BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :
NIM : 11409719071
TINGKAT : II (Dua)
SEMESTER : IV (Empat)
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan pendahuluan
keperawatan anak dengan kasus ,telah di setujui oleh pembimbing lahan dan
pembimbing akademik.di Ruang anak RSUD,Ulin Banjarmasin.
.
Siti rafiah
NIM. 11409719071
Menyetujui
Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan pendahuluan
keperawatan anak dengan kasus ,telah di setujui oleh pembimbing lahan dan
pembimbing akademik.di Ruang anak RSUD,Ulin Banjarmasin.
.
Siti rafiah
NIM. 11409719071
Menyetujui
Wenny Rusyanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep
TB abdomen ialah kasus yang paling umum dari TB ekstra paru, yang terdiri
dari tuberkulosis dari saluran pencernaan, peritoneum, omentum, mysentery,
dan kelenjar getah bening, serta organ abdomen lainnya seperti hati, limpa,
dan pankreas. Kasus TB ekstra paru melibatkan 11-16% dari semua pasien
tuberkulosis yang mana 3-4% diantaranya merupakan kasus dengan TB
abdominal.
Tb abdomen dapat meniru berbagai kondisi perut lainnya dan hanya tingkat
kecurigaan yang tinggi yang dapat membantu dalam diagnosis, jika tidak
segera terjawab atau tertunda dapat mengakibatkan morbiditas tinggi dan
kematian.
TB abdomen juga merupakan kondisi ketika bakteri Mycobacterium
tuberculosis menginfeksi organ perut, peritoneum (selaput dalam rongga
perut), dan usus. Bakteri TB dapat menyebar ke organ perut melalui darah,
getah bening, maupun dahak yang tertelan. Risiko untuk terkena penyakit ini
meningkat pada orang yang daya tahan tubuhnya rendah, seperti penderita
kekurangan gizi, diabetes, atau HIV.
B. TAMPILAN KLINIS
Tuberkulosis abdomen mempunyai 4 tampilan klinis mayor, yaitu 4 :
1. Limfadenopati mesenterika
Penyakit dimulai perlahan dengan penurunan berat badan, demam tidak
begitu tingi yang hilang timbul, dan rasa lemas.Seiring dengan perjalanan
penyakit yang kian lama kian progresif, mulailah timbul pembengkakan
pada abdomen yang disebabkan baik karena akumulasi cairan di dalam
rongga abdomen maupun karena pembesaran kelenjar getah bening
secara masif.Apabila penyakit ini terus berkembang, maka akan timbul
gejala tambahan berupa anemia, hipoalbuminemia dan oedem perifer yang
sering disertai dengan limfoedema.Perkejuan masif pada kelenjar limfe
mesenterika muncul.Ruptur nodus merupakan komplikasi mayor pada
bentuk tuberkulosis ini dengan penyebaran basil ke dalam rongga
abdomen sehingga menyebabkan peritonitis tuberkulosis dengan tuberkel-
tuberkel di permukaan peritoneum.
2. Daerah ileocaecal
Daerah gastrointestinal yang sering terlibat adalah daerah ileocaecal. TB
pada ileocaecal dan usus halus ditandai dengan massa yang teraba pada
kuadran kanan bawah atau didapatkan komplikasi berupa obstruksi,
perforasi atau malabsorpsi, terutama jika sudah terdapat striktur. Gejala
yang sering muncul yaitu mual dan nyeri. Nyeri mungkin disebabkan
karena adanya obstruksi akibat striktur yang biasanya terjadi di ileum
terminal.4 Nyeri biasanya berlokasi di bagian tengah abdomen atau di
fossa iliaca dextra.4,5 Suatu massa mungkin dapat teraba di fossa iliaca
dextra dan biasanya sering timbul demam, diare dan penurunan keadaan
umum.4,5 Perforasi, meskipun tidak biasa terjadi, dapat saja timbul dan
dapat menyebabkan nyeri abdomen yang luas yang mengarah kepada
peritonitis.4,5,8.Gejala klinis lain yang jarang adalah dysphagia,
odynophagia dan ulkus esophagus pada TB yang mengenai esophagus,
dyspepsia dan gastric outlet obstruction pada TB Gastroduodenal, nyeri
abdomen bagian bawah dan hematochezia karena TB colon dan striktur
rectum atau fistula perianal yang multiple dapat disebabkan TB pada anus
dan rectum.
3. Penyakit kolon dan anorektal.
Infeksi dapat terbatas sampai kolon bikla gejala yang muncul terdiri dari
nyeri kolik di kuadran bawah abdomen, perubahan kebiasaan buang air
dan demam.4 Pembentukan striktur adalah komplikasi yang sering terjadi.4
Tuberkulosis yang terjadi di sebelah distal ileocaecal adalah suatu hal yang
tidak biasa dan jarang dipertimbangkan sebagai diagnosis banding bila
suatu proses penyakit berlokasi di usus besar.5 Tuberkulosis juga
terkadang mengenai kanalis ani dimana ia dapat menyebabkan ulkus yang
pada awalnya tidak dapat dibedakan dengan fissure ani sederhana.4 Bila
penyakit ini mengenai daerah perianal,maka dapat tertukar dengan
penyakit Chorn’s, aktinomikosis, fistula ani, colloid carcinoma, sarcoidosis
dan penyakit kulit lainnya.5 Fistula ani merupakan tampilan klinis yang
paling sering dari tuberkulosis anorektal (sekitar 80%-90%).5 Penyakit
anorektal mungkin dapat dipersulit oleh adanya pembentukan fistula dan
abses.4 Suatu fistula tuberkulosis harus dipertimbangkan bila pada lubang
ke arah kulit terlihat kasar, dimana terdapat tidak ada atau ada indurasi
ringan dengan cairan yang encer.
4. Peritonitis
Bentuk infeksi tuberkulosis ini mungkin terhitung sekitar 25-30% dari
penyakit tropis dan proporsinya hampir sama atau bahkan lebih tinggi pada
pasien imigran di negara berkembang.4 Sama seperti sebelumnya, onset
penyakitnya bersifat perlahan-lahan, biasanya berhubungan dengan
demam dan penurunan kesadaran.4 Keterlibatan peritoneal dapat
menyebabkan asites yang progresif (tipe basah) atau keterlibatan
peritoneal yang meluas tanpa disertai asites tetapi disertai dengan adhesi
(tipe kering) dan tipe fibrosis dimana terdapat penebalan omentum,
perlengketan yang luas dan ascites yang terlokalisir.4,8 Kadang-kadang
peritonitis dapat terjadi secara tiba-tiba, biasanya berhubungan dengan
ruptur masif dari kelenjar limfe abdomen yag mengalami nekrosis
perkejuan.
C. ANATOMI
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara toraks
dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang
terbentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk
membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai
adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan horizontal dan
dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut membagi dinding
anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang
diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan,
yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di
kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan
iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale. Regio abdomen
tersebut adalah:
1. Saluran cerna
2. Peritoneum, misalnya asites
3. Kelenjar getah bening
4. Organ padat, misalnya hati, limpa dan pankreas.
Mycobacterium tuberculosis
VMengonsumsi
makanan/menelan dahak
DRDroplet/orang yang posisitf TB
yang terkontraminasi
microbactrium bovis panas
alvioli
Produksi sekret berlebih
Nyeri perut/abdomen
Sekresi tertahan/sulit di keluarkan
prikarditis Intoleransi
hematogen aktivitas
n Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Lemas dan lemah
Peritorium
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan
berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi
pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit- penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti
Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
6. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
7. Pengkajian Pola Fungsi
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol
dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit.
Pola nutrisi dan metabolism
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan
pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.
pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
8. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum
pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Nyeri akut berhubungan dengan agenpencedra biologis (tb.abdomen)
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrisi menurun
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi :
1. Memudahkan
pengenceran
dan
pembuangan
sekret.
Koordinasi
pengobatan/jad
wal dan
masukan oral
menurunkan
muntah karena
batuk,
pengeluaran
sputum.
2. Cairan
diperlukan
untuk
menggantikan
kehilangan dan
memobilisasi
sekret.
Setelah dilakukan 1. Suhu 38,9ºC –
2 Hipertermi b.d Mandiri :
tindakan 41,1ºC
proses penyakit 1. Pantau
keperawatan menunjukkan
suhu klien
dalam waktu….x24 proses penyakit
(derajat dan
jam maka masalah infeksi akut.
polanya)
keperawatan dapat Pola demam
perhatikan
diatasi dengan dapat
menggigil
kriteria hasil : membantu
atau
1. Konvulsi dalam
diaphoresis
2. Kulit diagnosis,
2. Pantau
Kemerahan misalnyakurva
suhu
3. Peningkatan demam lanjut
lingkungan,
suhu tubuh di berakhir lebih
batasi/tamb
atas kisaran dari 24 jam
ahkan linen
normal menunjukkan
tempat tidur,
4. Takikardi pneumonia
sesuai
5. Takipnea pneumokokal,
indikasi .
6. Kulit terasa demam skarlet
3. Berikan
hangat atau tifoid,
kompres
demam remiten
hangat,
(bervariasi
hindari,
hanya beberapa
hindarkan
derajat pada
penggunaa
arah tertentu).
n alkohol.
2. Suhu
4. Anjurkan
ruangan/jumlah
pakaian
selimut harus
longgar dan
diubah untuk
tipis
mempertahanka
5. Anjurkan
n suhu
perbanyak
mendekati
minum air
normal
putih
3. Dapat
membantu
Kolaborasi : mengurangi
1. Kolaborasi demam,
dengan tim penggunaan air
medis es/alkohol
pemberian mungkin
antipiretik. menyebabkan
kedinginan,
peningkatan
suhu secara
aktual. Selain
itu, alkohol
dapat
mengeringkan
kulit.
4. Membantu
menyerap uap
panas
5. Mengganti
cairan tubuh
yang keluar
bersamaan
dengan uap
panas
Kolaborasi :
1. Digunakan
untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
hipothalamus,
meskipun
demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme, dan
meningkatkan
autodestruksi
dari sel-sel
yang terinfeksi.
NOC: Pain 1. Untuk
3 Nyeri akut
Pain level Management : mengetahui
. berhubungan
Pain control : 1. Monitor tanda keadaan umum
dengan
Setelah tanda vital pasien
agenpencedra
dilakukan 2. Observasi 2. Mengetahui
biologis
perawatan selama ketidak tingkat nyeri
2x24 jam nyamanan klien
(tb.abdomen)
diharapkan nyeri non verbal 3. Mengetahui
berkurang dengan 3. Lakukan secara
kriteria hasil : pengkajian keseluruhan
- Mampu yang dan untuk
mengontrol komprehensif mengetahui
nyeri (meliputi sejauh aman
- Melaporkan lokasi, nyeri yang di
bahwa nyeri karakteristik, rasakan pasien
berkurang durasi, 4. Untuk
dengan frekuensi. mengurangi
menggunakan 4. Ajarkan teknik rasa nyeri yang
manajemen non di alami klien
nyeri farmakologi 5. Di harapkan
.Menyatakan rasa misalnya nyeri dapat
nyaman setelah relakssasi, hilang dank lien
nyeri berkurang distraksi, merasa lebih
nafas dalam nyaman
5. Kolaborasi
dengan
tenaga medis
untuk
pemberian
analgesik
Setelah dilakukan 1. Evaluasi
4 Intoleransi 1. Merupakan
tindakan respon pasien
. aktifitas b.d kemampuan,
keperawatan terhadap
kelemahan kebutuhan
dalam waktu….x24 aktivitas.
pasien dan
jam maka masalah 2. Berikan
memudahkan
keperawatan dapat lingkungan
pilihan
diatasi dengan tenang dan
interan.
kriteia hasil : batasi
2. Menurunkan
1. Nafas normal pengunjung
stress dan
2. Sianosis selama fase
rangsangan
3. Irama jantung akut sesuai
berlebihan,
indikasi
meningkatkan
3. Bantu pasien
istirahat.
memilih posisi
3. Pasien
nyaman untuk
mungkin
istirahat atau
nyaman
tidur.
dengan
4. Bantu aktivitas
kepala tinggi,
perawatan diri
tidur di kursi.
yang
4. Meminimalka
diperlukan
n kelelahan
dan
membantu
keseimbanga
n suplai dan
kebutuhan
oksigen
D. IMPLEMENTASI
Implementasi yaitu keterkaitan dan interaktif dengan komponen lain dari
proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali pasien,
modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan
sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus
berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi dan
metode implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
1) Fase persiapan, mencakup pengetahuan tentang rencana, validasi
rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan
rencana, persiapan pasien dan lingkungan.
2) Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan
berorientasi dengan tujuan. Implementasi dapat dilakukan dengan
intervensi mandiri dan kolaborasi.
3) Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien
setelah implementasi selesai terlaksana
(potter and pery, 2005)
E. EVALUASI
Fase selanjutnya dalam proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Yang perlu dievaluasi adalah keakuratan
dan kualitas data, tercapai atau tidaknya keluhan pasien, serta pencapaian
tujuan serta ketepatan perencanaan keperawatan.
Tujuan evaluasi yaitu untuk memberikan umpan balik rencanaa
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja
keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan serta hasil akhir dengan standar yang telah
ditentukan terebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis. Dalam :Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi
I, dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing. 20019: 2230-2239.