Anda di halaman 1dari 21

KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN

UJI ORGANOLEPTIK SANTAN

OLEH :
KELOMPOK II

YTASRIN (A1L116 0)
LA ODE AHO A1L117 0)
FITRIANI (A1L118 004)
WANI AFRIANI (A1L118 006)
KIRANI PUSPITA SARI (A1L118 012)
NURUL INAYAH (A1L118 041)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan luas tanaman kelapa di Indonesia

mencapai 3.728.600 ha. 92,40% diantaranya adalah kelapa dalam. Merujuk pada riset

Deptan, produktivitas kelapa yang dihasilkan petani dalam negeri masih mampu

mencapai 2 ton/ha. Dalam hal ini Indonesia tampil sebagai pemasok utama komoditas

kelapa di pasar dunia (Kemala, 2015). Dimana kelapa ini merupakan salah satu

komoditi perkebunan yang penting bagi Indonesia disamping kakao, kopi, lada, dan

vanili. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki

peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga

dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir.

Sulawesi Tenggara yang umumnya berpenduduk hidup dari sektor pertanian

terutama di sub sektor perkebunan, yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani,

salah satunya bergerak dibidang perkebunan kelapa. Di Provinsi Sulawesi Tenggara

produksi kelapa menduduki posisi kedua dengan jumlah produksi 41.850 ton tahun 2015

setelah kakao dari total produksi perkebunan Sulawesi Tenggara (BPS Sulawesi

Tenggara, 2016). Pada tahun 2016 luas areal tanaman kelapa di Sulawesi Tenggara

tercatat 54.180 ha dengan jumlah produksi 39.271 ton, dalam sektor pertanian kelapa
merupakan komoditas tradisional yang secara komersial dapat dihasilkan dalam bentuk

kopra, minyak kelapa, makanan segar, dan lain-lain (BPS Sulawesi Tenggara, 2017).

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang hampir seluruh

bagiannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pangan maupun non pangan.

Santan kelapa merupakan bahan pangan yang digunakan oleh hampir semua rumah

tangga dan beberapa industri pangan. Kegunaan santan untuk berbagai kebutuhan

dalam bidang pangan makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk di Indonesia. Pemanfaatan santan pada umumnya adalah untuk bahan

campuran masak dan pembuatan kue. Santan dikenal dalam masakan Indonesia

dengan santan kental dan santan encer, yang membedakan hanyalah kandungan

airnya.

Perubahan pola pikir masyarakat dalam mengonsumsi santan seiring dengan

perkembangan teknologi yang semakin pesat. Sehingga masyarakat akan mencari sesuatu

bahan yang lebih efisien dan praktis serta mudah penyediaan, penggunaannya dan daya

simpan yang lama. Oleh karenanya, dilakukan pembuatan santan dalam bentuk siap

pakai, antara lain dibuat menjadi santan instan. Santan instan mempunyai masa

simpan atau kadaluarsa lebih kurang selama 1 tahun. Penggunaannya relatif mudah

karena tinggal ditambahkan air panas (hangat) serta kualitasnya dapat diterima

konsumen, walaupun tidak sebaik kualitas santan yang dipersiapkan dalam rumah

tangga dari kelapa segar. Selain itu, dilakukan berbagai upaya untuk memperpanjang

umur simpan santan kelapa melalui peningkatan stabilitas emulsinya, seperti proses

pemanasan, homogenisasi serta penambahan beberapa jenis senyawa yang bersifat


aktif pada permukaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan

percobaan ini yakni menguji uji kualitas santan dengan menggunakan pelarut yang

berbeda. Pelarut pertama menggunakan air biasa, pelarut kedua menggunakan air

cucian beras dan pelarut ketiga menggunakan air dengan campuran terigu.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji kualitas santan dengan pelarut

yang berbeda yang dilihat dari kenampakannya, rasa, bau dan homogenitasnya

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat pada percobaan ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui pelarut mana

yang baik digunakan untuk meningkatkan kualitas santan kelapa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa

Kelapa hibrida adalah jenis kelapa yang dihasilkan dari persilangan antara

kelapa berpohon tinggi (kelapa dalam) dan kelapa yang cepat berbuah (kelapa

genjah) sehingga dihasilkan sifat- sifat yang baik dari kedua jenis kelapa asal. Di

Indonesia, jenis kelapa hibrida sudah banyak ditanam. Kelapa hibrida memiliki sifat

unggul yang diwariskan oleh tetuanya, yaitu dapat berbuah cepat (4-5 tahun), potensi

berbuah rata-rata mencapai 120 butir per pohon per tahun, memiliki daging buah

yang tebal, terdapat kandungan minyak tinggi, tergolong tanaman dengan pohon

berukuran sedang serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit

(Marlina dkk, 2017).

