Anda di halaman 1dari 16

RESUME

“Pengelolaan Pendidikan dari Teori Menuju Implementasi – Diding Nurdin


& Imam Sibaweh”

Disusun Oleh :
Nama : Ramadhania Husnatul Khairiyah (A1E019037)
Mata Kuliah : Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pembimbing : Nirwana, M.Si

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Identitas Buku
Judul buku : Pengelolaan Pendidikan dari Teori Menuju Implementasi
ISBN : 9789797698690
Pengarang : Diding Nurdin & Imam Sibaweh
Edisi : Cetakan ke-1, Agustus 2015
Penerbit : Jakarta : Rajawali Pers, 2015
©2015, pada penulis
Jenis : Non Fiksi
Halaman : 286
Ukuran : 16 X 24 cm
B. Isi Resume
BAB I Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Filsafat bersifat sistematis artinya pernyataan-pernyataan atau
kajiankajiannya menunjukkan adanya hubungan satu sama lain, saling berkait
dan bersifat koheren (runtut). Di dalam tradisi filsafat ada paham-paham atau
aliran besar yang menjadi titik tolak dan inti pandangan terhadap berbagai
pertanyaan filsafat. Misal: aliran empirisme berpandangan bahwa hakikat
pengetahuan adalah pengalaman. Tanpa pengalaman, maka tidak akan ada
pengetahuan. Pengalaman diperoleh karena ada indera manusia yang
menangkap objek-objek di sekelilingnya (sensasi indera) yang kemudian
menjadi persepsi dan diolah oleh akal sehingga menjadi pengetahuan.
Filsafat bersifat universal, artinya pertanyaan-pertanyaan dan
jawabanjawaban filsafat bersifat umum dan mengenai semua orang. Misalnya:
Keadilan adalah keadaan seimbang antara hak dan kewajiban. Setiap orang
selalu berusaha untuk mendapatkan keadilan. Walaupun ada perbedaan
pandangan sebagai jawaban dari pertanyaan filsafat, tetapi jawaban yang
diberikan berlaku umum, tidak terbatas ruang dan waktu. Dengan kata lain,
filsafat mencoba mengajukan suatu konsep tentang alam semesta (termasuk
manusia di dalamnya) secara sistematis.
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat
pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar
belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah
dengan menganalisis secara kritis struktur dan manfaat pendidikan. Filsafat
pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu
yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah
pendidikan yang menyentuh aspek pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha
menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia,
teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain.
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai
makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema
yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ilmu
filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan
sebagai objek yang dikaji, baik secara Ontologis, Epistemologis, maupun
Aksiologis.
Ada banyak definisi mengenai filsafat pendidikan tetapi akhirnya semua
mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka
menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan
teori dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas
pendidikan.
Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu humanisme dan
akademik. Sisi humanisme mengembangkan manusia dari segi keterampilan
dan praktik hidup. Sementara aspek akademik menekankan nilai kognitif dan
ilmu murni. Keduanya merupakan aspek penting yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan. Filsafat pendidikan berperan untuk terus menganalisis dan
mengkritisi aspek akademik dan humanis demi sebuah pendidikan yang utuh
dan seimbang. Filsafat pendidikan akan terus melakukan peninjauan terhadap
proses pendidikan demi perkembangan pendidikan yang mencetak manusia
handal.
BAB II Arah Baru Desentralisasi Pendidikan

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal


1 ayat (5) dikemukakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kebijakan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Daerah otonom di sini dimaksudkan adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Diberlakukannya undang-undang tentang otonomi daerah tersebut


membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan, termasuk penyelenggaraan
pendidikan. Menurut Tim Teknis Bappenas bekerjasama dengan Bank Dunia
(Sufyarma, 2003: 83), desentralisasi pendidikan diartikan sebagai pelimpahan
kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada daerah untuk membuat
perencanaan dan mengambil keputusannya sendiri dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi bidang pendidikan, namun harus tetap mengacu
kepada tujuan pendidikan nasional sebagai bagian dari upaya pencapaian
tujuan pembangunan nasional.

