Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKEKAT KELOMPOK SOSIAL

Disusun oleh
Kelompok 1 :
Tantri sasa samsuardi
Andini rahayu
Anisa humaira
Suastika
Listo pelekan

SMA NEGRI 1 BANGGAI


Tahun ajaran 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala rahmatnya serta kesempatan yang telah diberikan
kepada kami sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa pula kami
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik berupa pikiran maupun materinya.
Kami jauh dari kata sempurna dan masih dalam tahap belajar dalam membuat makalah ini, maka
kami harap kepada pembaca agar bisa memaklumi apabila terdapat kesalahan atau kekurangan
dalam makalah yang kami buat ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kesalahan atau kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran dari pembaca yang membangun akan penulis terima dengan senang hati
demi perbaikan naskah penulisan lebih lanjut.

Banggai, 20 july 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 latar belakang...................................................................................................1
1.2 tujuan ..............................................................................................................1
1.3 manfaat penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................2


A. hakikat kelompok sosial.................................................................................. 2
B. teori-teori mengenal pembentukan kelompok sosial.........................................4

BAB III PENUTUP...............................................................................................8


Kesimpulan ...........................................................................................................8
Saran......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1. latar belakang
Pada hakikatnya, manusia memang diciptakan oleh tuhan yang maha esa sebagai makhluk
individu, sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup
tanpa berkelompok. Abu ahmadi (2009) menjelaskan bahwa berkelompok sosial adalah
faktor utamanya yang akan memampukan manusia tumbuh dan berkembang sebagaiman
wajarnya. Emory S. Bogardus (dalam Basrowi, 2008) menyatakan bahwa tukar-menukar
pengalaman (sosial experiences) yang terjadi dalam kehidupan berkelompok sangat
berpengaruh terhadap pembentukam kepribadian manusia.

2. Tujuan
Untuk menyelesaikan salah satu tugas kelompok mata pelajaran sosiologi, sekaligus dapat
mengetahui bahwa manusia diciptakan untuk hidup berkelompok. Kelompok sosial adalah
kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi. Tujuan dibentuknya kelompok sosial adalah untuk mewujudkan penerapan
nilai-nilai sosial yang ada dan dibutuhkan dalam suatu struktur sosial pada suatu
masyarakat.

3. Manfaat penulisan
Mampu menerapkan nilai-nilai sosial pada suatu kelompok, sebagai sarana bagi seorang
individu ataupun kelompok dalam melakukan berbagai kegiatan. Memiliki fungsi untuk
memenuhi kebutuhan dari masing-masing individu yang tergabung dalam kelompok
tersebut. Dan juga untuk membantu dalam mengembangkan diri agar mendapatkan manfaat
dari kelompok yang diikutinya.
BAB II
PEMABAHASAN

A. Hakikat kelompok sosial

1. Pengertian kelompok sosial


Kelompok sosial adalah himpunan atau kumpulan individu yang saling berinteraksi, saling
memengaruhi, memiliki kepentingan bersama dan tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Mengenai definisi kelompok sosial, sejumlah ahli memberikan definisi tentang kelompok
sosial. Definisi kelompok sosial menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
a. Burhan Bungin
Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan
yang bersifat guyub ataupun formal (dalam Bungin, 2008).
b. D. W. Johnson dan F. P. Johnson
Sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to
face interaction), di mana masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok,
masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan
masing-masing menyadari kesalingtergantungan secara positif dalam mencapai tujuan
bersama (dalam sarwono, 2009).
c. J. P. Chaplin
Kelompok adalah sekelompok individu yang memiliki kesamaan dalam sejumlah
karakteristik tertentu atau memiliki tujuan yang sama. Antara orang-orang tersebut saling
berinteraksi, walaupun interaksi tidak perlu langsung dan tatap muka (dalam Walgito,
2008).

