Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENELITIAN : MODEL NUMERIK KONSERVATIF UNTUK

TRANSPORTASI ABU DAN DEPOSISI TEPHRA MENGGUNAKAN


METODE VOLUME HINGGA
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Pemodelan Mitigasi Bencana

Dosen Pengampu :
Ahmad Zaenal Arifin …
Dian Candra Rini Novitasari, M.Kom
Penulis (Mahasiswa) :
Eva Kusuma Wardani (H02218002)
Diana Wulan Septyananda (H72218016)
Hanun Khafidhoh (H02217006)
Kurnia Novita Suroyo (H92218046)
Rika Komariyah (H92218050)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................3
1.3. TUJUAN MASALAH...........................................................................................................2
1.4. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................................2
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN..............................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................1
2.1. VOLUME HINGGA..............................................................................................................1
2.2. TRANSPORTASI ABU VULKANIK..................................................................................2
2.3. DEPOSISI TEPHRA.............................................................................................................2
2.3.1 Adveksi...........................................................................................................................2
2.3.2 Endapan..........................................................................................................................2
2.3.3 Mengatur Persamaan......................................................................................................4
BAB III................................................................................................................................................5
METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................................5
3.1. JENIS DAN SUMBER DATA PENELITIAN.....................................................................5
3.2. TEKNIK ANALISIS DATA.................................................................................................5
BAB IV................................................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................................6
BAB V................................................................................................................................................10
PENUTUP.........................................................................................................................................10
5.1 KESIMPULAN....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................11
LAMPIRAN......................................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan jumlah gunung berapi terbanyak
di dunia. Hal ini karena Indonesia berada pada daerah pertemuan tiga lempeng tektonik yang
bertabrakan yakni lempeng Indo Australia, Pasifik, dan Eurasia. Di Indonesia terdapat 129
gunung berapi yang masih aktif, 79 gunung yang sudah pernah meletus,sert 26 gunung yang
termasuk solfatara (Linda Widyarani dan Wiwi Kustio Priliana, 2021).
Banyaknya jumlah gunung berapi memiliki pengaruh bagi masyarakat disekitar gunung
tersebut. Karena terdapat banyak bahan galian seperti marmer, emas, perak, dan sebagainya.
Selain itu juga terdapat abu vulkanik yang dapat menyuburkan tanah tapi juga dapat
mengganggu kesehatan masyarakat. Aktivitas gunung berapi juga memiliki dampak negatif
seperti terancamnya keamanan bahkan keselamatan masyarakat karena kapanpun gunung dapat
meletus (Tri Agus Yuarsa, 2019). Selain abu vulkanik, yang perlu diperhatikan adalah sebaran
tephra. Sebaran ini dapat disimulasikan berdasarkan teori adveksi difusi. Penyebaran tephra
dipengaruhi oleh arah angin, turbulensi udara atau kumpulan dari keduanya (Sunarko, 2016).
Upaya dalam mengantisispasi terjadinya gunung meletus masih sebatas pada upaya pasca
erupsi yakni upaya setelah adanya erupsi yang terjadi, sehingga dirasa masih kurang efektif.
Upaya yang dilakukan yakni dengan mengevakuasi korban gunung meletus. Oleh karena itu,
diperlukan model numerik konservatif agar dapat mengetahui persebaran abu vulkanik dan dapat
mengantisipasi sebelum erupsi gunung berapi terjadi. Model numerik merupakan sebuah sketsa
yang mensimulasikan realita lapangan dan dideskripsikan berupa persamaan-persamaan (Harfin
Lanya dan Septi Dariyatul Aini, 2019). Metode Volume Hingga merupakan bagian dari
pemodelan matematika yang dapat diaplikasikan dalam permasalahan fluida (Andi Sayudi S.,
2020). Metode Volume Hinga dapat digunakan dalam proses analisis dan simulasi bencana alam
dengan bantuan software pemrograman.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan metode Finite Volume dalam
mensimulasikan bencan alam, model numerik konservatif untuk transportasi abu dan deposisi
tephra. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menambah pengetahuan cara pengaplikasian
software pemrograman dalam bidang mitigasi bencana. Bagi masyarakat dapat dijadikan sumber
kajian dalam pengembangan pembelajaran serta penelitian berikutnya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini diantara adalah :
 Bagaimana proses pembentukan model simulasi transportasi abu vulkanik menggunakan
metode volume hingga?
 Bagaimana hasil simulasi model transportasi abu menggunakan metode volume hingga?
 Apakah hubungan hasil simulasi tersebut dengan pemodelan mitigasi bencana?
1.3. TUJUAN MASALAH
Tujuan masalah dalam penelitian ini adalah,
 Mengtahui proses pembentukan model simulasi transportasi abu vulkanik menggunakan
metode volume hingga?
 Mengetahui hasil simulasi model transportasi abu menggunakan metode volume hingga?
 Memahami hubungan hasil simulasi tersebut dengan pemodelan mitigasi bencana?