Desentralisasi pendidikan berbeda dengan desentralisasi bidang


pemerintahan lainnya dalam hal praktik. Jika desentralisasi bidang-bidang
pemerintahan lain berada pada pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, maka
desentralisasi di bidang pendidikan tidak berhenti pada tingkat kabupaten/kota,
tetapi sampai pada lembaga pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan. Dalam praktik desentralisasi pendidikan, maka
dikembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) (Hasbullah, 2006: 14-15).
Sementara itu, menurut Depdiknas (Zainuddin, 2008: 60-63) fungsi-fungsi
yang dapat didesentralisasikan ke sekolah adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan dan evaluasi program sekolah

Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai


dengan kebutuhannya, misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu
sekolah. Sekolah juga diberi wewenang untuk melakukan evaluasi,
khususnya evaluasi internal atau evaluasi diri.

2. Pengelolaan kurikulum

Sekolah dapat mengembangkan kurikulum, namun tidak boleh


mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang
dikembangkan oleh pemerintah pusat. Sekolah juga diberi kebebasan
untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal. Selain pengelolaan
kurikulum, sekolah juga memperoleh wewenang dalam pengelolaan: (a)
proses belajar mengajar, (b) ketenagaan, (c) peralatan dan perlengkapan,
(d) keuangan, (e) siswa, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g)
iklim sekolah.

BAB III Pengelolaan Satuan Pendidikan

Pengelolaan Kurikulum

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab I


Ketentuan Umum Pasal 1Poin 19 dikatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya
dalam Bab X TentangKurikulum Pasal 36 ayat (1) Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standarnasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat (2) Kurikulum padasemua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengansatuan pendidikan, potensidaerah, dan peserta didik. Ayat (3)
Kurikulum disusun sesuai denganjenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab I


Ketentuan Umum Pasal 1Poin 19 dikatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya
dalam Bab X TentangKurikulum Pasal 36 ayat (1) Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan mengacu pada standarnasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat (2) Kurikulum padasemua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengansatuan pendidikan, potensidaerah, dan peserta didik. Ayat (3)
Kurikulum disusun sesuai denganjenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:a. Peningkatan iman dan
takwa;b. Peningkatan akhlak mulia;c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan
minat peserta didik;d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;e. Tuntutan
pembangunan daerah dan nasional;f. Tuntutan dunia kerja;g. Perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;h. Agama;i. Dinamika perkembangan
global; danj. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.Pada Pasal 37 Ayat
(1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a.Pendidikan
agama; b. Pendidikan kewarganegaraan; c. Bahasa; d. Matematika; e. Ilmu
pengetahuanalam; f. Ilmu pengetahuan sosial; g. Seni dan budaya; h.
Pendidikan jasmani dan olahraga; i.Keterampilan/kejuruan; dan j. Muatan
lokal. Ayat (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:a. Pendidikan
agama; b. Pendidikan kewarganegaraan; dan c. Bahasa. Ayat (3) Ketentuan
mengenaikurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.

Pengelolaan Peserta Didik

Peserta didik merupakan fokus yang menjadi titik ujung dari setiap bidang
garapan dalampendidikan. Dalam bagian ini akan dibahas siapa itu peserta
didik, hak dan kewajibannya, sertaproses pengelolaan peserta didik.
pendidikan.e) Penempatan peserta didik (pembagian kelas)Peserta didik yang
telah diterima di sekolah, sebelum mengikuti proses pembelajaranterlebih
dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.f)
Pembinaan dan pengembangan peserta didik.Langkah berikutnya dalam
manajemen peserta didik adalah melakukan pembinaan danpengembangan
terhadap peserta didik.g) Pencatatan dan pelaporanPencatatan dan pelaporan
tentang peserta didik di sebuah sekolah sangat diperlukan.h)

Kelulusan dan alumniProses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari


manajemen peserta didik. Kelulusanadalah pernyataan dari lembaga
pendidikan atau sekolah tentang telah diselesaikannyaprogram pendidikan
yang harus diikuti oleh peserta didik.Tujuan pengelolaan peserta didik adalah
mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agarkegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan atau sekolah;lebih
lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut dapat berjalan lancar, tertib
dan teratursehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikansecara keseluruhan.Fungsi manajemen peserta
didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untukmengembangkan diri se-
optimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya,segi
sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

Pengelolaan Kelas

Sebagai tenaga professional, seorang guru dituntut mampu mengelola


kelas yaitumenciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991)
“Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan
dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkanmotivasi belajar untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman
(2003)“Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajarmengajar yang efektif”.

BAB IV Kepemimpinan Pendidikan

Pengertian kepemimpinan menurut Tead Terry Hoyt (dalam Kartono,


2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang lain dalam mencapai
tujuan – tujuan yang di inginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young
(dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya.
Menurutnya, kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk
berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki
keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

Moejiono (2002) mengangap bahwa kepemimpinan tersebut sebernya


sebagai akibat pengaruh satu arah karena pemimpin mungkin memiliki kualitas
– kualitas tertentu yang membedakan dirinya dan pengikutnyakana. Para ahli
teori sukarela (dalam Moejiono 2002) mengangap bahwa kepemimpinan
sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan
pemimpin.

Menurut Atmosudirdjo (dalam Purwanto, 1990: 25), Kepemimpinan dapat


dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan
keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau
mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu
kekuatan yang sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang
mau melakukan apa yang dikehendakinya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
memiliki keahlian khusus dalam bidang yang khusus untuk mencapai tujuan
organisasi atau suatu kelompok.

Sedangkan kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan


proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan orang
lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang
dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan serta pengajaran.

BAB V Pengawasan dan Supervisi Pendidikan

Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari duaakar kata,
yaitu super yang artinya “di atas”, dan vision mempunyai arti“melihat”, maka
secara keseluruhan supervisi diartikan sebagai “melihatdari atas”. Dengan
pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagaikegiatan yang dilakukan oleh
pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di atas atau
lebih tinggi dari guru untukmelihat atau mengawasi pekerjaan guru.

Supervisi itu sendiri adalah suatu proses bimbingan dari seorang


kepalasekolah kepada para guru dan pegawai yang langsung menangani
belajarsiswa guna memperbaiki situasi belajar mengajar para siswa agar para
siswadapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin
meningkat.Tujuan dari supervisi pendidikan itu sendiri adalah perbaikan proses
belajar mengajar termasuk di dalamnya adalah memperbaiki mutu mengajar
guru juga membina profesi guru dengan cara pengadaan fasilitas yang
menunjangkelancaran proses belajar mengajar dan keterampilan guru, selain
itu memberikan bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum,
pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran.
Prinsip supervisi pendidikan terdiri atas prinsip ilmiah, demokratis, kerjasama,
dan konstruktif kreatif. Peranan supervisi pendidikan adalahmemudahkan
supervisor dalam mensupervisi pekerjaan yang dilakukan olehtenaga
kependidikan. Kemudian sasaran supervisi pendidikan ditujukan padausaha
memperbaiki situasi belajar mengajar antara guru dan murid.

BAB VI Sistem Informasi Dan Komunikasi Pendidikan

Setiap sekolah, baik swasta maupun negeri pasti memiliki sistem


informasidan komunikasinya masing-masing. Sistem informasi ini
nantinya akanmembantu siswa, guru, tenaga kependidikan juga masyarakat
untuk mengetahuiinformasi-informasi mengenai sekolah tersebut. Sistem
informasi dan komunikasiyang baik akan memperlancar arus informasi dan
komunikasi sehingga tidak adakesalahpahaman di dalamnya. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, beberapakonsep teknologi informasi mengenai
informasi yang berkualitas, konsep-konseptersebut haruslah diterapkan
untuk menambah kualitas informasi yangtersampaikan menjadi lebih
baik kepada yang dituju sehingga dapatmemaksimalkan sistem informasi
dan komunikasi sekolah tersebut. Selanjutnya,di dalam pendidikan itu terdapat
informasi pendidikan adalah hasil dari intelektualsesesorang. Dalam
komunikasi pendidikan yang artinya adalah suatu cara dalammenyampaikan
dan menerima informasi kepada orang lain atau dari orang lainbaik secara
langsung maupun tidak langsung, baik secara lisan, tulisan maupunnonverbal,
bahkan dari suatu yang samar dan tidak tampak menjadi sesuatu yangjelas dan
menjadi nyata pun harus terwujud dengan baik dan sesuai dengan targetyang
dituju.

BAB VII Pengelolaan Kurikulum

Pengertian Pengelolaan Pengelolaan berasal dari kata “kelola” dan istilah


lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka
dapat disimpulkan pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan, atau
penataan suatu kegiatan. Pengelolaan pembelajaran merupakan proses
penyelenggaraan interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.

Pengertian Kurikulum

Kurikulum berkaitan dengan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam kegiatan


pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar.

Pengertian Pengelolaan Kurikulum

Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar yang


membutuhkan strategi tertentu sehingga menghasilkan produktivitas belajar
bagi siswa. Pengelolaan kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran
berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa agar
tujuan pendidikan dapat tercapai.

Ruang Lingkup Pengelolaan Kurikulum dan Pembelajaran

Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan belajar yang bertujuan


untuk membina peerta didik kea rah perubahan tingkah laku yang diinginkan.
Perencanaan merupakan proses seseorang dalam menentukan arah dan
menentukan keputusan untuk diwujudakan dalam bentuk kegiatan atau
tindakan yang berorientasi pada masa depan.

Prinsip-prinsip perencanaan kurikulum:

1. Perencanaan kurikulum berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para


siswa.
2. Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan tentang
konten dan proses.
3. Perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.
4. Perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan.
5. Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.
Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum adalah penerapan program kurikulum yang telah


dikembangkan yang kemudian diuji cobakan dengan pelaksanaan dan
pengelolaan dengan menyesuaikan terhadap situasi dilapangan.

Prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum:

1. Perolehan kesempatan yang sama.


2. Berpusat pada anak.
3. Pendekatan dan kemitraan.

Penilaian Kurikulum

Penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan


kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat
keputusan mengenai suatu kurikulum.

Prinsip-prinsip penilaian kurikulum :

1. Tujuan tertentu, setiap program penilaian kurikulum terarah dalam


mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas.
2. Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari
data yang nyata dan akurat.
3. Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang
terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.
4. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan.
5. Efisiensi dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yang
menjadi sarana penunjang.
6. Berkesinambungan.

Perbaikan Kurikulum

Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan


yang dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk.

Kegiatan-Kegiatan Pengelolaan Kurikulum

Kegiatan yang berkaitan dengan tugas guru

1. Pembagian tugas membelajaran.


2. Pembagian tugas membina kegiatan ekstrakurikuler.
3. Kegiatan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran
4. Penyusunan jadwal pelajaran.
5. Penyusunan program pelajaran.
6. Pengisian daftar kemajuan kelas.
7. Kegiatan mengelola kelas.
8. Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar.
9. Laporan hasil belajar kegiatan bimbingan dan penyuluhan.

Tahapan Pengelolaan Kurikulum

Tahapan pelaksanaan kurikulum di sekolah meliputi:

1. Tahap Perencanaan.
GBPP merupakan produk dari prencanaan kurikulum yang dijadikan
panduan bagi penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah. Tahap
Pengorganisasian dan Koordinasi. Pada tahap ini, kepala sekolah
mengatur pembagian tugas mengajar, penyusunan jadwal pelajaran dan
jadwal kegiatan ekstrakurikuler.
2. Tahap Pelaksanaa.
Tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervise, dengan tujuan
untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang
dihadapi.
3. Tahap pengendalian.
Pada tahap ini, paling tidak ada dua aspek yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1) Jenis evaluasi dikaitkan dengan tujuannya.
2) Pemanfaatan hasil evaluasi.

BAB VIII Pengelolaan Peserta Didik

Peserta didik merupakan fokus yang menjadi titik ujung dari setiap bidang
garapan dalampendidikan. Dalam bagian ini akan dibahas siapa itu peserta
didik, hak dan kewajibannya, sertaproses pengelolaan peserta didik.
pendidikan.e) Penempatan peserta didik (pembagian kelas)Peserta didik yang
telah diterima di sekolah, sebelum mengikuti proses pembelajaranterlebih
dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.f)
Pembinaan dan pengembangan peserta didik.Langkah berikutnya dalam
manajemen peserta didik adalah melakukan pembinaan danpengembangan
terhadap peserta didik.g) Pencatatan dan pelaporanPencatatan dan pelaporan
tentang peserta didik di sebuah sekolah sangat diperlukan.h)

Kelulusan dan alumniProses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari


manajemen peserta didik. Kelulusanadalah pernyataan dari lembaga
pendidikan atau sekolah tentang telah diselesaikannyaprogram pendidikan
yang harus diikuti oleh peserta didik.Tujuan pengelolaan peserta didik adalah
mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agarkegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan atau sekolah;lebih
lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut dapat berjalan lancar, tertib
dan teratursehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikansecara keseluruhan.Fungsi manajemen peserta
didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untukmengembangkan diri se-
optimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya,segi
sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

BAB IX Pengelolaan Tenaga Pendidikan dan Kependidikan

Pengelolaaan tenaga pendidik/kependidikan pada dasarnya bertujuan


untuk menciptakan sistem sekolah yang terintegrasi, dimana pengelolaan
dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk
menciptakan pendidikan yang efektif dan efisien. Melalui mekanisme
pengelolaan yang terintegrasi diharapkan tenaga pendidik dan kependidikan
mampu bersinergi dalam mencapai tujuan pendidikan, dikarenakan kedua
profesi ini merupakan kesatuan dalam system pendidikan yang keduanya
memiliki fungsi dan tugas yang saling menunjang satu sama lain. Pengelolaan
disini sudah mencakup sistem manajerial, pembinaan dan pengembangan
tenaga pendidik dan kependidikan. Pembinaan dan pengembangan memiliki
maksud dan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan melalui berbagai program-program yang telah diselanggarakan oleh
sekolah guna meningkatkan kompetensi tenaga pendidik/kependidikan. Hal ini
mengingat bahwa tenaga pendidik/kependidikan memiliki peran strategis
dalam upaya pembentukan karakter bangsa dan peningkatan kualitas SDM
yang merupakan aspek penting dalam era globalisasi.

BAB XI Pengelolaan Humas dan Sekolah

Secara umum sebenarnya telah tergambarkan di dalam pengertian yang


telah dipaparkan dimuka. Tujuan yang dimaksud adalah untuk menciptakan
hubungan sekolah dengan masyarakat secara harmonis, untuk meningkatkan
kemajuan pendidikan di sekolah. Disamping itu, agar masyarakat dapat
mengambil manfaat dengan turut menikmati kemajuan yang dicapai oleh sekolah.

Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat di atas masih mengandung


pengertian yang luas, sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan
tafsirantafsiran atau pertanyaan-pertanyaan tertentu. Oleh karena itu tujuan seperti
di atas perlu dioperasikan secara khusus.
Elsbree telah mengemukakan tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat
sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.


2. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Untuk mengembangkan antusiasme/semangat saling bantu antara sekolah
dengan masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.

Sebelum membahas fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat,


dibawah ini dibahas bagaimana fungsi sekolah dalam masyarakat dan fungsi
masyarakat dalam pendidikan di sekolah.

Fungsi Sekolah dalam Masyarakat

1. Sekolah sebagai lembaga pembaharu (agent of change), yang


mengintrodaksi perubahan pengetahuan, cara berpikir, pola hidup,
kebiasaan dan tata cara pergaulan, dan sebagainya.
2. Sekolah sebagai lembaga seleksi (selecting agency), yang
memilih/membedabedakan anggota masyarakat menurut kemampuan dan
potensinya dalam memberikan pembinaan sesuai dengan kemampuan itu,
agar setiap individu/anggota masyarakat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan potensinya semaksimal mungkin.
3. Sekolah sebagai lembaga peningkat (class leveling agency), yang
membantu meningkatkan taraf sosial warga negara dan dengan demikian
mengurangi/menghilangkan perbedaan “kelas” dalam masyarakat.
4. Sekolah sebagai lembaga asimilasi (assimilating agency), yang berusaha
mengurangi/menghilangkan perbedaan-perbedaan atas tradisi, adat dan
kebudayaan, sehingga terdapat usaha penyesuaian diri yang lebih besar
dalam persatuan dan kesatuan bangsa. Sekolah sebagai lembaga
pemeliharaan kelestarian (agent of preservation), yang memelihara dan
meneruskan sifat-sifat budaya yang patut dipelihara dan diteruskan.

Fungsi Masyarakat dalam Pendidikan di Sekolah Sekolah adalah dari dan


untuk masyarakat, merupakan lembaga sosial yang diselenggarakan dan
dimiliki oleh masyarakat itu baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui pemerintahnya. Karena itu sekolah merupakan satu bagian/komponen
dari keseluruhan sistem kehidupan masyarakat.

BAB XII Pengelolaan Kelas

Sebagai tenaga professional, seorang guru dituntut mampu mengelola


kelas yaitumenciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991)
“Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan
dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkanmotivasi belajar untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman
(2003)“Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajarmengajar yang efektif”.

Anda mungkin juga menyukai