuk tujuan pemakaiannya,
sehingga didapat hasil yang seekonomis mungkin.

5. 5. 1 Kelecakan(konstitensi)

Kelecakan mortar tergantung daripada jumlah air yang dikandungnya. Mortar dengan bahan
dan campuran yang berbeda akan membutuhkan jumlah air yang berlainan untuk mencapai
sifat kelecakannya.

Sifat lecak ini erat sekali hubungannya dengan kemudahan dan keenakan untuk dikerjakan.
Jumlah air yang diperlukan untuk mencapai sifat kelecakan yang baik, ialah sedemikian
banyaknya sehingga mortar itu enak dikerjakan.

Di dalam laboratorium, sifat kelecakan ini, biasanya diukur dengan suatu alat tertentu,
dimana mortar itu harus memiliki derajat kecairan (flow) yang tertentu.

Alat yang dipakai berupa suatu plat datar dari logam, yang dapat diangkat dan dijatuhkan
bebas setinggi kurang lebih Vi inchi, sebanyak 25 kali. Diameter mortar sebelum dan sesudah
plat tadi dijatuhkan 25 kali diukur kembali.

Sebagai contoh misalnya, bila diameter mortar sebelum dijatuhkan sama dengan 4 inchi, dan
setelah dijatuhkan menjadi'8 inchi, maka derajat kecairan (flow) = 100%.

Mortar yang sifat lecaknya baik, perlu memiliki derajat kecairan (flow) antara 100% atau
115%.

Di dalam praktik, biasanya fiow dari mortar yang dipakai berkisar antara 120% atau 130%.

5. 5. 2 Kemudahan Dikerjakan dan Plastisitas(workability and Plasticity)

Kemudahan dikerjakan berarti sifat relatif yang memberikan kemudahan untuk diaduk
dengan senkok tukang batu, dipasang dihamparkan di antara bata, tanpa timbul banyak bahan
yang jatuh / terlepas.

Sifat mudah dikerjakan dari suatu adukan (mortar), banyak dipengaruhi oleh kelecakan, daya
menahan air dan plastisitas, dan tidak mudah dilepaskan air pengaduknya. Keadaan ini juga
dipengaruhi oleh sifat bahan perekat yang dipakai serta kehalusan dari agregat.

Mortar yang mudah dikerjakan, biasanya juga bersifat plastis. Pengukuran akan sifat mudah
dikerjakan dan sifat plastis ini, sukar dilakukan secara kwantitatif, tetapi biasanya tukang
batu
dengan pengalaman dan perasaannya, akan mencari dan membuat sifat adukan yang
dipakainya, karena bila adukan yang dipakai kurang plastis atau kurang enak dikerjakan,
pekerjaannya banyak terganggu. Dalam pekerjaan memplester tembok misalnya, apabila
adukan plester yang dipakai tidak enak dikerjakan, tidak lecak dan tidak plastis, maka aduk
tadi akan mudah lepas dari bidang plesterannya.

5. 5. 3 Sifat Dapat Menahan Air Pengaduk(water retentivity)

Yang dimaksud dengan sifat ini ialah,.kemampuan suatu adukan setelah ditambah air, maka air
penambah itu dapat tertahan untuk beberapa saat sehingga memberikan kesempatan bagi aduk
tadi untuk mengeras. Sifat dapat tertahannya sejumlah air di dalam adukan itu, banyak
dipengaruhi oleh jumlah kadar butir yang halus, serta terbentuknya gel dari bahan perekatnya.

Secara mudah mungkin dapat diterangkan juga sebagai berikut: Untuk suatu jumlah berat
yang tertentu bagi suatu bahan padatan, bila butirannya makin halus, maka luas
permukaannya akan makin besar. Dengan makin besar luas permukaan bahan padatan tadi,
maka kebutuhan air untuk melumas permukaan tersebut juga makin banyak.

Lain daripada itu sifat dapat melekatnya air kepada suatu benda, dipengaruhi pula oleh daya
adhesi atau kohesi dari bendan itu terhadap air. Dalam suatu campuran adukan, air yang
dicampurkan akan melekat pada butir-butir bahan perekat dan agregat. Melekatnya air pada
kedua macam bahan adukan itu, dapat berbeda, misalnya : butir-butir semen dan atau butir
kapur padam, bila terkena air, akan membentuk semacam lendir atau gel yang bersifat
tixotropik. Demikian pula bila ada butir halus lumpur yang tercampur di dalam agregatnya.

Sifat gel ini, dalam beberapa saat (bila tidak terjadi perubahan kimia dari gel itu), tidak akan
melepaskan airnya bila tidak ada gaya dari luar, atau jumlah air tidak berlebihan.