2.2 Santan Kelapa

Santan kelapa adalah cairan putih yang dihasilkan dari daging kelapa yang

diparut dan kemudian diperas setelah ditambahkan air. Komposisi santan kelapa

bervariasi tergantung berbagai hal seperti varietas, umur, lingkungan tumbuh kelapa serta

metode ekstraksi. Santan dikategorikan sebagai emulsi minyak dalam air, santan

merupakan bahan makanan yang cepat rusak dan berbau tengik dalam beberapa jam, hal
ini dikarenakan santan mempunyai kandungan air, lemak dan protein yang cukup tinggi

(Barasi dkk, 2017).

2.3 Nutrisi Santan Kelapa

Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang

menyedapkan masakan menjadi gurih. Santan kelapa mengandung tiga nutrisi utama,

yaitu lemak sebesar 88.30%, protein sebesar 6.10% dan karbohidrat sebesar 5.60% .

Hal ini sesuai denganpenelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa penambahan

santan kelapa akan menambah cita rasa dan nilai gizi suatu produk yang akan

dihasilkan oleh abon. Santan akan menambah rasa gurih karena kandungan lemaknya

yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian abon yang dimasak dengan menggunakan

santan kelapa akan lebih gurih rasanya dibandingkan abon yang dimasak tidak

menggunakan santan kelapa (Cahyono dkk, 2015).

2.4 Santan Segar

Santan segar mudah mengalami perubahan bila tidak diawetkan. Oleh karena

itu, saat ini telah dikembangkan pengolahannya menjadi santan pasta dan santan

konsentrat yang berdaya simpan lebih lama. Balasubramaniam (1976) menyatakan

bahwa galaktomanan, fosfolipida dan protein dapat berfungsi sebagai emulsifier

(pemantap emulsi) pada santan. Sedangkan fosfolipida di samping sebagai emulsifier,

ternyata dapat menyebabkan perubahan warna menjadi putih kecoklatan akibat

oksidasi asam lemak tak jenuh. Santan pasta atau krim kelapa adalah produk yang
siap untuk dicampur pada pengolahan makanan-makanan tertentu. Bagi masyarakat

perkotaan menggunakan krim kelapa merupakan cara yang sangat praktis (Ariningsih

dkk, 2020).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Analisis Bahan Makanan “Uji Organoleptik Santan”

dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Mei 2021 bertempat di Asrama Putri Monjali,

Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah wadah 3 buah, saringan,

pengaduk, dan sendok. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kelapa

parut, tepung terigu, beras, dan air.

3.3 Prosedur kerja

3.1.1 Pembuatan Santan Menggunakan Air

Diparut satu buah kelapa dan dimasukkan kedalam wadah, dimasukkan air

700 mL Setelah itu, diperas santan dan disaring. Kemudian dilanjutkan dengan

memasukkan air sebanyak 1300 mL diperas dan disaring santan yang didapatkan.

3.1.2 Pembuatan Santan Menggunakan Air Beras

Diparut satu buah kelapa dan dimasukkan kedalam wadah, dimasukkan air

cucian beras (ke-3 dan ke-4) sebanyak 700 mL Setelah itu, diperas santan dan
disaring. Kemudian dilanjutkan dengan memasukkan air cucian beras (ke-3 dan ke-4)

sebanyak 1300 mL diperas dan disaring santan yang didapatkan.