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat penelitian ini diantara adalaj

 Sebagai bentuk mitigasi bencana terhadap abu vulkanik yang timbul dari meletusnya gunung
berapi
 Sebagai alat bantu untuk mengetahui daerah rawan yang terkena abu vulkanik
 Sebagai pengukur kepahaman dan kemampuan mahasiswa dalam pemodelan mitigasi
bencana.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

 BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
 BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi mengenai pembahasan landasan teori pendukung yang terkait dengan topik
penelitian yaitu volume hingga dan adveksi abu.
 BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian dan data yang digunakan dalam
penelitian.
 BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai perhitungan, pembahasan, serta penerapan metode terhadap studi
kasus yang dimiliki sehingga didapatkan hasil penelitian.
 BAB V Penutup
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. VOLUME HINGGA
Metode volume hingga merupakan metode diskritisasi yang sangat baik digunakan untuk
simulasi numerik karena nilai ketelitian menggunakan metode ini sangat tinggi [1]. Metode
volume hingga mula-mula dikembangkan dari formulasi special finite difference. Metode volume
hingga menggunakan bentuk integral dari persamaan umum untuk dilakukan diskretisasi
persamaan. Solusi dibagi ke dalam sejumlah control volume yang berhingga, dan persamaan
umum yang telah didiskretisasi diaplikasikan pada tiap control volume. Titik pusat tiap control
volume merupakan nodal komputasi pada variabel yang dihitung [2]. Dalam paper ini,
digunakan metode Lax-Wendroff untuk diterapkan ke bentuk konservatif dari persamaan adveksi
dengan mengganti istilah ekspansi deret Taylor (dalam t) dengan turunan spasial yang diturunkan
dari persamaan yang mengatur.
∂q
=−∇ ∙ ( uq ) (2)
∂t
∂2 q ∂u ∂q
∂t 2
=−∇ ∙
∂ t
q+u( ∂t
gg )
≈ ¿2 +u ∙[∇ ( ∇ ∙u ) ]¿ q +[2 ( ∇ ∙ u ) u+u ∙ ∇ u]∙ ∇ q+¿ (3)

Didalam persamaan 18, diketahui bahwa perubahan transisi di u lebih kecil dibandingkan
dengan besaran u. persamaan di atas juga untuk mengubah turunan waktu dari q menjadi deret
taylor yang mana dalam hal ini hanya mempertimbangkan dimensi x yang mengarah pada
ekspresi tersebut.

∂ u 2 ∂2 u ∂ u ∂ q 2 ∂2 q
q n+1 n
=q −∆ t
∂u
[
∂x
q+u
∂q 1 2
+ ∆t
∂x 2 ] [(( ∂x) ) (
+ 2 u q+ 3
∂x
u
∂x ∂x )+u
∂x
2
]+… (4)

(+..... ) merupakan banyaknya n atau dimensi yang akan digunakan. Pada penyederhanaan satu
dimensi ini semua suku turunan dihilangkan dengan menggunakan formulasi pemisahan
perbedaan fluks untuk diskritisasi volume hingganya. Dalam hal mengatur pembaruan dengan
konsentrasi rata-rata dalam sel i , j, k pada waktu n (dilambangkan Q ni , j ,k ) ke waktu n+1.

∆t n
Qn+ 1 n
i , j ,k =Q i , j , k − (F −F n 1 ) (5)
∆ k i+ 12 , j ,k i− , j ,k
2

n
Pada Fluks F i± 1 , j , k mengacu pada fluks arah i ( dimana x untuk kartesius dan λ untuk polar)
2

1 1
dari seberang tephra antarmuka sel di i± . Area antarmuka ini dilambangkan σ i ± dan volume
2 2
sel dilambangkan ∆ K . Dalam koordinat kartesius ∆ K merupakan hasil kali dari ∆ x , ∆ y , dan ∆ z .
Sedangkan dalam koordinat polar, volume sel adalah fungsi dari posisi dan dapat dinyatakan
sebagai berikut.
1
∆ K = ( λ2−λ 1)(r 32 −r 31)(cos ∅ 1−cos ∅2 ) (6)
3

