Lapkas Bipolar Antonius
Lapkas Bipolar Antonius
Disusun oleh:
Antonius Michael
01073200116
Pembimbing:
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ibu M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 16 September 1955
Usia : 65 tahun
Bangsa / Suku : Indonesia / Jawa
Agama : Muslim
Pendidikan : D3 Ilmu Perhotelan
Pekerjaan : Staff TVRI (Pensiun)
Status Perkawinan : Janda
Alamat : Pesenggarahan, Jakarta Selatan
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Dulu, pernah mendengar suara
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : ide cukup, bicara spontan
b. Kontinuitas : koheren
c. Hendaya Berbahasa : tidak terganggu
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : tidak ditemukan
b. Waham : erotomania dan kebesaran
G. Pengendalian Impuls
Terkendali
H. Judgement dan Tilikan
Pada pasien, tilikan yang sesuai dengan pemahaman penyakit pasien
adalah derajat III, di mana pasien menyalahkan faktor eksternal
(dalam kasus ini adalah mantan suami pasien) yang menyebabkan
pasien dirawat karena gangguan tidur.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
Berat Badan: 50 Kg
Tinggi Badan: 152cm
IMT: 21.64
Tekanan Darah: 120 mmHg (Sistol) / 90 mmHg (Diastol)
Suhu tubuh: 36.7oC
Denyut jantung: 90 bpm
Laju napas: 20 bpm
GCS: E4 V5 M6
Kesadaran: kompos mentis
A. Status Internus
a. Sistem kardiovaskular: dalam batas normal
b. Sistem respiratorius: dalam batas normal
c. Sistem gastrointestinal: dalam batas normal
d. Sistem muskuloskeletal: Ad regio genu dextra
Look : Tidak tampak deformitas
Feel : Tidak teraba hangat, nyeri tekan
Move : Range of Movement terbatas
e. Sistem urogenital: dalam batas normal
f. Sistem dermatologi: dalam batas normal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Dislipidemia dan Diabetes Mellitus tipe 2
2. Psikologik : Gangguan Afektif Bipolar
3. Sosial/Keluarga/Budaya : Pasien merasa kesepian karena ditinggal
suami dan tidak ada yang dapat mengurus pasien
XI. PROGNOSIS
A. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik:
• Tidak terdapat gangguan mental organik
• Aktivitas pasien sehari-hari masih baik dalam pengawasan
• Afek masih selaras, fungsi kognitif, dan memori masih dalam
batas normal
• Pasien bersedia menerima terapi dan mengonsumsi obat
B. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk
• Pasien yang terkadang bosan dan tidak bersemangat
• Pasien tidak memiliki keluarga yang dapat membantu mengurus
pasien secara rutin
• Pasien beberapa kali sempat merasa ingin mati
XII. TERAPI
Prinsip terapi pada pasien dengan gangguan bipolar adalah terapi
bertahap. Pertama, keamanan dan kenyamanan pasien harus terjamin.
Kedua, evaluasi diagnostik yang lengkap terhadap pasien harus dilakukan.
Ketiga, rencana terapi harus berfokus tidak hanya kepada gejala yang
dialami saat itu juga; namun harus mempertimbangkan fungsi dan kualitas
hidup pasien di kemudian hari. Satu hal yang perlu diingat, yaitu walaupun
pemberian terapi farmakologi dan psikososial dapat meringankan gejala
yang dialami pasien, stresor dan tekanan dari lingkungan dapat
mengakibatkan relaps dan bahkan perburukan dari gejala yang dialami.
Maka dari itu, tatalaksana juga harus mencakup melatih kemampuan pasien
untuk menyesuaikan dan mengurangi stresor atau tekanan lingkungan.
A. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka dari pasien dengan gangguan bipolar
dapat dibagi menjadi dua, yaitu terapi fase akut dan fase
maintenance. Tidak hanya itu, tatalaksana pasien dengan gangguan
bipolar harus melibatkan tatalaksana dari episode-episode manik,
hipomanik, atau depresi. Lihthium jika dikombinasikan dengan
obat-obatan golongan lain seperti antidepresan, antipsikotik, dan
benzodiazepin merupakan obat-obatan yang paling sering
digunakan untuk menangani penyakit ini. Obat-obatan golongan
antidepresan, antipsikotik, dan benzodiazepin memiliki efek
augmentatif terhadap lithium. Obat-obatan golongan antikonvulsan
yang memiliki efek mood stabilizing seperti karbamazepin, valproat,
dan lamotrigin dapat ditambahkan sebagai pilihan terapi. Beberapa
jenis antipsikotik atipikal juga dapat diberikan sebagai tatalaksana
episode mania akut, satu sebagai monoterapi untuk depresi akut, dan
tiga untuk tatalaksana profilaktik.
2. Episode Depresi:
(a). Lima (atau lebih) dari gejala berikut harus ada sekurang-
kurangnya selama 2 minggu. Setidaknya salah satu gejalanya
merupakan depressed mood atau loss of interest or pleasure.
