Anda di halaman 1dari 6

Makalah Usaha Kecil Menengah (Usaha Mebel)

Diposkan oleh Sintya Eka Putri di 18:38

BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia membawa akibat yang cukup parah bagi
perekonomian nasional. Hal itu terlihat pada dari bangkrutnya perusahaan – perusahaan besar yang
selama ini menguasai asset dan perekonomian nasional.
            Tragedi terpuruknya perekonomian Indonesia dapat menjadi pelajaran untuk meninjau kembali
kebijakan yang selama ini tertuju pada perusahaan – perusahaan besar untuk mengalihkan perhatian
pada sektor usaha kecil menengah.
            Sektor usaha kecil menengah ternyata mempunyai daya tahan yang tinggi sehingga mampu
bertahan dari badai krisis ekonomi dan moneter. Pembinaan dan perlindungan usaha kecil menengah,
terutama pada krisis ini sangat strategis karena diperkirakan akan dapat menghasilkan nilai tambah
(value added) yang memadai karena jumlah unit usahanya cukup banyak. Dengan usaha kecil
menengah, akan terserap banyak tenaga kerja melalui usaha padat karya (labour intensive), dan dapat
memperluas kesempatan berusaha dan memperoleh pemerataan pendapatan nasional yang selama ini
didominasi oleh perusahaan – perusahaan besar dan padat modal (capital intensive).  
            Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 2.6 juta perusahaan industri, 99,27 %
tergolong usaha kecil dan 0,73 % tergolong usaha menengah dan besar. Sedangkan jumlah pengusaha
kecil menengah Indonesia 33,44 juta yang tersebar di berbagai sektor usaha. Namun, ternyata usaha
besar lebih menguasai perekonomian Indonesia. Usaha kecil menengah hanya menyumbang 14% dari
Produk Domestik Bruto (PDB) dan usaha menengah dan besar menyumbang 86 % dari PDB dari
sektor industri.
            Pada era globalisasi ini membuka peluang sekaligus tantangan bagi pengusaha Indonesia
termasuk usaha kecil, karena pada era ini daya saing produk sangat tinggi, live cycle product relative
pendek mengikut trend pasar, dan kemampuan inovasi produk relatif cepat. Usaha Kecil Menengah
merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara ataupun daerah, tidak terkecuali
di Indonesia.
           
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
·         Bagaimana usaha sindang jaya mebel dalam mengembangkan dan mengatasi kendala –
kendala yang dihadapi di tengah persaingan ekonomi?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
·         Untuk mengetahui cara usaha sindang jaya mebel mengembangkan dan mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi di tengah persaingan ekonomi.
 BAB II
Landasan Teori
Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah
tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara
komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang. Sementara
Usaha Menengah didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau
rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan
secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 (satu) miliar.

Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah:

 Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik
dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM.

 Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.

 Daearah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar
negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.

 Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil.

 Usaha Kecil Menengah tidak saja memiliki kekuatan dalam ekonomi, namun juga kelemahan, berikut
ini diringkas dalam bentuk tabel:
Tabel 1. Kekuatan dan Kelemahan UKM

Kekuatan Kelemahan
Kebebasan untuk bertindak Relatif lemah dalam spesialisasi
Menyesuaikan kepada kebutuhan Modal dalam pengembangan terbatas
setempat
Peran serta dalam melakukan  tindakan Sulit mendapat karyawan yang cakap
/usaha
 Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM),
diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM),
Badan Pusat Statistik (BPS), dan UU No. 20 Tahun 2008. Menurut Kementrian Menteri Negara
Koperasi dan Usaha  Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha
Kecil (UK) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling
banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga
negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d
Rp10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. merupakan entitias usaha
Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan
definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas
yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas
usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

 a.        Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan   kerja untuk
mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang
kaki lima.

 b.        Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi   belum
memiliki sifat kewirausahaan
 c.          Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa  kewirausahaan
dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

 d.        Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar(UB). 

Pemberdayaan ekonomi usaha kecil dan koperasi dilakukan Pemerintah dengan menetapkan beberapa
peraturan yang memberikan fasilitas atau kegiatan mulai dari pengkreditan sampai dengan
memecahkan masalah pemasaran yaitu Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1998 tentang pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.
 UKM memiliki peranan penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. Dengan memupuk
UKM diyakini akan dapat dicapai pemulihan ekonomi. Hal serupa juga berlaku pada sektor informal
dan tradisional, karena itu lebih mudah dimasuki oleh pelaku-pelaku usaha yang baru. Pendapat
mengenai peran UKM atau sektor informal ada benarnya bila dikaitkan dengan perannya dalam
meminimalkan dampak sosial dan krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya
penghasilan masyarakat.
UKM dapat dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi
krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik
informal. Dengan demikian maka persoalan pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan
implikasinya adalah juga dalam hal pendapatan.
UKM  berperan dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah  usaha (establishment)
maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. UKM termasuk kelompok usaha yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan usaha kecil, menengah dan koperasi merupakan sektor
usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya serap angkatan kerja yang signifikan. Oleh karena
kesenjangan pendapatan yang cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar dengan  usaha kecil,
menengah dan koperasi, pengembangan daya saing UKM secara langsung merupakan upaya dalam
rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit kesenjangan ekonomi.