3.1.3 Pembuatan Santan Menggunakan Air Tepung

Diparut satu buah kelapa dan dimasukkan kedalam wadah, dimasukkan air

tepung sebanyak 700 mL Setelah itu, diperas santan dan disaring. Kemudian

dilanjutkan dengan memasukkan air tepung sebanyak 1300 mL diperas dan disaring

santan yang didapatkan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 PembuatanSantanMenggunakan Air

Tabel 1. Hasil Pengujian Sensori Selama 1 Jam


No. Panelis Kenampaka Bau Rasa Tekstur
n
1. A 8 8 6 8
2. B 8 7 6 8
3. C 4 4 4 4
4. D 8 5 8 7
5. E 8 7 7 8
6. F 8 6 4 7
Jumlah 44 37 35 42

Tabel 2. Hasil Pengujian Sensori Selama 2 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 5 4 4 6
2. B 6 5 5 6
3. C 3 4 4 3
4. D 6 5 4 7
5. E 6 5 5 7
6. F 5 2 4 5
Jumlah 31 25 26 34

Tabel 3. Hasil Pengujian Sensori Selama 3 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 4 3 3 4
2. B 3 3 2 3
3. C 2 3 3 3
4. D 4 3 3 3
5. E 4 4 3 4
6. F 5 1 3 3
Jumlah 22 17 17 20
4.1.2 Pembuatan Santan menggunakan Air Cucian Beras

Tabel 4. Hasil Pengujian Sensori Selama 1 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 8 8 8 8
2. B 9 8 8 9
3. C 8 8 8 8
4. D 9 8 9 9
5. E 8 8 8 8
6. F 8 8 6 8
Jumlah 50 48 47 50

Tabel 5. Hasil Pengujian Sensori Selama 2 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 7 7 7 6
2. B 9 8 7 9
3. C 8 8 8 8
4. D 7 8 7 7
5. E 7 7 7 6
6. F 8 9 8 8
Jumlah 46 47 44 44

Tabel 6. Hasil Pengujian Sensori Selama 3 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 5 4 4 5
2. B 5 5 4 5
3. C 7 7 7 7
4. D 6 4 4 5
5. E 5 5 4 5
6. F 9 3 5 7
Jumlah 37 28 28 34
4.1.3 Pembuatan Santan menggunakan Air Tepung

Tabel 7. Hasil Pengujian Sensori Selama 1 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 5 8 6 5
2. B 8 9 8 9
3. C 7 7 7 7
4. D 6 8 6 5
5. E 5 7 6 5
6. F 6 9 8 5
Jumlah 37 48 41 36

Tabel 8. Hasil Pengujian Sensori Selama 2 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 6 8 4 6
2. B 8 9 7 9
3. C 7 7 8 7
4. D 6 8 5 5
5. E 7 8 5 7
6. F 8 9 1 6
Jumlah 42 49 30 40

Tabel 9. Hasil Pengujian Sensori Selama 3 Jam


No. Panelis Kenampakan Bau Rasa Tekstur
1. A 5 5 5 5
2. B 6 5 5 6
3. C 7 7 4 6
4. D 5 5 4 5
5. E 5 5 5 5
6. F 9 7 4 5
Jumlah 37 34 27 32

Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan suatu cara pengujian untuk

mengetahui tanggapan pribadi panelis terhadap kesukaan atau ketidaksukaan

berdasarkan tingkatnya terhdap suatu produk atau sampel. Tingkat kesukaan ini

disebut skala hedonik. Contohnya: amat sangat suka, sangat suka, agak suka, netral,
tidak suka, dan sebagainya. Skala hedonik ini dapat direntangkan atau diciutkan skala

hedonik pun dapat di transformasikan sklala numerik dengan angka menaik sesuai

dengan tingkat kesukaan (Sofiah dan Achyar, 2008).

Pada pengujian uji hedonik ini, sampel yang kami gunakan adalah santan dengan

air biasa, santan dengan air cucian beras dan santan dengan air terigu. Tujuan

dilakukannya uji hedonik ini, adalah untuk mengetahui kecenderungan santan dengan

berbagai macam air apa yang lebih disukai oleh para panelis dengan menggunakan 4

parameter yaitu kenampakan, bau, rasa dan tekstur. Panelis yang kami gunakan

berasal dari panelis tidak terlatih yang berjumlah 6 panelis. Sebelumnya, sampel yang

terdiri dari 3 jenis air yang berbeda-beda, diberi nama sampel terlebih dahulu, yaitu:

Sampel 1 : Santan dengan air

Sampel 2 : Santan dengan air cucian beras

Sampel 3 : Santan dengan air terigu

Tingkatan skoring yang kami gunakan hanya 1-10 tingkat. Kemudian panelis

berhak untuk memberikan penilaian skor berapakah yang didapatkan oleh tiap-tiap

sampel, sesuai dengan kodenya masing-masing, jika dilihat dari 4 parameter tadi

(kenampakan, bau, rasa dan tekstur).

