Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

“Seorang Anak Perempuan 2 Tahun dengan Skabies”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di SMF Kulit
dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Oleh:
Siti Aissah (0120840254)

Pembimbing:
dr. Chaeril Anwar, Sp.KK., M.Kes

SMF KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui dalam Laporan Kasus

“Seorang Anak Perempuan 2 Tahun dengan Skabies”

Oleh penguji laporan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura,


sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepanitraan Klinik Madya pada bagian
SMF Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Siti Aissah (0120840254)

Pada

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Menyetujui Dosen

Penguji/Pembimbing

dr. Chaeril Anwar, Sp.KK., M.Kes

2
LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI LAPORAN KASUS

Nama : Siti Aissah Moderator :


Nim : 0120840254
Semester : Co – Ass Penilai :
dr. Chaeril Anwar, Sp.KK., M.Kes

Presentasi ke :

Tgl Presentasi :
Tanda tangan

JUDUL :
“Seorang Anak Perempuan 2 Tahun dengan Skabies”

No Variabel Yang Dinilai Nilai dalam SKS

1 Ketepatan penentuan masalah dan judul, data


kepustakaan, diskusi.
2 Kelengkapan data:
 KunjunganRumah
 Kepustakaan
3 Analisa data:
 Logikakejadian
 Hubungankejadiandenganteori
4 Penyampaian data:
 Cara penulisan
 Cara berbicara dan audiovisual
5 Cara diskusi:
Aktif/mampu menjawab pertanyaan secara logis
6 Kesimpulan dan saran (harus berkaitan dengan
diskusi)
7 DaftarPustaka

8 Total Angka

9 Rata-rata

Catatan untuk perbaikan dilihat dari segi :


 Pengetahuan :
 Keterampilan:
 Sikap :

3
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infentasi dan


sesnsitisasi terhadap Sarcoptes scabiel var hominis dan produknya. Dikenal
dengan nama lain seperti; The itch,sky-bees, gudik, budukan, dan gatal agogo.
Ditandai dengan gatal pada malam hari, mengenai sekelompok orang, tempat
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat dan lembab. Gejala klinis dapat
terlihat polimorfik tersebar di seluruh badan.1

Penularan skabies dapat secara langsung dari orang-keorang melalui


kontak langsung, dapat pula secara tidak langsung melalui benda seperti pakaian,
handuk, sprei, bantal dan lain-lain. Tungau Sarcoptes scabiei hidup dari sampel
tempat tidur, lantai dan forniture penderita. Masa inkubasi penyakit ini 4 sampai 6
minggu. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain
yakni sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang
bersifat promiskualitas, kesalahan diagnosis, perkembangan demografik dan
ekologik.1,2

Pengobatan standar skabies pada manusia yang sering diberikan berupa


bensil bensoat, crotamiton, pemetrin, dan ivermectin. Kombinasi antara bensil
bensoat memberikan tingkat kesembuhan yang baik. Diagnosis dini dan
penatalaksanaan dengan obat yang efektif untuk penderita dan menghindari
kontak merupakan kunci pencegahan penyakit ini.2,3

Menurut Stanar Kompetensi Indonesia yang diterbitkan oleh Konsil


Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2012, Skabies diberikan standar tingkat 4A
yang pada tingkat kemapuan tersebut lulusan dokter umum mampu mendiagnosis,
melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas.4

BAB II

4
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : An. Q A M
Umur : 2 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dok IX atas
Pekerjaan :-
Pendidikan : BelumSekolah
Agama : Kristen Protestan
Status : belum menikah
Suku : Biak

2.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Timbul bintil-bintil kemerahan pada kulit tangan, kaki dan badan.

b. Riwayat Penyakit sekarang


Pasien An. QAM datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Jayapura dengan keluhan timbul bintil-bintil kemerahan sejak ± 4
minggu yang lalu pada kulit tangan, kaki dan badan. Kemerahan
bermula di tangan, hanya berupa beberapa buah dan kemudian
semakin hari bintil-bintil kemerahan tersebut semakin banyak dan
tersebar ke badan, punggung dan kaki. Saat bintil pertama kali
muncul, pasien tidak digigit oleh serangga.
Ibu pasien mengatakan bintil-bintil kemerahan pada kulit disertai
rasa gatal dan rasa gatal tersebut dirasakan semakin memberat saat
malam hari. Pasien tidak merasa nyeri pada daerah munculnya bintil-
bintil kemerahan, semakin digaruk semakin banyak dan menyebar ke
tempat lain, juga menimbulkan luka pada permukaan kulit. Hal ini