BAB III
Pembahasan
III. 1 Profil Perusahaan
Nama : Sindang Jaya Mebel
Pemilik : Bapak Rohman
Bentuk Usaha : Perorangan
Tahun Berdirinya : 2001
Produksi : Mebel
Alamat : Perum. Vila Mutiara Blok N 106 no 9, Cikarang
Barat – Bekasi

III. 2 Proses Kerja Sindang Jaya Mebel


Bapak Rohman sebagai pemilik usaha mebel Sindang Jaya memulai usaha dengan bermodalkan
pengalaman dan keterampilan dibidang mebel dan tabungan yang disisihkan dari penghasilannya
selama menjadi pekerja pada perusahaan mebel. Modal awal sepenuhnya dari pemilik usaha,
sedangkan untuk modal pengembangan usaha disisihkan dari keuntungan usaha dan diperoleh dengan
menjalin kemitraan dengan pemilik show room mebel dan pedagang perantara.
Sindang jaya mebel melakukan produksi dengan sistem pesan terlebih dahulu dan membuat sampel
untuk promosi. Dalam proses produksi ada   beberapa tahapan mulai dari pemilihan bahan,
pengukuran, perakitan, penyelesaian.
Bahan baku mebel adalah kayu jati dan kayu non jati, kayu non jati seperti misalnya kayu johar, kayu
aboria, kayu pinus, kayu nangka dan lain-lain. Selain bahan baku kayu jati masih diperlukan tambahan
beberapa bahan pembantu yang sering digunakan untuk pembuatan mebel antara lain sebagai berikut :
polytur digunakan untuk mempercantik penampilan mebel, alat kunci, paku, lem, engsel, dan lain-lain.
Memperoleh bahan baku dari supplier yang tidak tentu (tergantung kebutuhan dan harga).
Alat produksi yang digunakan oleh para tukang mebel terdiri dari alat-alat yang masih sederhana tetapi
ada juga yang sudah modern. Alat-alat mebel tersebut antara lain : Gergaji, Bur, Bubut, Sekel, Asah /
Kikir, Bengso (alat pemecah kayu).
Jumlah tenaga kerja yang ada 25 orang, Mereka termasuk tenaga terampil dan berpengalaman dibidang
ini.
Konsumen utamanya adalah masyarakat sekitar tapi jangkauan penjualan sindang jaya mebel sudah
mencangkup luar kota seperti sukabumi, tangerang, dan bandung.
Pemasaran mebel Sindang Jaya dilakukan dengan cara dipasarkan sendiri ke masyarakat atau dengan
menjalin kemitraan dengan para tengkulak melalui toko-toko atau show room - show room yang
menginformasikan mebel-mebel yang sedang digemari konsumen disamping memberikan pinjaman
modal usaha. Hubungan pengusaha industri kecil mebel dengan pemilik show room dan pedagang
perantara melahirkan suatu model kemitraan dengan pola dagang. Sementara hubungan dengan industri
rumah tangga melahirkan model kemitraan pola produksi.

III.3 Upaya Sindang Jaya Mebel dalam mengembangkan usahanya di tengah persaingan
ekonomi
Upaya yang dilakukan Sindang Jaya Mebel adalah meningkatkan kualitas produk dengan memberikan
desain mebel yang lebih unik, dan bervariasi. 
Selain meningkatkan kualitas produk, Sindang Jaya Mebel juga meningkatkan pelayanan terhadap
pelanggan dengan member garansi produk jika ada produk barang yang rusak, tepat waktu dalam
memproduksi pesanan pelanggan.

III. 4 Berbagai kendala yang dihadapi Sindang Jaya Mebel dan cara mengatasinya
Ada beberapa kendala yang umumnya dihadapai oleh Sindang Jaya Mebel seperti :
a.       Kesulitan Memperoleh Bahan Baku
Sulit mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang bagus dan harga terjangkau. Penggunaan bahan
baku yang spesifik dan unik untuk usaha mebel dan tidak selalu terdapat di wilayah sekitar.
b.      Keterbatasan Teknologi
Minimnya pemanfaatan teknologi internet dalam desain, pemasaran, dan promosi hasil produksi.
Keterbatasan pengguasaan IT, sistem yang ada kurang mendukung, dan kurang tersedianya SDM
pendukung menjadi kendala dalam pengembangan usaha.
c.       Keterbatasan Sumber Daya Manusia dengan kualitas yang baik
Sulitnya mendapat tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang usaha mebel seperti
mengukir, mendesain, mengecat, dll.
Cara mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut :
Usaha Sindang Jaya Mebel harus memikirkan bahan baku alternatif lainnya sebagai pengganti bahan
baku utama untuk mengatasi kesulitan memperoleh bahan baku.
Untuk masalah dibidang Teknologi, Sindang Jaya Mebel harus menambah tenaga kerja yang memiliki
keahlian TI. Dengan adanya teknologi informasi dapat mempermudah usaha Sindang Jaya dalam
memasarkan produknya.
 Cara yang dilakukan untuk memperoleh SDM dengan kualitas yang baik adalah penerapan program
peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan ketrampilan
dan keahlian serta profesionalisme tenaga kerja dan mendorong peningkatan produktivitas industri
mebel.

Anda mungkin juga menyukai