Bula butir halus yang berubah jadi gel itu, dari semen portland atau sejenisnya, maka air yang
diserap tadi, akan bereaksi membentuk masa yang keras, di sini terjadi pengerasan semen.
Setelah terjadi peristiwa ini maka sifat tixotropik tadi hilang, dan adukan mengeras. Pada
aduk dengan bahan perekat yang mengandung kapur padam, sifat tixotropik tadi lebih lama,
karena pengerasan gel kapur baik reaksi dengan udara atau reaksi dengan partikel halus
agregat, lebih memakan waktu. Bila dalam adukan mengandung pertikel halus dari lumpur
atau tanah, maka sebagian pertikel itu membentuk kolloid yang menahan air pula, dan air
yang diserap itu, akan menguap / terlepas bila udara sekelilingnya kering.
Pertikel agregat yang kasar, biasanya menyerapnya air lebih sedikit, karena luas permukaan
butirnya lebih kecil, serta daya kohesi dengan air juga relatip kecil (terutama bila butiran
pasirnya padat dan keras). Dari penjelasan tersebut di atas kiranya dapat dimengerti, mengapa
adukan yang pakai semen dan kapur berbeda sifat menahan airnya.

Demikian pula apabila suatu adukan terbuat dari pasir yang kasar, lebih cenderung
melepaskan air (bleeding) dari pada adukan yang pasirnya lebih halus. Sifat dapat menahan
air suatu adukan (mortar) erat hubungannya dengan plastisitas, serta kelecekan dan
kemudahan dikerjakan.

Cara menguji sifat dapat menahan air ini (water retentivity) di laboratorium dilakukan
dengan mengukur perberdaan kelecakan suatu adukan dari sebelum diisap airnya dan setelah
diisap airnya.

Misalnya sebelum diisap airnya memiliki flow =100 dan setelah dihisap flownya tinggal 85,

maka nilai daya menahan air 85 %

Besarnya hisapan = 5 cm air raksa.

Makin rendah nilai water retentivity, suatu adukan makin kurang baik, karena adukan
sedemikian mudah melepaskan air dan atau mudah bleeding. ASTM C270 mensyaratkan
nilai water retentivy penting diketahui terutama aduk bagi pasangan bata yang dayaa serap
airnya tinggi. Bila tembok dibuat dari bata dengan daya serap air tinggi, dan adukannya
memiliki nilai water retentivity rendah, maka adukan itu akan lekas kering, yang dapat
mengakibatkan daya lekat dan atau proses pengerasanya kurang sempurna.

5. 5. 4 Daya Reaksi(bond strength)

Daya rekat suatu aduk dengan bata direkat, merupakan sifat yang penting, karena sifat ini
menentukan kekuatan pasangan – tembok. Daya rekat yang kurang baik, akan banyak
mempengaruhi sifat ketahanan konstruksi tembok terhadap gaya-gaya horisontal (angin atau
gaya lainnya), serta ketahanan tembok terhadap perembesan air.

Untuk mendapat daya rekat mortar/aduk yang baik dengan batanya perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
2
a. Daya serap (suction rate) bata hendaknya antara 10 atau 20 gram /dm /menit.
b. Untuk bata yang daya serapnya tinggi, hendaknya direndam dulu dalam air agar tidak
menyerap air dari adukannya, serta mencuci debu yang melekat pada permukaan bata.
c. Bila tembokan dibuat dari bata tras kapur, jangan direndam air, tetapi cukup dibasahi
permukaanya, sebelum dipasang dengan adukan.
d. Aduk yang terbuat dari campuran semen + kapur padam + pasir lebih baik daya rekatnya
karena aduk jenis ini memiliki kelecakan / keplastisan serta workability yang baik.
e. Aduk yang menganduk tras halus atau pasirnya banyak mengandung lumpur, memiliki
daya rekat yang kurang baik.
f. Adukan yang memiliki angka flow kurang lebih 100% berdaya rekat lebih baik daripada
yang lebih kering. Oleh karena itu, jangan menggunakan adukan yang kering.
g. Ketebalan aduk di antara bata sebaiknya 10 mm. Aduk yang tebalnya lebih dari 10 mm,
akan membuat pasangan bata tidak merata.
h. Untuk mendapa daya rekat baik bagi aduk untuk memelester tembok sebaiknya bidang
yang akan diplester, dikasarkan dulu dengan aduk cair terbuat dari campuran semen dan
pasir, kemudian setelah lapisan campuran ini cukup keras, baru dilakukan pemelesteran.
Basahi dulu, bidang tembok, sebelum penyemprotan campuran laburan semen dan pasir
itu.

5. 5. 5 Kekuatan Adukan

Jarang memang terjadi tuntutan kerusakan tembokan akibat dari kekuatan aduknya, karena
suatu konstruksi tembok kekuatannya terutama ditentukan oleh mutu batanya. Meskipun
demikian kekuatan adukan itu bagi konstruksi tembok, karena aduk yang kuat akan dapat
membantu menahan gaya – gaya samping / horisontal. Sifat kekuatan aduk tergantung
daripada jenis bahan perekat yang dipakai, sifat daya rekatnya serta sifat lainnya seperti telah
diuraikan di.atas.

Di Indonesia, belum ada mengenai syarat kekuatan adukan, hanya untuk konstruksi tertentu,
dianjurkan untuk menggunakan jenis campuran tertentu, seperti tercantum dalam Peraturan
Bangunan Nasional 1977.

Beberapa negara memiliki standar yang mencantumkan kekuatan aduk mortar ini, misalnya
ASTM 0270, mencantumkan syarat sebagai berikut:
a. Aduk type M

Jenis aduk dengan kuat tekan tinggi, dipakai untuk tembok bata bertulang, tembok dekat
tanah atau untuk pasangan pondasi, aduk pasangan pipa kotor, aduk tembok penahan,
aduk untuk jalan, dan aduk untuk lubang air. Kuat tekan minimum 2500 psi (kurang
lebih 175 kg/cm dengan campuran 1 semen + 14 kapur + 3 pasir (bagian volume).

b. Aduk type S

Aduk dengan kekuatan sedang, dipakai bila tidak disyaratkan menggunakan type M,
tetapi diperlukan daya rekat tinggi serta adanya pengarah gaya samping. Campuran
2
paling kurus : 1 semen + ½ kapur + 4 ½ pasir, kuat tekan minimum 124 kg/cm

c. Aduk type N

Aduk dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka di atas tanah
(dinding, cerobong dan lain-lain yang terkena cuaca terbuka). Campuran paling kurang 1
2
semen + 1 kapur + 6 pasir. Kuat tekan minimum 52,5 kg/cm .

d. Aduk type 0

Jenis aduk yang agak rendah kekuatannya, dipakai untuk konstruksi tembok yang tidak
2
menahan beban dan tekan tidak lebih dari 7 kg/cm dan gangguan cuaca tidak berat.

5
Campuran paling kurus 1 semen + 2 kapur + 9 pasir. Kuat tekan minimum 24,5 kg/cm .

e. Aduk type K

Aduk dengan kuat tekan rendah, dipakai untuk dinding terlindung dan tidak menahan
beban, serta tidak ada persyaratan mengenai kekuatan. Campuran terkurus 1 semen + 4
2
kapur +15 pasir. Kuat tekan minimum 5,25 kg/cm .

Syarat-syarat kuat tekan adukan seperti tercantum di atas ini ada baiknya pula dapat dianut,
meskipun penelitian di Indonesia (dilakukan oleh DPMB) memberikan gambaran bahwa
kekuatan aduk pasangan tidak banyak pengaruhnya, terhadap kekuatan konstruksi, tembok,
atas beban vertikal.

Untuk beban vertikal, kekuatan tembok sangat tergantung daripada kekuatan batanya.
5. 5. 6 Kekekalan Bentuk

Aduk akibat basah dan kering, atau' dingin dan panas, dapat berubah bentuknya, terutama
memanjang dan menyusut.

Sifat ini penting diketahui, karena bila angka pengembangan dan penyusutannya besar, aduk
itu akan mudah lepas daya rekatnya, dan bila dipakai sebagai aduk plester, mudah lepas atau
retak – retak.

Aduk yang gemuk (banyak bahan perekatnya) biasanya memiliki sifat susut muai yang besar
dan mudah retak. Aduk yang terlelu banyak memiliki butiran halus (misalnya pasirnya
banyak mengandung lumpur), juga demikian sifatnya. Persyaratan terhadap susut muai
mortar ini memang sukar ditetapkan, sebab ia tidak akan dipakai secara menyendiri.

Oleh karena itu, untuk mendapat sifat adukan yang baik terhadap susut muai, ialah agar sifat
itu sesuai pula dengan sifat susut muai dari bata atau konstruksi tembok yang akan dibuat
dengannya.

Pengujian susut muai aduk / mortar secara laboratorium dilakukan dengan membuat benda
uji mortar, panjang 11 inchi, kemudian batang ini, diuji susut muainya, baik dalam keadaan
kering, atau alam keadaan basah.

5. 6 PEMILIHAN DAN PEMAKAIAN ADUKAN

Untuk menjamin sifat pengerjaan dan daya rekat yang baik antara adukan dan bata sebagai
konstruksi tembok, pemilihan jenis adukan perlu dilakukan, dengan didasarkan kepada :
konstruksi yang dibuat, bahan tembo yang dipakai termaduk bahan adukannya, serta
pengaruh sekeliling yang ada (basah, kering, panas, dan lain-lain).

Beberapa sifat adukan dan juga jenis-jenis campuran adukan, telah dikemukakan terdahulu.

Dari sifat-sifat tersebut dapat dipilih, jenis aduk yang manakah yang akan cocok untuk
konstruksi tembok yang dibuat, apabila tidak ada persyaratan tertentu, bagi suatu konstruksi
tembok, misalnya dapa+ dipakai adukan dengan bahan perekat kapur + pasir (dengan atau
tanpa pozolan) atau adukan type 0 type K, menurut ASTM C270.

Bila akan dibuat untuk konstruksi tembok atau aduk pasangan pondasi, yang terutama akan
menanggung beban berat, atau tembok terus menerus kena air, dipakai adukan dengan bahan
perekat semen portland dengan aduk yang gemuk. Untuk adukan memasang bata kapur tras,
dipakai pedoman seperti tercantum di dalam Peraturan Bangunan Nasional 1977.

Aduk pasangan untuk tempat-tempat yang dekat tungku, atau adukan untuk pembuatan
cerobong dapat dipakai campuran 1 semen + 2 kapur + 5 pasir. Tetapi bila suhu kerja
melampaui 300°C, sebaiknya aduk semen ini tidak dipakai, melainkan dipakai aduk tahan
api, dengan pasangan tahan api pula.

Aduk untuk pemasangan batu alam, terutama diperlukan aduk yang daya rekatnya baik, dan
bahan adukan (terutama agregatnya) tidak akan menimbulkan warna yang berbeda (staining).

Aduk untuk pasangan bata dari gelas, sebaiknya dipakai aduk type N. Konstruksi tembokan
tidak akan kokoh dan baik meskipun sifat adukannya baik, bila cara pengerjaan/pembuatan
konstruksi itu tidak baik

Salahs atu hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan konstruksi tembok dari
bata, ialah : Pergunakan aduk yang cocok, dan rekatkan bata-bata satu dengan lainnya dengan
aduk itu serata mungkin, dimana semua siar sambungan (horizontal atau vertikal) betul-betul
terisi penuh dengan adukan, dan tebal adukan merata sama tebalnya, tidak kurang dari 100
mm dan tidak lebih dari 12 mm.

5. 7 RANGKUMAN

Kualitas pasangan bata merah sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

a. Sifat dari adukan atau mortarnya


b. Sifat bata yang dipakai
c. Cara kerja dalam pemasangan bata tersebut.

Faktor adukan dalam pekerjaan tembok merupakan bagian terpenting karena berfungsi
sebagai pengikat antara bata dengan batu lainnya, dalam suatu pasangan tembok dari bata
merah diperlakukan kurang lebih 30% adukan, yang biasanya dibuat dari campuran bahan
perekat, tembok pasir dari campuran bahan perekat, tambah pasir dan air secukupnya.

Dinding tembok batu merah harus dapat menahan gaya vertikal dan horisontal oleh karena itu
dinding harus dibuat sebaik mungkin agar berat, awet, stabil dan tahan terhadap pengaruh
cuaca dimana tembok didirikan.
Jenis adukan yang ada berdasarkan tujuan pemakaiannya ada dua macam yaitu aduk pasangan
dan aduk plesteran dimana keduanya berbeda baik campuran maupun jenis pasirnya atau gradasi
pasirnya.

Menurut bahan perekat yang dipakai, adukan dapat dibedakan menjadi 4 bagian yaitu :

a. Aduk kapur bahan perekat utama adalah kapur.


b. Aduk semen, bahan perekatnya semen portland.
c. Aduk semen kapur, bahan perekat utamanya adalah semen dan kapur untuk penambah.
d. Aduk kapur dan tras/pozolan dipakai bahan perekatnya yang dibuat berdasarkan susunan
campurannya yang baik.

Di samping itu adukan dapat dibedakan pula yaitu aduk rapat air dan aduk biasa. Sifat adukan
yang ada hubungannya dengan pemakaian adalah : kelecakan atau konsistensi, keplastisan atau
kemudahan dikerjakan, dapat menahan air pengaduk dan daya rekat adukan.

2
Sifat bata merah yang baik adalah memiliki kekerasan tekan di atas 50 kg/m dan memiliki daya
3 3
serap rendah : 20 gram/dm /menit paling tinggi 25 gram/dm /menit.

Bata harus berukuran seragam, bersudut siku-siku dan berwarna merah semua baik bagian dalam
maupun dengan luar. Dalam pengerjaan pasangan bata yang perlu diperhatikan adalah cara
memasang aduk siar mendatar dan siar pertikal harus baik serta ketebalan siarnya sama.

Peralatan untuk pemasangan bata adalah : Sendok aduk, alat ukur datar dan alat untuk memotong
dan membelah bata merah. Di samping itu pula alat-alat untuk membuat campuran adalah seperti
cangkul, skop, ember dan mixer pengasuk adukan.

Anda mungkin juga menyukai