Gangguan yang disebabkan oleh kondisi medis lain tidak boleh
diikut sertakan.
i. Mood yang depresif hampir setiap hari (seperti merasa sedih,
kosong, atau hopeless). Atau dilihat dari observasi orang lain
(pasien yang terlihat menangis atau murung). Pada anak atau
orang tua dapat terlihat mood yang labil.
ii. Kehilangan keinginan atau kesenangan yang nyata dalam
segala hal hampir setiap hari.
iii. Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan
diet atau peningkatan berat badan (perubahan 5% dari berat
badan selama 1 bulan), atau peningkatan atau kurangnya napsu
makan hampir setiap hari. (pada anak-anak lebih
memperhatikan kegagalan untuk mencapai berat badan yang
diharapkan).
iv. Sulit tidur atau tidur terlalu banyak hampir setiap hari.
v. Psychomotor agitation or retardation hampir setiap hari
(diobservasi dari orang lain atau perasaan subjektif merasa
lamban dan lelah)
vi. Lemas atau kehilangan energi hampir setiap hari.
vii. Merasa tidak berguna atau terus merasa bersalah hampir setiap
hari.
viii. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi
hampir setiap hari.
ix. Pengulangan pikiran untuk mati (atau takut akan kematian),
atau ide untuk bunuh diri tanpa rencana spesifik. Pasien juga
bisa sudah mencoba melakukan bunuh diri atau memiliki
rencana spesifik untuk bunuh diri.
(b) Gejala tersebut akan mengakibatkan pengurangan atau gangguan
pada kehidupan sosial, pekerjaan, dan lainnya.
(c) Episode gejala tersebut bukan merupakan efek dari obat-obatan
atau keadaan medis lain.
3. Kriteria Bipolar 1:
Untuk diagnosis Bipolar Disorder I, perlu memenuhi kriteria manik.
(a) Kriteria episode manik minimal telah terpenuhi 1 kali (Kriteria
A-D pada Episode manik diatas)
(b) Munculnya gejala Manik dan major depressive episode(s) tidak
dijelaskan oleh gangguan schizoaffective disorder, schizophrenia,
schizophreniform disorder, delusional disorder, or other specified or
unspecified schizophrenia spectrum dan gangguan psikotik lainnya.
Kriteria diagnosis Bipolar I terpenuhi. Pasien memiliki riwayat
episode manik, dan juga gangguan afek lain berupa depresi.
F34.0 Siklotimia
Ciri esensial ialah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana
perasaan), meliputi banyak episode depresi ringan dan hipomania
ringan, di antaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk
memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan
depresif berulang (F33.-)
Setiap episode alunan efektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria
untuk kategori manapun yang disebut dalam episode manik (F30.-) atau
episode depresif (F32.-).
Pada pasien ini, diagnosis siklotimia dapat dijadikan diagnosis banding
atas dasar fluktuasi suasana hati pasien selama menjalani perawatan di
Sanatorium Dharmawangsa. Walaupun pasien pernah mengalami
episode depresi dan mania yang cukup jelas, episode kini mencakup
gejala yang ringan dan telah terjadi selama berminggu-minggu
berdasarkan keluhan pasien. Gejala yang dialami tidak parah sehingga
mengganggu aktivitas pasien, namun nyata. Diagnosis ini dibantah oleh
karena alasan hirearki, di mana pasien pernah terdiagnosis menderita
bipolar, dan bahwa pasien dengan gangguan siklotimia tidak memiliki
fitur-fitur yang terdapat pada pasien dengan bipolar.
XIV. FORMULASI PSIKODINAMIKA
Pada pasien, psikopatologi dicetuskan oleh karena faktor
kehilangan. Faktor kehilangan yang dialami adalah oleh karena ditinggal
oleh suaminya sejak 26 tahun yang lalu, dan perasaan ditinggal oleh
saudara-saudaranya yang telah meninggal dan terkesan “menjebloskan”
dirinya untuk tinggal di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien juga merasa
kehilangan setelah orangtua pasien meninggal.
REFERENSI
1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Psychosomatic Medicine. Pataki CS, Sussman
N (eds). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry, 11th ed. Philadelphia,
USA: Wolters Kluwer; 2015. pp. 370-380.
2. Maslim R. F30 - F39 : Gangguan Suasana Perasaan [Mood]. Maslim R
(ed). BUKU SAKU DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA, 3rd ed. Jakarta: PT Nuh
Jaya; 2013. pp. 58-69.
3. Maslim R. OBAT ANTI-PSIKOSIS. Maslim R (ed). BUKU SAKU
DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA, 4th ed. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2014. pp. 16-
26.
4. Lakshmi Y. Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments
(CANMAT) and International Society for Bipolar Disorders (ISBD)
collaborative update of CANMAT guidelines for the management of patients
with bipolar disorder: update 2013.
5. Banki CM. [Olanzapine: a second generation antipsychotic drug and an
"atypical" mood stabilizer?].. Psychiatrica Hungarica 2007; 22(4): 311-320.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
6. Modak T, Kumar S, Pal A, Gupta R, Pattanayak RD, Khandelwal SK.
Chlorpromazine as Prophylaxis for Bipolar Disorder with Treatment- and
Electroconvulsive Therapy-Refractory Mania: Old Horse, New Trick. Indian
Journal of Psychological Medicine 2017; 39(4): 539-541.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/