Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ABORSI
DI KALANGAN REMAJA INDONESIA
Penyebab, Fenomena, Akibat, dan Upaya Penanganan

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


MASALAH SOSIAL KONTEMPORER
Dosen :
Dra. Kormauli Simanihuruk, M. Si

Disusun oleh :
Kelas 4-C REHSOS

Joko Setiawan
(08.04.100)

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2011

1|Page
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim,,,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah semesta alam yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kepada keluarganya, para sahabat,
tabi’it dan tabi’im serta dapat sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir
zaman nanti.

Makalah ini berisikan mengenai pemaparan tentang “Aborsi di Kalangan


Remaja Indonesia” sebagai bentuk pemarapan dari sudut pandang masalah
kontemporer yang ada di Indonesia. Tema ini menarik karena pada
kenyataannya, pelaku aborsi di kalangan remaja ini dari tahun ke tahun
senantiasa meningkat. Nah, dengan adanya pembahasan antar mahasiswa,
diharapkan nantinya dapat ditemukan satu formula yang manjur bagi pola
penanganan masalah aborsi di kalangan remaja dari sudut pandang seorang
Pekerja Sosial.

Ucapan terima kasih saya haturkan kepada Ibunda Dra. Kormauli Simanihuruk,
M.Si selaku dosen Mata Kuliah Masalah Sosial Kontemporer karena atas
arahan dan petunjuk dari beliau-lah makalah ini dapat disusun dengan baik.

Pepatah lama mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula
dengan makalah yang telah disusun ini tentunya masih menyimpan kesalahan
dan kekurangan di sana-sini dikarenakan kurang luasnya referensi atau bahkan
kurang jelinya penulis untuk menangkap isu-isu detil dari sebuah fenomena
yang muncul. Karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan bagi perbaikan penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

A. PENGERTIAN …………………………………………………… 1
B. LATAR BELAKANG ……………………………………………… 3
C. PENYEBAB………………………………………………………. 3
D. FENOMENA …………………………………………………….. 5
E. AKIBAT …………………………………………………………. 6
F. UPAYA PENANGANAN DAN PELAYANAN ……………………. 10
G. PENUTUP ………………………………………………………. 11
H. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………... 12

3|Page
ABORSI

DI KALANGAN REMAJA INDONESIA

A. PENGERTIAN
Dalam dunia kedokteran, dikenal istilah abortus, yaitu menggugurkan
kandungan, yang berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. World Health
Organization (WHO) memberikan definisi bahwa aborsi adalah terhentinya
kehidupan buah kehamilan di bawah 28 minggu atau berat janin kurang dari
1000 gram. Aborsi juga diartikan mengeluarkaan atau membuang baik
embrio atau fetus secara prematur (sebelum waktunya). Istilah Aborsi
disebut juga Abortus Provokatus. Sebuah tindakan abortus yang dilakukan
secara sengaja.
Secara garis besar Aborsi dapat kita bagi menjadi dua bagian; yakni Aborsi
Spontan (Spontaneous Abortion) dan Abortus Provokatus (Provocation
Abortion). Yang dimaksud dengan Aborsi Spontan yakni Aborsi yang tanpa
kesengajaan (keguguran). Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai
macam tahap yakni:
1. Abortus Iminen. Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Threaten
Abortion, terancam keguguran (bukan keguguran). Di sini keguguran
belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukkan ancaman
bakal terjadi keguguran.
2. Abortus Inkomplitus. Secara sederhana bisa disebut Aborsi tak
lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi
tidak komplit.
3. Abortus Komplitus. Yang satu ini Aborsi lengkap, yakni pengeluaran
buah kehamilan sudah lengkap, sudah seluruhnya keluar.

4|Page
4. Abortus Insipien. buah kehamilan mati di dalam kandungan-lepas dari
tempatnya- tetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada
yang dikenal Missed Abortion, yakni buah kehamilan mati di dalam
kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.

Sedangkan Aborsi Provokatus (sengaja) masih terbagi dua bagian kategori


besar yakni Abortus Provokatus Medisinalis dan Abortus Provokatus
Kriminalis (kejahatan). Kita hanya khusus melihat Abortus Provokatus
Medisinalis yang terdiri dari:

1. Dilatation dan Curettage


Jenis ini dilakukan dengan cara memasukkan semacam pacul kecil ke
dalam rahim, kemudian janin yang hidup itu dipotong kecil-kecil,
dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya akan
terjadi banyak pendarahan, cara ini dilakukan terhadap kehamilan
yang berusia 12-13 minggu.
2. Suction (Sedot)
Dilakukan dengan cara memperbesar leher rahim, lalu dimasukkan
sebuah tabung ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat
penyedot yang kuat, sehinggi bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi
kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah sebuah
botol.
3. Peracunan dengan garam
Jenis ini dilakukan pada janin yang berusia lebih dari 16 minggu, ketika
sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam
kantung anak dan larutan garam yang pekat dimasukkan ke dalam
kandungan itu.
4. Histeromi atau bedah Caesar
Jenis ini dilakukan untuk janin yang berusia 3 bulan terakhir dengan
cara operasi terhadap kandungan.

5|Page
5. Prostaglandin
Jenis ini dilakukan dengan cara memakai bahan-bahan kimia yang
dikembangkan Upjohn Pharmaccutical Co. Bahan-bahan kimia ini
mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati
dan terdorong keluar.

B. LATAR BELAKANG
Dari hasil browsing, Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC, psikolog
dari Jagadnita Consulting, menyebutkan beberapa survei yang bisa
membuat banyak orang tercengang, terutama orang tua (05/09/2011). Dari
survei yang dilakukan di Jakarta diperoleh hasil bahwa sekitar 6-20 persen
anak SMU dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan seks
pranikah. Sebanyak 35 persen dari mahasiswa kedokteran di sebuah
perguruan tinggi swasta di Jakarta sepakat tentang seks pranikah. Dari
405 kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan oleh
remaja usia 15-25 tahun. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai 2,5
juta kasus, 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja.
Lalu, polling yang dilakukan di Bandung menunjukkan, 20 persen dari 1.000
remaja yang masuk dalam polling pernah melakukan, seks bebas.
Diperkirakan 5-7 persennya adalah remaja di pedesaan. Sebagai catatan,
jumlah remaja di Kabupaten Bandung sekitar 765.762. Berarti, bisa
diperkirakan jumlah remaja yang melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu.
Kemudian, sebanyak 200 remaja putri melakukan seks bebas,
setengahnya kedapatan hamil dan 90 persen dari jumlah itu melakukan
aborsi.

C. PENYEBAB
Banyak faktor yang mendorong para remaja melakukan tindakan aborsi
terhadap kandungannya.Namun, hal yang paling banyak adalah

6|Page
dikarenakan pergaulan bebas yang dimulai dengan aktivitas “pacaran”.
Pada awalnya, perilaku pacaran di kalangan remaja ini masih dianggap
“normal” dan sudah wajar, apalagi jika dipandang dari sisi psikologis bahwa
kebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis ini mulai
nampak sejak menginjak akil baligh. Namun dengan melihat fenomena
yang terjadi pada saat ini, banyak norma-norma yang telah dilanggar dan
seakan-akan para pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya
sebagai pasangan yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang
berlebihan, seringnya berduaan, saling berkontak secara fisik (sentuhan,
ciuman, maupun berpelukan) hingga berlanjut kepada tindakan asusila,
yakni melakukan hubungan seksual pra nikah. Hal ini bukanlah sesuatu
bentuk kekhawatiran saja, melainkan memang sebuah kenyataan yang
terjadi pada masyarakat kita. Buktinya dapat kita lihat dengan adanya
pemaparan hasil survei dari Jagatnita Consulting tersebut di atas.
Jika lebih jauh lagi kita telusuri, sebenarnya pacaran bukanlah satu-satunya
variable atas mencuatnya kasus Aborsi di kalangan remaja. Tapi kontrol
keluarga (orang tua) dan kontrol sosial masyarakat yang pada era modern
ini semakin melemah dan berkurang. Masing-masing menganggap bahwa
itu adalah urusan masing-masing pribadi yang tak boleh dicampurtangani
oleh siapapun. Hal ini cukup memprihatinkan karena memperlihatkan
pemikiran warga masyarakat yang mulai mengerucut pada “individualistis”
dan “liberal”. Padahal norma agama telah jelas memerintahkan untuk
mengantisipasi mengenai pergaulan yang bebas di kalangan manusia,
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci
bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat“
(Q.S An Nur 30) dan juga dilanjutkan “Dan katakanlah kepada para
perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya . . . . “ (Q.S An Nur 31)

7|Page
D. FENOMENA
Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh kasus perilaku aborsi oleh
kalangan remaja/mahasiswa.

Polisi Karanganyar Gerebek Mahasiswi Sedang Aborsi

Rabu, 13 Desember 2006 | 20:42 WIB

TEMPO Interaktif, Karanganyar: Polres Karanganyar menangkap dan


menahan empat orang pelaku praktek aborsi. Empat orang tersebut
adalah Ny Tarwiyati (56) pensiunan perawat RSUD Dr Moewardi dan
pembantunya Sri Yuliati sertia duapasangan muda di luar nikah, Putri
Asrini (19) dengan Rionanda Ayen Purwiyanto (21) yang ditangkap di
tempat praktek Tarwati di kompleks perumahan dosen UNS Ngringo,
Kecamatan Jaten. Sementara, Putri yang menjadi pasien aborsi saat
ini dalam keadaan kritis dan terpaksa dirawat di rumah sakit Kartini
Karanganyar.

Menurut Kapolres Karanganyar AKBP Rikwanto, penangkapan


tersebut dilakukan Selasa (12/12) dinihari ketika Tarwiyati tengah
menggugurkan kandungan seorang mahasiswi semester III di salah
satu perguruan tinggi swasta terkenal di Sukoharjo.

Ketika polisi melakukan penggrebekan, proses aborsi tersebut baru


saja selesai dilakukan. "Aborsi dilakukan dengan memberikan suntikan
sebanyak dua kali kepada pasien," kata Rikwanto, Rabu (13/12)

Kasat Reskrim Polres Karanganyar AKP Wuryanto mengatakan


tersangka mengenakan biaya Rp 3 juta untuk melakukan aborsi.
Tarwiyati diduga sudah lama melakukan praktik abrosi bahkan saat
yang bersangkutan masih bekerja sebagai bidan RS Moewardi Solo.
Namun Tarwiyati mengaku baru sekali itu melakukannya atas
permintaan PA. "Boleh saja dia mengaku seperti itu, tapi kami

8|Page
memiliki keyakinan praktek aborsi tidak hanya sekali ini
dilakukan,"kataWuryanto.

Sementara itu, Tarwiyati mengaku kalau dirinya bersedia


menggugurkan kandungan Putri Asrini karena merasa kasihan. Dia
mengenal PA karena dia adalah teman kuliah salah satu anaknya. Dia
mengatakan anaknya bercerita kepada Putri Asrini kalau ibunya
adalah seorang bidan yang mungkin dapat membantunya. Namun
versi lain menyebutkan, Tarwiyati menggunakan jasa perantara untuk
mencari pasien.

Saat ini polisi belum bisa memeriksa Putri Asrini karena kondisi yang
bersangkutan masih kritis setelah janin dalam kandungannya
dikeluarkan paksa. Dia dirawat di RSUD Kartini, Karanganyar, dengan
penjagaan ketat dari petugas. Sejumlah sumber menyebutkan,
Tarwiyati setelah pensiun dari tenaga medis di RSUD Moewardi Solo,
dia sehari-hari masih buka praktek sebagai bidan namun tidak
memasang papan nama sebagaimana bidan desa lainnya. "Praktek
aborsi itu sudah banyak yang tahu, dari mulut ke mulut," kata seorang
tetangga Tarwiyati.

E. AKIBAT
Tindakan-tindakan Aborsi dapat mengakibatkan hal-hal yang negatif pada
tubuh kita, yang meliputi dimensi jasmani dan psikologis. Akibat-akibatnya
yakni:
1. Segi Jasmani
- Tindakan kuret pada Aborsi bisa menimbulkan efek-efek
pendarahan atau infeksi, dan apabila dikerjakan bukan oleh dokter
ahlinya maka alat-alat kuret yang dipakai mungkin tembus sampai
ke perut dan dapat mendatangkan kematian.

9|Page
- Infeksi di rahim dapat menutup saluran tuba dan menyebabkan
kemandulan.
- Penyumbatan pembuluh darah yang terbuka oleh gelembung
udara, karena banyak pembuluh darah yang terbuka pada luka
selaput lendir rahim dan gelembung udara bisa masuk ikut beredar
bersama aliran darah dan apabila tiba pada pembuluh darah yang
lebih kecil, yaitu pada jantung, paru-paru, otak atau ginjal, maka
bisa mengakibatkan kematian.
- Perobekan dinding rahim oleh alat-alat yang dimasukkan ke
dalamnya akan mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga
perut yang makin lama makin banyak yang menyebabkan
kematian.
- Penanganan Aborsi yang tidak steril bisa mengakibatkan
keracunan yang membawa kepada kematian.
- Menstruasi menjadi tidak teratur.
- Tubuh menjadi lemah dan sering keguguran
2. Segi Psikologis
- Pihak wanita: Setelah seorang wanita melakukan tindakan Aborsi
ini, maka ia akan tertindih perasaan bersalah yang dapat
membahayakan jiwanya. Kalau tidak secepatnya ditolong, maka ia
akan mengalami depresi berat, frustrasi dan kekosongan jiwa.
- Pihak pria: Rasa tanggung jawab dari si pria yang menganjurkan
Aborsi akan berkurang, pandangannya tentang nilai hidup sangat
rendah; penghargaannya terhadap anugerah Allah menjadi
merosot.
3. Segi Hukum
KUHP di Indonesia yang diberlakukan sejak 1918 tidak membenarkan
tindakan Aborsi dengan dalih apapun. Aborsi dianggap tindak pidana

10 | P a g e
yang dapat dikenakan hukuman, yang diatur dalam pasal 283, 299, 346
hingga 349 dan 535)
Selain hal yang disebutkan di atas, ada akibat yang lebih buruk dan biasa
disebut dengan PAS (Post Abortion Syndrome). Post Abortion Syndrome
adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan sekumpulan gejala fisik
dan psikis yang terjadi paska terjadinya aborsi. PAS merupakan gangguan
stress dan traumatik yang biasanya terjadi ketika seorang perempuan
yang post-abortive tidak dapat menghadapi respon emosional yang
dihasilkan akibat trauma aborsi. PAS terjadi berbeda-beda pada setiap
orang tergantung berat atau tidaknya gejala yang terjadi, PAS dianggap
telah berat ketika kondisi seorang perempuan post-abortive sudah
mengarah pada gejala yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya
ataupun keselamatan dirinya.
PAS dapat terjadi tidak lama setelah aborsi atau bisa saja baru muncul ke
permukaan beberapa bulan hingga bertahun-tahun kemudian. Banyak
perempuan yang takut untuk membicarakannya karena merasa malu telah
melakukan aborsi. Hal inilah yang kemudian membuat trauma tersebut
terpendam di bawah alam sadar mereka hingga mereka tidak menyadari
bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi mereka dalam berpikir,
berperilaku dan bahkan mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka di
kemudian hari.
Post Abortion Syndrome tidak hanya terjadi pada perempuan post-
abortive, namun juga pada laki-laki post-abortive, dalam arti pasangan
perempuan post-abortive yang juga berperan penting dalam membuat
pilihan aborsi. Namun pada lelaki post-abortive biasanya gejalanya ringan
berupa gangguan emosi ringan seperti rasa malu, perasaan bersalah,
bersedih dan menyesal. Perempuan post-abortive bisa mengalami gejala
lebih berat karena mereka secara langsung baik itu fisik ataupun emosi
langsung berhubungan dengan trauma aborsi.

11 | P a g e
Dr. Anne Speckhard, Ph.D. Pada studinya mengenai Post Abortion
Syndrome menemukan beberapa fakta seputar efek aborsi terhadap
perempuan:
Kejadian yang berhubungan dengan Aborsi:
- 23% berhalusinansi yang berhubungan dengan aborsi
- 35% merasa di datangi/melihat bayi yang telah di aborsi
- 54% bermimpi buruk yang berhubungan dengan aborsi
- 69% merasakan “kegilaan”
- 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
- 81% mengalami perasaan seakan bayi tersebut masih ada
Masalah perilaku yang sering terjadi pasca Aborsi:
- 61% meningkatkan penggunaan alcohol
- 65% memiliki dorongan untuk bunuh diri
- 69% mengalami gangguan seksual
- 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
- 77% mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
- 81% sering menangis
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami
hal-hal seperti berikut ini:
- Kehilangan harga diri (82%)
- Berteriak-teriak histeris (51%)
- Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
- Ingin melakukan bunuh diri (28%)
- Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
- Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