Kemudian jumlah nilai yang sudah didapatkan untuk masing-masing kode dengan

masing-masing parameter, kemudian dijumlahkan dan diambil nilai rata-ratanya.

Untuk kode sampel dengan nilai rata-rata tertinggi, berarti sampel dengan kode

tersebut merupakan jenis santan yang paling banyak disukai oleh konsumen.
Berdasarkan data percobaan diperoleh bahwa hasil uji hedonic dengan

menggunakan pelarut air yang berfungsi sebagai pembanding, pelarut air beras dan

pelarut air tepung dengan lama pendiaman 2 jam. Ketika didiamkan selama 1 jam

terjadi perubahan baik itu air sebagai pembanding maupun air beras dan air tepung

dimana terjadi pada pelarut air warnanya putih susu pada lapisan atas sedangkan pada

lapisan bawah berwarna putih keruh begitupun juga dengan air beras ketika

didiamkan selama satu jam terjadi perubahan yang sama dengan air biasa yaitu

terebntuk dua lapisan pada lapisan atas berwarna putih susu dan pada lapisan bawah

berwarna putih keruh. Berbeda halnya dengan air tepung setelah dibiarkan selama

satu jam terbentuk 3 lapisan yaitu pada lapisan atas bewwarna putih lapisan kedua

berwrana putih kekuningan dan pada lapisn bawah adalah berwarna putih.

Pemisahan air beras dan air biasa terjadi pada waktu yang bersamaan yaitu

pada waktu pendiaman 3,5 menit sedangkan tepung belum terpisah sama sekali masih

sama dengan keadaan awal. tepung mulai menunjukan perubahan diwaktu 9 menit

yaitu menunjukan terbentuknya bercak-bercak dan tepisah ketika lama pendiaman 20

menit sementara air biasa dan air beras lapisan air yang terbentuk makin banyak dan

santan yang terbentuk pada air biasa lebih banyak dibandingkan dengan air beras

seiring dengan lamanya waktu pendiaman. ini menunjukkan bahwa air beras tidak

memberikan pengaruh yang besar untuk homogensitas larutan dibandingkan dengan

air tepung yang memberikan pengarug besar terhadap homogenitas larutan Lama

terpisahnya air tepung dikarenakan masih banyaknya kandungan karbohidart


didalamnya sehigga perlu waktu yang lebih lama untuk terpisah bias juga karena

strukturnya yang agak kental dibandingkan dengan air biasa dan air beras

. Pada waktu yang bersamaan air biasa dan air beras sudah terpisah namun

lebih banyak yang terpisah pada air beras dibandingkan dengan air biasa hal ini

dikarenakan pada air beras.

kenampakannya menunjukkan bahwa rata-rata terbesar yaitu dengan

menggunakan pelarut air biasa yaitu sebesar 8,2 sedangkan untuk pelarut air beras

dan air tepung kenampakannya sama yaitu dengan nilai 8 untuk satu jam pendiaman

ketika sudah 2-3 jam pendiaman kenampakan yang paling disukai oleh penelis yaitu

dengan menggunakan pelarut tepung dengan rata-rata nilai sebesar 6,6 dan 4,2.

Untuk uji bau atau aroma selama 1 jam pendiaman yang paling disukai yaitu

dengan menggunakan pelarut air biasa dan air tepung yaitu dengan nilai rata-rata

yang diperoleh sebesar 8 hal ini dikarenakan menurut penelis untuk uji bau dengan

menggunakan pelarut air biasa dan tepung menghasilkan bau yang masih segar. Pada

dua jam pendiaman santan yang paling disukai baunya adalah yang menggunakan

pelarut air tepung dan pada tiga jam pendiaman yang paling disukai baunya adalah

yang menggunakan pelarut air biasa hal ini disebabkan karena menurut penelis aroma

kesegrannya masih terasa meskipun sedikit dibandingkan dengan air beras dan air

tepung yang mulai agak tengik.

Uji ketiga yaitu dilihat dari rasanya dengan rata-rata yang dihasilkan dari

penggunaan pelarut air biasa, air beras dan air tepung yaitu untuk satu jam dan 2 jam
pendiaman yang paling disukai adalah yang menggunakan pelarut tepung dengan

nilai rata-rata sebesar 7,6 dan 5,8. untuk 3 jam pendiaman yang paling besar adalah

dengan menggunakan pelarut air biasa dengan rata-rata sebesar 3,8.

Terakhir adalah dilihat dari teksturnya, Tekstur merupakan salah satu factor

sensorik yang berkaitan dengan tingkat kekersan dan kelembutan suatu produk.

Tekstur produk makanan dapat dirasakan dengan menggunakan indra peraba salah

satunya mulut yaitu dengan lidah dan bagian-bagia dalam mulut, dapat juga dengan

menggunakan tangan sehingga dapat merasakan tekstur suatu produk makanan.

Tekstur juga menjadi salah satu factor penentu kualitas yang perlu perhatikan.

Berdasarkan data pengamatan maka diperoleh rata-rata tertinggi yaitu dengan

menggunakan pelarut air biasa dengan pendiaman satu hingga tiga jam berturut-turut

adalah 8,6,2 dan 4,2. Berdasarkan uji hedonic baik dari kenampakan, bau, rasa dan

teksturnya dengan lama pendiaman selama satu jam hingga tiga jam pendiaman nilai

dari rata-ratanya semakin rendah.

4.2 Pembahasann

Percobaan ini menggunakan uji organoleptik untuk menilai produk yang

dihasilkan melalui aspek yang meliputi rasa, kenampakan, bau, dan tekstur. Dalam

percobaan ini, uji oragnoleptik yang digunakan adalah uji hedonik dengan menggunakan

skala lima tingkat. Jadi, pilihan yang paling disukai memiliki nilai yang tertinggi, dan

pilihan paling tidak disukai memiliki nilai terendah.


Teknik uji hedonic adalah teknik yang dirancang untuk mengukur tingkat

keinginan suatu produk.Uji hedonic merupakan pengujian yang paling banyak

digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produksi.Tingkat kesukaan ini

disebut skala hedonic, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak

suka, sangat tidak suka dan lain-lain.Skala hedonic dapat direntangkan atau dicuitkan

menurut rentangan skala yang dikehendaki.Dalam analisis datanya, skala hedonic

ditransformasikan kedalam skala angka menurut tingkat kesukaan (dapat 5, 7 atau 9

tingkat kesukaan).Dengan data ini dapat dilakukan analisis statistic. Teknik uji

hedonic dirancang untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap suatu produk

(Suryono, 2018).

Dalam uji mutu hedonik, panelis diminta untuk memberikan tanggapan atas

hasil produk santan kelapa. Pengujian organoleptik disebut sebagai penilaian dengan

indera atau penilaian sensori yang memanfaatkan panca indera manusia untuk

mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, dan rasa suatu produk.Bagian organ tubuh

yang berperan dalam penginderaan adalah mata, telinga, indera pencicip, indera

pembau dan indera peraba atau sentuhan. Menurut Lailiyana (2012), tujuan uji

organoleptik adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensori

tertentu dapat diterima oleh masyarakat.

Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa perlakuan santan kelapa diperoleh rata-

rata nilai terhadap kenampakan berkisar antara 3,8 - 8,2 (agak tidak suka – sangat

suka). Nilai tertinggi kenampakan terdapat pada santan dengan air biasa (1 jam) dan
nilai terendah terdapat pada perlakuan santan dengan air cucian beras (3 jam). Uji hedonik

perlakuan santan kelapa dengan menggunakan beberapa pelarut memberikan pengaruh nyata

terhadap kenamoakan santan yang dihasilkan. Semakin lama waktu yang digunakan untuk

pendiaman santan maka kenampaka santan semakin membentuk dupenaa lapisan.

Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa perlakuan santan kelapa diperoleh rata-

rata nilai terhadap bau berkisar antara 3 - 8 (tidak suka-sangat suka).Nilai tertinggi bau

terdapat pada perlakuan santan dengan air biasa(1 jam) dan santan dengan air campuran

terigu(1 jam), nilai terendah terdapat pada perlakuan santan dengan air cucuian beras (3

jam). Hasil uji hedonic perlakuan santan kelapa dengan beberapa perlaut memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap bau santan yang dihasilkan.

Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa perlakuan santan kelapa diperoleh rata-

rata nilai terhadap rasa berkisar antara 2,6 – 7,6 (tidak suka – suka). Nilai tertinggi rasa

terdapat pada perlakuan santan dengan air campuan terigu (1 jam), nilai terendah terdapat

pada perlakuan santan dengan air campiran terigu (3 jam). Hasil uji hedonic perlakuan

santan kelapa dengan beberapa macam pelarut memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap rasa santan yang dihasilkan.Setiap panelis memiliki hak penilaian tersendiri

terhadap rasa pada santan yang dihasilkan. Terdapat 5 jenis rasa yang bisa dikecap oleh

lidah yaitu manis, asam, asin, pahit, dan gurih. Secara umum santan yang dihasilkan dari

penelitian ini mempunyai rasa manis.

Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa perlakuan santan kelapa diperoleh rata-

rata nilai terhadap tekstur berkisar antara 2,8 - 8 (tida suka – sangat suka). Nilai tertinggi

tekstur terdapat pada perlakuan santan dengan air biasa (1 jam) dan nilai terendah
terdapat pada perlakuan santan dengan air campuran terigu (3 jam). Hasil uji hedonik

perlakuan santan kelapa dengan beberapa pelarut memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap tekstur santan yang dihasilkan.Tekstur merupakan salah satu faktor sensori yang

berkaitan dengan tingkat kekerasan dan kelembutan suatu produk (Sulkarnain, 2018).

Tekstur produk makanan dapat dirasakan dengan menggunakan indera peraba salah

satunya mulut yaitu dengan lidah dan bagian-bagian di dalam mulut, dapat juga dengan

menggunakan tangan sehingga dapat merasakan tekstur suatu produk makanan. Tekstur

juga menjadi salah satu faktor penentu kualitas yang perlu diperhatikan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini yaitu berdasarkan hasil pengamatan

diperoleh bahwa santan dengan pelarut air biasa merupakan perlakuan terbaik dari

masing-masing perlakuan dengan menghasilkan rerata tertinggi pada setiap

jamnya.Hal ini menyatakan bahwa santan dengan pelarut air biasa lebih disukai

panelis jika dibandingkan dengan pelarut lain.Hasil uji hedonik terbaik yaitu

kenampakan 9 (sangat suka), bau 9 (sangat suka), rasa8 (sangat suka), dan tekstur8

(sangat suka).

DAFTAR PUSTAKA
Ariningsih, S., Reno Fitri Hasrini dan Ainun Khoiriyah.2020.Analisis Produk Santan
Untuk Pengembangan Standar Nasional Produk Santan Indonesia.Prosiding
Ppis 2020 – Tangerang Selatan. 1(1).
Barasi, E., Feti Fatimah, dan Chirstine Mamuaja.2017. Karakterisasi Santan Di
Sulawesi Utara Sebagai Bahan Baku Santan Instan.Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado Fakultas
Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Cahyono, M.A., dan Sudarminto Setyo Yuwono. 2015. Pengaruh Proporsi Santan
Dan Lama Pemanasan Terhadap Sifat Fisiko Kimia Dan Organoleptik Bumbu
Gado-Gado Instan.Jurnal Pangan Dan Agroindustri.3(3).
Lailiyana.2012. Analisis Kandungan Zat Gizi Dan Uji Hedonik Cookies Pada Siswi
Smpn 27 Pekanbaru.Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Depok.
Marlina, Dwi Wijayanti, Ivo Pangesti Yudiastari, dan Lilis Safitri. 2017. Pembuatan
Virgin Coconut Oil dari Kelapa Hibrida Menggunakan Metode Penggaraman
Dengan Nacl Dan Garam Dapur. Jurnal Chemurgy. 1(2).
Sulkarnain, D. 2018. Pemanfaatan Talas (Colocasia Esculenta L) Menjadi Es Krim
Nabati Dengan Penambahan Santan Dan Karagenan, Universitas
Tanjungpura, Fakultas Pertanian, Pontianak, (Skripsi).

Anda mungkin juga menyukai