5
membuat pasien tidak nyaman melakukan aktivitas sehari-hari dan
terutama ketika tidur pada mlam hari.

c. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit seperti Alergi disangkal. Pasien baru pertama
mengalami sakit seperti ini.

d. Riwayat penyakit keluarga


Ibu pasien mengatakan dikeluarga dirumah tidak ada yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit
kronis dalam keluarga disangkal.

e. Riwayat sosial dan kebiasaan


Menurut keterangan ibu pasien, pasien tinggal bersama dengan
keluarga di rumah, merupakan anak yang aktif, suka berinteraksi
dengan teman-teman seusianya dan suka bermain di luar rumah.
Memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari dengan air yang bersih.
Bergantian menggunakan handuk, namun tidak bergantian memakai
pakaian dengan keluarga. Pasien menggunakan sabun bayi.
Sebelumnya ibu pasien mengaku bahwa anak-anak tetangga
rumahnya mengalami sakit yang sama seperti anaknya namun tidak
pernah berobat. Tetangga di sekitar rumah pasien juga banyak
memelihara anjing.

f. Riwayat alergi
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan (-), alergi
obat (-), alergi debu (-), maupun bahan-bahan alergen lainnya.

g. Riwayat pengobatan
Ibu pasien mengatakan pada awalnya bintil-bintil kemerahan muncul
4 minggu yang lalu yaitu tampak tampak bintil kecil kemerahan pada
tangan yang kemudian terasa gatal hinggan pasien sering

6
menggaruknya, kemudian semakin hari semkin banyak dan tidak
hanya di tangan saja namun terdapat juga di kaki dan badan hingga
ibu pasien membawa pasien ke Puskesmas yang diberikan obat salep
pemetrin 5% namum sudah 4 hari penggunaan obat tidak ada
perubahan.

2.3. Pemeriksaan fisik


a. Status Generalis
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tanda-tanda Vital : Nadi 110 x/menit, Respirasi 24 x/menit, Suhu
Badan 36.6 ºC
b. Status Dermatologis
- Lokasi :Regio Brachi, regio pedis, regio corporis.
- Efloresensi :Tampak papul eritematouse berbentuk lurus dan
berkelok-kelok pada ujungnya terdapat vesikel, eksoriasi, berkrusta
di area tangan, kaki dan badan.

2.4. Resume
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun datang diantar oleh ibunya ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Jayapura dengan keluhan timbul bintil-
bintil kemerahan sejak ± 4 minggu yang lalu pada kulit tangan, kaki dan

7
badan. Kemerahan bermula di tangan, hanya berupa beberapa buah dan
kemudian semakin hari bintil-bintil kemerahan tersebut semakin banyak dan
tersebar ke badan, punggung dan kaki.
Bintil-bintil kemerahan pada kulit disertai rasa gatal dan rasa gatal tersebut
dirasakan semakin memberat saat malam hari. Pasien tidak merasa nyeri
pada daerah munculnya bintil-bintil kemerahan, semakin digaruk semakin
banyak dan menyebar ke tempat lain, juga menimbulkan luka pada
permukaan kulit. Hal ini membuat pasien tidak nyaman melakukan aktivitas
sehari-hari dan terutama ketika tidur pada mlam hari. Anak-anak tetangga
pasien banyak yang mengalami keluhan seperti pasien. Tidak ada riwayat
digigit oleh serangga sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi.
Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaaan dermatologi didapatkan tampak papul eritematouse berbentuk
lurus dan berkelok-kelok pada ujungnya terdapat vesikel, eksoriasi,
berkrusta di area tangan, kaki dan badan.

2.5. Diagnosis Banding


- Prurigo herba
- Pedikulosis korporis

2.6. Diagnosis Kerja


Skabies

2.7. Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa
- Menjelaskan kepada ibu pasien tentang penyakit yang diderita baik
diagnosa dan penyebabnya.
- Menjelaskan penggunaan obat, efek samping obat, serta
menyarankan pasien minum obat dan secara teratur mengoles obat
agar penyakit segera membaik.
- Edukasi kepada ibu pasien agar pasien mandi minimal 2 kali sehari.
- Berganti pakaian yang bersih setelah mandi.

8
- Tidak bergantian memakai handuk dan pakaian bersama keluarga.
- Meremdam pakaian yang digunakan dengan air panas sebelum di
cuci.
- Menjemur kasur dibawah sinar matahari selama 2 hari.
- Mengurangi bermain di luar rumah, bermain bersama teman yang
memiliki keluhan yang sama dan juga mengurangi kontak dengan
anjing.

b. Medikamentosa
- Pemetrin cream 1 kali pemakaian malam hari.
- Hidrocoertison krim 10 mg + Asam fusidat krim 10 mg (pagi-sore)
- Cetirizine syr 1 x ½ Cth (p.o)

2.8. Prognosis
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Functionam : ad bonam
Quo Ad Sanationam : ad bonam

BAB III

9
PEMBAHASAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infentasi dan


sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiel var, hominis dan produknya. Diagnosis
dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda berikut: Pruritus nokturna,
menyerang sekelompok orang, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-
tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, dan menemukan
tungau.1

Pada kasus ditemukan keluhan timbul bintil-bintil kemerahan sejak ± 4


minggu yang lalu pada kulit tangan, kaki dan badan yang disertai rasa gatal. Rasa
gatal tersebut dirasakan semakin memberat saat malam hari. Hal itu disebabkan
oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Selain
itu tetangga pasien banyak yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien,
sehingga penyakit ini dapat dikatakan menyerang sekelompok orang di kompleks
tersebut.1,2

Bintil-bintilk kemerahan yang bermula di tangan, hanya berupa beberapa


buah. Tampak bintil-bintil kemerahan benbentuk lurus dan berkelok-kelok yang
terdapat vesikel pada ujungnya di area tangan, kaki dan badan. Semakin digaruk
semakin banyak dan menyebar ke tempat lain, juga menimbulkan luka pada
permukaan kulit. Salah satu tanda dari penyakit skabies ialah ditemukannya lesi
berbentuk terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Namun
kunikulus biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal pasien selalu
menggangguruknya dan kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat predileksi
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela
jari tangan, prgelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mame (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (laki-
laki), dan perut bagian belakang. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan,
telapak kaki, wajah dan kepala.1,2

10
Menemukan tungau merupakan hal yang paling meunjang diagnosis.
Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat
ditemukan telur dan kotoran (skibala). Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menemukan tungau yakni:2,5

- Mencari terowongan kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuh objek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
- Menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar.
- Membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat
irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
- Biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin eosin (H.E).

Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo herba dan
pedikulosis korporis. Prurigo herba merupakan peyakit kulit kronis dimulai sejak
bayi atau anak, sering terdapat pada anak dengan tingkat sosial ekonomi rendah
dan hegyne rendah. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, diduga sebagai
penyakit herediter, akibat sensitisasi kulit terhadap gigitan serangga. Tanda
khasnya berupa papul-papul miliar tidak berwarna berbentuk kubah, sangat gatal.
Tempat predileksinya di ekstremitas ekstensor dan simetris. Keluhan ini dapat
disingkirkan karena pada anamnesa keluhan dirasakan 4 minggu dan tidak ada
riwayat alergi juga riwayat gigitan serangga.1,5

Kelainan kulit pada pedikulosis korporis berupa paul milier disertai bekas
garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien, karena gatal baru berkurang dengan
garukan yang intensif. Penyakit ini mudah meluas pada lingkungan hidup yang
padat. Hal ini sama dengan penyakit skabies yang menyerang sekelompok orang,
namun diagnosis ini dapat disingkirkan karena pada skabies gatal memberat saat
malam hari, lesi pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-
abuan berbentuk garis lurus atau berkelok pada ujung terowongan ditemukan
papul atau vesikel.1