12 | P a g e
F. UPAYA PENANGANAN DAN PELAYANAN
Membendung perilaku aborsi tidaklah semudah membalikkan kedua
telapak tangan. Hal ini diperlukan kerjasama lintas sektoral secara
komprehensif dan berkelanjutan. Tentu saja dimulai dari hal terkecil yang
bersifat pencegahan hingga pertolongan pasca aborsi. Upaya-upaya dan
pelayanan tersebut dapat kita rangkum dalam penjelasan berikut ini:
1. Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya para remaja kita yang mempelajari fungsi reproduksi para
sudut “kenikmatan” nya saja tanpa memandang efek-efek negatif di
kemudian hari. Maka harapannya dengan pemahaman yang tepat dan
lengkap, maka remaja akan dapat membuat keputusan yang tepat
untuk menjaga kesucian dirinya masing-masing.
2. Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga keagamaan akan
penting dan mulianya untuk menjaga kehormatan diri. Kebanyakan,
para remaja ini karena memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh
norma-norma yang mengatur hubungan antar laki-laki dan perempuan
sedangkan media gencar mempromosikan tayangan-tayangan yang
berbau seksualitas dengan mengedepankan nafsu semata. Ditambah
lagi akses pornografi yang dapat dengan mudah didapatkan melalui
internet via komputer maupun handphone.
3. Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat. Tidak dipungkiri yang
menjadikan remaja bebas melakukan apa saja adalah karena semakin
melemahnya kontrol sosial dari lingkungan keluarga maupun
masyarakat. Misalkan saja ada sepasang pelaku “pacaran” yang
diperbolehkan orang tuanya berdua-duaan di dalam kamar. Meskipun
tidak terjadi perzinahan di sana, namun itu dapat memicu untuk
melakukan tindakan-tindakan yang “lebih” untuk dilakukan pada lain
kesempatan dan lain tempat. Begitu juga kontrol dari masyarakat itu
penting ketika melihat ada pasangan muda-mudi yang menginap di

13 | P a g e
kamar kostan dan bahkan terjadi berhari-hari. Hal ini sudah barang
tentu dapat semakin mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
dalam artian melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya baru boleh
dilakukan oleh pasangan suami isteri yang resmi.
4. Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat dipandang
sebelah mata. Mereka mempunyai hak untuk dapat kita tolong karena
bisa saja hal telah mereka lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan
yang tak ingin diulanginya lagi. Maka, bagi para penyandang PAS, dapat
kita tolong dengan memberikan pelayanan konseling serta dukungan
sosial untuk dapat bangkit kembali menjalani kehidupan secara normal
dengan diiringi taubat yang sebenar-benarnya (taubat nasukha).

G. PENUTUP
Pada akhirnya, dapat kita katakan bahwa perilaku aborsi di kalangan remaja
ini senantiasa terus meningkat dan bervariasi untuk persebaran usianya. Hal
ini tentu menjadi suatu keprihatinan bagi kita semua yang ujung-ujungnya
menjadi sebuah momok yang “mengerikan” bagi rupa generasi muda
penerus bangsa Indonesia di kemudian hari. Mau dibawa kemana masa
depan bangsa Indonesia jika kondisi para pemuda-pemudinya saat ini
adalah mereka yang hidupnya bebas tanpa kontrol yang signifikan dari
berbagai pihak dan selanjutnya adalah penjajahan yang terus menerus
“abadi” di bumi Indonesia dalam bentuk bukan penjajahan fisik melainkan
penjajahan di bidang “mode”, “ekonomi”, “pendidikan”, “keilmuan”, hingga
“akhlak dan moralitas”.

14 | P a g e
H. DAFTAR PUSTAKA
http://abortus.blogspot.com/2007/08/post-abortion-syndrome-i.html
diakses pada 05 September 2011
http://indo-comunity.blogspot.com/2011/03/10-fakta-menarik-tentang-
aborsi.html diakses pada 05 September 2011
http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-
remaja-yang-mengkwatirkan/ diakses pada 05 September 2011
http://www.aborsi.org/tindakan.htm diakses pada 05 September 2011
http://www.kabarinews.com/article.cfm?articleID=1809 diakses pada 05
September 2011
http://www.korantempo-online.com/article.kasus-aborsi-di-solo diakses
pada 05 September 2011
http://indo-comunity.blogspot.com/2011/03/10-fakta-menarik-tentang-
aborsi.html diakses pada 05 September 2011

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai