Seperti halnya yang kita ketahui, untuk menyambut 1 Syawal / Idul Fitri
masyarakat suku Melayu akan menyiapkan berbagai macam persiapan untuk
menyambut kedatangannya (hari Raya Idul Fitri), mulai dari berbenah atau menghias
rumah sampai menyiapkan makanan-makanan yang dianggap sebagai ciri khas
datangnya hari Raya Idul Fitri, dua di antaranya adalah ketupat dan nasi lemang. Nasi
lemang adalah makanan yang berbahan dasar beras ketan yang dimasak dalam seruas
bambu yang dilapisi daun pisang dengan air santan kelapa, kemudian dimasak
dengan cara dibakar menjajar secara vertikal dalam beberapa ruas bambu.
Berangkat dari pernyataan di atas, tarian ini menceritakan tentang gambaran
kebersamaan masyarakat suku Melayu Sambas untuk menyambut hari kemenangan
umat islam yaitu Idul Fitri. Gambaran masyarakat suku Melayu tersebut diperankan
oleh tiga orang penari. Menyambut hari kemenangan tersebut, mereka membuat nasi
lemang secara bersama-sama. Pada umumnya, sudah menjadi suatu kebiasaan
masyarakat suku Melayu dalam menyambut hari raya Idul Fitri untuk membuat
ketupat dan nasi lemang secara bersama-sama, namun dalam tarian ini lebih
difokuskan pada pembuatan nasi lemang dalam penyambutan hari raya Idul Fitri.
Tanpa membedakan latar belakang, sifat, dan karakter di antara mereka seakan-akan
semakin memeriahkan penyambutan hari Nan Fitri tersebut. Hal itu mereka lakukan
karena mereka yakin dengan adanya kerja sama atau rasa kebersamaan akan
menjadikan hubungan / tali silaturahmi di antara mereka semakin kuat.
Tarian ini ditata dan dikemas dengan gerak-gerak tari kreasi dan tetap
berpijak dari gerak-gerak dasar tari tradisi suku Melayu seperti gerak tari Jepin
Lembut, sehingga terciptalah sebuah karya tari kreasi baru.