Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

KAJIAN TENTANG PERAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN


FORMAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

Disusun Oleh :
AYU AL ISRAH
NIM 20720251010

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN INFORMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................3
Bab II Pemahasan................................................................................................................4
2.1 Pengertian dan Peran Peserta Didik dalam Pendidikan Formal. .................................4
2.2 Peranan Sekolah dalam Pendidikan..............................................................................6
2.3 Peran Guru dalam Pendidikan Formal..........................................................................7
Bab III Kesimpulan.............................................................................................................15
Daftar Pustaka......................................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

  Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik,
peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan,
sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang
dididiknya.
  Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan
itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak
tersebut berada.
        Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibannya serta
melaksanakanya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik,
sedangkan kewajiaban adalah sesuatu yang wajib dilakkukan atau dilaksanakan oleh
peserta didik.
        Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang
pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi
yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau
seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun
juga mengenali potensi yang dimilikinya.
Dalam makalah ini, akan dihidangkan persoalan-persoalan diatas guna mncapai
tujuan pendidikan yang diharapakan, khususnya dalam pendidikan formal.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun dalam makalah ini penulis akan membahas tentang:
1. Pengertian dan Peran peserta didik dalam Pendidikan formal.
2. Peranan sekolah dan guru dalam Pendidikan formal.

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian dan peran peserta didik dalam
Pendidikan formal.
2. Untuk mengetahui Peranan sekolah dan guru dalam Pendidikan untuk peserta
didik

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Peran Peserta Didik dalam Pendidikan Formal.


Pengertian peserta didik menurut ketentuan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk
menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.Dari pengertian beberapa
ahli, bisa dikatakan bahwa peserta didik adalah orang/individu yang mendapat pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan agar tumbuh dan berkembang
dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh
pendidiknya. Dalam konteks pembelajaran dilakukan, secara historis filsafat pendidikan
dibagi menjadi dua, guru sebagai pusat pembelajaran (teacher-centered philosophies) dan
siswa sebagai pusat pembelajaran (student-centered philosophies). Teacher-centered
philosophies dikatakan cenderung lebih otoriter dan konserfatif, dan menekankan
pengembangan nilai-nilai dan pengetahuan yang telah hadir sejak dulu sampai sekarang.
Aliran pokok dari filsafat yang berpusat kepada guru, yaitu esensialisme dan perenialisme.
Student-centered philosophies lebih berfokus kepada pembelajar, kontemporer dan relevan,
serta menyiapkan siswa untuk perubahan di masa depan. Sekolah dipandang sebagai suatu
lembaga yang bekerja dengan kaum muda untuk membangun dan memperbaiki masyarakat
atau membantu para siswa menyadari tanggung jawab individual mereka di masyarakat.
Aliran pokok dari faham ini adalah progrevisme, rekonstruksionisme sosial, dan
eksistensialisme. Dalam paham ini siswa dan guru bekerja sama untuk menentukan apa saja
yang harus dipelajari dan bagaimana cara terbaik untuk mempelajarinya. Berdasarkan
konteks di atas, proses pembelajaran sendiri memiliki dua dimensi. Pertama adalah aspek
kegiatan siswa: apakah kegiatan yang dilakukan siswa bersifat individual atau bersifat
kelompok. Kedua aspek orientasi guru atas kegiatan siswa: apakah difokuskan pada individu
atau kelompok. Berdasarkan dua dimensi yang masing-masing memiliki dua kutub tersebut,
terdapat empat model pelaksanakan dalam pembelajaran. Pertama, apa yang disebut self-
study, yaitu, kegiatan siswa dilaksanakan secara individual dan orientasi guru dalam
mengajar juga bersifat individu. Model pertama ini memusatkan perhatian pada diri
siswa.Agar siswa dapat memusatkan perhatian perlu diarahkan oleh dirinya sendiri dan

4
bantuan dari luar, yaitu guru.Siswa harus dapat mengintegrasikan pengetahuan yang baru
diterima ke dalam pengetahuan yang telah dimilikinya.Untuk pelaksanaan model selfstudy ini
perlu didukung dengan peralatan teknologi, seperti computer. Keberhasilan model ini
ditentukan terutama oleh kesadaran dan tanggung jawab pada diri sendiri. Kedua, apa yang
dikenal dengan istilah cara mengajar tradisional. Model ini memiliki aktivitas siswa bersifat
individual dan orientasi guru mengarah pada kelompok. Pada model ini kegiatan utama siswa
adalah mendengar dan mencatat apa yang diceramahkan guru. Seberapa jauh siswa
mendengar apa yang diceramahkan guru tergantung pada ritme guru membawakan ceramah
itu sendiri. Siswa akan dapat mengintegrasikan apa yang didengar ke dalam pengetahuan
yang telah dimiliki apabila siswa dapat mengaitkan pengetahuan dengan apa yang diingat.
Model ini sangat sederhana, tidak memerlukan teknologi, cukup papan tulis dan kapur.
Keberhasilan model ini banyak ditentukan oleh otoritas guru. Ketiga, apa yang disebut model
persaingan. Model ini memiliki aktivitas yang bersifat kelompok, tetapi orientasi guru
bersifat individu.Model ini menekankan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran,
semua siswa harus aktif dalam kegiatan kelompok tersebut. Seberapa jauh siswa dapat
berpartisipasi dalam kegiatan akan ditentukan oleh seberapa jauh kegiatan memiliki
kebebasan dan dapat membangkitkan semangat kompetisi. Pengetahuan yang diperoleh dan
dapat dihayati merupakan hasil diskusi dengan temannya. Model ini memerlukan teknologi
baik berupa alat maupun berupa manajemen seperti konferensi dan seminar. Keberhasilan
model ini terutama ditentukan oleh adanya saling hormat dan saling mempercayai di antara
siswa. Keempat, apa yang dikenal dengan istilah model cooperativecollaborative. Model ini
memiliki aktivitas siswa yang bersifat kelompok dan orientasi guru juga bersifat kelompok.
Model ini secara khusus menekankan kerja sama di antara para siswa. Kegiatan siswa
diarahkan untuk mencapai tujuan bersama yang telah menjadi konsensus di antara mereka.
Konsensus ini didasarkan pada nilai-nilai yang dihayati bersama.Oleh karena itu, dalam
kelompok senantiasa dikembangkan pengambilan keputusan. Kebersamaan dan kerja sama di
antara para siswa untuk mencapai tujuan belajar bersama. Disamping tujuan bersama yang
akan dicapai, kebersamaan dan kerja sama dalam pembelajaran ini juga diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan kerja sama diantara para siswa. Dengan model ini, guru tidak
selalu memberikan tugas-tugas individual, tetapi secara kelompok.Bahkan, penentuan hasil
evaluasi akhir pun menggunakan prinsip kelompok. Artinya, hasil individu siswa tidak hanya
didasarkan kemampuan masing-masing, tetapi juga dilihat berdasarkan hasil prestasi
kelompok. Dengan demikian, siswa yang pandai akan menjadi tutor untuk membantu siswa
yang kurang pandai demi prestasi kelompok sebagai satu kesatuan. Setiap siswa tidak hanya

5
bertanggung jawab atas kemajuan dan keberhasilan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab
atas keberhasilan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab atas keberhasilan dan kemajuan
kelompoknya. Keempat model tersebut tidak ada yang lebih baik satu atas yang lain. Sebab
model yang baik adalah model yang cocok dengan karakteristik materi, kondisi siswa,
kondisi lingkungan, dan kondisi fasilitas. Disamping itu pula, diantara keempat model
tersebut tidaklah bersifat saling meniadakan. Artinya, sangat mungkin dalam proses
pembelajaran memadukan berbagai model tersebut di atas.

2.2  Peranan Sekolah dalam Pendidikan

Peranan sekolah dalam pendidikan yang merupakan tingkatan kedua setelah pendidikan
dalam keluarga. Peranan sekolah yakni mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan
memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Peran seorang guru
yang sebagai pendidik harus memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.
Guru yang ada di sekolah merupakan pendidik formal secara langsung menerima
kepercayaan dari sekolah maupun masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggungjawab
pendidikan.
Selain dari guru, sekolah juga butuh adanya alat sebagai pelengkap berkembangnya
pendidikan. Yang dimaksud alat pendidikan disini yakni suatu tindakan atau situasi yang
sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu atau yang ingin
dicapainya. Antara lain berupa hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, pujian dan
celaan, contoh serta kebiasaan. Selain itu juga pada gedung sekolah, keadaan perlengkapan
sekolah, keadaan alat-alat pelajaran, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan yang ia terima sepanjang
hayatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas yang formal seperti sekolah atau kursus-kursus
namun dalam arti luas artinya segala sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu
menjadi bagain dari pendidikan.
Melihat, mendengar, merasa, dan meraba merupakan komponen penting dalam pendidikan,
dan itu sangat-sangat mudah ia dapatkan dari lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal
atau non formal.
Semenjak terlahirnya teori behaviouristik oleh Pavlov, maka sejak itu pula pemahaman
bahwa perilaku manusia dipengaruhi juga oleh lingkungan menjadi dibuktikan kebenarannya
secara ilmiah. Jadi wajar apabila Soekarno pernah berkata lantang “Berikan aku sepuluh
pemuda maka akan aku mengubah dunia!” ungkapan itu tampak PD memang, namun

6
beralasan.
Secara psikologi, memang lingkungan juga berperan penting dalam perilaku manusia
khususnya sekolah, sebab dari sinilah perlakukan-perlauan yang terus menerus dan
terstruktur masif diberikan kepada anak, sehingga anak diharapkan dapat merubah
perilakunya sesuai yang diharapkan. Sekolah yang telah memberikan lingkungan yang
menunjang bagi kesuksesan pendidikan maka sekolah itu secara langsung dan tidak langsung
memberikan sentuhan perlakuan kepada anak. Lingkungan itu meliputi
• fisik seperti bangunan, alat, sarana, dan gurunya
• non fisik yaitu kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang terlaksana di
sekolah itu.

Namun ingat, lingkungan memang berperan tetapi faktor genital juga memberikan pengaruh,
setidaknya pada bakat. Tentang baka, banyak orang yang sukses terkadang disebabkan oleh
faktor bakat meski 1% dan yang lain itu adalah kerja keras.

Dengan pendidikan sekolah diharapkan manusia atau anak didik dapat berkembang sepanjang
hidupnya atau seumur hidup. Masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang
untuk belajar, namun disadari bahwa sekolah adalah tempat yang sangat strategis bagi
pemerintah dan masyarakat untuk membina generasi muda dalam menghadapi masa depan.
Oleh sebab itu tugas sekolah dalam pendidikan tidak hanya membina pengetahuan dan
kecakapan yang berguna untuk dimanfaatkan oleh manusia atau anak didik secara langsung
setelah lulus tetapi juga menyiapkan sikap dan nilai serta kemampuan untuk belajar terus bagi
perkembangan pribadinya.

2.3 Peran Guru dalam Pendidikan Formal

Peran guru dalam pendidikan formal (sekolah) adalah “mengajar”. Saat ini banyak guru
yang karena kesibukannya dalam mengajar lupa bahwa siswa yang sebenarnya harus belajar.
Jika guru secara intensif mengajar tetapi siswa tidak intensif belajar maka terjadilah
kegagalan pendidikan formal.

Jika guru sudah mengajar tetapi murid belum belajar maka guru belum mampu
membelajarkan murid.Menurut Yamamoto, belajar mengajar akan mencapai titik optimal
ketika guru dan murid mempunyai intensitas belajar yang tinggi dalam waktu yang
bersamaan. Kedudukan guru dan siswa haruslah dianggap sejajar dalam belajar, jika kita

7
memandang siswa adalah subyek pendidikan (Sumarsono, 1993). Guru dan siswa sama-sama
belajar, kebenaran akan mutlak di tangan guru. Guru harus memberi kesempatan seluas-
luasnya bagi siswa untuk belajar dan memfasilitasinya agar siswa dapat mengaktualisasikan
dirinya untuk belajar. Guru pun harus mengembangkan pengetahuannya secara meluas dan
mendalam agar dapat memfasilitasi siswanya. Inilah peran guru dari guru.
Kesalahan fatal yang dilakukan pendidik orang dewasa adalah usaha dalam mendefinisikan
fungsi dirinya sebagai pelaku tunggal bagi perubahan tingkah laku dan berbuat seolah-olah
tugas prinsipnya adalah untuk mengkomunikasikan ide-ide, mendesain
latihan (exercise), untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu
untuk menentukan perubahan tingkah laku dan melakukan survey untuk mendeteksi
kebutuhan.
Di samping orang tua, pelaku utama pendidikan adalah guru, sehingga seringkali guru dalam
paradigma lama berlaku sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan menjadi segalagalanya
dalam pengajaran. Guru adalah orang yang digugu dan ditiru, sehingga tak pelak lagi guru
menjadi orang yang setengah didewakan oleh anak didiknya. Tetapi peran guru yang sentral
dalam pendidikan kurang berpengaruh terhadap pembelajaran siswanya. Hal ini tentunya
sebatas hubungan formal yang tidak mendalam dalam membangun kesadaran siswa untuk
belajar dengan sepenuh hatinya. Guru pada era sekarang bukan satu-satunya sumber
pengetahuan karena begitu luas dan cepat akses informasi yang menerpa kita, sehingga tidak
mungkin seseorang dapat menguasai begitu luas dan dalamnya ilmu pengetahuan serta
perkembangannya. Akan lebih tepat jika guru berlaku sebagai fasilitator bagi para siswanya
sehingga siswa memiliki kepandaian dalam memperoleh informasi, belajar memecahkan
masalah, menarik kesimpulan, menuliskan, mengekspresikan apa yang diketahuinya, ini akan
membuat siswa menjadi seorang pembelajar yang luar biasa.
Ki Hajar Dewantoro merumuskan peran guru dalam mendidik di sekolah sebagai berikut ing
ngarso sung tulodo, di depan memberi teladan, ingmadyo mangun karso, di tengah
membangun kreativitas dan tut wuri handayani, di belakang memberi semangat. Hingga
sekarang peran ini masih aktual dan menjadi dasar dari semua peran yang dijalankan seorang
guru dalam mendidik, bagaimana guru berperan sebagai teladan, mediator sekaligus
motivator dalam proses pembelajaran, dengan pendekatan/metode apapun yang digunakan
oleh guru.
Pendidikan abad ke-21 diprediksi akan jauh berbeda dengan sebelumnya sehingga UNESCO
pada tahun 1977 sudah mulai menggali esensi dari pendidikan dan kemudian
memperkenalkan The Four Pillars of Education, yaitu Learning to know, Learning to do,

8
Learning to live together, dan learning to be, untuk mengantisipasi perubahan yang bukan
hanya linier tetapi mungkin eksponensial yang diantisipasi akan terjadi di masyarakat yang
mengglobal.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus
dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young
(1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalah
sebagai berikut :

1.Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik,
dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

2.Guru Sebagai Pengajar

Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan,
rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi,
maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu :
Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,
Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi,
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran,
Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha
untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika
mempelajari materi standar.

3.Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,

9
moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling
penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,
tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.

4.Guru Sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual


maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih
ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak
akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam
berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.

5.Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak
memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap
untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang
kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian
dan ilmu kesehatan mental.

6.Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada
nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.

10
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam
istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi
pribadi yang terdidik.

7.Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa
peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan
apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap
melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir,
Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum. Perilaku guru
sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik

8.Guru Sebagai Pribadi

Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya
bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya,
maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.
Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan.
Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan
berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

9.Guru Sebagai Peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-


penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti.
Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk

11
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah
mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.

10.Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada
dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa
yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

11.Guru Sebagai Pembangkit Pandangan

Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari
kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan
memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi
ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga
setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi
ini.

12.Guru Sebagai Pekerja Rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat
diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik,
maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.

13.Guru Sebagai Pemindah Kemah

Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-
mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang

12
baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik,
kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus
memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.

14.Guru Sebagai Pembawa Cerita

Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia
bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa
disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan
gagasan kehidupan di masa mendatang.

15.Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.
Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan
peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan
tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta
didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan
kembali menjadi pribadi yang percaya diri.

16.Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena
melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Penilaian harus adil dan objektif.

17.Guru Sebagai Pengawet

Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya,

13
karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia
sekarang maupun di masa depan.
Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru
juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.

18.Guru Sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir
(kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap
yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran
kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu
mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan
perkembangan dan potensi anak didik.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul
di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.
Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus
menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu
masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat
tersebut bergerak menuju kehancuran.

14
BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan merupakan sarana atau proses kehidupan yang dimiliki oleh manusia dengan
kesadarannya melalui interaksi pendidikan berlangsung seumur hidup sesuai apa yang ingin
dicapainya.

Pendidikan sekolah yakni dimana seorang pendidik atau guru bertanggungjawab memberikan
secara langsung tentang tingkah laku sopan santun yang lebih halus melalui instrumen-
instrumen atau alat pendidikan yang disengaja dengan tujuan tertentu sebagai tambahan
pendidikan yang diberikan dalam keluarga.

Peranan sekolah dalam pendidikan yakni mendidik dan mengajarkan baik secara formal
maupun non-formal dengan berbagai fasilitas-fasilitas yang dapat mengembangkan dan
meningkatkan mutu pendidikan dengan lulusan yang baik dan perilaku yang halus.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://kependidikanislam2010.blogspot.com/2011/06/peranan-sekolah-dalam-
pendidikan.html

https://dwimaryanirispatiningsih.wordpress.com/2012/08/29/peran-guru-dalam-pendidikan-
formal/

http://ibnurus.blogspot.com/2016/03/makalah-peserta-didik.html

https://www.scribd.com/doc/110024823/MAKALAH-Peserta-didik

16

Anda mungkin juga menyukai