Anda di halaman 1dari 28

The leading institution

In nursing and midwife education

MAKALAH PENYAKIT ADDISON

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

TINGKAT II A SEMESTER III

Dosen :

Uun Nurjanah, M.Kep

Disusun oleh :Kelompok 3

Dea Amalia [433131420119001]

Rizki Setiawan [433131420119002]

Amelia Putri Marlina [433131420119003]

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Addison’s Disease” secara umum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Mohon maaf jika masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Karawang, 2021

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................3

A. Pengertian Addison’s Disease...................................................................3

B. Epidemiologi Addison’s Disease................................................................4

C. Gejala Penyakit Addison’s Disease............................................................5

D. Patomekanisme dan Patofisiologi Addison’s Disease................................6

E. Klasifikasi Penyakit Addison.......................................................................7

F. Macam – Macam Pemeriksaan Penunjang Addison’s Disease..................8

G. Pathway Patofisiologi Penyakit Addison...................................................10

H. Defisiensi Glukokortikoid pada Penyakit Addison.....................................11

I. Penatalaksanaan Medis...........................................................................12

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................13

A. Data dasar pengkajian pasien..................................................................13

B. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul...........................................16

C. Rencana Keperawatan.............................................................................17

BAB IV PENUTUP..............................................................................................24

A. Kesimpulan..............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya
adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke
dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Salah satu organ utama
dari sistem endokrin adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal merupakan
bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling
berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone),
yang merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang
mengatur pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar
adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk
hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan
setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius. Salah
satu penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit Addison.
Penyakit Addison jarang dijumpai, di Amerika Serikat tercatat 0,4 per
100.000 populasi, sedang di rumah sakit terdapat 1 dari 6.000 penderita yang
dirawat. Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr.Soetomo pada tahun 1983,
Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56%,
dan wanita 44%. Penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi
lebih banyak terdapat pada umur 20 – 50 tahun.
Penyakit Addison merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
penyakit ini merupakan penyakit yang relatif langka dan masih perlu dipelajari
untuk pemahaman yang lebih baik dalam mendeteksi dan menanggulanginya
secara dini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat diberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Addison’s Disease?
2. Bagaimana epidemiologi dari Addison’s Diseas?
3. Apa gejala penyakit Addison’s Disease?
4. Bagaimana patomekanisme dan patofisiologi Addison’s Disease?

1
5. Apa klasifikasi dari Addison’s Disease?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Addison’s Disease?
7. Apa saja data dasar pengkajian pasien Addison’s Disease?
8. Apa saja diagnose keperawatan pasien Addison’s Disease?
9. Apa saja rencana keperawatan pasien Addison’s Disease?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Addison’s Disease.
2. Mengetahui epidemiologi Addison’s Disease.
3. Mengetahui gejala penyakit Addison’s Disease.
4. Mengetahui bagaimana patomekanisme dan patofisiologi Addison’s
Disease.
5. Mengetahui klasifikasi dari Addison’s Disease.
6. Mengetahui macam – macam pemeriksaan penunjang Addison’s Disease.
7. Mengetahui data dasar pengkajian pasien Addison’s Disease
8. Mengetahui diagnose keperawatan pasien Addison’s Disease
9. Mengetahui rencana keperawatan pasien Addison’s Disease

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Addison’s Disease


Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease
adalah suatu hipofungsi dari adrenal1 yang timbul secara spontan dan
berangsur-angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit
yang mengancam jiwa. Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan
terganggunya fungsi dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan
penurunan produksi dua bahan kimia penting (hormon) biasanya dirilis oleh
korteks adrenal: kortisol2 dan aldosteron3 (Liotta EA et all 2010).
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang
terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata.
Penyakit ini dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua
bagian-bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak
kuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon–hormon korteks adrenal
(Soediman, 1996). Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit
destruktif atau atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994).
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks
adrenal. (Bruner, dan Suddart Edisi 8 hal 1325). Penyakit Addison ialah kondisi
yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar adrenal (Black,
1997).Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik,
hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana
kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.

