Contoh (Modul)
Contoh (Modul)
Disusun Oleh:
LULU MEILINA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
JNR0200040
Jl. Lingkar Kadugede No.02 Kuningan-Jawa Barat
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, karena atas rahmat dan
berkah-Nya lah saya dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Modul
Keperawatan: Konsep Cedera Kepala Ringan, Sedang Blok Neurologi Stase
Keperawatan Gadar & Kritis”.
Modul yang telah saya buat ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah keperawatan gawat darurat dan kritis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kuningan (STIKKU). Dalam menyusun modul ini, saya mendapat bimbingan,
motivasi, hingga bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Definisi ........................................................................................ 7
B. Etiologi ........................................................................................ 8
D. Klasifikasi ................................................................................... 12
F. Komplikasi .................................................................................. 17
H. Penatalaksanaan ......................................................................... 19
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ............................................................................. 21
3. Intervensi ............................................................................... 31
4. Implementasi ......................................................................... 41
ii
5. Evaluasi ................................................................................. 41
V. Berpikir Kritis
B. Pertanyaan .................................................................................. 42
iii
Modul Keperawatan |1
MODUL KEPERAWATAN
KONSEP CEDERA KEPALA RINGAN, SEDANG BLOK NEUROLOGI
STASE KEPERAWATAN GADAR & KRITIS
PROGRAM PROFESI NERS STIKKU
I. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas modul ini mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala ringan,
sedang
a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu Skin atau
kulit, Connective tissue atau jaringan penyambung, Aponeurosis atau
galea aponereutika, Loose connective tissue atau jaringan penunjang
longgar dan Pericranium. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh
darah sehingga perdarahan akibat liseran kulit kepala akan
menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-
anak.
b. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis krani. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal
dan oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis,
namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak
rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat
proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3
fosa yaitu: fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat
temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak
serebelum.
Modul Keperawatan |3
Struktur tulang yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari tulang
kranium dan tulang muka. Tulang kranium terdiri dari 3 lapisan:
lapisan luar, diploe dan lapisan dalam. Lapisan luar dan dalam
merupakan struktur yang kuat sedangkan diploe merupakan struktur
yang menyerupai busa. Lapisan dalam membentuk rongga / fosa: fosa
anterior (didalamnya terdapat lobus frontalis), fosa tengah (berisi
lobus temporalis, parietalis, oksipitalis), fosa posterior (berisi otak
tengah dan sereblum).
c. Lapisan pelindung otak / Meninges
Terdiri dari 3 lapisan meninges yaitu durameter, arakhnoid dan
piameter.
1) Durameter ( lapisan sebelah luar )
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat
tebal dan kuat. Durameter ditempat tertentu mengandung rongga
yang mengalirkan darah vena ke otak.
2) Arakhnoid (lapisan tengah)
Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan
piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan
otak yang meliputi susunan saraf sentral.
3) Piameter (lapisan sebelah dalam)
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan
otak, piameter berhubungan dengan araknoid melalui struktur-
struktur jaringan ikat yang disebut trabekel (Ganong, 2002
dalam Gabriella, 2019).
d. Otak
Gambar 2. Otak
Modul Keperawatan |4
B. Etiologi
Menuurut Nurarif, AH & Kusuma, H (2015) mekanisme cidera
kepala meliputi Cedera Akselerasi, Deselersi, Akselerasi-Deselerasi,
Coup-Countre Coup, dan Cedera Rotasional.
1. Cedera Akselerasi
Tejadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak (misal, alat pemukul menghantam kepala atau peluru
yang ditembakkan ke kepala).
2. Cedera Deselerasi
Modul Keperawatan |9
3. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan di defenisikan sebagai suatu perihal
atau perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan
cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan
fisik pada barang atau orang lain (secara paksa).
