Disusun oleh:
1. Khaeriyatunnisa
2. Muhammad Syarif Hidayat
3. Rizki Amaliyah Putri
4. Salsa Armanita
Assalamualaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah menjadi kodrat, manusia tidak bisa hidup sendiri. Secara otomatis sesuai hukum
alam yang berlaku manusia akan melakukan sosialisasi dengan manusia lainnya. Interaksi antar
manusia dinamakan interaksi sosial. Jika interaksi sosial terjadi pada beberapa manusia dengan
alasan tertentu maka interaksi tersebut akan ditampung dalam suatu wadah, kelompok.
Kelompok menjadi tempat adanya interaksi antar manusia untuk saling tukar informasi maupun
saling mempengaruhi. Interaksi yang ada di kelompok selanjutnya membentuk budaya
kelompok.
Budaya kelompok pun mempengaruhi budaya organisasi. Oranisasi yang dimaksud disini
yakni kelompok dalam jumlah besar. Maraknya kelompok-kelompok di era metropolis ini
menyulitkan pengidentifikasiannya. Untuk itu perlu studi lanjut untuk mengidentifikasi
bagaimana makna kelompok, pembeda antar kelompok, serta apa peran kelompok dalam sebuah
organisasi. Baik kelompok yang terbentuk maupun sengaja dibentuk, keduanya memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga perlu dibedakan sesuai porsinya dalam tata organisasi.
B. Rumusan Masalah
1
G. Bagaimana sinergitas yang terjadi antara budaya organisasi dengan dinamika kelompok
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah teori yang menjelaskan alasan seseorang
memasuki kelompok. Sajian ini sengaja tidak dipaparkan secara mendalam karena dipilah saja
teori yang memiliki peluang sering dipakai dalam membahas kasus di lapangan, diantaranya
adalah :
1. Domisili Theory
Teori ini menyatakan bahwa pada diri manusia ada dorongan untuk berafiliasi dengan
orang lain dalam rangka menemukan/menampilkan eksistensi diri. Adapun pilihan pertama ialah
pada mereka yang secara geografis dekat dengan dirinya. Keterdekatan yang dimaksud adalah
bisa berarti ruang, bisa juga daerah (spatial and geographical proximity), dengan kata lain teori
ini mendasarkan pada asumsi bahwa orang akan memilih teman, pilihan pertamanya adalah
orang lain yang secara geografis dekat dengan tempatnya. Hal ini dapat dilihat manakala
seseorang berada di tempat yang baru atau sama sekali asing baginya. Dalam kesendirian orang
tersebut akan berupaya mengenal orang yang berada di sekitarnya.
Teori ini disebut juga sebagai teori kesamaan sikap yang dicetuskam oleh Newcomb
(1961). Dasar pendekatannya bahwa: “seseorang akan cenderung tertarik dengan orang lain
dan bergabung,apabila diantara mereka ada kesamaan sikap”. Dasar pemikiran dari konsep ini
ialah bermula pasa asumsi bahwa orang yang berkeinginan untuk belajar maka akan mencari
teman yang sama-sama ingin belajar. Aliran ini antara lain dianut oleh Festenger, Feldman
(1986) yang mengajukan semacam alasan, antara lain :
1. Karena kesamaan sikap membuat orang merasa tertarik satu dengan lainnya.
2. Orang yang memiliki kesamaan dalam sikap lebih mudah untuk berinteraksi.
3. Karena kesamaan sikap maka cenderung akan terjadi kesamaan perilaku.
4. Adanya dugaan dari para pelaku kalau orang mempunyai sikap yang sama maka
akan mudah menyatukan pendapat.
5. Activity Intercation Sentimen Theory
Teori ini dikenal dengan teori AIS. Konsepsi dasar teori ini berpijak pada dasar pemikiran
(Hommans, 1950): “Makin banyak seseorang melakukan kegiatan bersama orang lain, maka
makin beraneka ragam interaksi yang dikembangkan.”..
3
Akibatnya semakin tumbuh rasa kebersamaan diantara mereka.Semakin sering seseorang
melakukan interaksi maka semakin sering orang tersebut membagikan perasaan dengan orang
lain.Semakin memahami perasaan orang lain maka semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan,
berarti juga semakin sering aktivitas dilakukan. Nampaknya teori ini akan mencoba
mengembangkan alternatif baru yang mungkin dapat dikembangkan dari aktifitas yang
dilakukan, interaksi yang dikembangkan dan perasaan yang ditimbulkan.
3. Practicality Theory
Menurut teori ini dikatakan bahwa orang akan mengelompok apabila ada alasan praktis.
