Pengaruh Vitamin C Terhadap Kecepatan Konversi Kultur M. Tuberculosis Dari Pasien TB Paru Yang Sensitif Terhadap Rifampicin
Pengaruh Vitamin C Terhadap Kecepatan Konversi Kultur M. Tuberculosis Dari Pasien TB Paru Yang Sensitif Terhadap Rifampicin
TESIS
LASMONO SUSANTO
147008018
TESIS
Oleh
LASMONO SUSANTO
147008018
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dr. med. dr. Yahwardiah Siregar dr. R. Lia Kusumawati, MS, SpMK (K)
Ketua Anggota
Dr. med. dr. Yahwardiah SiregarDr. dr. Aldy Safruddin Rambe, SpS (K)
NIP. 195508071985032001 NIP. 196605241992031002
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Lasmono Susanto
147008018
Utara.
Allah SWT:
Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Aldy Safaruddin Rambe, SpS (K) selaku Dekan Fakultas
5. Dr. dr. Fajrinur Sjahrani, M.Ked (Paru) SpP (K) dan dr Dian Dwi
6. Dr. rer. med. dr. M. Ichwan, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi S2
belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Allah SWT.
8. Direktur RSU Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di RSU Pusat H. Adam Malik pada Unit Poli
Medan dan dr. R. Lia Kusumawati, MS, SpMK (K) selaku penanggung
dengan restunya penulis dapat menempuh tugas belajar, serta kepada istri dan
anak anak terkasih yang banyak memberi pengertian selama masa pendidikan.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
penelitian selanjutnya.
Medan, 2017
Penulis,
Lasmono Susanto
147008018
beragama Islam, anak kedua dari delapan bersaudara dari pasangan Ayahanda
Risman bin Riswan (Alm) dan Ibunda Rusmini, sekarang menetap di Kelurahan
Subsidi Tri Bakti pada tahun 1982 dan diselesaikan pada tahun 1988, melanjutkan
pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 30 Medan pada tahun 1988 dan
diselesaikan pada tahun 1991, pada tahun 1992 melanjutkan pendidikan pada
Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK) Medan dan selesai pada tahun
1995. Pada tahun 1995 sampai 1998 menempuh pendidikan D3 Kimia pada
pendidikan Sarjana Sains pada Fakultas Biologi Universitas Medan Area pada
kurun waktu tahun 2008 sampai tahun 2011. Strata Dua (S2) di Program Studi S2
Djasamen Saragih di Pematang Siantar pada tahun 2001 sampai tahun 2007. Pada
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRAC .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
4. 1. Hasil ............................................................................................. 49
4. 2. Pembahasan .................................................................................. 53
5. 1. Kesimpulan .................................................................................. 64
5. 2. Saran ............................................................................................. 65
LAMPIRAN
No Judul Halaman
No. Judul
Halaman
PENDAHULUAN
menginfeksi hampir 9,6 juta penduduk dunia dan mengakibatkan 1,5 juta jiwa
adalah sekitar satu juta jiwa, dengan angka kematian sekitar 100 ribu jiwa/254 juta
jiwa (WHO, 2015). Angka kematian akibat penyakit TB ini semakin meningkat
bila dibandingkan dengan angka kematian akibat penyakit TB pada tahun 2013
masyarakat, serta persepsi yang salah terhadap manfaat dari imunisasi BCG masih
penemuan kasus baru penyakit TB serta diagnosa penyakit TB yang tidak standar
merupakan tantangan yang masih dihadapi dalam hal diagnosa penyakit TB.
(OAT). Metode yang lebih baik dari metode mikroskopis adalah metode kultur
yang dikenal dengan Tes Cepat Molekuler (TCM). Metode ini lebih sensitif bila
dibandingkan dengan metode kultur serta waktu pengerjaan yang lebih singkat
serta hasil pemeriksaan akan dapat memberikan informasi tentang sifat resistensi
galur bakteri M. tuberculosisyang kebal terhadap dua jenis OAT lini pertama
yaitu obat Rifampicin dan Isoniazid yang diistilahkan dengan TB Resisten Obat
lini pertama, hal ini disebabkan oleh tatalaksana pasien TB dan panduan OAT
2014a).
usaha memutus mata rantai penularan serta mencegah terjadinya kasus TB-RO
lebih besar bila dibandingkan dengan pengobatan TB yang belum resisten obat
serta sangat berpengaruh pada tingkat adherensi pasien TB-RO sehingga tingkat
kesembuhannya juga akan menurun (Shin et al, 2007; Nathanson et al, 2004).
bagi upaya menyeluruh dalam pengendalian penyakit TB. Menurut penelitian oleh
TB. Temuan oleh Brust et al, (2010) angka kegagalan pengobatan penyakit TB di
Afrika Selatan adalah sebesar 21%. Angka kegagalan sembuh pada pengobatan
et al, 2011).
bulan dengan masa pengobatan intensif selama dua bulan pertama setelah tegak
diagnosa TB positif (WHO, 2003). Masa intensif ini akan sangat mempengaruhi
Pengobatan selama enam bulan ini juga akan mempengaruhi tingkat adherensi
(Awondele et al, 2010) serta peningkatan oksidative stress (Alli et al, 2014; Hasmi
et al, 2012). Kadar Malondialdehyde (MDA) juga meningkat pada pasien TB dan
terjadi penurunan kadar total status antioksidan (Pawar et al, 2011). Aktivitas
pada pasien dengan smear BTA positif dan pasien dengan rifampicin resisten (Alli
et al, 2014).
senyawa pereduksi dan bersifat antioksidan. Vitamin C juga berfungsi sebagai co-
factor pada beberapa reaksi biokimia monooxygenase yang dikatalisa oleh ion
Cu+ dan reaksi dioxygenase yang dikatalisa oleh ion Fe2+ (Hacisevki, 2009).
Vitamin C dalam dosis rendah terbukti mampu melindungi sel hati mencit dari
kerusakan akibat dari penggunaan obat Isoniazid (INH) (Ergul et al, 2010).
Kombinasi vitamin C dan vitamin E juga terbukti mampu melindungi DNA dari
kerusakan yang diakibatkan oleh efek samping dari obat Rifampicin (Awodele et
al, 2010). Vitamin C juga berfungsi sebagai regulator pada transduksi sinyal
dapat berperan dalam perbaikan penyakit kanker dan penyakit infeksi (Levine et
al, 2011). Vitamin C yang diberikan dalam dosis tunggal atau dikombinasikan
protein hyaluronat oleh enzim hyaluronat lyase yang disekresikan oleh bakteri S.
terhadap isolat M. tuberculosis yang sensitif dan yang resisten terhadap OAT lini
peroksida yang terbentuk dari hasil kombinasi reaksi Haber-Weiss dan reaksi
Fenton dimana pembentukan radikal bebas yang diinduksi oleh vitamin C ini
sangat bergantung pada ion Fe(Haber dan Weiss, 1934; Koppenol, 2001).Radikal
saat vitamin C masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis melalui chanel Porin,
yaitu fasilitas difusi yang tidak memerlukan energi pada dinding sel bakteri M.
Ferri (Fe3+ ) menjadi ion Ferro (Fe2+) didalam sel bakteri yang diperoleh bakteri
dari molekul heme dari host (Jones and Niederweis, 2011). Ion Fe2+ akan bereaksi
ROS ini akan dapat menyebabkan kerusakan pada DNA bakteri, perubahan
struktur lipid serta keseimbangan reaksi Redoks dari sel bakteri (Vilcheze et al,
2013).
1.2.Rumusan Masalah
proses konversi kultur BTA negatif pada pasien TB yang sensitif terhadap
Rifampicin?
1.3.Hipotesis
cepat pada kelompok terapi OAT + vitamin C dibanding dengan kelompok terapi
OAT saja.
Tujuan Umum
konversi MTB Positif/RIF Sensitif menjadi Kultur BTA negatif antara kelompok
Tujuan khusus
pengobatan
pengobatan.
1.5.Manfaat Penelitian
yang mendapat terapi OAT dalam hal kecepatan penyembuhan pasien TB.
TINJAUAN PUSTAKA
penyakit TB, mereka menunjukkan sifat fenotipik yang berbeda beda dan
menunjukan respon yang berbeda pada host yg berbeda (Cole et al, 1998).
paru manusia, namun bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit pada organ
tulang dan sendi serta sistem syaraf pusat (Golden dan Vikram,
ternak dan manusia. Strain Mycobacterium bovis lebih dikenal sebagai Bacille de
complex yang berhasil diisolasi dari pasien TB di daerah Afrika (Pfyffer et al,
kecil, pada mammalia termasuk manusia walau dalam kasus yang sangat kecil
bengkok, berwarna merah bila diwarnai dengan jenis pewarnaan tahan asam,
kelompok bakteri Mycobacterium agak sulit dibedakan antara gram positif dan
gram negatif karena struktur dinding sel bakteri ini tidak memberikan reaksi kimia
yang spesifik terhadap pewarnaan gram, kadang dapat berwarna merah lemah
namun kadang bisa tidak berwarna sama sekali (Trifiro et al, 1990). Lapisan pada
bakteri yang lain. Keunikan genus Mycobacterium karena lapisan pada dinding sel
patogen dengan laju pertumbuhan yang sangat lambat, waktu pertumbuhan pada
kultur dengan media padat ditandai dengan tingkat pembelahan 12 hingga 24 jam
bentuk dari koloni. Secara in vitro pertumbuhan M. tuberculosis pada media padat
membentuk koloni yang berukuran kecil, permukaan kasar dan berwarna putih
tuberculosis yang tumbuh begitu lambat belum diketahui dengan baik, namun
dugaan yang paling logis adalah proses penyerapan nutrisi melalui dinding sel
yang lambat karena sifat permeabilitas dinding sel yang kedap air sehingga
aerobik, namun dapat berubah menjadi fakultatif anaerob pada saat melakukan
didalam sel-sel makrofag dan sel monosit (Bloch dan Segal, 1956).
karena mengandung lipid dan glikolipid yang khas. Lipid ini meliputi asam
M. tuberculosis memiliki kandungan asam mikolik yang sangat khas pada struktur
dinding sel yang berperan pada struktur dan fungsi dinding sel bakteri M.
tuberculosis. Komposisi asam mikolik ini juga mempengaruhi virulensi dan sifat
luar terdiri dari lemak bebas, yang dilengkapi dengan asam lemak alfa rantai
pendek(Brenan, 2003) dan protein termasuk porin (pore forming protein) (Arora
et al, 2011; Danilchanka et al, 2008). Inti dari dinding sel diistilahkan dengan
yang tidak larut dari peptidoglikan (PG) yang terikat secara menyilang dengan
arabinogalactans (AG), dan diesterifikasi pada bagian ujung distal dari asam
mikolik, dan disatukan melalui ikatan secara non-kovalen pada senyawa glycans,
2013).
membran dari semua jenis prokariot dan eukariot yang mengangkut beberapa
elektron dan terlibat pada proses fosforilasi. Peran yang diusulkan dari CL di
membran ini terutama meliputi dua aspek, yaitu efek pada struktur dan dinamika
pengamatan ini belum diketahui secara jelas, CL yang dilepaskan dari M. bovis
bentuk lyso-CL oleh fosfolipase A2 host (Fischer et al, 2001) dan hal ini
al, 2005; Jackson et al, 2000). Fungsi PE masih menjadi misteri pada tingkat
molekul, tapi dugaan terkuat adalah memainkan peran penting sebagai komponen
2008).
penderita TB aktif mengalami batuk atau bersin. Setiap droplet yang dilepaskan
oleh seorang penderita TB dengan ukuran diameter kira kira 1-5 mikron berisi sel
antara 1-200 sel M. tuberculosis (CDC, 2016). Akan tetapi faktor penularan ini
didalam sputum penderita TB yang dilepaskan dalam bentuk droplet pada saat
bersin atau batuk, selain itu intensitas kontak seseorang dengan penderita TB juga
Imunodefesiensi Virus), status gizi, usia, merokok, peminum alkohol dan gaya
hidup yang buruk, penderita Diabetes Millitus (DM), serta penggunaan obat-obat
bersama udara melalui saluran pernafasan menuju alveoli, dan akan dikenali oleh
dikenali oleh reseptor hosttermasuk TLR (Toll-like reseptor) (Means et al, 1999),
bergantung pada ion kalsium (Ca2+). Ion Ca2+ terlibat secara langsung dalam
mengikat kedua ligan serta menjaga integritas struktural dari CRDs yang
subfamili dari kelompok protein domain yang lebih besar yang disebut C Type
tuberculosis, baik itu pada sistem imunitas bawaan maupun pada sistem imunitas
adaptif. TLR bekerja dengan cara mengenali struktur molekul yang spesifik atau
berbeda pada setiap agen infeksi (Iwasaki dan Medzhitov, 2004; Tipping, 2006).
al, 1999). TLR9 diketahui berada di endosom serta phagolysosom, TLR9 ini bisa
dipicu oleh adanya DNA dari Mycobacteria setelah terjadi proses pagositosis oleh
penting pada pengenalan pola sistem perlawanan host terhadap infeksi bakteri M.
sangat tergantung pada sel T CD4 Th1 serta produksi sitokin TNF, IFN, dan IL-12
(Caruso et al, 1999).IL12 diproduksi sebagian besar oleh sel-sel APC seperti sel
tuberculosis yang didorong dan diatur oleh Th1 dan dimediasi oleh respon IFN-γ
yang dihasilkan oleh sel T CD8 efektor.(Cooper et al, 1995; Bold dan Ernst,
2012).
IL-6 dan IL-12 oleh karena terbentuknya ligase TLR2 dan TLR4 (Biedermann et
al, 2001; Means et al, 1999).Aktivitas makrofag ini distimulasi oleh ligasi antara
TLRs (toll like receptor signaling) dan reseptor pengenal molekul (pattern
pembentukan leukosit dan migrasi leukosit ke lokasi infeksi (Carvalho et al, 2011;
Martinez et al, 2013). Aktivitas TLR yang menginduksi sinyal proinflamasi ini
berlebihan yang dapat merusak jaringan host. Kelompok reseptor tirosin kinase
disebut Tyro3 / Axl / Mer (TAM) akan memberikan mekanisme umpan balik
Neutrofil dan monosit yang pertama tiba akan mempagosit bakteri dan
selanjutnya akan melepaskan sitokin dan kemokin dalam jumlah yang besar, dan
TNF-α juga merupakan sitokin penting yang mempunyai peran dalam proses
granuloma TB (Flynn et al, 1995). Peran TNF-α ini sangat bergantung pada
kemokin yang dihasilkan karena peran TNF-α ini adalah bagian dari aktivitas
makrofag yang dilaksanakan secara autokrin maupun secara parakrin. IL-1 juga
sebagai prekursor dari sel yang melepaskan antibodi, langsung dapat mengenali
antigen asli melalui reseptor sel B(Lim et al, 2011). Hal ini berbeda dengan
limfosit T yang memerlukan antigen yang harus diproses dan disajikan oleh APC
peptida terdiri dari dua jenis, yaitu MHC kelas I dan MHC kelas II. MHC kelas 1
berikatan dengan reseptor yang ada pada sel T CD8+ yang dipengaruhi oleh
pematangan sel T dan glikosilasi (Daniels et al, 2001). MHC class II merangsang
reseptor yang ada pada permukaan sel lymposit T CD4+ (Alan et al, 2006).