11
Penularan atau transmisi penyakit skabies ini dapat terjadi melalui dua
cara, yakni: (1) Kontak langsung: Melalui kontak kulit ke kulit, misalnya berjabat
tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual. (2) Kontak tidak langsung:
Melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain. Dikenal juga
Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia,
terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan seperti
anjing. Berdasarkan anamnesa bahwa anak-anak tetangga pasien banyak yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien dan juga banyak yang memelihara
anjing di lingkungan rumah pasien menunjang untuk diagnosis skabies.1,5

Pada kasus ini terdapat 3 dari 4 kriteria diagnosis penyakit Skabies yakni
gatal pada malam hari, menyerang secara berkelompok dan terdapat lesi
berbentuk garis lurus lurus atau berkelok ujungnya terdapat vesikel sehingga
diagnosis skabies pada pasien ini dapat ditegakkan dan sesuai dengan teori yang
ada. Pemeriksaan penunjang pada kasus ini tidak dilakukan karena sudah
memenuhi kriteria untuk mendiagnosa skabies.

Terapi pada kasus ini diberikan pemetrin krim 1 kali pemakaian malam
hari, Hidrocoertison krim 10 mg + asam fusidat krim 10 mg (pagi-sore) dan
Cetirizine sirup 1 x ½ Cth (p.o).

Tatalaksana scabies yaitu memberikan obat topikal seperti Pemetrin


dengan kadar 5% dalam krim yang mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Aplikasi hanya sekali, dan dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam.
Pengobatan diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 2
tahun.

Hidrokortison merupakan kortikosteroid topikal golongan VII yakni


golongan potensi rendah sehingga aman di gunakan untuk anak-anak.
Kortikosteroid topikal bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi dan
vasokonstriktor. Vasokontriksi pembuluh darah di bagian superfisial dermis, yang
akan mengurangi eritema. Kemampuan untuk menyebabkan vasokontriksi ini
biasanya berhubungan dengan potensi anti-inflamasi dan biasanya vasokontriksi
ini digunakan sebagai suatu tanda untuk mengetahui aktivitas klinik dari suatu

12
agen. Efek anti-proliferatif kortikosteroid topikal diperantarai dengan inhibisi dari
sintesis dan mitosis DNA. Kontrol dan proliferasi seluler merupakan suatu proses
kompleks yang terdiri dari penurunan dari pengaruh stimulasi yang telah
dinetralisir oleh berbagai faktor inhibitor. Proses-proses ini mungkin dipengaruhi
oleh kortikosteroid. Glukokortikoid juga dapat mengadakan stabilisasi membran
lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak
dikeluarkan..1,5,6

Pemberian asam fusidat sebagai antibiotik untuk mengatasi infeksi


sekunder pada skabies yang sebagian besar disebabkan Staphylococcus aureus
karena pada kasus pasien menggaruk kulit yang terasa gatal hingga menimbulkan
luka. Pemberian cetirizine seagai anti histamin sering digunakan untuk mengatasi
keluhan gatal pada pasien. Ceterizine merupakan golongan anti histamin H1
generasi kedua group piperazin, bekerja menurunkan produksi dari sitokin
proinflamasi, dan dalam pelepasan mediator sel mas dan basofil. Golongan ini
tidak dapat menembus sawar darah otak, sehingga mempunyai efek sedasi
minimal atau tidak ada.1,5,6,7

Penatalaksanaan pada kasus diberikan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang yaitu apemberian pemetrin krim 5% sebagai
anti tungau karena pada pasien ini didiagnosa sebagai skabies, hidrokortison krim
10 mg sebagai antiinflamasi karena pada pemeriksaan fisik didapatkan bintil-bintil
kemerehan dan luka pada kulit sehingga menunjukan timbul peradangan, asam
fusidat 10 mg sebagai antibiotik karena terdapat infeksi sekunder akibat garukan
pasien yang terlihat sebagai luka terdapat krusta di atasnya. Ceterizin merupakan
anti histamin yang diberikan sebagai anti gatal agar pasien mengurangi
menggaruk kulit pasien sehingga infeksi tidak semakin menyebar. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada.

Penularan penyakit skabies dapat dicegah dengan menjelaskan kepada ibu


pasien tentang penyakit yang diderita baik diagnosa dan penyebabnya,
menjelaskan penggunaan obat dan efek samping obat, serta menyarankan pasien
minum obat dan secara teratur mengoles obat agar penyakit segera membaik.,
edukasi kepada ibu pasien agar pasien mandi minimal 2 kali sehari, berganti

13
pakaian yang bersih setelah mandi, tidak bergantian memakai handuk dan pakaian
bersama keluarga, meremdam pakaian yang digunakan dengan air panas sebelum
di cuci, menjemur kasur dibawah sinar matahari selama 2 hari. mengurangi
bermain di luar rumah, bermain bersama teman yang memiliki keluhan yang sama
dan juga mengurangi kontak dengan anjing.6

Pencegahan tersebut dilakukan karena penyebaran sakibies dapat dapat


terjadi melalui kontak lagsung maupun tidak langsung. Menggunakan obat sesuai
aturan agar tungau yang menginfeksi kulit dapat diatasi dengan baik. Menjaga
higine yang baik dengan mandi untuk menjaga kebersihan dari tungau yang
menempel. Mengurangi bermain diluar rumah agar mengurangi kontak dengan
anak-anak tetangga yang mengalami sakit yang sama yang tidak berobat serta
mengurangi kontak dengan anjing.

Prognosis penyakit ini dengan memperhatikan pemeliharaan dan


pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi
antara lain higyne dan semua orang yang berkontak erat dengan pasien diobati,
maka penyakit ini dapat diatasi dan prognosis baik.1,2,5

BAB IV
KESIMPULAN

14
Skabies dapat diagnosis dengan menemukan 2 gejala dari 4 kriteria
diagnosis yakni gatal pada malam hari, menyerang secara berkelompok, terdapat
lesi berbentuk terowongan (kunikulus) dengan ujungnya terdapat vesikel atau
papul dan menemukan tungau. Pemeriksaan penunjang pada penyakit ini dengan
cara menemukan tungau penyebab skabies.

Diagnosis banding pada penyakit skabies yakni: prurigo herba berupa


papul-papul miliar tidak berwarna berbentuk kubah, sangat gatal. Pedikulosis
korporis berupa paul milier, gatal dan disertai bekas garukan yang menyeluruh
pada tubuh.

Tatalaksana scabies dapat diberikan obat topikal seperti Pemetrin dengan


kadar 5% dalam krim yang mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal.
Pemberian kortikosteroid sebagai antiinflamasi golongan rendah seperti
hidrocortison, antibiotik asamfusidat untuk mngatasi infeksi sekunder dan anti
histamin cetirizine untuk mengatasi gatal pada pasien.

Pecegahan penularan penyakit ini dapat dengan menghindari kontak


dengan penderita atau benda-benda yang kontak dengan penderita dan menjaga
higyne. Sehingga prognosis pada penyakit ini baik bila menggunakan obat sesuai
anjuran dan melakukan pencegahan untuk penularan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

15
1. Aisah, S & Handoko, PR. 2015. Scabies. Dalam: Menaldi, SL., SW.,
Bramono, K., & Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
ketujuh. Jakarta: FKUI. Hal: 137-40, 411-13, 439-31
2. Wardhana, AH. 2006. Skabies: Tantangan Penyakit Zoologi Masa Kini
Dan Masa Datang. Bogor: Balai Penelitian Veteriner. Hal 37-40
3. Herman, MJ. 2001. Cermin Dunia Kedokteran. Penyakit Hubungan
Seksual Akibat Jamur, Protozoa dan Parasit. Jakarta: pusat
pengembangan farmasi – badan penelitian dan pengemangan kesehatan
departemenKesehatan RI. Hal: 64-65
4. Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter
Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. Hal: 31, 47.
5. Bonner, M., Beson, P., & James, W. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine, 7 th ed. New York: McGraw-Hill. Hal 604-5, 647-0,
710-15, 812-14.
6. Syarif, A., et all. 2012. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta:
departemen farmakologi dan Terapi FKUI. Hal 723-31
7. Kharisma, WNP. 2014. Treatmen of Secondary Infection Scabies On 8
Years Old Girl With Family Medicine Approach. Lampung: Faculty of
Medicine, University of Lampung, 3(2): 56-64

16

Anda mungkin juga menyukai