Pada umumnya alasan ekonomi menjadi dominasi utama, walau demikian bukan berarti alasan-
alasan lain tidak berperan. Hal ini tentu sesuai dengan apa yang menjadi alasan saat itu. Alasan
praktis inilah yang membuat orang berafiliasi dalam kelompok (Rusidi, 1989 dan Reitz,
1977:290). Influs-influs kepentingan muncul menjadi tujuan bersama karena kepentingan
bersama. Sebagai contoh karena merasa tidak mendapatkan pelayanan yang layak,warga
Perumnas ramai-ramai mendatangi developer.
Teori ini dikemukakan oleh winh (1958). Pada dasarnya teori ini membantah teori
kesamaan sikap. Teori ini mengatakan bahwa daya tarik interaksi itu ditentukan oleh prinsip atau
asas saling melengkapi ketidakadaan pada diri tadi guna mendapatkannya dari orang lain. Teori
ini mencoba mengungkap bahwa manusia pada dasarnya berada pada posisi yang selalu kurang.
Untuk melengkapi kekurangannya maka dia memerlukan orang lain. Dalam upaya mengisi
kekurangan diri tadi maka manusia berinteraksi dengan orang lain.
5. Exchange Theory
Exchange theory sering diterjemahkan menjadi teori pertukaran. Dasar teori ini ialah
interaksi itu terjadi karena adanya reward dan cost (imbalan dan kobaran). Reward tidak harus
berwujud benda,akan tetapi dapat saja berbentuk tingkat kepuasan bentuk-bentuk immaterial
lainnya. Demikian juga dengan cost dapat saja berupa kepatuhan akan sesuatu.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Hommans yang kemudian dipopulerkan oleh Thibaut
dan Kelly. Terakhir dikembangkan oleh Peter Blaw yang mengemukakan jika
seseorangmemasuki kelompok maka dalam diri mereka akan selalu muncul perhitungan aspek
keuntungan dalam setiap alternative pilihannya (comparison level of alternative ).
Sedangkan pengalaman masa lalu selalu dijadikan rujukan untuk memutuskan apa yang
akan diperbuat.Menjadi pernyataan sekarang ialah bagaimana orang dapat tertarik pada suatu
kelompok sehingga dia berkeinginan untuk masuk menjadi anggota kelompok tadi. Seperti telah
diuraikan pada bab terdahulu bahwa hal tersebut berlangsung sangat unik. Pada umumnya
setelah suatu kelompok terbentuk, maka kelompok akan menampilkan ciri-ciri tertentu yang hal
ini membuat orang di luar kelompoknya tertarik untuk masuk ke dalam kelompok tadi.
Cartwright dan Zanden (1968) menjelaskan hal ini karena :
4
Pertama, faktor yang berasal dari kelompok itu sendiri. Maksudnya kelompok itu
menarik bagi orang lain di luar kelompok karena aktivitas kelompok,anggotanya atau tujuan dari
kelompok dapat juga prestise yang di tampilkan oleh keanggotaannya.
Kedua, faktor yang berasal dari luar yaitu adanya pressure (tekanan) sehingga orang
harus menjadi anggota.
Kedua hal tersebut sebenarnya hanya merupakan syarat minimal. Karena banyak hal lain
(variable) yang saling berpengaruh antar satu dengan yang lain sehingga seseorang menjadi
sangat terikat atau committed terhadap kelompok. Dapat dicontohkan di sini antara lain
perimbangan kesamaan karakteristik, motivasi yang mendorong.
B. Ciri-ciri Kelompok
Jumlah keanggotaan dalam kelompok terutama kelompok kecil (small group) tidak ada
batasan yang pasti. Setiap ahli mencoba mengungkapkan dengan argumentasi masing-masing.
Salah satu contoh Shaw (1979) mengatakan bahwa small group memiliki anggota maksimal 20
orang. Tetapi ada ahli lain yang mengatakan tidak lebih dari 5 orang. Hanya saja ada
keseragaman diantara mereka dalam melihat kelompok.
1. Anggota memiliki motivasi yang sama dan ini mendorong mereka berinteraksi dalam
mencapai tujuan.
2. Kelompok terdiri/memiliki struktur , status, peran yang semua itu terjadi karena
perbedaan kebutuhan.
3. Organisasi di dalam kelompok yang sifatnya tegas akan mempermudah memberikan ciri
pada kelompok tersebut.
4. Adanya norma yang tegas dari kelompok tersebut
Sedangkan Van Zanden (1984:92)dengan tegas menampilkan ciri-ciri kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok itu memiliki ciri tertentu yang dibatasi oleh lokasi geografis, paham politik,
agama, dan lain-lain.
2. Kelompok itu memiliki tujuan yang jelas.
3. Umumnya anggota menyadari bahwa keanggotaannya dalam kelompok itu berbeda
dengan kelompok lain.
Ciri-ciri kelompok ini ternyata memiliki benang merah yang sama yaitu adanya
kesamaan tujuan , memiliki keanggotaan yang terikat satu dengan lainnya.
5
Terlepas makna perekat tadi sebagai interaksi atau sebagai kesamaan ranah yang
membuat/tempat kelompok itu berada dalam arti gerak prosesnya. Akan tetapi ada sesuatu yang
nampaknya vital dalam kelompok yaitu adanya norma yang harus dipatuhi oleh semua anggota
kelompok. Norma kelompok yang bersifat mengikat ke dalam dan norma ini memiliki
karakteristik:
C. Jenis-jenis Kelompok
Bila dikaji dari sudut sosiologi maka pada dasarnya kelompok itu memiliki klasifikasi,
yang oleh Lindgren (1973) klasifikasi tersebut dipilah menjadi:
Kelompok Primer
Kelompok Primer ini adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
berhubungan satu dengan yang lain secara langsung, intim dan akrab serta sifatnya lebih personal
(zanden, 1984). Sedangkan ikatannya lebih beraifat emosional dan pembentukannya lebih
dikarenakan bersifat fisik langsung (tatap muka).
Kelompok sekunder
Kelompok ini anggotanya berhubungan lebih bersifat secara impersonal (tidak bersifat
pribadi) dengan peran jelas, dan interaksinya selalu berorientasi pada tujuan. Pendapat ini lebih
mengacu pada pendapat Zanden. Sedangkan Cooley menekankan bahwa kelompok sekunder
bersifat pola hubungannya kurang erat. Walaupun fungsinya sama yaitu sama-sama mencapai
tujuan bersama.
Kelompok Formal
6
Kelompok Formal ialah kelompok yang keanggotaannya berdasarkan suatu struktur
resmi. Maksudnya ialah bahwa tanda kelompok formal itu anggotanya memiliki peran khusus
yang jelas. Kelompok ini sama dengan Kelompok Sekunder dilihat dari sudut pola interaksinya.
Karena sama-sama berdasarkan pada pertimbangan objektif rasional.
Kelompok Informal
Kelompok informal ialah kelompok yang terbentuk karena tertarik berdasarkan akan
kebutuhan bersama atau juga karena adanya kesamaan tertentu dari anggotanya.
Kelompok In-group
Suatu unit social dimmanakita termasuk salah satu atau memihak dengannya (sebagai
contoh, solidaritas rasa setia kawan.
Kelompok Out-group
Kelompok Exclusive group cenderung terbentuk karena sekelompok individu yang memiliki minat dan
latar belakang yang sama. Sehingga anggotanya dibatasi sesuai dengan kualitas yang dituntut oleh
kelompok tersebut. Pada masyarakat tradisional bentuk Exclusive ini lebih menyerupai status sosial bila
dibandingkan dengan masyarakat yang equqlitarian yang anggotanya lebih banyak dan luas. Tipe
masyarakat yang kedua inuilah yang tergolong inclusive. Akan tetapi untuk memilahkan kelompok
kepada kedua kategori tadi bukanlah sesuatu yang mudah begitu saja ditetapkan. Hendaknya ada acuan
sebagai kriteria untuk keduanya.
7
Dengan kata lain adanya dasar berpijak secara ilmiyah untuk memilahkan kelompok pada
kedua hal di atas.
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari
keseluruhan anggota kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh seluruh anggota kelompok, sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat.
4. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
ideologi politik yang sama.
5. Terbentuk secara berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Daya tarik interpersonal merupakan sikap kesukaan terhadap orang lain. Pasalnya,
semakin kita tertarik atau kepada seseorang maka kecenderungan untuk berkomunikasi akan
semakin besar.abraham Maslow menguraian beberapa kebutuhan manusia, diantaranya
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan
kebutuhan aktualiasi diri. Dari beberapa kebutuhan yang disebutkan Maslow sudah sangan jelas
bahwa interaksi sosial sangat berpengaruuh dalam pemenuhan kebutuhan. Interaksi sosial
memerlukan daya tarik interpersonal, begitulah keduanya bersinambung.
Daya tarik interpersonal dapat terjadi karena adanya faktor yang mendukung. Faktor-
faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal, diantaranya adalah:
1. Toleransi
2. Kesempatan yang seimbang
3. Sikap menghargai orang lain
4. Sikap mendukung bukan bertahan
5. Terbuka
6. Respon
7. Emosional
8
F. Tahap-tahap Perkembangan Kelompok
1. Orientasi : Para anggota masih meraba-raba meskipun mereka setuju turut menjadi
anggota kelompok itu.
2. Konflik dan Tantangan : Mereka rebut-ribut gempuran satu sama lain dalam
menginginkan berbagai hal, timbul sub kelompok, oposan, pemberontakan halus, saling
beradu pendapat dan saling berjaga.
3. Kelekatan : Konflik dan tantangan reda, akhirnya mereka menyetujui keputusan-
keputusan yang hasilnya dari konflik–konflik dan mulai membentuk kedamaian dan
kerukunan.
4. Delusi : Suasana setelah melepas pertikaian dan bentuk kerukunan, pada tahap ini terasa
adanya partisipasi para anggota pada apa yang di inginkan oleh kelompok. Namun, apa
yang mereka rasakan atau menjadi kenyataan pada waktu itu sebenarnya tidak sesuai
dengan kenyataan dan pikiran rasional tidak dapat berjalan.
5. Disilusi : Menyadari kesalahan persepsi terhadap kelompoknya yang dikatakan baik,
yaitu dengan adanya harmoni atau kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya
tidak realistis itu, mulai timbul konflik–konflik karena dirasakan bahwa kelompok tidak
terbuat seperti yang dicita-citakan semula menurut persetujuan bersama.
6. Penerimaan : setelah tahap sebelumnya dapat dilalui dengan menerima cacian, kritikan,
dan lain-lain, maka kemudian kembali menepati cita-cita kelompok.
Robbins
9
4. Performing ialah dalam tahap ini kelompok melaksanakan norma dan bekerja untuk
mencapai tujuan.
5. Adjourning ialah selesainya pencapaian tujuan, kelompok beristirahat bekerja atau bubar,
khususnya kelompok yang tujuannya spesifik dalam waktu yang terbatas atau sementara.
Definisi dinamika kelompok yakni arus informasi, pertukaran pengaruh antar anggota
kelompok dimana pemimpin bertugas untuk mengendalikan pengaruh yang ada di dalam
kelompok. Kegiatan saling mempengaruhi dalam suatu kelompok selanjutnya akan menjadi
budaya kelompok. Adanya kelompok-kelompok kecil akan menciptakan budaya yang
selanjutnya membentuk budaya organisasi.
10
Kelompok berada di bawah naungan organisasi sehingga setiap perilaku kelompok ikut
menyumbang dalam terciptanya budaya organisasi sebagaimana budaya organisasi itulah
nantinya yang akan memberikan batasan terhadap perilaku kelompok.
Secara harfiah, dinamika berarti gerak. Dinamika kelompok berarti bagaimana gerakan
yang dilakukan kelompok. Versus berarti lawan atau sesuatu yang bertentangan. Dinamika
kelompok versus budaya organisasi berarti setiap gerakan yang dilakukan kelompok akan
dipengaruhi budaya organisasi, seringnya dinaika kelompok itu bebrtentangan dengan budaya
organisasi. Karena bbudaya organisasi sendiri bersifat memberi batasan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam pembentukan kelompok terdapat beberapa teori, misalnya : domisili theory, similar
attitude theory, activity intercation theory, dan sebagainya.
Ciri-ciri kelompok diantaranya memiliki motivasi yang sama dalam mencapai tujuan,
memiliki peran, struktur, dan status yang berbeda dalam kelompok, terbatasi letak geografis,
paham politik, dan agama, serta memiliki tujuan yang jelas.
Ditinjau dari sudut pandang yang berbeda jenis-jenis kelompok banyak bermunculan.
Salah satu contohnya kelompok formal dan informal. Kelompok formal bersifat resmi sedangkan
kelompok informal bersifat tidak resmi dengan kata lain terbentuknya kelompok berdasarkan
kebutuhan anggota kelompok sendiri.
Kelompok tidak terbentuk secara langsung. Terdapat beberapa syarat, diantaranya adalah
kesadaran setiap anggota kelompok akan perannya dalam kelompok, hubungan timbal balik,
kesamaan, terstruktur dan berperilaku. Salah satu syarat terbentuknya kelompok yakni dengan
adanya daya tarik interpersonal. Daya tarik interpersonal yakni sikap suka terhadap orang lain
sehingga menuumbuhkan kecenderungan untuk berinteraksi. Tahap pembentukan kelompok
terdiri atas beberapa tahap, menurut Robbins tahapannya adalah Forming, Storming, Norming,
Performing, Adjourning.
Budaya organisasi dengan dinamika kelompok terjadi hubungan timbal balik. Budaya
organisasi mempengaruhi kelompok begitupun kelompok mempengaruhi organisasi. Organisasi
merupakan kelompok dalam jumlah besar sehingga hubungan antara kelompok dan organisasi
saling berkelanjutan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13