Beberapa mekanisme yang timbul terjadi cedera kepala adalah
seperti translasi yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi
apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-
tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala
akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Saputra (2017), menyebutkan bahwa manifestasi klinis
untuk cedera kepala ringan:
M o d u l K e p e r a w a t a n | 11
D. Klasifikasi
Menurut Nurarif, AH & Kusuma, H (2015) Cedera kepala di bagi
menjadi beberapa klasifikasi, diantaranya:
1. Berdasarkan berat ringan nya (Glasgown Coma Scale)
a. Cedera Kepala ringan/minor
1) GCS 14-15
2) Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi
kurang dari 30 menit
3) Tidak ada faktur tengkorak
4) Tidak ada kontusia serebral, hematoma
b. Cedera kepala sedang
1) GCS 9-13
2) Kehilangan kesadaran, amnesia lebih dari 30 menit
tetapi kurang dari 24 jam
3) Dapat mengalami faktur tengkorak
4) Diikuti kontusia serebral, laserasi, dan hematoma
intrakranial
c. Cedera kepala berat
1) GCS 3-8
2) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih
dari 24 jam
3) Juga meliputi kontusia serebral, laserasi, dan
hematoma intrakranial
verbal
Berdasarkan rangsang 2 Berdasarkan
nyeri rangsang nyeri
Tidak memberi respon 1 Tidak memberi
respon
Respon Verbal
Orientasi baik 5 Senyum. Orientasi
terhadap obyek
Percakapan kacau 4 Menangis tetapi
dapat ditenangkan
Kata-kata kacau 3 Menangis dan tidak
dapat ditenangkan
Mengerang 2 Mengerang dan
agitatif
Tidak memberi respon 1 Tidak memberi
respon
Respon Motorik
Menurut perintah 6 Aktif
Melokalisir 5 Melokalisir
rangsangan nyeri rangsangan nyeri
Menjauhi rangsangan 4 Menjauhi
nyeri rangsangan nyeri
Fleksi abnormal 3 Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal 2 Ekstensi abnormal
Tidak memberi respon 1 Tidak memberi
respon
Sumber: Nurarif, AH & Kusuma, H (2015)
Trauma Kepala
Risiko Cedera
Mesenfalon Tonsil cerebrum
tertekan bergeser
Imobilisasi
Gangguan
Gangguan Mobilitas Fisik
Kesadaran Ansietas
F. Komplikasi
Menurut Gabriella (2019), Kemunduran pada kondisi pasien
mungkin karena perluasan hematoma intracranial, edema serebral
progresif, dan herniasi otak.
1. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK
pada pasien yang mendapat cedera kepala, puncak
pembengkakan yang terjadi kira-kira 72 jam setelah cedera. TIK
meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk membesar
meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak
diakibatkan trauma.
2. Defisit neurologic dan psikologic
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal
seperti anosmia(tidak dapat mencium bau-bauan) atau
abnormalitas gerakan mata, dan deficit neurologic seperti afasia,
efek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy.
3. Komplikasi lain secara traumatic
a. Infeksi iskemik (pneumonia, SK, sepsis)
b. Infeksi bedah neurologi (infeksi, luka, meningitis,
ventikulitis)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arif Mutaqin (2008), Pemeriksaan Penujunang Pasien
cedera Kepala :
1. CT Scan
Mengidentifikasi luasnya lesi, pendarahan, determinan,
ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
2. MRI
Digunakan sama dengan CT scan dengan/tanpa kontras
radioaktif.
3. Cerebral Angiography
M o d u l K e p e r a w a t a n | 18
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih
dahulu.
c. Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-
muntah, hanya cairan infus dextrose 5%, amnifusin,
aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3
hari kemudian diberikan makanan lunak.
d. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
e. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring
2. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi obat-obatan
1) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti
edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya
trauma
2) Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis
yaitu mannitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol
10 %
3) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak
(penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidasol.
4) Pembedahan bila ada indikasi (hematom epidural
besar, hematom sub dural, cedera kepala terbuka,
fraktur impresi >1 diplo).
5) Lakukan pemeriksaan angiografi serebral, lumbal
fungsi, CT Scan dan MRI (Satynagara, 2010 dalam
Gabriella, 2019).
3. Penatalaksanaan Khusus
a. Cedera kepala ringan: pasien dengan cedera kepala ini
umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu
M o d u l K e p e r a w a t a n | 20
I. Asuhan keperawatan
Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah
keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi
masalah- masalah pasien, merencanakan secara sistematis dan
melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan (Nasrul Effendy dalam Andra, dkk. 2013).