Dari sejumlah definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial terjadi
berdasarkan beberapa hal sebagai berikut.
a. Terdiri atas dua atau lebih individu.
b. Individu-individu tersebut memiliki kesamaan.
c. Adanya saling interaksi (langsung maupun tidak langsung) dan saling memengaruhi.
d. Terbentuknya struktur (nilai, norma, peran) yang khas.
e. Ada tujuan bersama yang hendak dicapai.
2. Karakteristik dan manfaat kelompok sosial
Menurut abu ahmadi (2009), suatu kumpulan individu hanya dapat disebut sebagai
kelompok sosial bila memiliki sejumlah karakteristik berikut.
a. Setiap individu harus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah anggota atau bagian
dari kelompok yang bersangkutan.
b. Terdapat hubungan timbal balik di antara individu-individu yang tergabung dalam
kelompok.
c. Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan mereka yang
tergabung dalam kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain, nasib yang sama,
kepentingan yang sama, dan tujuan yang sama.
d. Berstruktur, berkaidah, serta mempunyai pola perilaku yang membedakannya dari
kelompok lain.
e. Bersistem dan berproses untuk mencapai tujuan yang diketahui serta disepakati
bersama.

Selain itu, M. Sherif dan C. W. Sherif (dalam Walgito, 2008) juga menguraikan
karakteristik kelompok sosial sebagai berikut.
a. Adanya interaksi
b. Adanya tujuan
c. Terdapat struktur yang jelas
d. Adanya perasaan sebagai kesatuan

Walau struktur dalam kelompok adakalanya dirasakan membatasi, namun individu di


mana pun berada tetap bergabung menjadi anggota kelompok tertentu. Hal tersebut
terjadi karena kelompok memberikan manfaat bagi individu. Menurut Burn (dalam
Sarwono, 2012), kelompok memiliki manfaat sebagai berikut.
a. Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan dimiliki. Adanya
kelompok membuat individu tidak merasa sendirian, sebab ada orang lain yang
membutuhkan serta menyayanginya.
b. Kelompok adalah sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam kelompok dapat
mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai anggota suatu kelompok, dan
bertingkah laku sesuai norma kelompok itu.
c. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan diri anggota kelompok. Adanya
banyak orang lain, dalam hal ini anggota kelompok, dapat memberi informasi tentang
beragam hal, termasuk membantu memahami diri dari perspektif berbeda.

B. Teori-teori mengenai pembentukan kelompok sosial

1. Teori Aktivitas-Interaksi-Sentimen
Teori yang dikemukakan oleh george C. Homans (dalam Thoha, 2008) ini menjelaskan
bahwa kelompok terbentuk karena individu-individu melakukan aktivitas bersama secara
intensif sehingga memperluas wujud dan cakupan interaksi di antara mereka. Pada akhirnya,
akan muncul Pada akhirnya, akan muncul sentimen (emosi atau perasaan) ketertarikan satu
sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial.
Sebagai contoh, siswa A, B dan C sering beraktivitas bersama sebagai pengurus inti OSIS
SMA. Lambat laun, hubungan di antara mereka tidak lagi terbatas pada kepentingan
organisasi, melainkan juga menyangkut hal-hal bersifat pribadi, misalnya saling berbagi
cerita tentang masalah dalam keluarga atau saling mendukung dalam pencapaian prestasi
pribadi. Lambat laun, dipastikan akan muncul rasa ketertarikan yang membentuk kelompok
persahabatan.

2. Teori Alasan Praktis


Teori alasan praktis (practicalities of group)dariH. Joseph Reitz (dalam Huraerah, 2009)
berasumsi bahwa individu bergabung dalam suatu kelompok untuk memenuhi beragam
kebutuhan praktis. Abraham H. Maslow (dalam Huraerah, 2009) mengidentifikasi beberapa
kebutuhan praktis tersebut, yaitu:
a. Kebutuhan-kebutuhan fisik (udara, air, makanan, dan pakaian)
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi
d. Kebutuhan terhadap penghargaan (dari dirinya sendiri dan orang lain)
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (menggali segenap potensi) dan bertumbuh.

3. Teori Hubungan Pribadi


Teori yang dikemukakan oleh W. C. Schutz (dalam Sarwono, 2009) ini disebut juga sebagai
teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation Behabivor). Inti teoriFIRO-
B ialah bahwa manusia berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hubungan
antarpribadi. Adapun kebutuhan dasar dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai berikut.
a. kebutuhan inklusi, yakni kebutuhan untuk terlibat dan tergabung dalam suatu kelompok.
b. Kebutuhan kontrol, yakni kebutuhan akan arahan, petunjuk, dan pedoman berperilaku
dalam kelompok.
c. Kebutuhan afeksi, yakni kebutuhan akan kasih sayang serta perhatian dalam kelompok.

4. Teori Identitas Sosial


Teori yang dikemukakan oleh M. Bilig (dalam Sarwono, 2009) ini menegaskan bahwa
kelompok terbentuk karena adanya sekumpulan orang-orang yang menyadari atau
mengetahui adanya satu identitas sosial bersama. Adapun identitas sosial dapat dimaknai
sebagai proses yang mengikatkan individu pada kelompoknya dan menyebabkan individu
menyadari diri sosial (social self) atau status yang melekat padanya. Kesamaan identitas
lantas menjadi faktor pemersatu individu hingga membentuk suatu kelompok sosial. Sebagai
contoh, sastra menyadari identitasnya sebagai pelajar SMA Harapan Ilmu, sehingga
memutuskan bergabung dalam OSIS SMA Harapan Ilmu.

5. Teori Identitas Kelompok


Teori yang dikembangkan oleh D. L. Horowitz (dalam Sarwono, 2009) ini menjelaskan
bahwa individu-individu dapat mengelompok karena memiliki kesamaan identitas etmis atau
suku bangsa. Identitas etnis tersebut, misalnya, mewujud pada ciri fisik (baik bawaan lahir
maupun akibat perlakuan tertentu seperti dikhitan), kebiasaan hidup, bahasa, atau ekspresi
budaya.

6. Teori Kedekatan (propinquity)


Teori ini dikemukakan oleh Fred Luthans (dalam Thoha, 2008). Asumsi teori propinquity
ialah bahwa seseorang berkelompok dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan ruang
dan daerah (spital and geographical proximity). Sebagai contoh, seorang pelajar yang duduk
berdekatan dengan seorang pelajar lain di kelas akan lebih mudah membentuk kelompok,
dibanding dengan pelajar yang berbeda kelas. Dalam suatu kantor, pegawai-pegawai yang
bekerja seruangan juga akan mudah mengelompok dibandingkan pegawai-pegawai yang
secara fisik terpisahkan satu sama lain.
7. Teori keseimbangan
Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Theodore M. Newcomb
(dalam Thoha, 2008) berasumsi bahwa seseorang tertarik untuk berkelompok dengan orang
lain atas dasar adanya kesamaan-kesamaan tertentu, seperti kesamaan sikap dalam
menanggapi suatu objek (tujuan) maupun kesamaan agama, ideologi, gaya hidup, pekerjaan,
status sosial, dan sebagainya.

8. Teori pembentukan beralasan


Teori ini dikembangkan oleh Dowin Cartwright dan Alvin Zander (dalam Santoso, 2010).
Intinya adalah terdapat sejumlah alasan dasar mengapa suatu kelompok bisa terbentuk.
Alasan ataub dasar tersebut adalah sebagai berikut.
a. Deliberate formation
Kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti mendukung pencapaian
tujuan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kesejahteraan para petani disebuah desa,
dibentuklah kelompok tani yang bercirikan tolong-menolong dan gotong-royong.
b. Spontaneous formation
Kelompok dibentuk secara spontan, tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Sebagai
contoh, siswa-siswi yang mengelompok secara sukarela untuk mengerjakan penugasan
dari guru.
c. External designation
Pembentukan kelompok didasarkan atas hal-hal tertentu yang dapat digunakan sebagai
patokan. Sebagai contoh, orang-orang dikelompokkan berdasarkan warna kulit, jenis
kelamin, usia, pekerjaan/jabatan, pendidikan, agama, minat, dan sebagainya.