1
Kelenjar Adrenal adalah kelenjar yang terletak di kutub atas kedua ginjal. oleh karena itu, kelenjar
ini sering disebut kelenjar anak ginjal.
2
Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang diproduksi oleh sel di dalam zona
fasikulata pada kelenjar adrenal sebagai respon terhadap stimulasi hormon ACTH yang disekresi
oleh kelenjar hipofisis
3
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralokortikoid yang disekresi dari bagian
terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal oleh rangsangan dari peningkatan
angiotensin II dalam darah

3
B. Epidemiologi Addison’s Disease
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di
Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi pada laki-laki dan
wanita hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat
dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak terdapat pada umur 30 – 50
tahun. 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya
merupakan manifestasi dari proses autoimun.
Di Amerika Serikat, penyakit addison terjadi pada 40-60 kasus per satu
juta penduduk. Secara global, penyakit addison jarang terjadi. Bahkan hanya
negara-negara tertentu yang memiliki data prevalensi dari penyakit ini.
Prevalensi di Inggris Raya adalah 39 kasus per satu juta populasi dan di
Denmark mencapai 60 kasus per satu juta populasi.
Mortalitas/morbiditas terkait dengan penyakit addison biasanya karena
kegagalan atau keterlambatan dalam penegakkan diagnosis atau kegagalan
untuk melakukan terapi pengganti glukokortikoid dan mineralokortikoid yang
adekuat. Jika tidak tertangani dengan cepat, krisis addison akut dapat
mengakibatkan kematian. Ini mungkin terprovokasi baik secara de novo4, seperti
oleh perdarahan kelenjar adrenal, maupun keadaan yang menjadi penyerta
pada insufisiensi adenokortikal5 kronis atau yang tidak terobati secara adekuat.
Dengan onset lambat penyakit addison kronik, kadar yang rendah
signifikan, non spesifik, tapi melemahkan, maka gejala dapat terjadi. Bahkan
setelah diagnosis dan terapi, risiko kematian lebih dari 2 kali lipat lebih tinggi
dengan penyakit addison. Penyakit kardiovaskuler6, keganasan dan penyakit
infeksi bertanggung jawab atas tingginya angka kematian.
Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan dengan ras tertentu.
Sedangkan penyakit addison idiopatik7 autoimun cenderung lebih sering pada
wanita dan anak-anak.
Usia paling sering pada penderita addison disease adalah orang dewasa
antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit ini tidak dapat timbula lebih awal pada
pasien dengan sindroma polyglanduler autoimun, congenital adrenal
4
Dalam penggunaan umum de novo adalah ekspresi Latin yang berarti " dari awal, "atau " awal
lagi. "
5
Adrenokortikal adalah salah satu hormon, misalnya kortisol, yang dikeluarkan bukan dari medula
interna tetapi dari korteks eksterna dari kelenjar adrenokortikal bilateral.
6
Kardiovaskuler yaitu sistem peredaran darah di dalam tubuh. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari
darah,jantung dan pembuluh darah
7
Idiopatik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi medis yang belum dapat
terungkap jelas penyebabnya.

4
hyperplasia (CAH), atau jika onset karena kelainan metabolisme rantai panjang
asam lemak.
C. Gejala Penyakit Addison’s Disease
Sesudah penyakit Addison terjadi, penderita biasanya merasa lemah,
lelah, dan pusing terutama jika berdiri sesudah duduk atau berbaring. Gejala
penyakit Addison mungkin berkembang secara perlahan – lahan dan tak
kentara biasanya dalam waktu beberapa bulan. Gejala umum dari penyakit
Addison’s Disease, antara lain:
1. Kelemahan dan kelelahan pada otot
2. Penurunan nafsu makan yang menyebabkan hilangnya berat badan
3. Tekanan darah rendah dan gula darah rendah
4. Mudah marah
5. Depresi
6. Diare, mual, dan / atau muntah yang menyebabkan dehidrasi
7. Kehilangan kesadaran
8. Sementara, gejala yang khas atau spesifik dari penyakit Addison’s
Disease meliputi:
a. Keinginan mengonsumsi garam
b. Kulit gelap (hiperpigmentasi)
c. Sakit di kaki, punggung bawah, dan perut
Gejala penyakit Addison kadang dapat terjadi secara tiba-tiba dan berat.
Kondisi ini disebut krisis Addisonian atau insufisiensi adrenal akut. Krisis adrenal
biasanya terjadi jika tubuh mengalami stress berat, seperti pembedahan, cedera
berat, atau infeksi hebat. Gejala – gejala yang dapat ditemukan pada krisis
Addisonian meliputi: rasa nyeri menusuk pada punggung bagian bawah, perut,
atau kaki yang tiba – tiba, muntah – muntah dan diare hebat, dehidrasi, tekanan
darah yang rendah, kadar kalium yang tinggi (hiperkalemia), dan hilangnya
kesadaran. Jika krisis Addisonian tidak ditangani, maka dapat berakibat fatal.
Pada penyakit Addison, kelenjar hipofise menghasilkan lebih banyak
kortikotropin8 sebagai usaha untuk merangsang pembentukan hormon –
hormon oleh kelenjar adrenal. Namun kortikotropin juga merangsang produksi
melanin, sehingga pada kulit dan mukosa penderita sering terbentuk
pigmentasi yang gelap (hiperpigmentasi). Kulit yang lebih gelap mungkin
nampak seperti akibat sinar matahari, tetapi terdapat pada area yang tidak
8
Kortikotropin adalah hormon stimulator hormon dari golongan kortikosteroid, dengan panjang 39
AA dan waktu paruh sekitar 10 menit.

5
merata. Hiperpigmentasi9 paling jelas terlihat pada jaringan parut kulit, lipatan
– lipatan kulit, tempat – tempat yang sering mendapat penekanan, seperti
siku, lutut, ibu jari, bibir, dan membran mukosa.

D. Patomekanisme dan Patofisiologi Addison’s Disease


1. Patomekanisme
Antigen adrenal spesifik yang autoantibodinya meliputi 21-hidroksilase
(CYP21A2) dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas
serangkaian proses yang menyebabkan insufisiensi meskipun tidak
diketahui apakah antibody ini secara signifikan dapat menyebabkan
insufisiensi kelenjar adrenal. Beberapa antibody menyebabkan insufisiensi
adrenal dengan memblok proses pengikatan ACTH dengan reseptornya.
2. Patofisiologi
Penyakit addison atau insufiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks
adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-
hormon korteks adrenal. Atrofi10 autoimun atau idiopatik pada kelenjar
adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit addison (Stern &
Tuck, 1994). Penyebab lainnya mencakup operasi peningkatan kelenjar
adrenal atau infeksi yang paling sering di temukan dan menyebabkan
kerusakan pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis11 merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan
menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan
adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan tuberkulosis sebagai
penyebab penyakit addison, namun penigkatan tuberkulosis yang terjadi
akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi
kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH ynag tidak adekuat dari kelenjar
hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan
stimulasi korteks adrenal.
Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang
menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang
mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan

9
Hiperpigmentasi merupakan gangguan pigmentasi kulit dimana warna kulit berubah menjadi lebih
gelap (kecoklatan, keabuan, kebiruan, atau kehitaman)
10
Atrofi adalah pengecilan atau penyusutan jaringan otot atau jaringan saraf.
11
Histoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan karena inhalasi (menghirup) spora Histoplasma
capsulatum di udara hingga terbawa ke paru-paru dan menimbulkan infeksi awal (primer) di organ
tersebut.

6
sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul ® MSH
hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan
kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh
ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan
volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan
kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.

E. Klasifikasi Penyakit Addison


Penyakit Addison diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu:
1. Addison Primer
Merupakan penyakit addison yang disebabkan karena infeksi kronis
terutama infeksi jamur pada bagian kelenjar adrenal, sel kanker yang
menyebar dari bagian tubuh lain ke kelenjar adrenal, pengangkatan kelenjar
adrenal karena operasi.
2. Addison Sekunder
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena tumor atau infeksi
dari area khususnya di bagian otak dan kelenjar pituitary 12, kehilangan aliran
darah ke pituitary, radiasi untuk perawatan tumor pituitary, operasi
pengangkatan kelenjar pitutary, operasi pengangkatan bagian hypotalamus.
3. Addison Idiopatik
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena komplikasi penyakit
lain seperti TBC dan penyakit autoimun.
F. Macam – Macam Pemeriksaan Penunjang Addison’s Disease
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan urin.
Tes diagnostic fungsi adrenal kortikal meliputi:
1. Uji ACTH13
Pemeriksaan ini adalah tes yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosa
insufisiensi adrenal. Pemeriksaan ini akan mengukur kadar kortisol di dalam
air kemih dan darah sebelum dan sesudah diberikan ACTH sintetik melalui
suntikan. Normalnya, setelah mendapat suntikan ACTH, kadar kortisol di
dalam air kemih dan darah akan meningkat. Tetapi pada penyakit Addison

12
Pituitary adalah kelenjar endokrin yang kira-kira sebesar kacang yang terletak di dasar tulang
tengkorak dan di bawah otak. Kelenjar hipofisis mengeluarkan bermacam-macam hormon,
termasuk hormon yang mempengaruhi kelenjar lainnya.
13
ACTH adalah sebuah singkatan dari hormon Adrenokortikotropik nama lain dari ACTH adalah
kortikotropin.

7
atau insufisiensi adrenal sekunder jangka panjang, kadar kortisol tidak atau
hanya sedikit meningkat.
2. Pemeriksaan Stimulasi CRH14
Jika pemeriksaan stimulasi ACTH memberikan hasil yang abnormal, maka
pemeriksaan stimulasi CRH dapat dilakukan untuk membantu menentukan
penyebab insufisiensi adrenal. Pada penyakit Addison, dengan pemberian
CRH sintetik akan menghasilkan ACTH yang tinggi tetapi tanpa kortisol.
3. Tes Insulin-Induced Hypoglycemia
Dalam tes ini gula darah dan kadar kortisol diperiksa pada berbagai interval
setelah suntikan insulin diberikan. Jika kadar glukosa turun dan terjadi
peningkatan kortisol, orang tersebut dianggap sehat.
4. Tes Darah
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat potassium, kortisol natrium, dan
ACTH dalam darah. Komponen tersebut akan memberikan indikasi awal
apakah gangguan kelenjar adrenal adalah penyebab dari tanda dan gejala
yang dialami pasien. Tes ini juga digunakan untuk mengukur antibodi yang
berkaitan dengan penyakit Addison.
5. Tes Pencitraan
Tes Computerized Tomography (CT) scan mungkin diperlukan untuk
memeriksa ukuran kelenjar adrenal serta untuk mencari adanya kelainan
untuk diagnosa lebih lanjut.
Jika diagnosis penyakit Addison telah dibuat, maka dapat dilakukan pemeriksaan
yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi yang berkaitan dengan penyakit
Addison karena autoimun.

14
CRH adalah Kortikoliberin yaitu hormon polipeptida dan neurotransmiter dengan rantai peptida
sepanjang 41 AA hasil irisan dari prohormon sepanjang 191 AA yang disekresi oleh nukleus
paraventrikular pada kelenjar hipotalamus saat tubuh mengalami stres.

8
9
G. Pathway Patofisiologi Penyakit Addison

Tidak berfungsi/ rusaknya korteks adrenal

Penurunan produksi hormon aldsteron, kortisol

Penyakit Addison

Defisiensi glukokortikoid/ kartisol

Defisiensi mineralokortikoid/ aldesteron Defisiensi Defisiensi hormon seks (androgen


glukokortikoid/kortisol dan estrogen

Reabsorpsi NaCl dalam tubulus


Tanda kelamin sekunder
ginjal menurun
pada wanita menurun

Konsentrasi ion K meningkat, NaCl Pertumbuhan rambut pubis


menurun dalam cairan ekstraselular dan aksila sangat berkurang

Pada pria tidak muncul gejala,


Volume cairan karena androgen testis lebih
hiponatemia Hiperkalemia
eksternal menurun banyak berperan

Absorpsi NaCl Terjadi gangguan pada transmisi


dan air menurun impuls listrik saraf, pengaturan
TD dan Ketidakseim
bangan keseimbangan asam – basa, dan
CO
nutrisi gangguan konduksi jantung
menurun Mual,
kurang dari muntah, Oliguria
kebutuhan anoreksia, dan anuria
tubuh dan diare Gagal jantung

Asidosis Gangguan
BB Diare Mual pertukaran gas
menurun

Kelemahan dan Hambatan


Kekurangan volume cairan Risiko ketidakseimbangan paralisis otot mobilitas fisik
elektrolit

10
H. Defisiensi Glukokortikoid pada Penyakit Addison

Defisiensi glukokortikoid/ kortisol

Metabolisme Efek lainnya


TD dan CO
karbohidrat,
menurun
protein, dan
lemak Penurunan kortisol
menurun
Ginjal Penurunan
Transpor O2 ACTH meningkat
mengakti curah Penguraian
menurun (sebagai umpan balik)
fkan jantung lemak dan
sistem protein
Hipoksia dan Intoleransi menurun Menstimulasi MSH,
Renin dan hipoventilasi aktivitas sehingga MSH meningkat
angiotensin
meningkat Risiko syok Kerusakan
Bahan untuk Asam
dan Ketidakefek Hiperpigmentasi integritas
glukoneogenesis amino
aldosteron tifan pola kulit
menurun menurun
menurun napas
Efek anti-
Risiko
Gangguan inflamasi dan
Glukoneogenesis Imunitas harga diri
pertukaran imunosupresif
Mengaktifkan (pembentukan rendah
gas terganggu/me
RAA tidak glukosa dari situasional
Risiko nurun
berhasil bahan
infeksi
meningkatkan nonkarbohidrat)
menurun Rentan Gangguan
volume
infeksi,trauma citra tubuh
cairan, karena
aldosteron Kebutuhan insulin
menurun meningkat Risiko infeksi
glukosa darah
menurun
Pada SSP
Glikogen hati
menurun
Perubahan mood

Hipoglikemia

Pasien apatis, depresi, dan psikosis


Risiko
ketidakseimbanga
n gula darah

Keletihan
11
I. Penatalaksanaan Medis
 Perawatan penyakit Adisson melibatkan penggantian, atau susbstitusi,
hormone – hormone yang sedang tidak dibuat kelenjar – kelenjar adrenal.
 Cortisol digantikan secara oral dengan tablet – tablet hydrocortisone, suatu
glukokortikoid sintetik, yang dikonsumsi sekali atau duakali sehari.
 Jika aldesteron juga tidak mencukupi, ia digantikan dengan dosisi – dosis
oral dari suatu mineralcorticoid yang disebut fludcortisone actetate (floribef).
Yang dikonsumsi sekali sehari.
 Dosis – dosis dari setiap obat – obat ini disesuaikan untuk memenuhi
keperluan – keperluan dari pasien – pasien perorang.
 Operasi
Operasi pasien – pasien dengan ketidakcukupan adrenal yang kronis
memerlukan operasi dengan pembiusan umum dirawat dengan suntikan –
suntikan hydrocortisone dan saline. Suntikan – suntikan mulai pada malam
hari sebelum operasi dan berlanjut hingga pasien – pasien sadar
sepenuhnya dan mampu meminum obat melalui mulut. Dosis disesuaikan
hingga dosis pemeliharaan yang diberikan sebelum operasi tercapai.
 Pendidikan pasien
Seseorang yang mempunyai ketidakcukupan adrenal harus selalu
membawa identifikasi yang menyatakan kondisinya dalam suatu kasus
darurat.
Ketika kepergian, sebuah jarum, penyemprot (syringe), dan suatu bentuk
cortisol yang dapat disuntikan harus dibawa untuk kuadaan – keadaan
darurat.
Seseorang dengan penyakit Addison juga harus mengetahui bagaimana
peningkatan pengobatan selama periode – periode stress atau infeksi –
infeksi saluran pernapasan atas yang ringan.
 Perhatian medis segera diperlukan ketika infeksi – infeksi berat, muntah,
atau diare terjadi. Kondisi ini dapat mempercepat suatu krisis addison.
Seseorang pasien yang muntah mungkin memerlukan suntikan – suntikan
hydrocortisone.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Data dasar pengkajian pasien


1. Data Demografi
Identitas pasien: nama, alamat, umur (semua usia), jenis kelamin (laki-
laki dan perempuan).
2. Riwayat Penyakit
a. Penyakit sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul
ialah pada gejala awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah,
BB turun, hipotensi dan hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien
lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang
pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm/Hg)
b. Penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis,
hipoglikemia maupun Ca paru, payudara dan limpoma.
c. Penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami
penyakit yang sama / penyakit autoimun yang lain.
3. Pemeriksaan Fisik (ADL)
a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
-  Lelah, nyeri/kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari)
-   Tidak mampu beraktivitas atau bekerja.
Tanda:
- Peningkatan denyut jantung/denyut nadi aktivitas yang minimal.
- Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
-  Depresi, gangguan kosentrasi, penurunan inisiatif/ide.
-  Latergi.

b. Sirkulasi
Tanda:
-  Hipotensi termasuk hipotensi postural.
- Takikardia, disritmia, suara jantung melemah.

13
-  Nadi perifer melemah.
- Pengisisan kapiler memanjang.
- Ekstermitas dingin, sianosis, dan pucat. Membran mukosa hitam keabu-
abuan (peningkatan pigmentasi).
c. Integritas ego
Gejala:
- Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk sakit
fisik/pembedahan, perubahan gaya hidup.
-   Ketidakmampuan menghadapi stres.
Tanda:
-   Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
d. Eleminasi
Gejala:
-  Diare sampai dengan adanya kontipasi
-  Kram abdomen.
-  Perubahan frekuensi dan karateristik urine.
Tanda:
-  Diuresis yang diikuti dengan oliguria.
e. Makanan/cairan
Gejala:
- Anoreksia berat (gejala utama), mual/muntah
- Kekurangan zat garam
- Berat badan menurun dengan cepat.
Tanda:
- Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
f. Neurosensori
Gejala:
-  Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar.
-  Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis,
kelemahan otot.
-  Penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stres.
Kesemutan/baal/lemah.
Tanda:

14
- Disorentasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karna kadar natrium
rendah), latergi, kelemahan mental, peka rangsang, cemas, koma
(dalam keadaan krisis)
- Parastesia, paralisis (gangguan fungsi motorik akibat lesi), astenia
(pada keadaan krisis).
- Rasa kecap/penciuman berlebihan, ketajaman pendengaran meningkat.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
-   Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala.
-   Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstermitas (pada keadaan krisis).
h. Pernapasan
Gejala:
- Dipsnea
Tanda:
- Kecepatan pernapasan meningkat, takipnea, suara napas, krakel, ronki
(pada keadaan infeksi)
i. Keamanan
Gejala:
-   Tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas.
Tanda:
-   Hiperpigmentasi kulit (coklat, kehitaman karena kena sinar matahari
atau hitam seperti perunggu) yang menyeluruh atau berbintik-bintik.
-   Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermia (keadaan
krisis).
-  Otot menjadi kururs
-   Gangguan tidak mampu berjalan.

j. Seksualitas
Gejala:
-   Adanya riwayat menopouse dini, amenorea.
-  Hilangnya tanda-tanda seks sekunder (misal: berkurangnya rambut-
rambut pada tubuh terutama pada wanita.
-  Hilangnya libido.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:

15
-  Adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker
-  Adanya riwayat tiroiditis, DM, TB, anemia pernisiosa.
Pertimbangan:
-   DRG menunjukkan rerata lama dirawat; 4,3 hari.
Rencana pemulangan
-  Membutuhkan bantuan dalam hal obat, aktivitas sehari-hari,
mempertahankan kewajibannya.
l. Pemerikasaan diagnostik
Kadar hormon
a. Kortisol plasma: menurun dengan tanpa respond pada pemberian
ACTH secara IM (primer)atau ACTH secara IV.
b.  ACTH: meningkat secara mencolok (pada primer) atau menururn
(sekunder).
-   ADH: meningkat.
-   Aldesteron: menurun.
c. Elektrolit: kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit
menururn, sedagkan kalium sedikit meningkat. Walaupun demikian,
natrium dan kalium yang abnormal dapat terjadi sebagai akibat tidak
adanya aldesteron dan kekurangan kortisol (mungkin sebagai akibat
dari krisis).
d. Glukosa: hipoglikemia.
e. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat (karena terjadi penurunan perfusi
ginjal).
f.   Analisis gas darah: asidosis metabolik.
g. Eritrosit: normositik, anemia normokromik (mungkin tidak
nyata/terselubung dengan penurunan volume cairan) dan hematokrit
meningkat (karena hemokosentrasi). Jumlah limfosit mungkin rendah,
eosinofil meningkat.
h. Sinar x: jantung kecil, klasifikasi kelenjar adreanal, atau TB (paru,
ginjal) mungkin akan ditemukan. (Doenges, Marilynn. 2000)

B. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


1. Hypovolemia
2. Intoleransi aktivitas
3. Anxietas

16
4. Defisit perawatan diri
5. Ganguan eliminasi urin

C. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Hipovolemia Status Cairan [L.03028] Manajemen Hipovolemia (I. 03116)
[D.0023] - Kekuatan nadi Tindakan:
Definisi: - Turgor kulit Observasi
Penurunan cairan - Output urine - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
intravaskuler - Pengisian vena (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
interstisiel, - Ortopnea teraba lemah, tekanan darah menurun,
dan/atau - Dispnea tekanan nadi menyempit, turgor kulit
intraseluler - Paroxysmal noctunal menurun, membran mukosa kering,
dyspnea (PND) volume urin menurun, hematokrit
- Edema anasarka meningkat, haus, lemah).
- Edema perifer - Monitor intake dan output cairan.
- Berat badan
Terapeutik
- Distensi vena
- Hitung kebutuhan cairan
jugularis
- Berikan posisi Modified Trendelenburg
- Suara nafas
- Berikan asupan cairan oral
tambahan
- Kongesti paru Edukasi
- Perasaan lemah - Anjurkan memperbanyak asupan
- Keluhan haus cairan oral
- Konsentrasi urine - Anjurkan menghindari perubahan
13
- Frekuensi nadi posisi mendadak
- Tekanan darah
Kolaborasi
- Tekanan nadi
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
- Membran mukosa
( mis. NaCl, RL)
- Kadar Hb
- Kadar Ht - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Central venous hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
pressure

17
- Refluks hepatojugular 0,4%)
- Hepatomegali - Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Oliguria (mis. Albumin, plasmanate)
- Intake cairan - Kolaborasi pemberian produk darah
- Status mental
Suhu tubuh
Pemantauan Cairan (I. 03121)
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
- Monitor kadar albumin dan protein
total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemi
(mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan darah menyempit, turgor kulit
menurun, membramukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
(mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojugular
positif, berat badan menurun dalam

18
waktu singkat)
- Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,
aferesis, obstruksi intestinal,
peradangan pancreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi intestinal)

Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

2 Intoleransi Toleransi Aktifitas Manajemen Energy (I.05178)


Aktifitas [D.0056] [L.05047]
Mengidentifikasi dan mengelola
Ketidak cukupan - Frekuensi nadi
penggunaan energy untuk mengatasi atau
energi utuk - Saturasi oksiegen
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
melakukan aktifitas - Kemudahan dalam
proses pemulihan
sehari-hari melakukan aktivitas
sehari hari Observasi
- Kecepatan berjalan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
- Kekuatan tubuh yang mengakibatkan kelelahan
bagian atas - Monitor kelelahan fisik dan
- Kekuatan tubuh
emosional
bagian bawah - Monitor pola dan jam tidur
- Toleransi dalam
- Monitor lokasi dan
menaiki tangga
ketidaknyamanan selama
- Keluhan Lelah
melakukan aktivitas
- Dipsnea saat aktifitas
- Dipsnea sesudah Terapeutik

19
aktifitas - Sediakan lingkungan nyaman dan
- Perasaan lemah rendah stimulus
- Aritmia saat aktifitas - Lakukan latihan rentang gerak
- Aritmia setelah pasif atau aktif
aktifitas - Berikan aktivitas distraksi yang
- Sianosis menenangkan
- Warna kulit - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
- Tekanan darah jika tidak dapat berpindah atau
- Frekuensi nafas berjalan
- EKG iskemia
Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


cara meningkatkan asupan makanan
3 Ansietas [D.0080] Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas [I.09314]
Kondisi emosi dan [L.09093] Meminimalkan kondisi individu dan
pengalaman - Verbalisasi pengalaman subtektif terhadap objek yang
subyektif individu kebingungan tidak jalan dan spesifik akibat antispasi
terhadap objek - Verbalisasi ke bahaya yang memungkinkan individu
yang tidak jelas khawatiran akibat melakukan tindakan untuk menghadapi
dan spesifik akibat kondisi yang dihadapi ancaman
antisivasi bahaya - Perilaku gelisah Observasi
yang - Perilaku tegang - Identifikasi saat tingkat ansietas
memungkinkan - Keluhan pusing berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
individu melakukan - Anoreksia - Identifikasi kemampuan mengambil
tindakan untuk - Palpitasi keputusan
menghadapi - Frekuensi - Monitor tanda tanda ansietas (verbal

20
ancaman pernafasan dan non verbal)
- Frekuensi nadi Terapetik
- Tekanan darah - Ciptakan suasana terapetik untuk
- Diaphoresis menumbuhkan kepercayaan
- Tremor - Temani pasien untuk mengurangi
- Pucat kecemasan, jika memungkinkan
- Konsentrasi pola - Pahami sesuatu yang membuat
tidur ansietas
- Perasaan - Dengarkan dengan penuh perhatian
keberdayaan - Gunakan pendekatan yang tenang dan
- Kontak mata meyakinkan
- Pola berkemih - Tempatkan barang pribadi yang
- orientasi memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi sesuatu yang
memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan dating
Edukasi
- Jelaskan prosedur termasuk sensasi
yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengonatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien jika perlu
- Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien jka perlu
- Anjurkan melakukan untuk melakukan
kegiatan yang tidak kompetitif sesai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
- Latih kegiatan pengaliha untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat

21
- Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antlansietas jika perlu
Deficit Perawatan Tingkat Pengetahuan Dukungan Perawatan Diri [I.11348]
DIri [D.0109] [L.12111] Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
Tidak mampu - Perilaku sesuai perawatan diri
melakukan atau anjuran Observasi
menyelesaikan - Verbalisasi minat - Identifikasi kebiasaan aktivitas
aktivitas perawatan dalam belajar perawatan diri sesuai dengan usia
diri - Kemampuan dalam - Monitor tingkat kemandirian
menjelaskan - Identifikasi kebutuhan alat bantu
pengetahuan tentang kebersiaha diiri , berpakaian, berhias,
suatu topik dan makan
- Kemampuan Terapetik
menggambarkan - Sediakan lingkungan yang terapetik
pengalaman yang (misalkan suasana hangat ,rileks, dan
4
sebelumnya yang privasi)
sesuai dengan topik - Siapkan keperluan pribadi (mis.
- Perilaku sesuai Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
dengan pengetahuan - Damping dalammelakukan perawatan
- Pertanyaan tentang diri sampai mandiri
masalah yang - Fasilitasi untuk menerima keadaan
dihadapi ketergantungan
- Persepsi yang keliru - Fasilitasi kemandirian ,bantu jika tidak
terhadap masalah mampu melakukan perawatan diri
- Menjalani - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
pemeriksaan yang Edukasi
tepat - Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
5 Gangguan Eliminasi Urine (L. Manajemen Eliminasi Urine ( I.04152)
Eliminasi Urin 04034) Definisi :
[D.0040] - Sensasi berkemih Mengidentifikasi dan mengola gangguan
Disfungsi eliminasi - Desakan berkemih pola eliminasi urine
urin (urgensi) Tindakan
- Distensi kandung Observasi

22
kemih - Identifikasi tanda gejala retensi atau
- Beremih tidak tuntas inkontinensia urine
(hesitancy) - Identifikasi faktor yang menyebabkan
- Volume residu urin retensi atau Inkontinensia urine
- Urin menetes - Monitor eliminasi Urine
(dribbling) Terapeutik
- Nocturia - Catat waktu-waktu dan haluaran
- Mengompol berkemih
- Enuresis - Batasi asupan cairan,jika perlu
- Dysuria - Ambil sampel urine tengah (mid
- Anuria stream) atau kultur
- Frekuensi BAK Edukasi
- Karakteristik urine - Ajarkan tanda dan gejal infeksi
saluran kemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
- Ajarkan mengambil spesimen urine
mid stream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Ajarkan terapi modalitas penguatan
otot-otot panggul/berkemihan
- Anjurkan minumyang cukup, jikat
tidak ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Pemberian obat supositoria uretra,
jika perlu

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease
adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara spontan dan
berangsur-angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit
yang mengancam jiwa.
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi
dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua
bahan kimia penting (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan
aldosteron (Liotta EA et all 2010).
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di
Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi pada laki-laki dan
wanita hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat
dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak ter- dapat pada umur 30 – 50
tahun. 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya
merupakan manifestasi dari proses autoimun.
Gejala umum yang ditimbulkan dari penyakit Addison’s Disease adalah
1. Kelemahan dan Kelelahan pada otot
2. Penurunan nafsu makan yang menyebabkan Kehilangan berat badan
3. Tekanan darah rendah dan Gula darah rendah
4. Mudah marah
5. Depresi
6. Diare, mual, dan / atau muntah yang menyebabkan dehidrasi
7. Kehilangan kesadaran
Sementara, gejala yang khas atau spesifik dari Addison’s Disease adalah:
1. Keinginan mengonsumsi garam
2. Kulit gelap
3. Sakit di kaki, punggung bawah, dan perut

24
DAFTAR PUSTAKA

Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penyakit_Addison
Https://hellosehat.com/benh/penyakit-addison/
Http://gosehat.com/penyakit-addison

25

Anda mungkin juga menyukai