Menurut Rendi dan Margareth (2012), asuhan keperawatan pada
pasien cedera kepala meliputi:
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisi biodata pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan terakhir,
agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB,
alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Berisikan biodata penangguang jawab pasien yaitu nama,
umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.
c. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk memnita
pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh
dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat
kesadaran ( Muttaqin, A. 2008 ). Biasanya klien akan
mengalami penurunan kesadaran dan adanya benturan
serta perdarahan pada bagian kepala klien yang
disebabkan oleh kecelakaan ataupun tindakan kejahatan.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisikan data adanya penurunan kesadaran (GCS
<15), letargi, mual dan muntah, sakit kepala, wajah
tidak simetris, lemah, paralysis, perdarahan, fraktur,
M o d u l K e p e r a w a t a n | 22
2) Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala
berikut ini yang digunakan secara internasional:
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, Bisa terangkat, bisa 4
melawangravitasi, namun tidak mampu
melawan tahananpemeriksa, gerakan
tidak terkoordinasi
Kelemahan berat, Terangkat sedikit 3
<450, tidak mampu melawan gravitasi
Kelemahan berat, Dapat digerakkan, 2
mampu terangkat sedikit
Gerakan trace/ Tidak dapat digerakkan, 1
tonus otot ada
Tidak ada gerakan 0
Sumber: Wijaya dan Yessi (2013)
Biasanya klien yang mengalami cedera kepala
kekuatan ototnya berkisar antar 0 sampai 4
tergantung tingkat keparahan cedera kepala yang
dialami klien.
3) Pemeriksaan reflek fisiologis
a) Reflek bisep
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
pasien duduk, dengan membiarkan lengan
untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau
membentuk sudut sedikit lebih dari 90° di siku,
minta pasien memflexikan di siku sementara
pemeriksa mengamati dan meraba fossa
antecubital, tendon akan terlihat dan terasa
seperti tali tebal, ketukan pada jari pemeriksa
yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada
sendi siku, normalnya terjadi fleksi lengan
pada sendi siku.
M o d u l K e p e r a w a t a n | 25
b) Reflek trisep
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
pasien duduk, secara perlahan tarik lengan
keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk
sudut kanan di bahu atau lengan bawah harus
menjuntai ke bawah langsung di siku, ketukan
pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi, normalnya
terjadi ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
c) Reflek patella
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
duduk atau berbaring terlentang, ketukan pada
tendon patella, respon: plantar fleksi kaki
karena kontraksi m.quadrisep femoris.
d) Reflek achiles
Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan posisi
pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja
ujian atau dengan berbaring terlentang dengan
posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang
lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe
katak, identifikasi tendon mintalah pasien
untuk plantar flexi, ketukan hammer pada
tendon achilles. Respon: plantar fleksi kaki
krena kontraksi m.gastroenemius (Muttaqin,
A, 2010).
4) Reflek Patologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada
kasus-kasus tertentu.
a) Reflek babynski
Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan
kedua kaki diluruskan, tangan kiri pemeriksa
M o d u l K e p e r a w a t a n | 26
Edukasi:
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
d. Gangguan memori (D.0062) b.d gangguan neurologis
(cedera kepala)
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24
jam, maka memori meningkat, dengan kriteria hasil:
(L.09079)
- Verbalisasi pengalaman lupa menurun
- Verbalisasi mudah lupa menurun
Intervensi Keperawatan:
Latihan memori (I.06188)
Observasi:
- Identifikasi masalah memori yang dialami
- Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi
Terapeutik:
- Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu
- Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang
terakhir kali diucapkan, jika perlu
- Fasilitasi kemampuan kosentrasi
Edukasi:
- Ajarkan teknik memori yang tepat (mis. Imajinasi
visual)
Kolaborasi:
- Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
e. Gangguan persepsi sensori (D.0085) b.d Hipoksia serebral
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24
jam, maka persepsi sensori membaik, dengan kriteria
hasil: (L.09083)
M o d u l K e p e r a w a t a n | 36
Terapeutik:
- Berikan posisi semi fowler
- Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
h. Risiko cedera (D.0136) d.d penurunan tingkat kesadaran,
gelisah, agitasi dan kejang
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24
jam, maka tingkat cedera menurun, dengan kriteria
hasil: (L.14136)
- Toleransi aktivitas meningkat
- Kejadian cedera menurun
- Luka/lecet menurun
- Gangguan mobilitas menurun
Intervensi Keperawatan:
Pencegahan cedera (I.14537)
Observasi:
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cedera
Terapeutik:
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat
digunakan
- Pastikan barang-barang pribadi mudah di jangkau
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai
Edukasi:
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
i. Risiko perdarahan (D.0012) d.d trauma
M o d u l K e p e r a w a t a n | 39
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24
jam, maka tingkat perdarahan menurun, dengan kriteria
hasil: (L.02017)
- Perdarahan menurun
- TD membaik
Intervensi Keperawatan:
Pencegahan perdarahan (I.02067)
Observasi:
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor TTV ortostatik
Terapeutik:
- Pertahankan bedrest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasif, jika perlu
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin
K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
j. Risiko infeksi (D.0142) d.d kerusakan integritas kulit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tingkat infeksi menurun, dengan kriteria
hasil: (L.14137)
- Nyeri menurun
- Demam menurun
- Kemerahan menurun
- Bengkak menurun
Intervensi Keperawatan:
M o d u l K e p e r a w a t a n | 40
V. Berfikir Kritis
A. Studi Kasus
Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang ke IGD diantar oleh
keluarganya dengan keluhan kepala berdarah, bengkak dibelakang kepala
bagian kanan, lecet di batang hidung dan pipi, klien sempat pingsan saat
kecelakaan kurang lebih 10 menit. Saat pengkajian Klien mengatakan
nyeri pada bagian kepala belakang, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan
skala nyeri 6 (0-10), nyeri bertambah ketika klien banyak beraktivitas
dan berkurang saat istirahat. Klien juga mengatakan pusing, badan terasa
lemas, dan tidak bisa tidur. Klien mengatakan tidak mandi selama di
rawat, dan klien dibantu untuk beraktivitas, mual tidak ada, muntah tidak
ada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD: 120/70 mmHg, N:80x/m, S:
36,5°C, RR: 22x/m, kesadaran Compos mentis dengan GCS 15. Hasil
laboratorium didapatkan Hb: 14,0 g/dL , RBC: 49,6, Hct: 42, 9%.
M o d u l K e p e r a w a t a n | 42
B. Pertanyaan Kasus
1. Apa diagnosa prioritas pada kasus tersebut?
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis. Trauma)
b. Risiko infeksi d.d kerusakan integritas kulit
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang,
penurunan kekuatan otot
d. Gangguan memori b.d gangguan neurologis (cedera kepala)
Jawaban: A
2. Apakah kriteria hasil evaluasi pada kasus tersebut?
a. Cemas menurun
b. Balance cairan seimbang
c. Tekanan systole dan diastole membaik
d. Nyeri menurun
Jawaban: D
3. Apakah tindakan prioritas pada kasus tersebut?
a. Mengkaji TTV pasien
b. Menyediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
c. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake
d. Kolaborasi pemberian analgetik
e. Melatih ROM
Jawaban: D
4. Apakah materi pendidikan kesehatan prioritas pada kasus tersebut?
a. Cara perawatan luka
b. Menberikan teknik nonfarmakologi untuk mengerangi nyeri
c. Komplikasi cedera kepala
d. Mengajarkan ambulasi
e. Terapi farmakologi
Jawaban: B
5. Apa diagnosa medis pada kasus tersebut?
a. Cedera kepala ringan
M o d u l K e p e r a w a t a n | 43
1. PEMERIKSAAN KESADARAN
No Aspek yang Dinilai Score
0 1 2
1 Meminta ijin kepada pasien/anggota keluarga
2 Melakukan pemeriksaan terhadap respon mata
3 Melakukan pemeriksaan terhadap respon verbal
4 Melakukan pemeriksaan terhadap respon
motorik
5 Memberikan nilai GCS
DAFTAR PUSTAKA
Morton, Gallo, Hudak. (2012). Keperawatan Kritis Volume 1 & 2. Edisi 8.Jakarta:
EGC.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatn Indonesia.
Jakarta: Dewan Pusat Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatn Indonesia.
Jakarta: Dewan Pusat Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatn Indonesia.
Jakarta: Dewan Pusat Pengurus PPNI.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori Dan Askep). Yogyakarta:
Nuha Medika.