Anda di halaman 1dari 20

HAJI DAN UMRAH

Selasa, 17 Mei 2016


RUKUN UMRAH 

Sebelum melaksanakan ibadah umroh ada baiknya untuk mengetahui lebih banyak
tentang ibadah ini mengenai syarat, rukun dan wajib umroh. Saya kira banyak yang
akan berangkat umroh mencari informasi mengenai hal ini. Blog inipun didedikasikan
untuk memberi informasi lebih banyak dan lebih jelas terhadap permasalaha ini,
semoga ibadah umroh yang akan kita lakukan bisa diterima oleh Alloh dan menjadi
Umroh yang mabrur.
Berikut ini penjelasan mengenai ketiganya

I. Syarat Umroh:
1. Islam
ibadah umroh ini merupakan salah satu ibadah dalam agama islam. Berumrohpun
memang bagi orang islam yang mampu, sedangkan bagi orang non muslim tentu saja
hal ini tidak disyariatkan.
2. Berakal
Umroh disyariatkan bagi muslim yang berakal sehat. Tidak diperintahkan umroh bagi
orang gila dan tidak sah umroh yang dilakukan oleh orang gila.
3. Istitaah
Istitaah artinya mempunyai kemampuan dari segi fisik, biaya maupun keamanan.
4. Baligh
Telah mencapai usia Baligh adalah salah satu rukun umroh. Oleh karena itu anak kecil
yang belum baligh tidak disyariatkan melaksanakan umroh.
5. Merdeka.
Bukan dari salah seorang dari hambah sahaya (budak)  karena ibadah umroh ini
memerlukan waktu yang panjang yang dikahawatirkan kepentingan tuannya akan
terbengkalai.

II. Rukun Umroh


1. ihram. memakai pakaian ihram, bagi laki laki adalah terdiri dari 2 lembar kain yang
tidak berjahit. 1 helai melilit mulai pinggang sampai bawah lutut. sehelai lagi
diselempangkan mulai dari bahu kiri kebawah ketiak kanan. Jamaah umroh laki-laki 
tidak boleh mengenakan celana, kemeja, tutup kepala dan juga tidak boleh menutup
mata kaki. Penjelasan hal dilarang selama umroh ada di bagian bawah artikel.
Bagi wanita pakaian ihram lebih bebas tetapi disunatkan yang berwarna putih, yang
penting menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan mereka, yang
penting tidak ada jahitan. Lengan baju mesti sepanjang pergelangan tangan Kerudung
yang digunakan harus panjang, tidak jarang serta menutupi bagian Dada Baju, gaun
atau rok harus sepanjang Tumit Memakai Kaos kaki Sepatu sebaiknya tidak bertumit
dan terbuat dari karet.
2.Tawaf
adalah mengelilingi Baitulloh/kabah 7 kali
3.Sai.
Sai dilakukan dari sudut shafa menuju Marwah (dihitung satu kali) dan dari Marwah
kembali ke Shafa dihitung satu kali.
Semuanya dilakukan tujuh kali putaran. Sai berawal dari shafa dan akan terakhir di
marwah.
4.. Tahalul. Tahalul artinya bercukur sebagian dari rambut di kepala. biasanya
dikerjakan setelah selesai sai, tanda bahawa kita telah sempurna melakukan umroh.
5.Tertib

III. Wajib Umroh


1. Ihram (Niat Ihram dari Miqot)
2. Meninggalkan yang dilarang dalam ihram sah
3.  Melaksanakan Tawaf Wada.
Tawaf wada adalah tawaf perpisahan sebelum kembali ke tanah air. Setelah Tawaf
Wada kita dilarang kembali ke Masjidil Haram dan Kabah. Oleh karena itu biasanya
Tawaf wada dilaksanakan dini hari setelah tahajud kemudian bisa dilanjutkan sholat
subuh berjamaah. Setelah itu jamaah umroh bisa berkemas perlengkapan umrohnya
untuk pulang ke tanah air.
Penjelasan point no 2 tentang meninggalkan yang dilarang dalam ihrom, berikut ini
larangan ihrom bagi jamaah umroh:

Bagi laki-laki:
1. Berpakaian yang berjahit
2. Memakai sepatu yang menutupi mata kaki
3. Menutup kepala yang sifatnya melekat di kepala seperti topi (payung
diperbolehkan)
Bagi wanita:
1. Berkaus tangan (menutuptelapak tangan)
2. Menutup muka (bercadar)
Bagi laki-laki dan wanita:
1. Memakai wangi-wangian (kecuali yang dipakai sebelum ihrom dan sudah kering
sebelum berpakaian ihrom)
2. Memotong kuku dan bercukur atau mencabut bulu badan
3. Memburu atau menganggu atau membunuh hewan dengan cara apapun
4.  Memotong atau merusak pepohonan tanah haram
5. Meminang, menikah atau menikahkan serta bersaksi
6.  Bercumbu atau berjimak suami isytri
7. Mencaci, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor

Diposkan oleh Ali imran di 05.50Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
SYARAT HAJI

Syarat Haji dan


Umrah
Secara umum, syarat-syarat haji dan umrah adalah sama, yaitu:

1. Islam
2. Baligh
3. Berakal sehat
4. Merdeka
5. Istitha'ah

- Penjelasan:

1. Orang non muslim tidak sah dalam melaksanakan haji atau umrah. Jika dia
berkunjung ke tanah suci bahkan mengikuti ibadah haji atau umrah seperti
thawaf dan sa'i maka perjalanan haji atau umrahnya hanya sebatas melancong
saja.
2. Ukuran baligh (dewasa) adalah 9 tahun untuk anak perempuan dan sekitar 15
tahun untuk anak laki-laki. Atau sebagian mengatakan rata-rata umur 15
tahun, baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki. Seorang yang
belum mencapai usia baligh tidak memiliki kewajiban melaksanakan ibadah
haji/umrah. Bila dia sudah dewasa dan memiliki kemampuan materi dan non
materi, maka wajib mengulangi ibadah haji/umrah.
3. Berakal sehat adalah tidak gila dan tidak memiliki gangguan jiwa.
4. Yang dimaksud merdeka adalah tidak berstatus sebagai budak (hamba sahaya
di masa Rasulullah Saw. yang di masa modern ini hampir tidak ditemukan di
dunia). Istilah merdeka juga bisa diartikan bebas dari tanggungan hutang dan
tanggungan nafkah keluarga yang ditinggalkan.
5. Istilah Istitha'ah berarti mampu, baik secara materi dengan tidak memiliki
hutang, maupun kesiapan mental dan spiritual.
Syarat wajib HAJI dan UMRAH
 Islam –  Tidak wajib atas orang kafir dan murtad.

 Baligh –  Tidak wajib atas anak-anak tapi sah hajinya dan tidak gugur
wajibnya bila baligh

 Berakal –  Tidak wajib atas orang gila dan jika dilakukan juga, tidak sah
hajinya

 Merdeka –  Hamba abdi tidak diwajibkan, tetapi sah Hajinya dan dapat
Pahala

 Mampu –  Berhubung dengan Mampu atau Berkemampuan.

Ini berdasarkan kepada Firman Allah S.W.T :


“Dan menjadi kewajipanlah bagi manusia terhadap Allah untuk mengunjungi
rumah itu bagi yang sanggup berjalan di antara mereka“ (Surah Ali Imran ayat
97)
Penjelasan :

 Orang non muslim tidak sah dalam melaksanakan haji atau umrah. Jika dia
berkunjung ke tanah suci bahkan mengikuti ibadah haji atau umrah seperti
thawaf dan sa’i maka perjalanan haji atau umrahnya hanya sebatas melancong
saja.

 Ukuran baligh (dewasa) adalah 9 tahun untuk anak perempuan dan sekitar 15
tahun untuk anak laki-laki. Atau sebagian mengatakan rata-rata umur 15
tahun, baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki.
 Seorang yang belum mencapai usia baligh tidak memiliki kewajiban
melaksanakan ibadah haji/umrah. Bila dia sudah dewasa dan memiliki
kemampuan materi dan non materi, maka wajib mengulangi ibadah
haji/umrah.

 Berakal sehat adalah tidak gila dan tidak memiliki gangguan jiwa.

 Yang dimaksud merdeka adalah tidak berstatus sebagai budak (hamba sahaya
di masa Rasulullah Saw. yang di masa modern ini hampir tidak ditemukan di
dunia). Istilah merdeka juga bisa diartikan bebas dari tanggungan hutang dan
tanggungan nafkah keluarga yang ditinggalkan.

 Istilah Istitha’ah berarti mampu, baik secara materi dengan tidak memiliki
hutang, maupun kesiapan mental dan spiritual.

 |

Kemampuan untuk Ibadah HAJI dan UMRAH


 a) Mampu dengan diri sendiri.

 Mampu mengeluarkan belanja dan perbelanjaan lain untuk melakukan


pekerjaan haji dari mulai hingga akhir.

 Mempunyai bekal dan perbelanjaan yang cukup bagi nafkah orang yang
dibawah tanggungannya.

 Ada kendaraan pergi dan pulang.

 Aman dalam perjalanan, yakni tidak ada marabahaya yang mengancam


keselamatan diri dan harta. Ini termasuklah juga tidak ada penyakit yang
membahayakan tubuh badan.
 Sehat tubuh badannya.

 Ada kesempatan untuk mengerjakan haji dan umrah.

Dari Anas r.a. katanya: Rasulullah s.a.w ditanya


“Apakah yang dimaksudkan dengan Sabil ?”
Rasulullah s.a.w. menjawab: “Perbekalan dan perjalanan“ Riwayat – Daruqutni
b) Mampu dengan bantuan orang lain.

 Orang yang mempunyai cukup syarat wajib haji, tetapi tidak dapat
mengerjakan hajinya sendiri karana keuzuran dan sakit yang tidak ada harapan
akan sembuh, atau telah terlalu tua umurnya serta telah putus asa tidak dapat
pergi sendiri menunaikan hajinya.

 Orang yang telah meninggal dunia yang berupaya semasa hidupnya, tetapi
tidak mengerjakan haji, maka terhutanglah fardu haji atasnya sehingga
warisnya atau orang yang menerima wasiatnya menunaikan hutang Hajinya itu
dengan upah atau secara sukarela.

Dalam masalah mengerjakan haji untuk orang lain atau upah haji, Rasulullah s.a.w
yang dimaksud :
Dari Laqit bin Amir r.a bahawa dia telah datang kepada Rasulullah s.a.w dan berkata:
“Bahwa ayah saya seorang yang telah tua, tidak berdaya menunaikan haji dan
umrah, dan tidak berkuasa mengikuti rombongan atau berjalan untuk
mengerjakan haji atau umrah”
Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Tunaikanlah haji untuk ayahmu dan umrahnya sekali“. Riwayat – Abu Daud
dan Tarmizi
 |

Syarat menjadi wakil atau mengambil upah menunaikan haji orang


lain

 Orang itu telah pun menunaikan Fardu Haji untuk dirinya sendiri dengan
sempurna.

Sebagaimana Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud : “Dari Ibnu Abbas r.a bahwa
Rasulullah s.a.w mendengar seorang lelaki berkata ketika mengerjakan Haji :
“Aku sahut seruan mengerjakan haji menggantikan Syubrumah“.
Lalu Rasulullah s.a.w. bertanya kepadanya :
“Sudahkah engkau mengerjakan haji untuk diri engkau sendiri ?”
Jawab lelaki itu, “Belum“.
Rasulullah s.a.w berkata kepadanya :
“Kalau begitu hendaklah engkau kerjakan haji untuk diri engkau sendiri dahulu,
kemudian engkau kerjakan haji untuk Syubrumah pula” (Riwayat-Abu Daud dan
Ibnu Majah)

 Hendaklah melakukan Fardu Haji untuk seorang saja bagi satu musim
haji. Mestilah berihram pada miqat orang yang dihajikan itu atau pada tempat
yang sama jauhnya dengan miqat itu.

Jika ditentukan kepadanya, maka hendaklah dia berihram pada sesuatu Miqat yang
ditentukan, jika tidak ditentukan, maka haruslah bagi orang yang mengambil upah itu
berihram pada Miqat yang dilaluinya.
Bagi orang yang berada di Mekah yang mengambil upah Haji, maka wajiblah dia
keluar kepada Miqat yang dihajikannya, atau boleh juga pada miqat yang lebih dekat
dari dirinya. Jika dia berihram dari pada Miqatnya (di Mekah) niscaya berdosa dan
wajib atasnya DAM.
Hendaklah seorang yang cukup mahir bagi mengerjakan ibadat haji itu dengan
sempurnanya, seperti dia mengerjakan haji untuk dirinya sendiri.
 |
Diposkan oleh Ali imran di 05.46Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
RUKUN HAJI

RUKUN HAJI 01: NIAT IHRAM HAJI


Niat adalah pekerjaannya hati. Mengucapkan niat
hukumnya sunnah. Niat mengerjakan haji mengikut jenis
haji:
01. HAJI TAMATTU’ DAN HAJI IFRAD
Lafaznya :

Saya berniat mengerjakan haji dan aku berihram


dengan-nya kerana Allah Ta’ala. Saya memenuhi panggilan-
Mu ya Allah, saya niat haji”
02. HAJI QIRAN
Lafaznya :

Aku berniat mengerjakan haji dan umroh dan aku berihram dengan kedua-duanya
kerana Allah Ta’ala. Saya memenuhi panggilan-Mu ya Allah, saya niat haji dan
umroh”
NIAT BERSYARAT
Niat ihram haji atau umrah ditambah dengan kalimat “jika
aku terhalang oleh sesuatu kesulitan maka tahallulku di
mana saja aku menemui kesulitan”. Contoh:

“Aku berniat haji dan berihrom haji karena Allah, dan jika aku
terhalang oleh suatu kesulitan maka tahallulku di mana saja aku
menemui kesulitan itu”.
RUKUN HAJI 02 – WUQUF
1. MAKSUD WUQUF
Wuquf artinya berhenti yaitu menghadirkan diri di Padang Arofah.
Wukuf di Padang Arofah merupakan salah satu rukun ibadah haji,
tidak ada haji jika tidak melaksanakan wuquf seperti hadits Nabi
SAW “Al hajju arofah” yang artinya haji adalah wukuf di Arofah.
Ketika sedang wukuf jamaah haji tidak boleh keluar dari batas-batas
wilayah arofah karena menyebabkan batal wukuf-nya dan berarti
juga tidak sah hajinya. Wukuf tidak disyaratkan suci dari hadats,
namun sebaiknya kita dalam keadaan suci saat wuquf dimulai.
2. PERSIAPAN BERANGKAT KE AROFAH
a.Membawa pakaian secukupnya untuk 4 hari selama di Mina, buku
doa, sajadah, senter kecil, tikar lipat (perlak), obat-obatan dan
peralatan mandi.
b.Pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah sebelum ke Arofah:
(1)Mandi
(2)Berpakaian Ihram
(3)Sholat Sunnah Ihram 2 rakaat
(4)Niat Haji (Miqotnya cukup di maktab masing-masing) Lihat bacaan
niat di atas.
2. WAKTU WUQUF
Mulai dari gelincir matahari hari 9 Zulhijjah hingga terbit fajar hari 10
Zulhijjah.
3. WAKTU AFDAL WUQUF
Berwuquf sebagian dari siang hari 9 Dzulhijjah dan sebaian dari
malam 10 Zulhijjah
4. SYARAT WUQUF
a. Telah berihram dengan niat haji
b. Seorang yang ahli beribadat (Tidak Gila/Tidak Mabuk /Tidak
Hilang Akal Sepanjang Masa)
c. Berada di bumi Arafah walau seketika di dalam waktu Wuquf
5. AMALAN-AMALAN SUNNAT SAAT WUQUF
a.Sholat berjemaah
b. Bertalbiah
c.Bertalbiah
e.Berzikir
/Berdoa/Bersholawat/Mujahadah
f. Membaca Al-Quran,
g. Sholat-sholat Sunnat
RUKUN HAJI 03 – THAWAF
1. PENGERTIAN THAWAF
Thowaf ialah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali putaran,
dimulai dan diakhiri dari garis/arah sejajar dengan Rukun Hajar
Aswad, tidak harus lurus dengan sudut Rukun Hajar Aswad.
2. SYARAT-SYARAT THAWAF
a. Suci daripada hadats
b. Suci badan/pakaian/tempat thowaf daripada najis
c. Menutup aurat
d. Bermula pada sudut Al Hajar Aswad, berniat
tawaf jika Tawaf Qudum/Wada’/Sunat/Nazar
e. Menjadikan Baitullah di sebelah kiri dan berjalan
ke hadapan
f. Berjalan bertujuan tawaf, bukan tujuan lain
g. Cukup 7 kali keliling dengan yakin
h. Dilakukan dalam Masjid haram dan di luar Hijir
Ismail/Syadzarwan
3. JENIS-JENIS THAWAF
a. Thawaf Qudum (Selamat Datang)
b. Thawaf Rukun (Ifadhoh)
c. Thawaf Wada’ (Selamat Tinggal)
d. Thawaf Sunnat
e. Thawaf Nadzar
4. SUNAT-SUNAT THAWAF
a. Berjalan kaki
b Berittiba’ bagi Thowaf yang diiringi dengan Sa’ei (lelaki)
c. Melakukan Ramal (berlari-lari anak bagi thawaf yang diiringi
dengan Sa’ei ) (lelaki)
d. Istilam Hajarul Aswad dan mengecupnya / Istilam Rukun
Yamani dan tidak mengecupnya
f. Membaca zikir dan doa
g. Berturut-turut 7 kali pusingan
h. Tawaf dengan khusyuk dan tawadhu’
i. Sholat sunat Thawaf

RUKUN HAJI 5 – SA’I


1. PENGERTIAN SA’I
Sa’i adalah berjalan mulai dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah lalu
sebaliknya, dilakukan sebanyak tujuh kali. Tiap lintasan dari
Shafa ke Marwah dihitung satu kali dan sebaliknya lintasan
Marwah ke Shafa dihitung satu kali. Jika putaran benar maka
hitungan terakhir (ke-7) berada/berhenti di Marwah. Tidak ada
Sa’i Sunnah dan Sa’i tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
2. SYARAT-SYARAT SA’I
a. Dilakukan selepas Thawaf Rukun/Thawaf Qudum
b. Bermula di Bukit Shafa, berakhir di bukit Marwah
c. Cukup 7 kali dengan yakin. Dihitung sekali dari Shafa ke
Marwah dan sekali dari Marwah ke Shafa
d. Hendaklah sampai ke penghujung Sa’ei di Shafa dan
Marwah
e. Hendaklah Sa’ei di Batnul Wadi (tempat yang termaklum)
f. Tidak berniat lain yang memalingkan tujuan Sa’ei
3. SUNAT-SUNAT DALAM MENGERJAKAN SA’I
a. Keluar ke tempat Sa’ei melalui Babusshafa
b. Menaiki Bukit Shafa/Marwah hingga sampai batu-
batu bukit
c. Mengadap qiblat dan mengangkat ke dua tangan
serta ber-takbir di Shafa dan Marwah
d. Berlari-lari kecil bagi lelaki apabila sampai di
tempat yang bertanda lampu hijau atau tiang
hijau
e. Muwalat (berturut-turut)
f. Suci dari hadats kecil dan besar
g. Berjalan kaki
h. Berdoa / Mujahadah
Jarak Shafa dan Marwah dari ka’bah 40 m, Jarak antara shofa dan
Marwah 420 m. Lihat peta di bawah.

RUKUN HAJI 6 – TAHALLUL – BERCUKUR/BERGUNTING


Tahallul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibolehkan)
melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama berihram.
Tahallul bukan sekedar mencukur rambut seperti yang dipahami banyak
orang.
Ada dua macam tahallul yaitu :
1. Tahallul Awal ialah keadaan seseorang yang telah melakukan dua dari
tiga perbuatan yaitu :
a. Melontar Jumrah Aqobah
b. Thawaf Ifadhah dan Sa’i
c. Tahallul dengan Bercukur
Bercukur adalah salah satu amalan haji atau umrah. Bercukur ini identik
dengan amalan tahallul. Bercukur dilakukan dengan meng-gunting
minimal 3 helai rambut dan disunahkah mencukur bersih atau gundul.
Bila seseorang sudah tahallul awal maka boleh melepas ihramnya dan
telah terbebas dari larangan-larangan ihram kecuali melakukan
hubungan suami-istri.
2. Tahallul awal bisa dilakukan dengan dua cara yaitu:
a.Melempar Jumrah Aqobah kemudian Tahallul dengan mencukur rambut
(a dan c).
b.Melaksanakan Thawaf Ifadhah dan sa’i lalu Tahallul dengan mencukur
rambut (b dan c).
Tahallul awal ini dilakukan setelah Mabit di Muzdalifah. Untuk jamaah
haji Indonesia kebanyakan melaksanakan Tahallul awal dengan cara
pertama soalnya cara ke dua harus dilaksanakan di Masjidil Haram.
Sedangkan cara pertama dilaksanakan di Mina setelah selesai mabit di
Muzdalifah. Alasannya tranportasi ke Masjidil Haram ketika selesai Mabit
di Muzdalifah sangat sulit dan macet total, apalagi jika dilakukan
berombongan, jika per-seorangan mungkin peluangnya lebih mudah
dilaksanakan. Tetapi setelah melaksanakan cara ke dua yaitu thawaf
ifadhah dan sa’i kemudian tahallul, harus kembali lagi ke Mina uuntuk
melaksanakan mabit dan melanjutkan melempar jumrah untuk tanggal
11, 12, 13 Dzulhijjah, jadi harus bolak-balik Mina – Makkah, kasihan jika
jamaahnya sudah tua??
3. Tahallul Akhir (Tsani) ialah keadaan seseorang yang telah
melakukan tiga perbuatan yaitu : Melempar Jumrah Aqobah,
Bercukur, dan Thawaf Ifadhah dan Sa’i. Bila seseorang telah
melakukan Tahallul Akhir ini maka telah terbebas dari semua
larangan ihram termasuk hubungan suami istri.
Diposkan oleh Ali imran di 05.36Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
UMRAH

A. Pengertian Umrah

Umrah (bahasa Arab: ‫ )عمرة‬adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam.
Hampir mirip dengan ibadah haji, ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di Masjidil Haram.

Pada istilah teknis


syari'ah, Umrah berarti melaksanakan tawaf di Ka'bah dan sa'i antara Shofa dan
Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari miqat. Sering disebut pula dengan
haji kecil.
Perbedaan umrah dengan haji adalah pada waktu dan tempat. Umrah dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun) dan hanya di
Mekkah, sedangkan haji hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu antara
tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota
Mekkah.

Syarat

Syarat untuk mengerjakan umrah sama dengan syarat untuk mengerjakan haji:

1. Beragama Islam
2. Baligh, dan berakal
3. Merdeka
4. Memiliki kemampuan, adanya bekal dan kendaraan
5. Ada mahram (khusus bagi wanita)
Rukun

Rukun umrah adalah :

1. Ihram, berniat untuk memulai umrah


2. Thawaf
3. Sai

Wajib

Adapun wajib umrah adalah:

1. Melakukan ihram ketika hendak memasuki miqat


2. Bertahallul dengan menggundul atau memotong sebagian rambut

 Keterangan:

1. Meninggalkan rukun, maka umrahnya tidak sempurna dan wajib diulangi


2. Meninggalkan kewajiban, umrah tetap sah dan kesalahan tersebut
(meninggalkan kewajiban) bisa ditutupi dengan DAM
3. Bersetubuh sebelum tahallul maka wajib membayar seekor kambing

Jenis
Terdapat beberapa tipe umrah, yang umum adalah umrah yang digabungkan dengan
pelaksanaan haji seperti pada haji tamattu, adapula umrah yang tidak terkait dengan
haji.

1. Umrah Mufradah
2. Umrah Tamattu'
3. Umrah Sunah

Tata cara
Untuk tata cara pelaksanaan umrah, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Disunnahkan mandi besar (janabah) sebelum ihram untuk umrah.


2. Memakai pakaian ihram. Untuk lelaki 2 kain yang dijadikan sarung dan
selendang, sedangkan untuk wanita memakai pakaian apa saja yang menutup
aurat tanpa ada hiasannya dan tidak memakai cadar atau sarung tangan.
3. Niat umrah dalam hati, ketika sampai di miqot ( batas daerah tanah suci )
sholat sunah dua rokaat dan mengucapkan Labbaika Allahumma 'umrotan
atau Labbaika Allahumma bi'umrotin. Kemudian bertalbiyah dengan
dikeraskan suaranya bagi laki-laki dan cukup dengan suara yang didengar
orang yang ada di sampingnya bagi wanita, yaitu mengucapkan
Labbaikallahumma labbaik labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda
wan ni'mata laka wal mulk laa syarika laka.
4. Jika sudah sampai kota Makkah, disunnahkan mandi terlebih dahulu sebelum
memasukinya.
5. Sesampai di ka'bah, talbiyah berhenti sebelum thawaf. Kemudian menuju
hajar aswad sambil menyentuhnya dengan tangan kanan dan menciumnya jika
mampu dan mengucapkan Bismillahi wallahu akbar. Jika tidak bisa
menyentuh dan menciumya, maka cukup memberi isyarat dan berkata Allahu
akbar.
6. Thawaf sebanyak 7 kali putaran. 3 putaran pertama jalan cepat dan sisanya
jalan biasa. Thowaf diawali dan diakhiri di hajar aswad dan ka'bah dijadikan
berada di sebelah kiri.
7. Salat 2 raka'at di belakang maqam Ibrahim jika bisa atau di tempat lainnya di
masjidil haram dengan membaca surah Al-Kafirun pada raka'at pertama dan
Al-Ikhlas pada raka'at kedua.
8. Sa'i dengan naik ke bukit Shofa dan menghadap kiblat sambil mengangkat
kedua tangan dan mengucapkan Innash shofa wal marwata min sya'aairillah.
Abda'u bima bada'allahu bihi (Aku memulai dengan apa yang Allah
memulainya). Kemudian bertakbir 3 kali tanpa memberi isyarat dan
mengucapkan Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu. Lahul mulku wa
lahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai'in qodiir. Laa ilaha illallahu wahdahu
anjaza wa'dahu wa nasoro 'abdahu wa hazamal ahzaaba wahdahu 3x.
Kemudian berdoa sekehendaknya.
9. Amalan pada poin 8 diulangi setiap putaran di sisi bukit Shofa dan Marwah
disertai dengan doa.
10. Sa'i dilakukan sebanyak 7 kali dengan hitungan berangkat satu kali dan
kembalinya dihitung satu kali, diawali di bukit Shofa dan diakhiri di bukit
Marwah.
11. Mencukur seluruh atau sebagian rambut kepala bagi lelaki dan memotongnya
sebatas ujung jari bagi wanita.
12. Dengan demikian selesai sudah amalan umrah

Diposkan oleh Ali imran di 05.32Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest

A.    Pengertian Haji

Menurut bahasa kata Haji berarti menuju, sedang menurut pengertian syar’i
berarti menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk)
yaitu ibadadah syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah  fardhu ‘ain, wajib bagi
setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian
dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As
Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para ulama).

Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita
“nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya,
kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan selanjutnya, setelah
pernah menunaikan haji wajib.

Haji merupakan rukun Islam


yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk mengerjakan.
Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji tersebut pada
tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
1.      Dalil Al Qur’an

Allah berfirman :

َ‫سبِياًل َو َمنْ َكفَ َر فَإِنَّ هَّللا َ َغنِ ٌّي َع ِن ا ْل َعالَ ِمين‬


َ ‫ستَطَا َع إِلَ ْي ِه‬ ِ ‫س ِح ُّج ا ْلبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ِن ا‬ ِ ‫َوهَّلِل ِ َعلَى النَّا‬

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.” (QS. Ali Imron: 97).

2.      Dalil As Sunnah

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

، ِّ‫ َو ْال َحج‬، ‫ا ِة‬U‫ا ِء ال َّز َك‬Uَ‫ َوإِيت‬، ‫الَ ِة‬U‫الص‬ ِ َ‫ َوإِق‬، ِ ‫و ُل هَّللا‬U‫هَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َر ُس‬Uَ‫س َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِل‬
َّ ‫ام‬U ٍ ‫بُنِ َى ا ِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ‫ضان‬
َ ‫صوْ ِم َر َم‬
َ ‫َو‬

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan  Ramadhan.”
(HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16). 

Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini berarti
menunjukkan wajibnya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,


ٍ U‫ فَقَا َل َر ُج ٌل أَ ُك َّل َع‬.» ‫ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَحُجُّ وا‬
‫ا َل‬UUَ‫ا فَق‬UUً‫ا ثَالَث‬UUَ‫كَتَ َحتَّى قَالَه‬U‫و َل هَّللا ِ فَ َس‬U‫ا َر ُس‬UUَ‫ام ي‬U َ ‫« أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد فَ َر‬
‫ت َولَ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬ ُ ‫ « لَوْ قُ ْل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
ْ َ‫ت نَ َع ْم لَ َو َجب‬

“Rasulullah SAW. berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai


sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas
ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?”
Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Seandainya aku
mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan
belum tentu kalian sanggup.” (HR. Muslim).

3.      Dalil Ijma’ (Konsensus Ulama)

Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi
yang mampu. Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh
dhoruroh (dengan sendirinya sudah diketahui wajibnya) dan yang mengingkari
kewajibannya dinyatakan  kafir.

Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim
yang mampu untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya
disyari'atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang
mengatakan tahun ke sembilan hijrah.

B.     Syarat, Rukun dan Wajib Haji


1.      Kondisi diwajibkannya Haji:
a.       Islam
b.      Baligh
c.       Berakal
d.      Merdeka
e.       Kekuasaan (mampu)
2.      Rukun Haji
a.       Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian ihram.
Pakaian ihram untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak
bersambung semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu
helai lainnya untuk kain panjang yang dililitkan sebagai penutup aurat. Sedangkan
pakaian ihram untuk kaum wanita adalah berpakaian yang menutup aurat seperti
halnya pakaian biasa (pakaian berjahit) dengan muka dan telapak tangan tetap
terbuka.
b.      Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (kea rah Barat) jatuh pada
hari ke-9 bulan dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni
tanggal 10 dzulhijjah.
c.       Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf Ifadhah)
Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali,
dimulai dari tempat hajar aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna
coklat, dengan posisi ka’bah berada di sebelah kiri dirinya (kebalikan arah jarum
jam).
Macam-macam Thawaf:
1)      Thawaf Qudum yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram dari
negerinya.
2)      Thawaf Tamattu’ yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf
sunnah)
3)      Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah
menuju tempat tinggalnya.
4)      Thawaf Ifadha yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf di Arafah.
Thawaf Ifadha merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.
d.      Sa'i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
Syarat melakukan sa’i adalah sebagai berikut :
1)      Dilakukan dengan diawali dari bukit Shafa, kemudian diakhiri di bukit Marwah.
Kepergian orang tersebut dari bukit Shafa ke bukit Marwah dihitung 1 kali, sementara
kembalinya orang tersebut dari bukit Marwah ke bukit Shafa juga dihitung 1 kali.
2)      Dilakukan sebanyak 7 kali.
3)      Waktu sa’i adalah sesudah thowaf rukun maupun qudun.
e.       Tahallul artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai
f.       Tertib yaitu berurutan
3.      Wajib Haji, Yaitu sesuatu yang harus dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung
atasnya, karena dapat diganti dengan  dam (denda) yaitu menyembelih
binatang. berikut kewajiban haji yang harus dikerjakan:
a.       Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-
tempat yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya Haji. Dalam
melaksanakan ihram ada ketentuan kapan pakaian ihram itu dikenakan dan dari
tempat manakah ihram itu harus dimulai. Persoalan yang membicarakan tentang
kapan dan dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat atau batas yaitu batas-batas
peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah.
Macam-macam miqat menurut Fah-hul Qarib
1)      Miqat zamani (batas waktu) pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat
ibadah haji, adalah bulan Syawal, Dzulqa’dah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah
(hingga sampai malam hari raya qurban). Adapun (miqat zamani) pada konteks untuk
niat melaksanakan “Umrah” maka sepanjang tahun itu, waktu untuk melaksanakan
ihram umrah.
2)      Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat) untuk dimulainya niat haji bagi
hak orang yang bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri.
Baik orang itu penduduk asli makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang
yang tidak menetap di negeri makkah, maka:
-          Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah berada
di (daerah) “Dzul Halifah”
-          Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka
miqatnya ialah di (daerah) “Juhfah”
-          Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di daerah
“Yulamlam”.
-          Orang yang (datang) dari arah daerah dataran tinggi Hijaz dan daerah dataran tinggi
Yaman, maka miqatnya ialah berada di bukit “Qaarn”.
-          Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa “Dzatu
“Irq”.
b.      Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
c.       Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah).
d.      Melempar jumrah 'aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah
dilakukan setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
Wajib haji yang ketiga adalah melempar jumrah “Aqabah”, yang dilaksanakan pada
tanggal 10 Dzulhijjah, sesudah bermalam di Mudzalifah. Jumrah sendiri artinya bata
kecil atau kerikil, yaitu kerikil yang dipergunakan untuk melempar tugu yang ada di
daerah Mina. Tugu yang ada di Mina itu ada tiga buah, yang dikenal dengan nama
jamratul’Aqabah, Al-Wustha, dan ash-Shughra (yang kecil). Ketiga tugu ini menandai
tepat berdirinya ‘Ifrit (iblis) ketika menggoda nabi Ibrahim sewaktu akan
melaksanakan perintah menyembeliih putra tersayangnya Ismail a.s. di jabal-qurban
semata-mata karena mentaati perintah Allah SWT.
Di antara ketiga tugu tersebut maka tugu jumratul ‘Aqabah atau sering juga disebut
sebagai jumratul-kubra adalah tugu yang terbesar dan terpenting yang wajib untuk
dilempari dengan tujuh buah kerikil pada tanggal 10 Dzulhijjah.
e.       Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan 'Aqabah pada
tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap jumrah.
f.       Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.
4.      Sunat Haji
a.       Ifrad, yaitu mendahulukan haji terlebih dahulu baru mengerjakan umrah.
b.      Membaca Talbiyah
c.       Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika awal datang di tanah ihram,
dikerjakan sebelum wukuf di Arafah.
d.      Shalat sunat ihram 2 rakaat sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang
makam nabi Ibrahim.
e.       Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
f.       Thawaf wada ', yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk
memberi selamat tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.
C.    Manasik Haji
1.      Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah), Mandi dan berwudlu, Memakai kain ihram
kembali, Shalat sunat ihram dua raka'at, Niyat haji, Berangkat menuju Arafah,
membaca talbiyah, shalawat dan doa.
2.      Di Arafah, waktu masuk Arafah berdo'a, dan berwukuf, (tanggal 9 Djulhijjah)
a.       Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah pada tanggal
9 Djulhijjah meskipun hanya sejenak.
b.      Waktu wukuf dimulai dari waktu Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai terbit fajar
tanggal 10 Djulhijjah.
c.       Berangkat menuju Muzdalifah sehabis Maghrib
d.      Tidak terlalu lama (mabit) di Muzdalifah sampai lewat tengah malam
e.       Berdo'a waktu berangkat dari Arafah
3.      Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah), berdo'a dan Mabit, yaitu berhenti
di Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat tengah malam sambil mencari batu krikil
sebanyak 49 atau 70 butir untuk melempar jumrah kemudian Menuju Mina.
4.      Di Mina, berdoa, melontar jumroh dan bermalam (mabit) pada saat melempar
jumroh, yang dilakukan yaitu:
a.       melontar jumroh Aqobah waktunya setelah tengah malam, pagi dan sore. Tetapi
diutamakan sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah
b.      melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi,
siang, sore dan malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari.
c.       Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil
d.      Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal).Dengan
selesainya tahallul awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali
menggauli istri. setelah tahallul tanggal 10 Djulhijjah kalau ada kesempatan akan
pergi ke Mekkah untuk thawaf Ifadah dan sa'i tetapi harus kembali pada hari itu juga
dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
e.       Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara
berurutan, terus ke mekkah, ini yang dinamakan naffar awal.
f.       Bagi jama'ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan
melontar ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan
naffar Tsani.
g.      Bagi jama'ah haji yang blm membayar dam harus menunaikannya disini dan bagi
yang mampu, harus memotong hewan kurban.
5.      Kembali ke Mekkah, Thawaf Ifadah, dan Thawaf Wada, Setelah itu rombangan
jama’ah haji gelombang awal. bisa pulang ke tanah air
D.    Permasalahan Kontemporer Haji

Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa
dilewatkan bagi kaum Muslimin, diantaranya :

1.    Haji tidak lepas dengan Permasalahan Perbankan, bagi seorang Muslim yang ingin
menjauhkan dari perbankan karena di dalamnya ada unsur riba, maka seorang
Jama’ah haji pasti tidak akan bisa menghindarinya, karena sejak mulai pendaftaran
harus lewat perbankan.
2.    Haji memungkinkan seseorang untuk intiqolul madzhab.
Umat Islam Indonesia kebanyakan adalah penganut Syafi’iyyah, dimana bersentuhan
kulit antara laki-laki dan perempuan dapat membatalkan wudhu, sedangkan dalam
kondisi pelaksanaan Ibadah haji kurang-lebih 2 juta umat manusia dari penjuru dunia
kumpul di Makkah, ini sangat sulit menghindari persentuhan kulit tersebut, maka
jalan yang ditempuh adalah intiqolul madzhab.
3.    Penundaan masa haidl bagi wanita
Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk  memakai obat
pengatur siklus haid, yaitu: Untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar
ibadah.
4.    Permasalahan miqod,
ada 2 macam miqot, yaitu : Miqot zamaniyah yaitu bulan-bulan haji, mulai dari bulan
Syawwal, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah. Miqot makaniyah yaitu tempat mulai berihram
bagi yang punya niatan haji atau umroh. Ada lima tempat: (1) Dzulhulaifah (Bir ‘Ali),
miqot penduduk Madinah  (2) Al Juhfah, miqot penduduk Syam, (3) Qornul Manazil
(As Sailul Kabiir), miqot penduduk Najed, (4) Yalamlam (As Sa’diyah), miqot
penduduk Yaman, (5) Dzat ‘Irqin (Adh Dhoribah), miqot pendudk Irak. Itulah miqot
bagi penduduk daerah tersebut dan yang melewati miqot itu.

Sebagian jama’ah haji dari negeri kita, meyakini bahwa Jeddah adalah tempat awal
ihram. Mereka belumlah berniat ihram ketika di pesawat saat melewati miqot, namun
beliau tidak menetapkannya sebagai miqot. Inilah pendapat mayoritas ulama yang
menganggap Jeddah bukanlah miqot.  Ditambah lagi jika dari Indonesia yang berada
di timur Saudi Arabia, berarti akan melewati miqot terlebih dahulu sebelum masuk
Jeddah, bisa jadi mereka melewati Qornul Manazil, Dzat ‘Irqin atau Yalamlam

E.     Macam-macam Haji


1.      Ifrad
Yaitu ihrom untuk haji saja dahulu dari miqotnya, terus diselesaikannya pekerjaan
haji. Lalu ihrom lagi untuk umroh, serta terus mengerjakan segala urusannya. Berarti
dalam hal ini mendahulukan haji daripada umroh, dan inilah yang lebih baik.
2.      Tamattu’
Yaitu mendahulukan umroh daripada haji dalam waktu haji.
3.      Qiran
Yaitu dikerjakan bersama-sama antara haji dan umroh dalam satu waktu.

Anda mungkin juga menyukai