9. Teori perkembangan kelompok


Teori ini dikembangkan oleh W. G. Bennis dan H. A. Sheppard (dalam Sarwono, 2009).
Intinya adalah bahwa individu bergabung dengan suatu kelompok untuk dipimpin atau
mencari otoritas.
a. Tahap otoritas
1. ketergantungan pada otoritas
tahap ini merupakan tahap palingg awal dari suatu kelompok yang sedang terbentuk.
Anggota kelompok masih mengharapkan dan membutuhkan adanya arahan dari
orang-orang tertentu yang bisa dianggap sebagai otoritas untuk membantunya
menyesuaikan diri serta memulai partisipasi, misalnya pimpinan dan anggota senior.
2. Pemberontakan
Jika orang yang dianggap sebagai otoritas dipandang tidak mampu atau tidak sesuai
dengan harapan anggota maka orang tersebut akan diabaikan atau bahkan
disingkirkan. Kemudian, akan dipilih otoritas baru atau kelompok dibiarkan informal
dulu untuk sementara waktu. Dalam tahap ini, sangat mungkin terjadi konflik
antaranggota.
3. Pencairan
Pada tahap ini ada dua kemungkinan. Pertama adalah terpilihnya otoritas baru,
sehingga kelompok akan terus berlanjut. Adapun kemungkinan yang kedua adalah
tidak terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok akan terpecah atau bubar.
b. Tahap pribadi
Tahap ini merupakan tahap pemantapan saling ketergantungan antaraanggota
kelompok.
1. Tahap harmoni
Pada tahap ini semua pihak merasa puas, semua bahagia karena ada rasa saling
percaya dan mampu saling memnuhi harapan. Produktivitas kelompok pada tahap ini
cukup tinggi.
2. Tahap identitas pribadi
Pribadi-pribadi mulai merasa tertekan oleh kelompok. Masing-masing pribadi
menginginkan identitas pribadinya diberi peluang untuk berkembang. Kelompok
terbelah dua, antara yang ingin mempertahankan situasi sebagaimana adanya (status-
quo) dan yang berniat mencari aktivitas individual walau masih tetap dalam
kelompok. Sebagai contoh, tetap sebagai anggota kelompok, namun tidak aktif
mengikuti kegiatan.
3. Tahap pencairan masalah pribadi
Setiap anggota kelompok telah mengetahui porsi posisi masing-masing sudah dapat
saling menerima dan berkomunikasi dengan baik. Setiap anggota diberi peran sesuai
dengan kemampuan serta sifatnya. Individu tidak kehilangan identitas diri dan
kebebasannya walau tetap terikat pada keanggotaan kelompok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Karena tidak bisa
hidup sendiri, manusia akhirnya melakukan proses interaksi sosial terhadap manusia-
manusia lainnya.
Proses interaksi yang dilakukan oleh beberapa manusia tersebut akhirnya membentuk
sebuah kelompok. Manusia-manusia yang hidup dalam kelompok tersebut kemudian
menciptakan sebuah kesepakatan bersama sehingga mereka mempunyai sebuah ikatan.
Munculnya sebuah ikatan berupa kesepatakan dalam kelompok tersebutlah yang
menandai terbentuknya kelompok sosial.

B. Saran
Dalam sebuah kelompok sosial, Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk
menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan matode diskusi
ataupun kerjasama, sehingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan
tujuan anggotanya.
Setiap anggota kelompok sosial saling memperhatikan dan berhubungan satu sama lain.
Satu hal yang perlu dipahami yaitu tidak semua kumpulan individu bisa diartikan sebagai
kelompok sosial.
Kumpulan beberapa individu bisa dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memenuhi
beberapa syarat.
1. Ada kesadaran dari anggota bahwa ia merupakan bagian kelompok tempat ia
bersama.
2. Ada hubungan timbal balik antara individu-individu yang menjadi bagian kelompok.
3. Ada faktor yang dimiliki secara bersama oleh individu-individu anggota kelompok
yang menjadi pangikat antara mereka. Faktor ini bisa berupa pasangan yang
ditimbulkan oleh nilai-nilai, ideologi, norma, tujuan, maupun orang yang dianggap
mampu menyatukan.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bumiaksaraonline.com
https://www.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai