Makalah Gawat Darurat
Makalah Gawat Darurat
OLEH:
NAMA : NURBAITI
NIM : 022SYEBID16
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hanya dengan izin,
rahmat dan kuasa-Nyalah saya masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Pelayanan Gawat Darurat”
Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata
Kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan II yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita khususnya mengenai peran dan organisasi bidan
di Indonesia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu,
kami berharapa dan kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun
yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................8
3.2 Saran................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kejadian gawat darurat dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja.
Orang lain, teman dekat, keluarga ataupun kita sendiri dapat menjadi korbannya. Kejadian
gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan
terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit
untuk mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban
dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas
kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita pada akhir
bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.
Pada Organisasi rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan
masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan
dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra
rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi
salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit.
Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral,
ataupun bangsal watan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.
Oleh karena itu, agar terwujudnya sistem pelayanan gawat darurat secara terpadu maka dalam
penerapannya harus mempersiapkan komponen-komponen penting didalamnya seperti :
Sistem Komunikasi, Pendidikan, transportasi, pendanaan, dan Quality Control. Dan juga
sebuah rumah sakit harus mempunyai kelengkapan dan kelayakan fasilitas unit gawat darurat
yang mumpuni sesuai dengan standar pelayanan gawat darurat.
1. Pengertian
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU No. 44
tahun 2009 tentang RS)
Kondisi gawat darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-tiba dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya
(akan menjadi cacat atau mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera
pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran
yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediatlely) untuk
menyelamatkan kehidupannya /life saving (Azrul, 1997).
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang
dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD dapat ditemukan dokter dari
berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat dan juga asisten dokter (wikipedia
indonesia).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah Instalasi pelayanan rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian
dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multidisiplin ilmu
Triase adalah memilah tingkat kegawatan pasien untuk menentukan prioritas
penanganan lebih lanjut
Response Time adalah kecepatan penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang
sampai dilakukan penanganan.
TUJUAN
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan pertolongan pertama
bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai resiko, seperti: kematian, menanggulangi
korban kecelakaan, atau bencana lainnya yang langsung membutuhkan tindakan.
Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997) kegiatan UGD secara umum dapat dibedakan
sebagai berikut :
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan pelayanan
gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing disalah
gunakan. Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan
kehidupan penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan
pertolongan pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care)
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan pelayanan
penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya
pelayanan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-
kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
3. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan informasi
medis darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota
masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical
questions)
A. pengertian
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara
yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling
efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan
pertolongan dan menetapkan prioritas penanganan
korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit
dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage,
perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam
bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar
beratnya cedera ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kiniistilah
tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang
memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010)
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa. Tujuan
kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya, untuk menetapkan
tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage
tenaga kesehatan akan mampu:
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
C. FUNGSI TRIAGE
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
(P2) Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya
Darurat tidak gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan
(P3) darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat (P4) gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai
berikut :
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera
Pasien dibawa ke ruang resusitasi
Waktu tunggu 0 (Nol)
Prioritas 2 atau Urgent
Pasien dengan penyakit yang akut
Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
Waktu tunggu 30 menit
Area Critical care
Prioritas 3 atau Non Urgent
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal
Luka lama
Kondisi yang timbul sudah lama
Area ambulatory / ruang P3
Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
Tidak ada respon pada segala rangsang
Tidak ada respirasi spontan
Tidak ada bukti aktivitas jantung
Hilangnya respon pupil terhadap cahaya
2. Sistem Triage
Non Disaster : Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu
pasien
Disaster: Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam
jumlah banyak
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang mengindikasikan
kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :
Rencana perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta dokumentasi
pengkajian dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan rencana perawatan formal
(dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu, dokumentasi oleh perawat pada saat
instruksi tersebut ditulis dan diimplementasikan secara berurutan, serta pada saat terjadi
perubahan status pasien atau informasi klinis yang dikomunikasikan kepada dokter secara
bersamaan akan membentuk “landasan” perawatan yang mencerminkan ketaatan pada
standar perawatan sebagai pedoman.
Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan dan
mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu, sesuai dengan
standar yang disetujui. Perawat harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien
berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk menentukan perkembangan pasien ke arah
hasil dan tujuan dan harus mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan
dan perkembangannya.Standar Joint Commision (1996) menyatakan bahwa rekam medis
menerima pasien yang sifatnya gawat darurat, mendesak, dan segera harus mencantumkan
kesimpulan pada saat terminasi pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat
pemulangan, dan instruksi perawatan tindak lanjut.
S : data subjektif
O : data objektif
P : rencana keperawatan
C. Penyebab BHB
1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari
korban/pasien.
Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti
napas dapat terjadi pada keadaan:
Tenggelam
Stroke
Obstruksi jalan napas
Epiglotitis
Overdosis obat-obatan
Tersengat listrik
Infark miokard
Tersambar petir
Koma akibat berbagai macam kasus.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan
jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan
ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan
mencegah henti jantung.
2. Henti jantug
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini
akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang
terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang
bertujuan:
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang
Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis
dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer.
Survai primer
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta
defibrilasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan
abjad A, B, C, dan D, yaitu
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnva dada, mendengar bunyi napas dan
merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di
atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap
terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut,
mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap
kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000 – 1000
ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik
napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%. Penolong juga harus
memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif
untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas
dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut
penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi
kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung
korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari
hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 – 1000 ml
(10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat
menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
2. Mulut kehidug
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan,
misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya
jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.
Mulut ke Stoma
caranya :
- letakkan pasien pada posisi terlentang
- letakkan sungkup pada muka pasien dan dipegang dengan kedua ibu jari
- lakukan head thilt chin lift/jaw thrust, tekan sungkup kemuka pasien agar rapat
kemudian tiup melalui lubang sungkup sampai dada terangkat
- hentikan tiupan dan amati turunnya dada.
Gbr. Pernafasan buatan mulut kesungkup
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpula
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling
efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan
pertolongan dan menetapkan prioritas penanganan
Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan
kondisi jiwa seseorang pada saat mengalamai kegawatdaruratan. (siti rohmah.2012)
3.2 Saran
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA