PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia pun telah mengetahui resiko tersebut, terbukti bahwa 86%
masyarakat dewasa sadar bahwa merokok menyebabkan penyakit berat, sedangkan 73,7%
masyarakat dewasa sadar bahwa orang yang menghirup asap rokok pada orang yang bukan
perokok menyebabkan penyakit berat. Selain itu, disebutkan bahwa 45,5% masyarakat dewasa
sadar merokok menyebabkan stroke, 81,5% serangan jantung, 84,7% kanker paru, 36% penyakit
paru obstruktif kronis, dan 49,5% kelahiran prematur. Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat di Indonesia telah mengetahui dampak buruk merokok tetapi tidak membuat
kebiasaan ini menghilang . Selain merugikan kesehatan, konsumsi tembakau juga merugikan
ekonomi individu maupun negara. WHO mengatakan bahwa tembakau menciptakan lingkaran
kemiskinan di dunia. Hal ini terutama berlaku di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Selain beban ekonomi, baik individu maupun negara rugi dalam mengobati penyakit yang
berhubungan dengan merokok dan konsekuensinya kehilangan produktivitas kerja. Dampak lain
juga dirasakan oleh petani tembakau yang sering terjebak dalam siklus kemiskinan dan utang
setelah dipaksa untuk menandatangani kontrak dengan industri tembakau. Di negara
berkembang, banyak perokok miskin menghabiskan sejumlah besar pendapatan mereka pada
tembakau yang bukan kebutuhan dasar manusia seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan dan
pendidikan.
Merokok bagi seseorang 1dapat memberikan efek positif seperti kenikmatan, kepuasan,
dan ketenangan. Gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk, lidah terasa getir, dan mual
ketika seseorang pertama kali mengkonsumsi rokok, namun sebagian dari para pemula
mengabaikan perasaan tersebut sehingga berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi
ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan
kepuasaan fisiologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco dependency, bahwa
perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan menjadi aktivitas yang bersifat
obsesif. Hal ini disebabkan oleh nikotin yang bersifat adiktif jika dihentikan secara tibatiba akan
menimbulkan stres. Secara manusiawi, orang senang mempertahankan sesuatu yang dirasakan
sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami perokok sulit untuk berhenti merokok. Menurut
Klinke & Meeker dalam Komalasari , motif para perokok adalah relaksasi sehingga dengan
merokok dapar mengurangi ketegangan, memudahkan konsentrasi, pengalaman yang
menyenangkan, dan relaksasi. Berdasarkan bahan bakunya, di Indonesia terdapat dua jenis rokok
yang paling banyak dikonsumsi yaitu rokok kretek dan rokok putih. Sebanyak 80,4% dari
populasi perokok di Indonesia mengisap rokok kretek saja. Hal ini menunjukkan bahwa rokok
kretek adalah yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Rokok kretek lebih
digemari karena rasa khas campuran dari olahan tembakau dan cengkeh serta jumlah asap yang
dihasilkan lebih banyak dibandingkan rokok putih.
Rokok kretek memiliki kandungan tar dan nikotin yang lebih tinggi dibandingkan rokok
jenis lain. Tingginya kandungan nikotin dan tar pada rokok kretek tentu saja meningkatkan efek
negatif dari merokok. Semua kandungan kimia yang terdapat di dalam rokok tersebut sangat
berbahaya dan dapat berefek langsung tidak hanya pada keadaan sistemik tubuh tetapi juga pada
rongga mulut. Rongga mulut merupakan daerah yang paling mudah terpapar efek merugikan
akibat merokok karena rongga mulut adalah lokasi pertama yang terpapar langsung asap rokok
ketika seseorang merokok. Rangsangan asap rokok yang terus-menerus pada saat mengisap
rokok dapat menyebabkan perubahan bersifat merusak mukosa mulut. Rangsangan asap rokok
tersebut menyebabkan pigmentasi pada mukosa mulut. Salah satu fenomena yang paling umum
terjadi dan dikenali pada perokok adalah tampaknya pigmentasi melanin yang disebut smoker’s
melanosis dalam rongga mulut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Smoker’s melanosis adalah perubahan karakteristik pada warna mukosa oral yang
terpapar asap rokok dan merupakan hasil utama dari deposisi melanin pada lapisan sel basal pada
mukosa. Smoker’s melanosis merupakan kelainan pada rongga mulut yang tidak berbahaya,
tetapi apabila dibiarkan akan mengganggu estetika. Smoker’s melanosis timbul pada 25-31%
perokok dan meningkat secara signifikan selama tahun pertama seseorang merokok. Lokasi
pigmentasi semakin meluas apabila seseorang semakin lama merokok. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin lama seseorang merokok semakin beresiko timbulnya smoker’s melanosis.
2.2 Etiologi
Melanosis perokok diakibatkan oleh stimulasai melanosit oleh asap dan panas yang
dihasilkan oleh rokok ( tembakau ).
3
2.3 Klasifikasi
Lesi Pigementasi dari kavitas oral memiliki bermacam asal. Klasifikasi yang berbeda
digunakan saat ini. Beberapa peneliti membagi lesi menjadi dua kelompok utama baik sebagi lesi
endogen atau eksogen.
Peeran et al (2014 mengusulkan klasifikasi baru untuk pigmentasi gingiva dan lesi
berpigmen. Pada penulis menyimpulkan bahwa dikarenakan dan kesederhanaan indeks
diusulkan, klasifikasi ini dapat diterapkan. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel Klasifikasi Lesi
- Pigmentasi berat/intens
Gambar Gingivektokmi
9
BAB III
LAPORAN KASUS
A. DATA PASIEN
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan adanya perubahan warna pada gusi rahang atas dan rahang
bawah
2. Anamnesis
10
- Adanya pigmentasi berwarna hitam kecoklatan pada bibir, gusi, mukosa bibir dan
mukosa pipi pasien.
- Pasien tidak mengeluhkan rasa nyeri atau perih pada bibir, gingiva mukosa bibir,
mukosa pipi yang mengalami pigmentasi.
- Rongga mulut pasien berbau dan gigi-gigi pasien berwarna coklat.
- Pasien mengeluhkan kadang-kadang mulut terasa kering
- Pasien mengatakan sudah merokok sejak umur 16 tahun sebanyak 8-10 batang
dalam sehari.
- Pasien menyadari perubahan warna pada gusi sejak 3 tahun terakhir
3. Riwayat penyakit lalu : tidak ada
4. Riwayat penyakit sekarang : tidak ada
5. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
6. Riwayat sosial pekerjaan : tidak ada
C. PEMERIKSAAN KLINIS
1. Ekstra Oral
a. Gaya berjalan : Normal
b. Sikap : Kooperatif
c. Warna Kulit : Sawo matang
d. Bentuk muka : Simetris
2. Intra Oral
a. Bibir : Terdapat pigmentasi berwarna hitam kecoklatan
b. Gingiva : Terdapat pigmentasi berwarna hitam kecoklatan
c. Lidah : Normal
d. Palatum : Normal
e. Frenulum : Normal
f. Dasar mulut : Normal
g. Mukosa bukal : Terdapat pigmentasi berwarna kecoklatan
h. Mukosa Labial: Terdapat pigmentasi berwarna kecoklatan
11
Gigi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
PE KM KS PE
D. CIRI KLINIS
F. DIAGNOSA SEMENTARA
Smoker’s Melanosis
coklat muda sampai tua dan berhubungan dengan banyaknya tembakau yang dihisap. Gigi
berwarna coklat dan halitosis biasanya menyertai keadaan tersebut. Melanosis perokok
bersifat reversible, akan hilang bila kebiasaan morokok dihilangkan.
G. ETIOLOGI
Melanosis perokok diakibatkan oleh stimulasai melanosit oleh asap dan panas
yang dihasilkan oleh rokok ( tembakau ).
H. DIAGNOSIS BANDING
Addison disease
Penyakit Addison umumnya diakibatkan oleh kerusakan autoimun dari kelenjar adenal.
Peyebab lain meliputi penyakit infeksi, adrenolektomi, sepsis bakteri dan invasi tumor.
Melanjutnya penyakit tersebut mengakibatkan anemia, anoreksia, diare, hipotensi, lesu,
nausea dan kehilangan berat badan. Komplikasi yang berkaitan dengan kelainan ini adalah
adanya pengendapan melanin dalam kulit. Proses menjadi hitam pada awalnya dapat terlihat
pada buku-buku jari, siku, lipatan telapak tangan dan mukosa intra oral. Secara intra oral
penyakit tersebut ditandai oleh hipermelanosis yang polanya dapat terdiri atas bercak-bercak
biru hitam multiple atau biru hitam menyeluruh. Biasanya daerah-daerah yang berpigmen
berbentuk makula, tidak menimbul dan berwarna coklat. Paling umum terjadi di mukosa pipi
dan gusi, tetapi pigmentasi dapat juga meluas ke bibir dan lidah.
I. TERAPI
Mengurangi konsumsi rokoknya atau jika bisa dihilangkan sama sekali kebiasaa
rokokya. Dengan berkurangnya atau hilangnya zat pemicu diharapkan regenerasi sel-sel
melanosit pada mukosa mulut akan kembali normal.
13
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien di diagnosa suspek smoker’s melanosis adanya perubahan warna
pada gusi rahang atas dan rahang bawah. Anamnesis didapatkan Adanya pigmentasi berwarna
hitam kecoklatan pada bibir, gusi, mukosa bibir dan mukosa pipi pasien, pasien tidak
mengeluhkan rasa nyeri atau perih pada bibir, gingiva mukosa bibir, mukosa pipi yang
mengalami pigmentasi, rongga mulut pasien berbau dan gigi-gigi pasien berwarna coklat. Pasien
mengeluhkan kadang-kadang mulut terasa kering. Pasien mengatakan sudah merokok sejak umur
16 tahun sebanyak 8-10 batang dalam sehari. Pasien menyadari perubahan warna pada gusi sejak
3 tahun terakhir. Riwayat penyakit lalu disangkal, riwayat penyakit sekarang disangkal dan
riwayat penyakit keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan ekstra oral bentuk wajah simetris, gaya berjalan normal sikap
kooperatif, kulit sawo matang. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan pigmentasi
berwarna hitam kecoklatan pada bibir,gingiva, mukosa bukal dan mukosa labial, gigi 47
karies media, gigi 37 karies superficial, gigi 48 38 parsial erupsi, gigi 46 36 missing.
14
Keluhan utama pasien didiagnosa smoker’s melanosis, Hal ini diakibatkan karena
adanya bercak coklat difus yang ukurannya beberapa sentimeter, terdapat pada gingiva
anterior mandibular, anterior maksila, bibir dan mukosa pipi, tidak berbulu, tidak sakit.
Terapi yang diterapkan kepada pasien yaitu mengurangi konsumsi rokoknya atau jika
bisa dihilangkan sama sekali kebiasaa rokokya. Dengan berkurangnya atau hilangnya zat pemicu
diharapkan regenerasi sel-sel melanosit pada mukosa mulut akan kembali normal.
BAB V
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine. The Basis of Diagnosis and Treatment. London:
Elsevier Limited; 2004.
2. Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. Buku pintar patologi untuk kedokteran gigi. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran; 2002.
3. Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Jakarta: Widya Medika; 1998.
4. Pindborg, J, J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Editor Kartika Wangsaraharja. Binarupa
Akasara. Tangerang.
16