Antigen yang berada intraseluler dari APC dipotong menjadi peptida di dalam
sitosol dari APC, dan akan terikat dengan molekul MHC kelas I (Brossart dan
Brevan, 1997). Reseptor antigen dari sel lymposit T CD8+ akan mengenali
(MHC) class I pada permukaan APC antigen intraseluler, dan sekali diaktifkan,
diproses dan umumnya disajikan bersama molekul MHC class II akan dikenali
oleh sel T CD4+ sehingga akan berdiferensiasi menjadi sel T-helper CD4+ (TH1)
dan sel T-inflamantory CD4+ (TH2). TH1 dan TH2 ini disebut dengan sel T
oleh sel sel APC terutama sel-sel dendritik (Ferber et al, 1995).
limfosit (Ferrari et al, 1999). Pada akhirnya akan terbentuk granuloma yang
ditandai dengan sel makrofag yang terinfeksi, dikelilingi oleh epitel makrofag, sel
busa serta terbentuknya sel sel besar dengan beberapa inti dari type sel Langhans
dengan limfosit yang berasal dari perifer dan kapsul fibrosa. Semakin lama
granuloma akan mengalami nekrosis yang diakibatkan oleh kadar protein dan
lipid yang tinggi sebagai akibat kematian sel makrofag (Seiler et al, 2003).
Granuloma ini dipengaruhi oleh reaksi hypersensitivitas tipe lambat sehingga akan
merespon antigen secara terus menerus dan lipid imunosimultan sehingga bakteri
Natural Killer Cell (NKC) pertama kali diidentifikasi karena oleh sifat
sitotoksiknya melawan tumor dan sel-sel yang terinfeksi oleh virus, namun
produksi sitokin dan pengaturan fungsi sel lain(Elliott dan Yokoyama, 2011).
NKC juga akan mengeliminasi M. tuberculosis dan aktifasi NKC ini akan
menghasilkan pelepasan INF-γ, IL-15 dan IL-18, senyawa ini mempunyai fungsi
yang sangat kritis dalam pengaturan sel T CD-8 selama proses infeksi M.
sputum BTA positif menjadi negatif dalam waktu yang singkat (WHO, 2009).
(Bardou et al, 1998). Kerja dari obat Ethambutol adalah menghambat aktivitas
Streptomycin akan menempati active site dari ribosom bakteri pada sub unit 30S
yang kuat dengan sub unit β yang dikode oleh gen rpoB dari DNA bakteri M.
tuberculosis (Campbell et al, 2001). Interaksi rifampicin dan target obat akan
menstimulasi reaksi oksidasi NADH pada rantai transport elektron. Aktivasi ini
(Kohanski et al, 2010). Melalui reaksi Fenton ini akan dihasilkan radikal
Hidroksil (OH•) yang dapat menginduksi kematian sel (Kohanski et al, 2007).
2.6. Vitamin C
makanan dalam jumlah yang sedikit, namun sangat dibutuhkan untuk fungsi
kelarutannya, vitamin terbagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut
dalam air yaitu vitamin B dan vitamin C serta vitamin yang larut dalam lemak
dalam air. Pada mammalia kecuali manusia vitamin C disintesis di hepar dari
senyawa D-glukosa, sedangkan pada pada burung dan reptile vitamin C disintesa
oksidasi menjadi asam dehidroaskorbat dan pada kondisi tertentu juga akan
mengalami reaksi reduksi kembali menjadi asam askorbat (Borsook et al, 1936)
yang sangat penting pada banyak fungsi fisiologis pada setiap organisme. Vitamin
C berperan sebagai cofactor untuk enzim P4H (propylil hidrolase) yang pada
kekuatan dan elastisitas jaringan (Chatterje et al, 1975). Vitamin C juga berfungsi
anti bakteri dan anti virus (Packer dan Fuchs, 1997), vitamin C juga melindungi
pencegah dan pengobatan pada penyakit tetanus pada anak-anak usia 1-2 tahun
yang terbukti menurunkan angka kematian sebesar seratus persen dan pada usia
antara 13-30 tahun akan menurunkan 45% angka kematian akibat tetanus (Hemilä
yang termasuk dalam jalur metabolisme asam glukoronat yang merupakan bagian
dari jalur yang mengubah gula secara enzimatik menjadi vitamin C (Chatterje et
al, 1975). Sintesis vitamin C dimulai dengan D-glukosa yang dirubah oleh enzim
dihasilkan asam L-askorbat (Mapson dan Breslow, 1956; Linster and Van
secara jelas saat ini adalah melalui jalur L-Galaktosa dimana D-manossa yang
kondisi fisiologis vitamin C akan larut dalam bentuk yang terionisasi sebagai
askorbat (ASC) dan bentuk teroksidasi sebagai asam dehidroaskorbat (DHA) dan
dari nutrisi yang masuk kedalam epitel usus melalui transport vitamin dan akan
sel melalui mekanisme yang berbeda. Vitamin C dalam bentuk teroksidasi yaitu
asam dehidroaskorbat (DHA) akan melintasi apikal membran melalui difusi yang
Transportes (SVCTs) (Malo dan Wilson, 2000). Terdapat dua SVCTs yaitu
SVCTs1 dan SVCTs2 yang bersifat sangat spesifik untuk asam askorbat (Liang et
al2001; Rajan et al 1999; Wang et al, 1999). Kedua bentuk SVCTsini berfungsi
secara tidak berlebihan(Boyer et al 2005) dan tidak terikat satu sama lain (Kuo et
al 2004).
Asam askorbat akan menyumbangkan satu atau dua elektron dalam suatu
reaksi redoks (Ruiz, et al, 1977). Pada kondisi pH yang fisiologis, lebih dari 99
persen dari asam askorbat dalam bentuk monoanion. Pembentukan ASC terjadi
karena hilangnya elektron pertama dari asam askorbat, namun bentuk dari ASC
ini distabilkan oleh resonansi oksigen pada atom C cincin ke tiga sehingga bentuk
ASC sangat tidak reaktif (Buettner dan Schafer, 2001). Oksidan ringan seperti
menjadi bentuk DHA serta ion ferri akan menjadi ion ferro [Fe(CN)6]2- yang
NADPH oksidase bersama dengan sitokrom-B5 reduktase (Van Duijn et al, 1998;
Njus et al, 2001). Pada pH fisiologis bentuk DHA tidak stabil dan akan kembali
ke bentuk ASC, baik secara langsung oleh Glutathione atau melalui reaksi yang
Vitamin C yang berada diluar sel yang teroksidasi akan menjadi bentuk
difasilitasi (Welch et al, 1995; Prasad et al, 1998). Secara struktur kimia bentuk
yaitu oleh GLUT 1, GLUT 2, GLUT 3 dan GLUT 4 (Rumsey et al, 1997; KC
Sagun et al, 2005) serta GLUT 8 (Corpe et al, 2013) dan setiap GLUT memiliki
oleh konsentrasi gula (glukosa). Konsentrasi gula yang tinggidi dalam plasma atau
usus akan menyebabkan glukosa menempati active site dari GLUT sehingga akan
Sifat distribusi GLUT juga mempengaruhi distribusi dan proses transport DHA
pada setiap organ, GLUT 1 diekspresikan di hampir setiap sel diseluruh tubuh,
GLUT 2 diekspresikan terutama di hepar, limpa, ginjal, serta sel epitel bagian
GLUT 4 diekspresikan di tulang, sel otot jantung dan jaringan adipose (Zhao dan
al, 2013).
melalui proses yang dimediasi oleh enzim thioredoxin reduktase (May et al,
protein tiol sebagai pengurang keseimbangan asam askorbat dan berperan dalam
bahwa DHA dapat bertindak sebagai oksidan dalam protein disulfida isomeras
dilepas ke pembuluh darah dalam bentuk ASC. Bentuk ASC yang diangkut
yang ditransport oleh SVCTs1 akan menyebabkan konsentrasi ASC didalam sel
bisa mencapai 50 kali lipat dari konsentrasi pada cairan ekstraseluler (Welch et al,
1993). Keseimbangan reaksi yang dimiliki oleh SVCTs1 adalah dua ion Na+ akan
membawa satu anion ASC sehingga sebagai transport aktif yang menggunakan Na
sebagai pengendali, maka SVCTs1 akan dikelola oleh Na+/K+ ATPase (Wilson et
al, 1991). Setelah berada dalam darah, vitamin Cakan dipindahkan ke dalam
SVCTs diekspresikan pada banyak sel terutama pada sel limpa, sel otak,
sel mata, sel pankreas, testis, ovarium, sel paru-paru, sehingga memungkinkan
(Liang et al, 2001). SVCTs2 dan GLUT2 ditemukan dalam sel- sel epitel bronkus
yang rendah dan membatasi kadar tertinggi dalam serum pada saat adanya
dan SVCTs2 diatur oleh substrat mereka sendiri yaituvitamin C,pada saat kadar
2. 9. Metabolisme Vitamin C
Vitamin C yang diimport dari usus akan di metabolisme di hepar dan pada
batas batas tertentu akan di bawa ke ginjal melalui serangkaian reaksi. Vitamin C
pembentukan karbon dioksida dari atom karbon 1 pada manusia serta di spesies
lain (Kallneriet al, 1985). Radikal bebas antara yang bersifat reversible
selanjutnya akan dipecah menjadi asam oksalat dan asam threonic atau akan
akan membentuk asam xylonic dan asam lyxonic. Semua metabolit ini bersama
diferensiasi sel. Ion Fe dari sumber makanan diserap oleh mukosa usus menjadi
dua sumber zat besi yang terpisah yaitu heme dan nonheme. Ion Besi heme,
berasal dari hemoglobin dan mioglobin, mudah diserap dan relatif sedikit
penyerapan besi non-heme, sebagai sumber zat besi dari makanan utama, sangat
tubuh host,ion Fe ditemukan dalam kondisi yang terbatas, bersifat sukar larut pada
kondisi aerobik, ion Fe bebas tidak ditemukan dalam host. Kebanyakan ion Fe
dalam sel terikat dengan kompleks protein pengikat besi, seperti transferin,
kofaktor penting dari banyak enzim yang terlibat dalam pembentukan asam
amino, siklus asam tricarboxylic dan juga transport elektron (Saini et al, 2012).
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi nonheme. Vitamin C bertindak sebagai agen pereduksi untuk
membentuk kompleks chelate besi, yang meningkatkan kelarutan zat besi di usus
penyerapan ini sumber zat besi harus dikonsumsi bersamaan dengan vitamin C
membutuhkan nutrisi maupun mineral yang yang hanya bisa diperoleh melalui
penyerapan dari host. Ion Fe merupakan salah satu mineral penting yang
sangat melimpah yang bisa diperoleh dari host dalam bentuk besi heme maupun
besi nonheme.
ion besi yang akan digunakan untuk replikasi dan menyebabkan penyakit
(Rodriguez dan Smith, 2006).Untuk memperoleh ion besi dalam kondisi kadar
berfungsi sebagai donor besi dan akan mendukung replikasi mycobacteria pada
kondisi rendah besi, ini menunjukan peran microvesicles dalam akuisisi besi oleh
tinggi (Snow dan White, 1969), dan secara in vitro terbukti bahwa bakteri M.
tuberculosis menggunakan heme sebagai sumber zat besi (Jones and Niederweis,
2011).
mycobactin adalah molekul lipofilik yang tetap terikat pada sel (Ratledge and
lingkungan sekitar sel dan akan ditransfer ke mycobactin (Gobin dan Horwitz,
1996), atau membawa ke dalam sel melalui pengaturan transporter besi IrtAB
mencegah sifat toksik yang dimediasi oleh ion Fe ini, bakteri M tuberculosis
mengontrol kadar zat besi didalam sel melalui pengaturan transkripsi gen yang
terlibat dalam akuisisi Fe, transportasi Fe, dan penyimpanan Fe (Gold et al,
2001). Dalam keadaan dengan konsentrasi zat besi yang cukup, bakteri M.
ferritin (Harrison dan Arosio, 1996); (Pandey and Rodriguez, 2012) dan protein
ketersediaan zat besi yang tidak jelas. Efek dari perubahan homeostasis besi,
yang dimediasi ion besi, dan M. tuberculosis menjadi lebih rentan terhadap
sisi vitamin C bisa bersifat sebagai antioksidan dan juga mampu bersifat sebagai
pro-oksidan (Frei et al, 1989; Podmore et al, 1998). Sifat vitamin C sebagai pro-
oksidan ini akan dapat mendorong reaksi Fenton dengan mereduksi ion Ferri
menjadi ion Ferro (Buettner and Jurkiewicz, 1996). Kemampuan vitamin C untuk
mereduksi ion Ferri menjadi ion Ferro merupakan dasar dari kemampuan vitamin
DNA (Vilcheze et al, 2013). Radikal hidroksil yang dihasilkan juga merupakan
mutagen yang sangat berpotensi untuk merubah susunan basa dan turunan ribosa
dari urutan basa DNA sehingga DNA dapat mengalami kerusakan (Tsunoda et al,
2010).
Rifampisin berikatan pada sub unit β dari Fe3+ + Vit C [Asc H2]
RNA polymerase yang dikode oleh gen rpoβ Fe 2+ + Asc - + 2H+
Kegagalan sintesis
dinding sel
M. tuberculosis mati
3+
Vit. C akan mereduksi ion Fe melalui
reaksi Penton akan menghasilkan
•
radikal OH +
OAT menghasilkan stress oksidative
OAT menghasilkan stress oksidative
M. tuberculosis mati
M. tuberculosis mati
Variable tergantung
Variable bebas
METODOLOGI
III.1. Desain
variabel bebas) terhadap kecepatan konversi kultur BTA negatif (sebagai variabel
tergantung).
III.2.1. Tempat
III.2.2. Waktu
semua subjek yang datang berurutan dan yang memenuhi kriteria pemilihan
(TCM).
penyakit TB yang mendapat terapi OAT. Pada kelompok yang diterapi dengan
OAT (kontrol) akan konversi dalam 5,4 ± 4,7 minggu (mean ± SD) (Fortun et al,
2007). Perbedaan kecepatan konversi selama 2,5 minggu pada kelompok terapi
OAT + vitamin C dianggap berarti. Bila tingkat kepercayaan 95% dan power
n = 28 pasangan sampel
Asumsi 10 % subjek yang droup out atau loss to follow up, maka besar sampel
adalah:
28
𝑛𝑛 =
1 − 0,10
n = 31 pasang subjek .
1. Alat:
c. Pipet tetes
d. Pot Sputum
f. Kertas Tisu
2. Bahan:
a. Sampel sputum.
c. Larutan xylol 5%
reagen) dengan perbandingan satu bagian sampel dan dua bagian buffer
e. Pada menu dekstop dipilih ikon GeneXpert Dx System dan diklik sehingga
g. Akan muncul kotak Create test, dan dilakukan pengisian data identitas
pasien dan data sampel, dan pemilihan modul dilakukan secara otomatis.
h. Tombol Start Testdi Klik dan lampu indikator berwarna hijau pada modul
akan menyala.
j. Pintu modul ditutup rapat sampai bunyi Klik untuk memulai tes.
Jenssen(LJ)(WHO, 2014c)
1. Alat:
f. Pipet tetes
g. Vortex
i. Timer/stopwatch
j. Botol Mc Carthney.
o. Blender
p. Corong saring
2. Bahan:
c. Telur itik
d. Sampel sputum
g. Alkohol 70%
i. Aquadest steril
3. Cara kerja.
d. Telur itik segar yang berumur tidak lebih dari 3 hari dicuci sampai bersih
f. Telur itik dipecah dan dipisahkan dari cangkang dan selanjutnya diblender
selama satu atau dua detik secara berulang-ulang sebanyak lima kali
mL (larutan B)
banyak.
b. Campuran ini divortex sampai homogen dan dibiarkan pada suhu kamar
selama 15 menit.
volume 45 ml.
homogen kembali.
terjadinya kontaminasi.
posisi vertikal.
minggu.