Dimana λ,∅ , dan r adalah garis lintang, garis bujur, dan jari – jari. Untuk pembaruan
lengkap berdasarkan konsentrasi sel pada rata-rata volumetrik dari fluks ke segala arah, fluks di j
dan k juga harus dimasukkan menggunakan persamaan yang mirip dengan persamaan (20) [3].
2.2. TRANSPORTASI ABU VULKANIK
Abu vulkanik merupakan salah satu penyebab bahaya yang dihasilkan oleh letusan gunung api. Abu
vulkanik tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada pernafasan manusia, seperti
tuberkulosis, bronkitis, dan asma. Selain permasalahan kesehatan, tephra menjadi salah satu permasalahan
serius dalam bidang aviasi atau penerbangan [4]. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi kemajuan
yang signifikan dalam identifikasi abu vulkanik baik di darat dan observasi satelit. Pengamatan ini
memberikan gambaran singkat tentang konsentrasi awan abu melawan arah angin dan penting untuk
mendukung prakiraan abu. Namun, data satelit terbatas pada lapisan tertinggi yang terlihat. Awan
meteorologi mengaburkan awan abu di bawahnya, dan beberapa lapisan abu dapat terbentuk kedua faktor
tersebut mempengaruhi pengukuran satelit. Selain itu, pengamatan abu vulkanik dapat juga dilakukan
menggunakan radar cuaca. Radar cuaca dapat memberikan informasi pada area yang relatif luas,
pengamatan yang real time, dan berkelanjutan dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi [5].
Pemodelan ini dapat digunakan sebagai alat untuk memitigasi bahaya abu vulkanik jika terjadi letusan
besar berikutnya.

2.3. DEPOSISI TEPHRA


2.3.1 Adveksi
Jika kita mengasumsikan bahwa dalam sembarang volume udara, volume tephra tidak
signifikan dibandingkan dengan volume udara, kekekalan massa dapat ditulis dalam tephra
konsentrasi, q, atau massa per satuan volume. Dalam konservatif bentuk ini diberikan oleh :
ðq
+ ∇.((u+vs)q) = 0 (7)
ðt
Keterangan:
q : Konsentrasi ukuran butir tertentu
u : Medan kecepatan
vs : kecepatan pengendapan partikel abu
Notasi diberikan di bagian notasi. Itu konsentrasi total awan abu terdiri dari abu dijelaskan oleh
sejumlah ukuran butir yang sewenang-wenang, di mana adveksi setiap ukuran butir dihitung
secara independen. Meskipun ada pengakuan yang berkembang tentang pentingnya agregasi
partikel dalam bulu abu, di mana partikel yang lebih kecil bertabrakan dan menempel satu
sama lain dan efektif membuat partikel yang lebih besar, efek agregasi dan interaksi apa pun di
antara butir ukuran diabaikan.
2.3.2 Endapan
Penghapusan tephra udara dan pengendapan ke permukaan tanah adalah hasil dari beberapa
mekanisme, termasuk: sedimentasi, deposisi kering, washout dan rainout. Yang terakhir dua
istilah mengacu pada penghapusan basah dari pemulungan di awandan pembersihan di bawah
awan, masing-masing menghitung akumulasi dari endapan melalui sedimentasi. Perhitungan
deposisi basah akibat curah hujan saat ini sedang dikembangkan dan akan disajikan dalam
makalah selanjutnya. Deposit dihitung dengan melacak fluks abu ke topografi, dan output
sebagai massa per satuan luas (mpua). Distribusi ukuran butir penuh dari akumulasi deposit
dipertahankan dan dapat digunakan dan untuk membandingkan sampel yang diamati. Jika
ketebalan deposit diperlukan, diperkirakan dengan mengasumsikan kepadatan deposit, biasanya
ƿa = 1000 kg/m3 dalam model kami berjalan. Kecepatan jatuh dari ukuran butir tertentu, vs,
dapat menjadi ditentukan sebagai konstanta. Dapat dihitung secara eksplisit menggunakan
kondisi atmosfer.
4 dpg

Keterangan :
Vs =
√ 3 C d ƿa
(8)

Cd : koefisien hambatan,
d : diameter partikel
ra : massa jenis udara
g : percepatan gravitasi
Beberapa model memperkirakan koefisien drag Cd, untuk non-spherical partikel menggunakan
ekspresi empiris yang diberikan untuk partikel abu vulkanik, di dimana C d adalah fungsi dari
bentuk partikel.
24 -0.828
Cd = F + 2 √ 1.07−F (9)

Dalam persamaan di atas, F adalah parameter bentuk untuk partikel elips yang didefinisikan
sebagai rasio rata-rata dari sumbu minor ke sumbu utama partikel: (b + c)/2a. RE adalah
partikel bilangan Reynolds.
V s ƿa d
Re =
√ Ƞa
(10)

Kepadatan udara, ƿa , dihitung melalui gas ideal hukum menggunakan tekanan lokal dan suhu.
Viskositas udara, Ƞ a, dihitung melalui Hukum Sutherland. Dalam beberapa keadaan, partikel
abu halus dapat cukup kecil sehingga rata-rata panjang lintasan bebas udara an molekul, la,
berada pada skala yang sama dengan ukuran partikel. Ini dicirikan oleh bilangan Knudsen, K n =
2λa/d. Dalam kondisi Kn tinggi ini, efek non-kontinuum harus diperhitungkan dengan
menskalakan koefisien hambatan dengan Faktor koreksi slip Cunningham. Ini biasanya
digunakan untuk memodifikasi Hukum Stokes untuk partikel bola dengan menskalakan gaya
hambat koefisien dengan 1/CC dimana

[
Cc = 1 + Kn a+ β exp ( −ΥK )]
n
(11)

Untuk partikel elips, persamaan harus disesuaikan dengan pen skalaan Kn. Kita gunakan nilai
untuk koefisien empiris α, β dan ϓ. Udara mean jalur bebas, λa.
2 Ƞa
λa = (12)
p √ 8 M β / ᴨRT
Persamaan (12) ditentukan secara empiris dari data jatuh dari partikel vulkanik dalam kisaran
ukuran 30 mm < d < 1500 mm. Koreksi slip-flow hanya menjadi signifikan untuk partikel yang
lebih kecil dari kisaran ini. Gambar 1 menunjukkan kecepatan jatuh model sebagai fungsi dari
ukuran partikel untuk ellipsoidal prolat partikel (F = 0,4) serta untuk partikel yang lebih equant
(F = 0.8) menggunakan kondisi atmosfer pada ketinggian 10 km. Model Ganser juga
ditampilkan untuk perbandingan. Model Wilson dan Huang memprediksi penyelesaian yang
sedikit lebih lambat kecepatan dari model Ganser dan model Stokes (oleh 53% dan 17% untuk
F = 0,4 dan F = 0,8, masing-masing). Untuk F = 0,4, koreksi slip-flow kecil, namun untuk F =
0,8, itu menyebabkan peningkatan kecepatan jatuh sebesar 2%, 21%, dan 348% untuk d = 10
mm, 1 mm dan 0,1 mm masing-masing. Menghitung abu dalam ukuran ini jangkauan dapat
menjadi komponen yang signifikan (30% hingga >50%) dari distribusi ukuran butir total dan
mencatat bahwa sedimentasi tingkat diamati jauh lebih cepat daripada yang diprediksi oleh
Hukum Stokes.
2.3.3 Mengatur Persamaan
Menggabungkan persamaan adveksi dengan formulasi untuk difusi turbulen, kecepatan jatuh
dan sumber tephra mengarah ke persamaan yang mengatur berikut.
ðq
+ ∇ .((u+vs)q) - ∇ .(K∇ q ¿=S (13)
ðt
Dalam penelitian ini kami menggunakan transportasi tephra untuk merekonstruksi deposit dan
penyebaran plume atmosfer terkait dengan unit kejatuhan abu utama Parameter kunci dari
letusan ini dibatasi dengan baik. Letusan ini mewakili untuk untuk melakukan penilaian bahaya
kejatuhan tephra terkait dengan kemungkinan letusan (Jihaduddin Arif Indrawan dan Suprapto
Dibyosaputro, 2017).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1. JENIS DAN SUMBER DATA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang digunakan pada penelitian ini
diambil dari jurnal acuan atau penelitian sebelumnya oleh Hans F. Schwaiger, dkk. (2012).
Bedasarkan model numeric yang terbentuk atau didapatkan, kemudian akan diaplikasikan ke
dalam kasus peristiwa letusan gunung berapi untuk mencari persebaran abu vulkanik dari segi
dimensinya.
3.2. TEKNIK ANALISIS DATA
Adapun alur penelitian untuk mencapai tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mendesain model numerik.
Setelah mengumpulkan berbagai referensi mengenai pemodelan numerik dan teori-teori yang
mendukung penelitian, maka dibuat model numerik sesuai hal yang ingin diamati.
2. Mendapatkan bentuk umum penyelesaian model dengan menggunakan metode volume hingga.
Pada tahap ini akan didapatkan model akhir numerik dari transportasi abu dan deposisi tephra
dengan menggunakan metode volume hingga. Kemudian dapat diaplikasikan ke dalam
bantuan software.
3. Membuat simulasi terhadap arah angin, suhu udara serta alokasi penyebaran abu vulkanik.
Setelah didapatkan bentuk numeriknya, dilakukan running program sesuai model numerik
yang didapatkan pada perhitungan sebelumnya dari permasalahan yang diangkat.
4. Simulasi 2-dimensi dan 3 dimensi terhadap penyebaran abu vulkanik.
5. Kesimpulan hasil simulasi.
Langkah terakhir adalah menyimpulkan hasil dari simulasi berdasarkan program software
yang telah disusun sehingga menghasilkan suatu sistem (Uswatun Khasanah, 2019).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Model numerik yang digunakan merupakan hasil penggabungan metode volume hingga
terhadap waktu yang digunakan untuk menguur adveksi abu serta transpostasi abu vulkanik.
Langkah pertama yaitu dengan membentuk persamaan adveksi dengan menggunakan turunan
spasial yang diturunkan dari persamaan yang mengatur.
∂q
=−∇ ∙ ( uq ) (14)
∂t

∂q ∂u ∂u
∂t
=−
∂t(q+u
∂t ) (15)

∂ ∂q ∂u ∂u
( )
∂t ∂t
=−∇ ∙
∂t (
q+u
∂t ) (16)

Kemudian persamaan (16) direpresentasikan ke dalam bentuk taylor dengan bentuk umum
dari deret taylor adalah sebagai berikut,

(x−x 0 ) ( x−x 0 )2
f (x)=f (0)+ f ' (x 0)+ f ( {x} rsub {0} )+ {{(x- {x} rsub {0} )} ^ {3}} over {3!} f'''( {x} rsub {0}
1! 2!
(17)
Maka jika persamaan (16) direpresentasikan kedalam bentuk deret taylor tersebut akan
berubah menjadi,

∂ u 2 ∂2 u ∂ u ∂ q 2 ∂2 q
q n+1=qn−∆ t [ ∂u
∂x
q+u
∂q 1 2
]
+ ∆t
∂x 2 [(( ∂x) ) (
+ 2 u q+ 3
∂x
u)
∂x ∂x
+u
∂ x2 ] (18)

Persamaan (18) merupakan bentuk taylor dari representasi persamaan (16), selanjutnyya
dilakukan diskritisasi metode volume hingga dengan menghilangkan turunan menggunakan
pemisahan perbedaan fluks, dengan persamaan umum dari hukum kekekalan adalah sebagai berikut,
∂ ∂
q( x ,t )+ f (q( x , t))=0 (19)
∂t ∂x

atau dapat dituliskan menjadi, ut + f (u)t=0 (20)

Dengan menggunakan hukum kekekalan tersebut, substitusikan persamaan (18) kedalam


persamaan hukum kekekalan (20) sehinggga hasil substitusi tersebut dapat dituliskan menjadi,

Q n+1 n
i −Q i F ni+1 /2 −F ni−1 /2
+ =0 (21)
∆t ∆x
Q n+1 n
i −Q i −F ni+1 /2−F ni−1/ 2
= (22)
∆t ∆x
−Δt n
Q n+ 1
i −Q ni = ( F i+1 /2−F ni−1 /2 ) (23)
Δx
Δt n
Q n+ 1
i =Q ni − ( F −F ni−1/ 2) (24)
Δk i+1 /2
Dalam koordinat karetsius ∆ k merupakan hasil kali dari ∆ x , ∆ y, dan ∆ z. Sedangkan dalam
koordinat polar, volume sel adalah fungsi dari posisi dan dapat dinyatakan sebagai berikut,
1
∆ K = ( λ2−λ 1)(r 32 −r 31)(cos ∅ 1−cos ∅2 ) (25)
3

dimana λ, ∅, dan r adalah garis lintang, garis bujur, dan jari-jari.


Kemudian dilakukan simulasi menggunakan studi kasus pada letusan Gunung Spurr pada
tangggal 18 Agustus 1992 dengan parameter yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Parameter Simulasi Studi Kasus Gunung Spurr 18 Agustus 1992
Parameter Nilai
Vent Height 2.309
ρ 2000
μ 1.72 x 10−5
∆ x ,∆ y 10 km
∆z 0.25 km
K x,y,z 500 m 2 /s
k 8
Re 100
Start time 00:42 UTC
Duration 3.5 hours
Fall model WH + slip
Dengan berdasarkan parameter yang telah ada, maka dibuat program (lampiran 1) untuk
mengetahui pergerakan arah angin, nilai suhu udara dan alokasi jarak penyebaran abu vulkanik.
Dengan deskripsi sebagai berikut :
 Menginput nilai geometri,
 Membuat grid terhadap bidang geometri yang telah dibuat,
 Menginputkan nilai yang digunakan untuk perhitungan tekanan dan suhu udara dan arah
angin,
 Menetapkan nilai untuk solution control,
 Melakukan inisialisasi menggunakan parameter-parameter input sebelumnya,
 Melakukan running program,
 Membuat simulasi 2-dimensi dan 3 dimensi.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut (yang dicantumkan pada bagian lampiran), maka
akan didapatkan hasil ploting terhadap arah residual u, v, serta p bahwa nilai residual menunjukkan
grafik menurun sehingga dapat disimpulkan bahwa penebaran abu vulkanik akan semakin menurun
seiring dengan waktu. Hasil plotting tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Ploting terhadap arah residual
Selanjutnya didapatkan hasil untuk alokasi kecepatan transportasi abu, tekanan angin serta
arah angin yang menandakan bahwa dalam jarak tertentu transoportasi abu menunjukkan
peningkatan kecepatan transportasi (ditandai dengan daerah berwarna merah gelap) hal ini
dipengaruhi oleh adanya grafitasi serta massa jenis abu tersebut.

Contour Lines of x-Velocity (m/s) 10


-10

2.5
2000

2
1000

1.5
y (m)

0
1

-1000
0.5

-2000

0 0.5 1 1.5 2
4
x (m) 10
Contour Lines of Pressure (Pa) 10
-16

2000
1

1000
y (m)

0
0.5

-1000

-2000
0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
4
x (m) 10
Dimensionless Velocity Profiles
1
x / D
h
0.8
0.0

0.6 1.0
y
y / L

2.0

0.4 3.0

4.0

0.2 5.0

FD
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

(u ) / ( u )
m

Gambar 2. Ploting kecepatan transportasi abu, tekanan udara serta arah persebaran abu

Selain itu, didapatkan hasil bahwa untuk tekanan angin menunjukkan nilai yang semakin
rendah seiring dengan naiknya kecepatan abu vulkanik, hal ini dikarenakan oleh kadar udara yang
berada pada daerah yang terdampak abu akan semakin kecil seiring dengan semakin banyaknya abu
yang terdapat didaerah tersebut, lalu untuk hasil ploting arah angin terhadap kecepatan abu
didapatkan hasil bahwa arah angin pada awalnya menuju kearah timur namun pada titik kecepatan
maksimal abu arah angin berbelok ke selatan.
Contour Lines of Temperature ( ° C) 10
6

6
2000

1000
4

y (m)
0 3

2
-1000

-2000

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2


4
x (m) 10

6
10 Axial Temperature Variation Dimensionless Temperature Profiles
8 1

mean
mean (exact)
0.8
6 surface
° C)

x / D
h
0.6
0.0

y
y /L
4
Temperature (

1.0
0.4 2.0

3.0
2 4.0
0.2
5.0
FD

0 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
4
x (m) 10 (T - T )/ ( T -T )
s m s

Gambar 3. Ploting sebaran suhu udara terhadap penyebaran abu vulkanik


Berdasarkan hasil ploting suhu tersebut didapatkan bahwa kecepatan penyebaran abu juga
mempengaruhi nilai suhu udaranya. Sehingga untuk daerah yang terkena abu paling banyak maka
suhu udaranya juga akan naik. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh komposisi dari material abu
vulkanik tersebut. Selanjutnya dapat dilakukan simulasi 2 dimensi dan 3 dimensi terhadap nilai
akhir persebaran abu tersebut.

Gambar 4. Hasil sebaran abu vulkanik 2 dimensi.

Gambar 5. Hasil sebaran abu vulkanik 3 dimensi.


Berdasarkan hasil simulasi tersebut didapatkan hasil simulasi yang merepresentasikan daerah
yang paling rawan tertutup abu vulkanik (yang disimbolkan dengan daerah arsiran berwarna
merah), serta daerah-daerah yang aman dan dapat digunakan sebagai lahan evakuasi. Berdasarkan
hasil penyelesaian simulasi tersebut dapat dilihat bahwa karena pengaruh arah angin, kecepatan, dan
lain-lain dapat mempengaruhi persebaran abu vulkanik itu sendiri, sehingga dapat dilihat bahwa jika
mengacu pada parameter-parameter yang ada akan didapatkan bahwa abu vulkanik cenderung
bergerak kearah selatan dan mengakibatkan efek abu yang pekat di daerah berwarna merah.
Sedangkan terhadap daerah lainnya keadaan normal dan beberapa terimbas sedikit. Diharapkan
bahwa dengan adanya hasil tersebut untuk kedepannya dapat membantu dalam proses mitigasi
bencana alam gunung meletus sebagai langkah evakuasi masyarakat.
BAB V

PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa persamaan diskrit untuk
transportasi abu menggunakan metode volume hingga adalah
Δt n
Q n+ 1
=Q ni − F −F n 1
i
( )
Δ k i+ 12 i−
2

berdasarkan dari hasil pemodelan tersebut maka dibuat simulasi untuk merealisasikan model
kebentuk yang lebih realistis. Sehingga dengan menggunakan parameter-parameter seperti
massa jenis abu, kecepatan angin, dan lain sebagainya didpatkan hasil bahwa persebaran abu
menunjukkan hasil yang condong kearah selatan, sedangkan arah lainnya sebagaian besar
tidak terkena hempasan abu. Hal ini tentunya dipengaruhi kecepatan dan arah angina
sehingga abu dapat tersebar di beberapa tempat. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan
dapat membantu dalam proses mitigasi bencana terutama gunung meletus.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Suci Qurratul, AR Sulaiman dan Mulizar Mulizar. 2018. “Kinerja Beton Aspal AC-WC
Menggunakan Agregat Halus Endapan Abu Vulkanik Burni Telong Bener Meriaah Dengan
Bahan Pengikat Aspal Iran”. Jurnal Sipil Sains Terapan. Vol. 1,No. 2.
Indrawan, Jihaduddin Arif dan Suprapto Dibyosaputro. 2017. “Pemodelan Distribusi Abu Vulkanik
Hasil Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010 Denga Menggunakan Ash3d”. Jurnal Bumi
Indoensia. Vol. 6,No. 4.
Islami, Kurniansyah Ade. 2020. “Simulasi Persamaan Gelombang Air Dangkal 2D Dengan Metode
Volume Hingga”. SKRIPSI. Fakultas Sains dan Teknologi. Jurusan Matematika. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Khasanah, Uswatun. 2019. “Implementasi Metode Volume Hingga Pada Gelombang Air Laut Di
Perairan Selat Sunda”. SKRIPSI. Fakultas Sains dan Teknologi. Prodi Matematika.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Lanya, Harfin dan Septi Dariyatul Aini. 2019. “Efektifitas Model Pembelajaran Obsorn Dengan
Teknik Brainstorming Pada Mata Kuiah Metode Numerik”. Indonesia Mathematics
Education. Vol. 2,No. 1.
Purwatiningsih, Cecilia Heru. 2018. “Metode Volume Hingga Untuk Menyelesaikan Persamaan
Gelombang Gravitasi Aliran Air: Suatu Kajian Matematis Beserta Aspek Pendidikannya”.
SKRIPSI. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Prodi Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sanata Dharma.
Rahma, Nayla Alvina, dkk. 2020. “Identifikasi Arah Sebaran Dan Ketinggian Erupsi Gunung
Berapi Menggunakan Citra Radar Cuaca Studi Kasus Erupsi Gunung Agung. Jurnal
Geomatika. Vol. 26,No. 2.
Sayudi S., Andi. 2020. “Simulasi Numerik Aliran Air Akibat Keruntuhan Bendungan dengan
Menggunakan Metode Volume Hingga Lax-Friedrichs”. SKRIPSI. Universitas Hasanuddin.
Sinaga, Nazaruddin. 2017. “Kaji Numerik Aliran Jet-Swiring Pada Saluran Annulus Menggunakan
Metode Volume Hingga”. ROTASI. Vol. 19,No. 1, April.
Sunarko. 2016. “Kajian Probabilistik Jatuhan Abu Vulkanik Terhadap Tapak Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) Muria”. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. Vol. 1,No. 1, Mei.
Widyarani, Linda dan Wiwi Kustio Priliana. 2021. “Optimalisasi Pemberdayaan Anak Usia Sekolah
Dalam Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Berapi”. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM). Vol. 4,No. 2, April.
Yuarsa, Tri Agus. 2019. “Pengaruh Debu Vulkanik Pada Erupsi Gunung Berapi Diy Terhadap
Kesehatan Paru”. Jurnal Lingkungan dan Sipil (Jurnalis). Vol. 2,No. 1, April.

LAMPIRAN
MATLAB CODE
clear,clc,close all
global Fw Fe Fs Fn DF aW aE aS aN aP bP dU dV
H = 2309;
L = 10*H;
Nx = 200;
dx = L/Nx;
Ny = 40;
dy = H/Ny;
dz = 0.01;
x = dx/2:dx:L-dx/2;
xu = 0:dx:L;
y = dy/2:dy:H-dy/2;
yv = 0:dy:H;
iu = 1:Nx+1; Ju = 2:Ny+1;
Iv = 2:Nx+1; jv = 1:Ny+1;
Ip = 2:Nx+1; Jp = 2:Ny+1;
iF = 2:Nx; jF = 2:Ny;
rho = 2000;
mu = 1.72e-5;
nu = mu/rho;
kt = 0.025;
cp = 1000;
alpha = kt/(rho*cp);
Pr = nu/alpha;
Re = 100;
U = Re*nu/(2*H);
Ti = 20;
Tw = 100;
qw = 100;
BC_N = 1;
BC_S = 1;
alphaU = 0.3;
alphaP = 0.2;
NmaxSIM = 1e+4;
NmaxGSI = 1e+1;
err = 1e-5;
div = 1e+1;
u = zeros(Nx+1,Ny+2); v = zeros(Nx+2,Ny+1);
uStar = zeros(Nx+1,Ny+2); vStar = zeros(Nx+2,Ny+1);
uPrime = zeros(Nx+1,Ny+2); vPrime = zeros(Nx+2,Ny+1);
dU = zeros(Nx+1,Ny+2); dV = zeros(Nx+2,Ny+1);
T = zeros(Nx+2,Ny+2);
p = zeros(Nx+2,Ny+2);
pPrime = zeros(Nx+2,Ny+2);
Fe = zeros(Nx+1,Ny+1); Fw = zeros(Nx+1,Ny+1);
Fn = zeros(Nx+1,Ny+1); Fs = zeros(Nx+1,Ny+1);
DF = zeros(Nx+1,Ny+1);
aE = zeros(Nx+1,Ny+1); aW = zeros(Nx+1,Ny+1);
aN = zeros(Nx+1,Ny+1); aS = zeros(Nx+1,Ny+1);
aP = zeros(Nx+1,Ny+1); bP = zeros(Nx+1,Ny+1);
ures = zeros(NmaxSIM,1);
vres = zeros(NmaxSIM,1);
pres = zeros(NmaxSIM,1);
u(:,Ju) = U;
p1 = 12*mu*U*L/(2*H)^2;
p(Ip,Jp) = ones(Nx,Ny).*linspace(p1,0,Nx)';
T(:,Jp) = Ti; T(:,1) = Tw; T(:,Ny+2) = Tw;
Dx = (mu/dx)*dy*dz;
Dy = (mu/dy)*dx*dz;

for n = 1:NmaxSIM
uOld = u;
vOld = v;
pStar = p;

FVM_u(Nx,Ny,dx,dy,dz,rho,Dx,Dy,iF,Ju,alphaU,uOld,vOld,pStar,BC_S);
[uStar,ures(n)] =
FVM_GS_ext_mesh(Nx,Ny+1,alphaU,NmaxGSI,err,uOld);
FVM_v(Nx,Ny,dx,dy,dz,rho,Dx,Dy,Iv,jF,alphaU,u,v,pStar)
[vStar,vres(n)] =
FVM_GS_ext_mesh(Nx+1,Ny,alphaU,NmaxGSI,err,vOld);
FVM_pcorr(Nx,Ny,dx,dy,dz,rho,Ip,Jp,uStar,vStar)
pPrime(:,:) = 0;
[pPrime,pres(n)] =
FVM_GS_ext_mesh(Nx+1,Ny+1,1,NmaxGSI,err,pPrime);
p(Ip,Jp) = pStar(Ip,Jp) + pPrime(Ip,Jp)*alphaP;

uPrime(iF,Ju) = dU(iF,Ju).*(pPrime(iF,Ju) - pPrime(iF+1,Ju));


u(iF,Ju) = uStar(iF,Ju) + uPrime(iF,Ju);

vPrime(Iv,jF) = dV(Iv,jF).*(pPrime(Iv,jF) - pPrime(Iv,jF+1));


v(Iv,jF) = vStar(Iv,jF) + vPrime(Iv,jF);

if n > 10
fprintf('n = %5.0f, u = %6.2e, v = %6.2e, p = %6.2e \n',...
n,ures(n),vres(n),pres(n))
cTest = max([ures(n),vres(n)]);
if cTest < err
break;
elseif cTest > div || isnan(cTest)
fprintf('Residuals are too high.')
break;
end
end

u(Nx+1,:) = u(Nx,:);
v(Nx+2,:) = v(Nx+1,:);

end

FVM_phi(Nx,Ny,dx,dy,dz,rho,kt/cp,qw/cp,Ip,Jp,u,v,BC_S,BC_N)

[T,Tres] = FVM_GS_ext_mesh(Nx+1,Ny+1,1.0,1e4,1e-8,T);

figure('Name','Convergence Plot for Scaled Residuals',...


'Position',[100 100 500 300])

nlist = 10:n;
semilogy(nlist,ures(nlist),'-b',nlist,vres(nlist),'-r',...
nlist,pres(nlist),'-g')
legend('u residual','v residual','p residual')
xlabel('Iteration')
ylabel('Scaled Residual')

FVM_Vplot(Nx,Ny,x,xu,y,H,u(iu,Ju),v(Iv,jv),p(Ip,Jp),U)

FVM_Tplot(Nx,Ny,x,y,L,H,rho,cp,u(iu,Ju),T(Ip,Jp),U,Ti,Tw,qw,BC_N)

Anda mungkin juga menyukai