1. Alat:
a. Spuit 3 mL
b. Tabung EDTA
c. Larutan desinfektan
d. Torniquet
e. Tabung centrifuge
f. Mesin centrifuge
g. Micropippet
h. Tabung reaksi
i. Kuvet
j. Spektrofotometri
k. Pippet tips
2. Bahan:
1. Laruatn Buffer
2. Enzyme Mix
b. Darah/serum
c. Alkohol swab
d. Plaster luka
3. Cara kerja:
b. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang dengan vena yang tidak
lipatan tangan.
f. Kulit diatas vena ditegangkan dengan jari-jari tangan kiri petugas supaya
g. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 450 –
600 sampai ujung jarum masuk kedalam lumen vena yang ditandai dengan
ml).
dalam tabung cryo dan disimpan pada kulkas dengan suhu -70 oC.
4. Campuran dihomogenkan
20 µL 20 µL 20 µL 20 µL 20 µL
Larutan kerja 80 µL 80 µL 80 µL 80 µL 80 µL
Total volume 100 µL 100 µL 100 µL 100 µL 100 µL
g. Unit CPU dinyalakan dengan cara menekan tombol power, setelah terjadi
desktop ikon skanit software3,2 diklik sampai muncul menu dari software.
h. Pada menu skanit software diklik ikon Menu New lalu dilakukan
pengaturan posisi nomor sampel yang merujuk pada posisi sampel pada
lempeng kuvet.
i. Selanjutnya di klik icon protocol dan akan muncul menu untuk pengaturan
gelombang.
j. Untuk membuka drawer di klik iconrun plat out sehingga drawer dari
spektrofotometri.
akan mengeluarkan hasil sebagai kadar asam askorbat dalam satuan yang
dalam darah sebagai µM/L sebelum dan sesudah dua bulan pemberian
Hasil TCM
MTB positif/Rifampicin Kriteria eksklusi
sensitif
Kriteria inklusi
dalam darah dianalisa melalui pengukuran kadar vitamin C sebelum dan sesudah
melihat perbedaan kadar vitamin c dalam darah antara kedua kelompok digunakan
uji t berpasangan. Sebelum melakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu
Smirnov) normality test. Tujuan uji normalitas data adalah untuk mengetahui
apakah sampel yang diperoleh bener-bener mewakili populasi sehingga hasilnya bisa
digeneralisasikan pada populasi. Apabila uji normalitas data tidak menunjukan data
uji beda t berpasangan, dengan cara menguji hasil kultur BTA pada kelompok
perlakuan dengan hasil kultur BTA pada kelompok kontrol yang dipilih
menggunakan cara matching individual. Bila nilai p < 0,05 maka ada perbedaan
kecepatan konversi kultur BTA yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan.
Chain Reaction.
e. Skala: katagorik
media pertumbuhan.
biokimia.
d. Hasil ukur: waktu konversi kultur BTA pada minggu ke-n dan
e. Skala: nominal
3. Kadar vitamin C
e. Skala: Numerik.
4.1. Hasil
waktu penelitian. Enampuluh dua subjek penelitian terdiri dari 83,9% laki-laki
dan 16,1% perempuan dengan usia rata-rata 35,7±12,8 tahun dengan variasi hasil
TCM tingkat tinggi dan menengah sebanyak 30,6 persen, pada tingkat rendah
orang wanita (16.1%) dengan nilai signifikansi 1,00 (>0 ,05) sehingga variabel
jenis kelamin dari kedua kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Usia
adalah 35,03 ±11,7 tahun dengan nilai signifikansi 0,66 (>0,05) sehingga variabel
Perbandingan hasil TCM pada kelompok kontrol dan hasil TCM pada kelompok
perlakuan menunjukan nilai signifikansi 0,57 (> 0,05) sehingga variabel hasil
(>0,05) sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar vitamin C
dalam darah dari kedua kelompok. Dengan melihat nilai signifikansi yang tidak
Darah
terhadap peningkatan kadar vitamin C dalam darah, dilakukan uji beda terhadap
kadar vitamin C dalam darah sebelum dan sesudah dua bulan pengobatan pada
kedua kelompok serta membandingkan kadar vitamin C dalam darah dari setiap
vitamin C dalam darah sebelum dan sesudah dua bulan pengobatan tidak berbeda
mg/hari kadar rata-rata vitamin C dalam darah sebelum pengobatan adalah 201.19
bahwa kadar rata-rata sebelum suplementasi dan dua bulan setelah suplementasi
0,41(>0,05) sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar rata-rata
signifikansi 0,21 (>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan.
uji t independent.
perlakuan tidak berbeda secara signifikan pada minggu ke-I dengan nilai
perbedaan kecepatan konversi kultur BTA antara kelompok kontrol dan kelompok
persentase konversi kultur BTA pada kelompok kontrol adalah 26 subjek (83,9%)
sehingga masih terdapat 5 subjek (16,1%) subjek yang belum konversi kultur
BTA.
Adam malik Medan. Selama tiga bulan masa pengumpulan subjek penelitian
terdapat197 subjek yang ditegakan MTB +/Rifampicin sensitif yang terdiri dari
138 orang dengan jenis kelamin laki-laki dan 58 orang dengan jenis kelamin
perempuan dengan rasio perbandingan 2,4. Karakteristik usia dan jenis kelamin
pada populasi sampel penelitian hampir sama dengan laporan WHO tahun 2014
yang melaporkan bahwa 80% penderita TB di seluruh dunia adalah berusia diatas
15 tahun dengan rasio persentase jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah
sebesar 1,4 (WHO, 2014-d). Dari 197 penderita TB yang didiagnosa TB positif
(83,9%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 5 orang (16,1%) dengan jenis kelamin
adanya perancu, subjek untuk kelompok kontrol dipilih melalui teknik matching
kelamin laki-laki dan 5 orang (16,1%) subjek dengan jenis kelamin perempuan
kelompok kontrol adalah 29,0% pada tingkat tinggi (High)dan tingkat menengah
(medium), sebanyak 25,8% pada tingkat rendah (Low) serta 16,1% pada tingkat
32,3% pada tingkat tinggi (High) dan tingkat menengah (medium), sebesar 22,6%
pada tingkat rendah (Low) serta 12,9% pada tingkat sangat rendah (Very low).
Untuk mengetahui apakah kedua kelompok pada variabel hasil TCM sudah sesuai
sehingga variabel hasil TCM antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
sudah seimbang.
Darah
kadar rata-rata vitamin C dalam darah setelah dua bulan masa pengobatan tidak
berbeda secara signifikan dengan kadar rata-rata sebelum masa pengobatan, fakta
ini dapat dipahami karena peningkatan kadar vitamin C dalam darah pada manusia
sangat bergantung pada asupan yang cukup dari sumber makanan yang
akan segera digunakan oleh tubuh bila diperlukan, namun akan segera dikeluarkan
bersama urine bila sudah tidak digunakan, sehingga vitamin C tidak akan
disimpan terlalu lama dalam tubuh (Fukushima dan Kamazaki, 2010). Pada saat
asupan vitamin C yang berasal dari makanan berlimpah maka kadar vitamin C
dalam darah juga akan meningkat, namun pada saat asupan dari makanan
menurun maka kadar vitamin C dalam darah juga akan berkurang. Hal ini
dipertahankan secara terus menerus atau hanya mewakili kadar vitamin C dalam
darah sesaat.
peningkatan yang signifikan. Peningkatan dalam hal ini bukanlah suatu bentuk
peningkatan yang bersifat kumulatif namun lebih pada usaha untuk mempertahan
dan akan segera diekskresikan bersama urine.Banyaknya variasi proses ini dapat
distribusi asam askorbat juga sangat bergantung pada banyaknya vitamin C yang
tersedia dalam tubuh dan tergantung pada dosis yang digunakan. Penyerapan
optimal dari asam askorbat adalah dengan dosis < 200 mg, namun penyerapan ini
al, 1996).Pemberian vitamin C secara oral dengan dosis sampai 3 gram/4 jam
luteum, otak dan berbagai jenis sel saraf, kemampuan sel untuk menyimpan
Penyerapan dan transportasi asam askorbat dimulai dari lumen usus dan
(Wilson 2005). SVCT1 dan SVCT2 bersifat sangat spesifik untuk asam askorbat
danberfungsi secara tidak berlebihan dan tidak terikat satu sama lain (Kuo et al
2004). Ekspresi dari SVCT1 dan SVCT2 diatur oleh substrat mereka sendiri yaitu
asam askorbat, pada saat kadar asam askorbat tinggi akan menurunkan ekspresi
membatasi kadar tertinggi dalam darah pada saat adanya asupan yang tinggi.
luminal dari jejunum manusiameskipun dengan afinitas rendah (Km ~ 0,8 mM)
dan difasilitasi difusi yang tidak bergantung dengan natrium (Wilson 2005).
Transport asam dehidroaskorbat pada sebagian besar sel dimediasi oleh kelompok
seluler ini dihipotesiskan menjadi dasar kebutuhan vitamin C harian yang rendah
negatif pada minggu pertama dan minggu kedua adalah masih nol persen.
Konversi kultur BTA negatif terjadi pada minggu ke tiga sebanyak dua subjek
pada minggu kedelapan dari kelompok kontrol ini mempunyai kesamaan dengan
sputum BTA yang lebih besar yaitu 95% setelah dua bulan pengobatan. Penelitian
oleh Bawri et al (2008) yang mengamati konversi sputum BTA pada pengobatan
Peningkatan angka konversi kultur BTA ini terus meningkat setiap minggunya.
subjek(96,8%) dan pada minggu ke delapan konversi kultur BTA pada kelompok
waktu konversi pada kelompok perlakuan ini lebih cepat dua minggu bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena peran OAT yang
masih maksimal karena subjek yang dipilih adalah subjek yang masih sensitive
dijelaskan secara jelas. Dugaan yang paling diutamakan adalah adanya aktivitas
yang diistilahkan dengan serangan bertubi-tubi (combo attack) dari OAT lini
pertama dan peran vitamin C melalui reaksi Fenton didalam sel bakteri
terganggunya sintesis dinding sel sehingga sel bakteri akan mati.Rifampicin akan
menempati target obat pada sub unit β pada gen rpoB dan membentuk ikatan yang
kuat. Interaksi ini akan menstimulasi reaksi oksidasi NADH pada rantai transport
superokside (O2-) yang akan merusak ikatan Fe dan Sulfida. Ion Fe yang
ferri dan ion sulfida, ion Fe yang dihasilkan ini dimanfaatkan oleh vitamin C
untuk menghasilkan reaksi Fenton versi vitamin C sehingga akan terjadi reaksi
Fenton yang lebih besar.Kombinasi OAT lini pertama yang lain akan semakin
reduksi ion Ferri menjadi ion Ferro yang sangat reaktif sehingga pada saat
hydrogen peroksida. Pada saat hydrogen peroksida bereaksi dengan ion Ferro
akan teroksidasi kembali menjadi ion Ferri dan senyawa hidroksil. Senyawa
hidroksil ini akan menyebabkan oksidasi asam lemak dan kerusakan DNA
Lipid adalah salah satu target yang paling besar yang mengalami
dan dinding sel lipid dapat mengganggu fungsi penting dari molekul-molekul
hydroxylasi, dimana asam lemak ini tidak ditemukan pada bakteri M.tuberculosis
secara normal karena bakteri M.tuberculosis tidak mensisntesis asam lemak ini
(Layre et al, 2011). Asam lemak ini merupakan hasil oksidasi dari turunan asam
2-alkenoic yang mengandung radikal hidroksil hasil dari reaksi Fenton yang
diinduksi oleh adanya vitamin C (Vilcheze, et al, 2013). Asam lemak 2-hidroksil
ini (C16 dan C18) lebih beracun untuk Mycobacteriun dibandingkan dengan asam
lemak jenuh yang sama. Akumulasi dari Asam lemak 2-Hidroksil dapat bersifat
dalam sel bakteri M. tuberculosis yang harus tinggi dan ini terkait erat dengan
dalam terjadinya reaksi Fenton. Peran ion Fe yang ada pada bakteri M.
tuberculosis juga sangat penting karena tanpa adanya ion Fe yang cukup maka
langkah awal dari reaksi Fenton versi vitamin C tidak akan terjadi.
juga masih merupakan misteri. Bila pada manusia transport vitamin C sebagai
asam askorbat maupun asam dehidroaskorbat difasilitasi oleh SVCT dan GLUT,
sehingga akumulasi vitamin C didalam sel dapat dicapai sampai batas maksimal.
kecuali untuk transport vitamin B12 (Gopinath et al, 2013).Dugaan yang paling
melalui protein transport (porin) yang terdapat pada dinding sel bakteri M.
pada membran luar bakteri yang memungkinkan masuknya zat terlarut yang
bersifat hidrofilik (Nikaido, 2003) dan berukuran kecil, misalnya gula dan fospat
spesifik yang menjadi bagian dari sistem penyerapan energi (Walte et al, 1995).
Ada dugaan fungsi yang tumpang tindih antara penyerapan vitamin C dengan
berkompetisi dengan nutrisi lain yang bersifat hirdrofilik. Alasan ini yang
bakteriostatik.
(Vilzhe’ze et al, 2013). Penelitian oleh Wiles et al (2014) yang menguji lapisan
biofilm bakteri M. tuberculosis akan steril setelah tiga minggu dengan konsentrasi
mMol/L.
dalam jaringan untuk dapat diabsorbsi oleh bakteri M. tuberculosis, serta berapa
telah dipagosit (Cherayil, 2011).Terjadi kompetisi pada proses absorbsi ion besi
ion Fe melalui mekanisme pemanfaatan sumber besi heme dan sumber besi Non
diperoleh dari transfer ion Fe dari sel darah merah dan mengikat ion Fe bebas ini
dalam protein yang disebut Rv0203 dan membawa ikatan proteinRv0203-Fe ini
menuju reseptor mmpL3 dan mmpL11 yang ada pada membran bakteri, dan
didalam sitoplasma sehingga akan diperoleh ion Fe bebas dan akan disimpan oleh
zat besi Non Heme dalam bentuk laktoferin dan ferritin diabsorbsi oleh makrofag
setelah laktoferin dan ferritin berikatan dengan reseptornya yang ada pada
makrofag. Ion Fe yang ada pada sitoplasma makrofag akan diakuisisi oleh bakteri
mengikat ion Fe serta membawa ion Fe kedalam sel bakteri melalui transporter
IrtAB. Ion Fe ini juga disimpan oleh bakteri dalam bentuk bacteriferritin dan akan
digunakan bila diperlukan atau dalam kondisi bakteri kekurangan besi (Pandey et
al, 2014). Ketersediaan besi yang ada ini merupakan bahan potensial yang dapat
C di dalam sel bakteri tidak tercapai dan tidak menghasilkan reaksi Fenton yang
persentase konversi kultur BTA pada dua bulan masa intensif pengobata sebesar
16,1%. Pengaruh vitamin C tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal ini pengaruh
V. 1. Kesimpulan
2. Subjek penelitian melibatkan 62 orang subjek yang terdiri dari 83,9% laki-
laki dan 16,1% perempuan dengan usia rata-rata 35,7±12,8 tahun dengan
variasi hasil TCM tingkat tinggi dan menengah sebanyak 30,6 persen,
12,9%.
dan kadar rata-rata vitamin C sebelum dan sesudah dua bulan pengobatan
adalah 273,61 µM/L dan kadar rata-rata vitamin C sebelum dan sesudah
5. Kadar rata- rata vitamin C sebelum pengobatan dan dua bulan setelah
secara signifikan.
dimulai pada minggu ke tiga sebesar 6,5% dan pada kelompok perlakuan
100%
V. 2. Saran.
secara maksimal.
Algood HM, Lin PL, Yankura D, Jones A, Chan J and Flynn JL,TNF influences
chemokine expression of macrophages in vitro and that of CD11bþ
cells in vivo during Mycobacterium tuberculosis infection. J
Immunol. 2004;172: 6846–6857.
Allan CB, Wolf E and Hafler DA, MHC Class II Expression Identifies
Functionally Distinct Human Regulatory T Cells, J. Immunol, 2006;
176: 4622–463doi: 10.4049/jimmunol.176.8.4622
Alli JA, Kehinde AO, Kosoko AM, Ademowo OG, Oxidative Stress and
Reduced VitaminsC and E Levels Are Associated with Multi-Drug
Resistant Tuberculosis, Journal of Tuberculosis Research, 2014; 2: 52-
58.
Arora A, Chandra NR, Das A, Gopal B, Mande SC, Prakash Bet al, Structural
Biology Of Mycobacterium Tuberculosis Proteins: The Indian
Efforts, Tuberculosis, 2011; 91:456-468.
doi:10.1016/j.tube.2011.03.004
Bold TD and Ernst JD, CD8 + Effector T Cells in Mycobacterium CD4+ T Cell-
Dependent IFN-g Production by tuberculosis Infection, J Immunol,
2012; 189: 2530-2536, doi: 10.4049/jimmunol.1200994
Boyer JC, Campbell CE, Sigurdson WJ, Kuo SM, Polarized localization of
vitamin C transporters, SVCT1 and SVCT2, in epithelial cells,
Biochem Biophys Res Commun, 2005; 334:150-6
Caruso AM, Serbina N, Klein E, Triebold K, Bloom BR, and Flynn JL, Mice
deficient in CD4 T cells have only transiently diminished levels of
IFN-gamma, yet succumb to tuberculosis.J. Immunol, 1999;162:
5407–5416.
Carvalho NB, Oliveira FS, Duraes FV, de Almeida LA, Florido M, Prata LO, et
al, Toll-Like Receptor 9 Is Required for Full Host Resistance to
Mycobacterium avium Infection but Plays No Role in Induction of
Th1 Responses, Infection And Immunity, 2011; 79(4): 1638–1646
Cooper AM, Roberts AD, Rhoades ER, Callahan JE, Getzy DM, and Orme IM,
The role of interleukin-12 in acquired immunity to Mycobacterium
tuberculosis infection. Immunology.1995;84:423–432.
Culley FJ, Natural killer cells in infection and inflammation of the lung,
Immunology, 2009; 128:151–163. doi:10.1111/j.1365-
2567.2009.03167.x
Daniels MA, Devine L, Miller JD, Moser JM, Lukacher AE, Altman JD, et
al,CD8 binding to MHC class I molecules is influenced by T cell
maturation and glycosylation,Journal Immunity . 2001 (6):1051-61
Drickamer K, C-type lectin-like domains. Curr Opin Struct Biol, 1999; 9: 585–
590
Dwyer DJ, Camacho DM, Kohanski MA, Callura JM, Collins JJ. Antibiotic-
induced bacterial cell death exhibits physiological and biochemical
hallmarks of apoptosis. Mol. Cell. 2012; 46: 561–572. [PubMed:
22633370]
Feng CG, Scanga CA, Collazo-Custodio CM, Cheever AW, Hieny S, Caspar P, et
al, Mice lacking myeloid differentiation factor 88 display profound
defects in host resistance and immune responses to Mycobacterium
avium infection not exhibited by Toll-like receptor 2 (TLR2)- and
TLR4-deficient animals. J. Immunol.2003; 171: 4758–4764.
Fenton HJH. Oxidation of tartaric acid in presence of iron. J. Chem. Soc, 1894:
65:899 –911)
Flynn JL, Goldstein MM, Chan J, Triebold KJ, Pfeffersps K, Lowensteln CJ, et al.
Tumor necrosis factor–alpha is required in the protective immune
response against Mycobacterium tuberculosis in mice.
Immunity.1995; 2: 561–572.
Forster BM, and Marquis H, Protein transport across the cell wall of
monoderm Grampositive Bacteria, Mol Microbiol, 2012; 84(3): 405–
413
Foti JJ, Devadoss B, Winkler JA, Collins JJ, Walker GC, Oxidation of the
Guanine Nucleotide Pool Underlies Cell Death by Bactericidal
Antibiotics, SCIENCE 2012; 336.
Hashmi MA, Ahsan B, Shah SIA and Khan MIU, Antioxidant Capacity and
Lipid Peroxidation Product in Pulmonary Tuberculosis,Al Ameen J
Med Sci 2012; (3): 313-319.
Hemilä H and Teija K, Vitamin C for preventing and treating tetanus, The
Cochrane Library, 2008, Issue 4.
Horne DJ, Royce SE, Gooze L, Narita M, Hopewell PC, Nahid P, et al, Sputum
Monitoring during Tuberculosis Treatment for Predicting
Outcome: A Systematic Review and Meta-analysis,Lancet Infect Dis.
2010; 10(6): 387–394.
Horowitz A, Stegmann KA, and Riley EM, Activation of natural killer cells
during microbial infections,Frontiers In Immunology, 2012; 2(88).
Doi: 10.3389/Fimmu.2011.00088
Jibrin YB, Ali AB, Saad ST and Kolo PM, Prevalence of Treatment Failure
among Pulmonary Tuberculosis Patients in Federal Medical
Centre, Gombe, Northeastern Nigeria,ISRN Infectious Diseases,
Volume 2013, ID 461704, http://dx.doi.org/10.5402/2013/461704
Kohanski MA, Dwyer DJ and Collins JJ, How Antibiotics Kill Bacteria: From
Targets To Networks, Microbiology, 2010; 8;423-435.
Koppenol WH, The Haber-Weiss Cycle, 70 Years Later, Redox Report, 2001;
6(4):229-234.
Li S, Taylor KB, Kelly SJ, and Jedrzejas MJ, Vitamin C inhibits the enzymatic
activity of Streptococcus pneumoniae hyaluronate lyase, JBC, 2001.
Lynch SR and Cook JD, Interaction of Vitamin C and Iron, Ann N Y Acad Sci.
1980; 355:32-44.
May JM, Cobb CE, Mendiratta S, Hill KE and Burk RF, Reduction of the
Ascorbyl Free Radical to Ascorbate by Thioredoxin Reductase,The
Journal Of Biological Chemistry, 1998; 273(36):23039–23045.
Moonan PK, Quitugua TN, Pogoda JM, Woo G, Drewyer G, Sahbazian B, et al.
Does directly observed theraphy (DOT) reduce drug resistant
tuberculosis?, BMC Public Health 2011; 11; 19
Njus, D, Wigle, M, Kelley, PM, Kipp, BH, and Schlegel HB, Mechanism of
Ascorbic Acid Oxidation by Cytochrome b561, Biochemistry,
2001;40:11905-11911
Owens CP, Chim N, Graves AB, Harmston CA, Iniguez A, Contreras H, Et Al,
The Mycobacterium Tuberculosis Secreted Protein Rv0203
Transfers Heme To Membrane Proteins Mmpl3 And Mmpl11,The
Journal Of Biological Chemistry, 2013:288(30); 21714–21728.
Padayatty SJ, Sun H, Wang Y, Riordan HD, Hewitt SM, Katz A, Wesley RA,
Levine M:Vitamin C pharmacokinetics: implications for oral and
intravenous use. Annals ofInternal Medicine, 2004, 140(7):533-538.
Podmore ID, Griffiths HR, Herbert KE, Mistry N, Mistry P, Lunec J. Vitamin C
exhibits pro-oxidant properties. Nature.1998; 392: 559.
Rajan DP, Huang W, Dutta B, Devoe LD, Leibach FH, et al. Human placental
sodium dependent vitamin C transporter (SVCT2): molecular
cloning and transport function.Biochem Biophys Res Commun,
1999;262:762-8
Rajni, Rao N and Meena LS, Biosynthesis and Virulent Behavior of Lipids
Produced by Mycobacterium tuberculosis : LAM and Cord Factor:
An Overview, Biotechnology Research International, 2011,
doi:10.4061/2011/274693
Reddy PV, Puri RV, Chauhan P, Kar R, Rohilla A, Khera A, et al, Disruption of
Mycobactin Biosynthesis Leads to Attenuation of Mycobacterium
tuberculosis for Growth and Virulence, The Journal of Infectious
Diseases 2013; 208:1255–1265. DOI: 10.1093/infdis/jit250
Roughead Z.K (Fariba), Zito CA, and Hunt JR, Initial uptake and absorption of
nonheme iron and absorption ofheme iron in humans are
unaffected by the addition of calcium ascheese to a meal with high
iron bioavailability, Am J Clin Nutr 2002;76:419–25.
Rothlin CV, Ghosh S, Zuniga EI, Oldstone MBA, and Lemke G, TAM receptors
are pleiotropic inhibitors of the innate immune Response,Cell, 2007;
131(6): 1124–1136.
Rumsey SC, Kwon O, Xu GW, Burant CF, Simpson I, and Levine M, Glucose
Transporter Isoforms GLUT1 and GLUT3 Transport
Dehydroascorbic Acid, JBC, 1997; 272(30): 18982–18989
Saini V, Farhana A, Glasgow JN, Steyn AJC.Iron sulfur cluster proteins and
microbial regulation: implications for understanding tuberculosis.
Curr Opin Chem Biol 201;16(1-2):45-53.
Sartain MJ, Dick DL, Rithner CD, Crick DC, Belisle JT. Lipidomic analyses of
Mycobacterium tuberculosis based on accurate mass measurements
Savini I, Rossi A, Pierro C, Avigliano L, Catani MV, SVCT1 and SVCT2: key
proteins for vitamin C uptake. Amino Acids, 2007.
Sikri K, Batra SD, Nandi M,Kumari K, Taneja NK, Tyagi JS, The pleiotropic
transcriptional response of Mycobacterium tuberculosis to vitamin
C is robust and overlaps with the bacterial response to multiple
intracellular stresses,Microbiology, 2015:161;739–753 DOI
10.1099/mic.0.000049000049 G
Shin SS, Pasechnikov AD, Gelmanova IY, Peremitin GG, Strelis AK, Mishustin
S, et al. Adverse reactions among patients being treated for MDR-
TB in Tomsk, Rusia, Int J Tuberc Lung Dis, 2007; 11(12); 1314-1320.
Snow GA, White AJ. 1969. Chemical and biological properties of mycobactins
isolated from various mycobacteria.Biochem. J. 115:1031–1045.
Stead WW, Eisenach KD, Cave MD, et al. When did Mycobacterium
tuberculosis infection first occur in the New World? An important
question with public health implications.Am J Respir Crit Care Med.
1995; 151: 1267–1268.
Tripathi RP, Singh B, Bisht S.S and Pandey J, L-Ascorbic acid in Organic
Synthesis: An Overview,Current Organic Chemistry, 2009; 13: 99-122
Tullius MV, Harmston CA, Owens CP, Chim N, Morse RP, McMath LM, et al,
Discovery and characterization of a unique mycobacterial heme
acquisition system, PNAS; 2011; 108(12):5051-5056
Van Duijn MM, Van Der Zee J, Vansteveninck J, and Van Den Broek PJA,
Ascorbate Stimulates Ferricyanide Reduction In Hl-60 Cells
Through A Mechanism Distinct From The Nadh-Dependent
Plasma Membrane Reductase.J. Biol. Chem. 1998; 273: 13415-
13420.
Van Crevel R, Ottenhaff TH, Van der Meer JW, Innate Imunity To
Mycobacterium Tuberculosis, Clin Microbio Rev. 2002; 309-294
Wang H, Dutta B, Huang W, Devoe LD, Leibach FH, et al,. Human Na(+)-
dependent vitamin C transporter 1 (hSVCT1): primary structure,
functional characteristics and evidence for a non-functional splice
variant,Biochim Biophys Acta, . 1999;1461:1-9
Weinberg ED. Iron loading and disease surveillance.Emerg. Infect. Dis. 1999;
5:346–352.
Welch RW, Bergsten P, Butler JD, and Levine M, Ascorbic acid accumulation
and transport in human fibroblasts Biochem. J, 1993; 294:505–510
Welch RW, Wang Y, Crossman Jr A, Park JB, Kirk KL, and Levine M,
Acumulation of Vitamin C (Ascorbat) and Its oxidized Metabolite
dehidroascorbic acid Occurs by Separated Mechanisms, J. Biol.
Chem. 1995; 270:12584–12592
Wen LS, Wann CP, Ching HH, Cheng YY, Chin PW, and Jenn HC, Association
of Reduced Tumor Necrosis Factor Alpha, Gamma Interferon, and
Interleukin-1 (IL-1) but Increased IL-10 Expression with Improved
Chest Radiography in Patients with Pulmonary Tuberculosis,
Clinical And Vaccine Immunology, 2010; 17(2): 223–231
Wilson JX, Regulation of vitamin C transport. Annu Rev Nutr. 2005: 25:105-
25
Wilson JX, Jaworski EM, Dixon SJ, Evidence for electrogenic sodium-
dependent ascorbate transport in rat astroglia.Neurochem.Res.
1991; 16: 73–78.
PENJELASAN
Apa yang akan terjadi bila saya ikut berpartisipasi dalam penelitian ini?
• Bapak/ibu akan diwawancarai selama lebih kurang 10 menit.
• Bapak/ibu akan diberi tempat untuk menampung dahak/sputum sebanyak 1x
seminggu selama 8 minggu untuk kami periksa lebih lanjut.
• Bapak/ibu akan diambil darahnya sebanyak kira-kira 3 ml sebanyak 2 kali yaitu
pada saat bapak/ibu setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini serta 8
minggu setelah pengobatan.
Apa yang akan terjadi pada informasi saya pada saat penelitian ini selesai?
Semua spesimen dari hasil pemeriksaan darah dan kuman yang ditemukan didalam dahak
akan diberi label yang berisi nomor. Kuman akan disimpan didalam lemari pendingin di
RSU Pusat H. Adam Malik untuk dapat diperiksa kembali pada masa yang akan datang.
Demikian juga dengan sampel darah akan disimpan DNA nya agar berguna untuk
penelitian mendatang.
Hasil wawancara akan disimpan dan hanya bisa diakses oleh orang orang yang
berwenang dan akan disimpan sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan.
Kerahasiaan
Informasi tentang Bapak/ibu akan tetap bersifat rahasia, tanpa nama dan tidak akan
diberikan kepada siapapun yang tidak terlibat dalam penelitian ini tanpa persetujuan
Bapak/ibu.
Biaya
Bapak/ibu tidak akan mengeluarkan biaya apapun selain biaya rutin bapak/ibu ke dokter.
Tidak akan ada tambahan biaya untuk semua tes yang dilakukan berkaitan dengan
penelitian ini.
Pertanyaan
Apabila bapak/ibu mempunyai pertanyaan tentang penelitian ini, dapat menghubungi:
Lasmono Susanto – 081397770206
(Tidak di Simpan)
Gbr 2A Gbr 2B
Gbr 3A Gbr 3B
Gambar lampiran 4A dan 4B; proses pencampuran sampel plasma dan reagensia
pada pengukuran kadar vitamin C dalam darah menggunakan metode
spektrofotometri.